Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan sebuah fenomena sosial yang mengandung unsur seni kreatif dan menggunakan bahasa sebagai medium utamanya. Sastra adalah sebuah karya yang tercipta dari akal, pemikiran, dan imajinasi manusia, yang memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik serta mendukung nilai-nilai kehidupan dan ajaran moral sehingga mampu menggugah pengalaman, kesadaran moral, spiritual dan emosional pembaca Minderop, 2011:76. Sastra sudah ada dalam kehidupan manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Dorongan manusia untuk mengungkapkan dirinya dan sekitarnya, yang terjadi terhadap dunia realitas pada kehidupan sepanjang hari dan sepanjang zaman melahirkan sastra Semi, 1993:1. Karya sastra adalah hasil dari proses kreatif seorang pengarang terhadap kegiatan yang dialaminya atau kegiatan yang terjadi disekitarnya. Dalam karya sastra terjadi fenomena kemanusiaan yang kompleks, ada peristiwa suka, duka, dan berbagai peristiwa yang lainnya. Pengertian sastra memiliki keragaman karena sastra itu sendiri merupakan ‘payung’ yang mewadahi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda. Sastra bisa dihubungkan dengan buku, teater, humaniora, seni, pengucapan, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 2 Yang pasti pada pengertian sastra, rumusan yang menjadi penyusun sastra itu yaitu kreatif, memakai bahasa sebagai medianya, dan merupakan fenomena sosial Semi, 1993:64-66. Wellek Warren 1989:48-49 menggolongkan karya sastra menjadi dua, yaitu karya sastra tertulis dan karya sastra lisan. Sastra lisan adalah sastra yang diekspresikan langsung secara verbal dengan bahasa sebagai media penyampaiannya. Sedangkan sastra tertulis adalah karya sastra yang memakai terbagi atas beberapa bagian, salah satu diantaranya adalah novel. Sastra tulisan adalah karya sastra yang dipopulerkan melalui tuilsan-tulisan yang sering kita jumpai seperti puisi, roman, cerpen dan novel. Novel adalah karya sastra fiksi yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:271, novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam novel dapat ditemukan unsur intrinsik dan ekstrinsik yang menjadi pondasi dalam kisahan tersebut. Dalam novel tidak lepas tanpa adanya tokoh. Tokoh adalah sarana pengarang mengungkapkan cerita dan merupakan pelaksana terjadinya seuatu karya sastra, tanpa tokoh bisa dikatakan karya sastra itu tidak lengkap. Dalam sebuah karya sastra seperti novel, tokoh merupakan salah satu unsur vital karena perbuatan dan dialognya dapat membuat sebuah cerita terangkai Universitas Sumatera Utara 3 dengan baik. Oleh sebab itu, dengan mengkaji tokoh dalam sebuah cerita, pembaca dapat lebih dalam lagi memahami isi dari sebuah novel. Ketika membaca sebuah karya sastra baik berupa novel, drama, puisi, dan sebagainya, sering kita temukan berbagai macam perilaku dan konflik yang dijabarkan melalui tokoh. Manusia berbeda dengan manusia satu dan lainnya, memiliki kepribadian yang berbeda. Begitu pula didalam karya sastra, pengarang melukiskan sifat dan kelakuan yang diinginkan kedalam tokoh ciptaannya. Setiap tokoh ciptaannya berbeda satu sama lain, layaknya manusia sebagai individu- individu yang berbeda. Pengarang membuat tokoh rekaan hidup layaknya manusia dengan menampilkan watak serta tempramen yang dapat mengguggah pembaca. Sering pengarang menampilkan kepribadian tokoh serta konflik-konflik sebagaimana yang dialami oleh manusia dalam kehidupan nyata. Tokoh adalah salah satu unsur instrinsik dalam pengembangan isi karangan. Setiap novel memiliki tokoh dan karakter yang unik untuk dibahas, namun dalam menampilkan tokoh rekaannya pengarang sering menampilkan secara tersirat atau implisit sehingga tidak semua pembaca dapat memahami maksud dalam isi karangan itu. Kepribadian dalam tokoh cerita menjadi salah satu faktor tersirat yang kadang sulit dicerna oleh pembaca. Nilai-nilai kejiwaan yang selalu muncul dalam tokoh cerita menggambarkan adanya kaitan antara sastra dengan ilmu psikologi. Sastra lahir dari luapan jiwa pengarang. Pengarang berusaha mengungkapkan apa yang dilihatnya di dunia lalu diekspresikan lewat gagasan, kemudian gagasan- gagasan itu dirangkai dalam kata-kata. Aspek kejiwaan yang muncul lewat Universitas Sumatera Utara 4 permainan kata-kata akan ditemui pembaca dan jika pembaca kurang cermat memahami, pembaca dapat salah menafsirkan Endaswara, 2013:129-130. