dan pemeraman dalam tangki saparator. