Bahan Penelitian Prosedur Penelitian

Gambar 12. A. Bonding aplikator, B. LED Light curing unit , C. Termometer, D. Waterbath , E. Baker glass Gambar 13. A. Kain kasa, B. Rubber bowl , spatel, dan gips , C. Bais, D. Larutan saline, methylene blue 2, dan wadah plastik, E. Skeler elektrik, F. Stereomikroskop

4.5.2 Bahan Penelitian

a. Gigi premolar atas yang telah dicabut untuk perawatan ortodonti sebanyak 27 b. buah c. Stress Decreasing Resin Smart Dentin Replacement, Dentsply d. Resin komposit flowable konvensional Estelite Flow Quick, Tokuyama Dental e. Resin komposit nanohybrid 3M ESPE, Filtek ™ Z250 XT f. Sistem adhesif total etch two step Tetric N-Bond ® , Ivoclar Vivodent g. Saline untuk penyimpanan sampel penelitian h. Gips untuk penanaman gigi Super gips i. Cat kuku aseton j. Sticky wax Anchor Brand Universitas Sumatera Utara k. Methylene blue 2 l. Bubuk pumice Gambar 14. A. Cawan petri, B. Wax, C. Cat kuku Gambar 15. A. Stress Decreasing Resin SDR, kompul dan gun, B. Resin flowable atas dan resin nanohybrid bawah, C. Total-etch two step

