Partikel Bahan Pengisi Anorganik Bahan Sistem Fotoinisiator dan Aktivator

Shrinkage dinilai sebagai kelemahan utama dari bahan restorasi resin komposit. Proses polimerisasi yang menghasilkan shrinkage menyebabkan timbulnya stress yang dapat melebihi kekuatan ikatan disekitar gigi, mengakibatkan kegagalan perlekatan interfasial restorasi yang mengarah pada kebocoran mikro. 10,17 2.2.1 Komponen Resin Komposit 2.2.1.1 Matriks Organik Basis matriks terdiri dari monomer polimerik mono-, di- atau tri-fungsional seperti BIS-GMA Bisphenol-A-glycidyl methacrylate atau UDMA urethane dimethacrylate . Resin ini memiliki viskositas tinggi dan dapat diencerkan menggunakan monomer berviskositas rendah untuk mengontrol viskositasnya. Monomer ini dapat berupa bisphenol A dimethacrylate Bis-DMA, ethylene glycol dimethacrylate EGDMA, triethylene glycol dimethacrylate TEGDMA, methyl methacrylate MMA. Namun, semakin besar proporsi dari monomer pengencer ini dapat menyebabkan semakin besarnya shrinkage polimerisasi dan resiko kebocoran pada celah marginal. 15,16,18

2.2.1.2 Partikel Bahan Pengisi Anorganik

F iller Fase dispersi dari resin komposit terbentuk dari material filler anorganik. Penambahan bahan filler meningkatkan sifat fisik dan mekanik dari matriks organik. Filler yang sering digunakan adalah silicon dioxide, boron silicates, dan lithium aluminium silicates. Ketahanan restorasi komposit bergantung pada ukuran partikel filler, jarak antar partikel, dan muatan filler. 15,16,18

2.2.1.3 Bahan

Coupling Silane Perlekatan interfasial antara fase matriks dan fase filler difasilitasi oleh lapisan partikel filler dengan coupling agent silane. Dengan kata lain suatu coupling agent digunakan untuk melekatkan filler ke resin organik. Bahan ini adalah molekul dengan kelompok silane pada satu tepi ion berikatan dengan SiO 2 dan kelompok methacrylate pada tepi lainnya. Fungsi dari coupling agent antara lain untuk Universitas Sumatera Utara mencegah penetrasi air sepanjang permukaan resin filler , pemindahan gaya dari resin matriks fleksibel ke partikel filler yang lebih kaku, serta membantu ikatan filler dengan matriks resin. 14,18 Tanpa bahan coupling, komposit akan menjadi lebih lemah dibawah tekanan dan partikel filler akan dengan mudah terlepas dari permukaan selama pengunyahan. 19

2.2.1.4 Sistem Fotoinisiator dan Aktivator

Bahan ini mengaktivasi polimerisasi dari komposit. Fotoinisiator yang paling sering digunakan adalah camphoroquinone CQ . Semakin tinggi konsentrasi dari CQ dapat menginduksi generasi yang cepat dan tinggi dari radikal bebas, menghasilkan produksi reaksi kinetik polimerisasi yang lebih cepat dan derajat konversi yang lebih tinggi. 18,20 Fotoinisiator merupakan parameter fundamental dalam menentukan karakter polimerisasi resin komposit. Aktivasi fotoinisiator terjadi pada panjang gelombang tertentu, dimana efisiensi yang optimal diperoleh ketika penyerapan dari fotoinisiator sesuai dengan emisi spektral dari light curing unit. Konsentrasi fotoinisiator yang bervariasi antara komposit komersial dan dampaknya pada adaptasi marginal serta internal belum dapat dijelaskan. Alonso dkk 2014 pada penelitiannya menemukan bahwa komposit dengan konsentrasi inisiator yang lebih rendah menunjukan presentasi celah yang lebih tinggi dibandingkan dengan komposit berkonsentrasi tinggi. Hal ini disebabkan pembentukan jaringan polimer yang tidak sempurna akan menghasilkan ikatan yang tidak adekuat terhadap bahan adhesif dan dapat menimbulkan celah mikro. 20 2.2.1.5 Inhibitor Bahan ini menginhibisi radikal bebas yang terbentuk dari polimerisasi spontan monomer. Inhibitor pada resin komposit light cured dapat mencegah polimerisasi dan pengerasan resin saat terpapar cahaya selama distribusi dan cahaya selama contouring restorasi. Contohnya antara lain hydroquinone, 4-methoxy phenol, triteriary butyl phenol . 15,18 Universitas Sumatera Utara

2.2.1.6 Modifier Optik

Dokumen yang terkait

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer terhadap Ketahanan Fraktur pada Restorasi Klas I (in vitro)

3 63 80

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer terhadap Ketahanan Fraktur pada Restorasi Klas I (in vitro)

0 0 14

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer terhadap Ketahanan Fraktur pada Restorasi Klas I (in vitro)

0 1 2

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer terhadap Ketahanan Fraktur pada Restorasi Klas I (in vitro)

0 0 4

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 2

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 4

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 1 18

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 1 4

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 18

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 17