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan psikologi dalam menganalisis karya sastra. Sastra dan psikologi berhubungan dalam perannya terhadap kehidupan, keduanya memiliki objek yaitu kehidupan manusia. Dan secara fungsional keduanya menjadikan manusia sebagai landasan bahan telaah. Sastra dan psikologi sama-sama mempelajari keadaan jiwa orang namun bedanya dalam psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra gejalanya bersifat imajinatif. Karya sastra yang dipandang melalui segi psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokohnya. Endaswara dalam Minderop, 2011:2 mengatakan karya sastra yang dikaji menggunakan pendekatan psikologi memiliki kelebihan-kelebihan yaitu sebagian berikut: “...pertama, pentingnya psikologi sastra untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan; kedua, dengan pendekatan ini dapat memberi umpan- balik kepada peneliti tentang masalah perwatakan yang dikembangkan; dan terakhir, penelitian semacam ini sangat membantu untuk menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah psikologis.” Terkait dengan psikologi, terutama dengan psikologi kepribadian, sastra menjadi suatu bahan telaah yang menarik karena sastra bukan sekedar teks yang menjemukkan tetapi menjadi bahan kajian yang melibatkan perwatakan atau kepribadian para tokoh rekaan, pengarang karya sastra, dan pembaca Minderop, 2011:3. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis kepribadian tokoh-tokoh pada novel Xueke 1990 karya Chiung Yao 1938. Xueke merupakan novel fiksi bergenre romantis yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Universitas Sumatera Utara 5 Giok di Tengah Salju. Giok di Tengah Salju untuk penulisan selanjutnya akan disingkat menjadi GdTS Chiung Yao 1938- adalah seorang penulis novel ternama yang berasal dari Taiwan. Ia adalah salah satu penulis kesusastraan Cina modern yang karya- karyanya mempunyai ciri khas yakni mengangkat masalah percintaan dengan tokoh utama seorang perempuan. Kemudian karya-karya Chiung Yao menjadi identik dengan sebutan aiqing gushi atau kisah cinta. Kepopuleran karya Chiung Yao tidak hanya di dataran Cina saja, namun merambah sampai luar negeri. Novelnya mendapat apresiasi yang sangat besar dari masyarakat pembaca bahasa Mandarin di berbagai belahan dunia. Kepopulerannya semakin meningkat diiringi dengan diangkatnya karya-karyanya ke dalam bentuk film dan serial drama pada kurun waktu tahun 1980-1990an. Beberapa karyanya yang telah ditayangkan dalam bentuk film maupun serial drama di Indonesia, antara lain Xinyue Gege 新月格格 Putri Xinyue, Huanzhu Gege 还珠格格 Putri Huanzhu, Meihua Luo 梅花落 Putri Bunga Meihua, Yuanyu Mengmeng 烟雨蒙蒙 Kabut Cinta, dan Yansuo Zhonglou 烟锁重楼 Belenggu Pintu Cinta. Dari berbagai kisah Chiung Yao, Xueke termasuk salah satu novel yang di angkat menjadi serial drama serta ditayangkan di Indonesia pada tahun 1997 di salah satu stasiun televisi swasta sepanjang 24 episode dengan judul Giok di Tengah Salju dan menjadi salah satu drama Mandarin favorit pemirsa televisi pada saat itu. Universitas Sumatera Utara 6 Novel Xueke 1990 adalah novel fiksi bergenre romantis yang berlatar transisi masa dinasti terakhir di Cina, yaitu Dinasti Qing dan awal pemerintahan dalam republik. Novel ini berkisah tentang kehidupan Xueke, putri seorang pangeran Manchu. Sebelum Xueke diberikan kepada sebuah keluarga kaya, ia memberikan keperawanannya kepada kekasihnya, Gu Yameng, putra dari ibu sususnya yang adalah rakyat kebanyakan. Atas kejadian tersebut, Xueke melahirkan seorang putri. Keluarganya berusaha untuk merahasiakan hal ini dari keluarga besannya dengan membuang kekasih dan bayinya keluar dari istana serta menyembunyikan fakta keperawanannya. Pada malam pertama pernikahannya, Xueke mengungkapkan kebenaran kepada Luo Zhigang, suami barunya. Dan mulai saat itu keluarga besar Luo memperlakukan Xueke secara semena-mena, Zhigang akhirnya mengambil istri lagi dan menikah. Beberapa tahun kemudian, Gu Yameng yang dibuang telah menjadi Gao Han, seorang pedagang kaya dan berhasil, masih mencari keberadaan istri dan anaknya. Tanpa diketahui Xueke, putrinya sengaja diselundupkan ke dalam rumah keluarga Luo sebagai pelayan. Dengan seumur hidupnya menjadi istri yang tak dianggap, Luo Zhigang mulai menaruh perasaan terhadapnya dan mencoba untuk memperbaiki hubungan mereka yang bertahun-tahun penuh penyiksaan. Selanjutnya Xueke dihadapkan kepada pilihan, siapa yang ia inginkan: cinta pertamanya Gu Yameng dan putrinya, atau suaminya Luo Zhigang. Penulis tertarik untuk menelaah Xueke sebagai objek kajian dalam penelitian ini karena novel ini menyajikan watak dan karakter yang dapat di analisa dengan menggunakan pendekatan psikologi. Peran yang dipaparkan tokoh-tokoh dalam Universitas Sumatera Utara 7 cerita melukiskan keadaan watak dan pribadi tokoh sehingga menarik untuk dikaji secara psikologis. Banyaknya permasalahan dan konflik yang digambarkan pada novel ini menggambarkan sifat dan kepribadian tokoh-tokoh sehingga menggugah penulis untuk menganalisis kepribadian-kepribadian tokoh utama serta tokoh- tokoh tambahan dalam novel ini. Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengangkat penelitian ini dengan judul “Kepribadian Tokoh Dalam Novel Xueke Karya Chiung Yao Berdasarkan Psikologi Sastra”.

1.2 Rumusan Masalah