4.5.3 Prosedur Penelitian

a. Persiapan sampel Sampel berjumlah 30 buah gigi premolar satu dan dua maksila yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti dibersihkan dengan menggunakan skeler elektrik dan dibersihkan dengan pumice menggunakan bur brush , kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik yang berisikan larutan saline dan sampel dibiarkan dalam keadaan terendam. Selanjutnya sampel dibagi menjadi 3 kelompok secara random dan setiap kelompok perlakuan berjumlah sembilan sampel serta ditanam dalam balok gips untuk memudahkan preparasi dan restorasi. Universitas Sumatera Utara Gambar 16. A. Gigi dibersihkan dengan skeler elektrik, B. Gigi dibersihkan dengan bubuk pumice menggunakan but brush , C. Gigi direndam dalam larutan saline , D. Gigi ditanam dalam balok gips b. Perlakuan sampel penelitian 1. Preparasi Sampel Bentuk outline form kavitas pada gigi premolar maksila menggunakan pensil dan dengan bantuan kaliper bentuk desain restorasi Klas V berbentuk saucer dengan batas servikal 1mm diatas Cemento Enamel Juntion CEJ, panjang mesiodistal 4 mm dan lebar occluso-gingival 2 mm untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, serta kedalaman kavitas 2 mm. Preparasi kavitas menggunakan high speed handpiece dan akses ke jaringan karies di enamel dan dentin menggunakan diamond bur dan preparasi dimulai pada enamel permukaan servikal. Selanjutnya kavitas diperdalam dengan memasukkan bur perlahan-lahan dengan kecepatan sedang sehingga mencapai kedalaman seluruh kepala bur 1,5-2 mm. Kemudian kavitas diperluas sampai membentuk outline form dengan menggunakan diamond bur. Kedalaman kavitas yang dibentuk adalah 2 mm dengan pembagiannya 1 mm untuk intermediate layer , yaitu Stress Decreasing Resin dan selebihnya untuk lapisan penutup, yaitu resin komposit nanohybrid . Setelah preparasi selesai, kavitas dicuci dengan air dan dikeringkan. Universitas Sumatera Utara Gambar 17. A B. Pembentukan outline form kavitas dengan pensil menggunakan bantuan kaliper, C. Preparasi kavitas menggunakan high speed handpiece Gambar 18. Desain kavitas, dengan ukuran 4 x 2 x 2 mm 2. Restorasi sampel Kelompok I Kelompok I diberikan perlakuan aplikasi etsa dengan menggunakan kuas selama 15 detik, kemudian dibilas dengan air dan struktur gigi dijaga dan dipertahankan untuk tetap dalam keadaan yang lembab menggunakan air blow . Selanjutnya bonding diaplikasikan sehingga akan berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler dan disinar selama 20 detik untuk proses polimerisasi. Aplikasikan 1mm Stress Decreasing Resin sebagai intermediate layer dengan teknik bulk dan kemudian disinari selama 20 detik. Selanjutnya untuk tahap akhir, aplikasikan 1mm resin komposit nanohybrid dan kemudian disinari selama 20 detik. Kelompok II Universitas Sumatera Utara Kelompok II diberikan perlakuan aplikasi etsa dengan menggunakan kuas selama 15 detik, kemudian dibilas dengan air dan struktur gigi dijaga dan dipertahankan untuk tetap dalam keadaan yang lembab menggunakan air blow . Selanjutnya bonding diaplikasikan sehingga akan berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler dan disinar selama 20 detik untuk proses polimerisasi. Aplikasikan 1mm resin komposit flowable sebagai intermediate layer dengan teknik bulk dan kemudian disinari selama 20 detik. Selanjutnya untuk tahap akhir, aplikasikan 1mm resin komposit nanohybrid dan kemudian disinari selama 20 detik. Kelompok III Kelompok III diberikan perlakuan aplikasi etsa dengan menggunakan kuas selama 15 detik, kemudian dibilas dengan air dan struktur gigi gigi dijaga dan dipertahankan untuk tetap dalam keadaan yang lembab menggunakan air blow . Selanjutnya bonding diaplikasikan sehingga akan berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler dan disinar selama 20 detik untuk proses polimerisasi. Selanjutnya untuk tahap akhir, aplikasikan 2mm resin komposit nanohybrid dan kemudian disinari selama 20 detik. Gambar 19. A. Aplikasi etsa selama 15 detik kemudian dibilas dengan air, diikuti dengan aplikasi bonding , C. Bonding disinar selama 20 detik Universitas Sumatera Utara Gambar 20. A. Aplikasi Stress Decreasing Resin pada kelompok I, B. Aplikasi resin flowable pada kelompok II, C. Aplikasi resin komposit nanohybrid pada kelompok I, II, dan III 3. Finishing dan Polishing Tahap finishing restorasi dilakukan menggunakan fine finishing bur untuk membuang resin komposit yang berlebihan, kemudian polis menggunakan bur polis berbasis silicone enhance pada seluruh permukaan restorasi. Proses preparasi, restorasi, dan finishing dilakukan oleh operator yang sama. Gambar 21. Polishing menggunakan bur polis enhance 4. Water storage dan thermocycling Seluruh sampel yang telah direstorasi dimasukkan kedalam wadah plastik yang berisi saline dan direndam selama 24 jam pada suhu 37°C. Kemudian dilakukan proses thermocycling menggunakan waterbath dengan terlebih dahulu memasukkan sampel kedalam baker glass yang berisi air es bersuhu 5 o C, diamkan selama 30 detik dan Universitas Sumatera Utara selanjutnya dipindahkan dengan waktu transfer 10 detik kedalam waterbath bersuhu 55 o C, diamkan selama 30 detik serta dilakukan secara berulang sebanyak 200 kali putaran. Gambar 22. Sample direndam dalam larutan saline selama 24 jam pada suhu 37°C Gambar 23. A. Sampel direndam dalam air es bersuhu 5 o selama 30 detik, B. Sampel dipindahkan dengan waktu transfer 10 detik, C. Sampel direndam dalam waterbath bersuhu 55 o C selama 30 5. Perendaman dalam larutan Methylene Blue 2 Bagian apeks seluruh sampel ditutupi dengan sticky wax dan seluruh permukaan gigi dilapisi dengan 2 lapis cat kuku kecuali 1 mm di sekitar tepi restorasi. Kemudian dibiarkan mengering di udara terbuka hingga tidak terasa lengket lagi. Setelah itu, lakukan perendaman Methylene Blue 2 selama 24 jam pada suhu kamar. Selanjutnya, seluruh gigi dibersihkan dari zat warna pada air mengalir dan dikeringkan. Universitas Sumatera Utara Gambar 24. A. Sampel dengan apeks yang sudah ditutupi dengan sticky wax dan cat kuku, B. Sampel direndam dalam larutan methylene blue 2 selama 24 jam 6. Pengukuran celah mikro Sampel ditempatkan pada bais sebagai penahan, kemudian sampel dibelah melalui bagian tengah restorasi dengan menggunakan disc bur . Pengamatan celah mikro dilakukan dengan melihat penetrasi zat warna Methylene Blue 2 pada tepi restorasi melalui stereomikroskop dengan pembesaran 20x. Pengamatan dan penilaian skor dilakukan oleh 2 orang dengan teknik double blind untuk menghindari terjadinya subjektivitas. Derajat celah mikro ditentukan dengan mengamati perluasan Methylene Blue 2 dari sisi gigi yang perluasannya paling panjang dan dinilai dengan sistem penilaian standar dengan skor 0-3 seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Arslan dkk 2013. 1 Tabel 2. Skor Penetrasi Zat Warna. 1 SKOR DEFINISI Tidak ada penetrasi 1 Penetrasi melibatkan 12 dinding kavitas 2 Penetrasi melibatkan lebih dari 12 dinding kavitas 3 Penetrasi melibatkan dinding aksial Universitas Sumatera Utara Gambar 25. Skema penentuan skor kebocoran mikro berdasarkan penetrasi zat pewarna. 0 = tidak ada penetrasi, 1 = penetrasi melibatkan ½ dinding kavitas, 2 = penetrasi melibatkan lebih dari ½ dinding kavitas, dan 3 = penetrasi mencapai dinding aksial kavitas Gambar 26. A. Sampel ditempatkan pada bais dan dibelah dengan disc bur , B. Pengukuran dilakukan di bawah stereomikroskop dengan pembesaran 20x Universitas Sumatera Utara Gambar 27. Sampel yang telah dibelah

4.6 Pengolahan dan Analisis Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer terhadap Ketahanan Fraktur pada Restorasi Klas I (in vitro)

3 63 80

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer terhadap Ketahanan Fraktur pada Restorasi Klas I (in vitro)

0 0 14

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer terhadap Ketahanan Fraktur pada Restorasi Klas I (in vitro)

0 1 2

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai Intermediate Layer terhadap Ketahanan Fraktur pada Restorasi Klas I (in vitro)

0 0 4

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 2

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 4

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 1 18

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 1 4

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 18

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 17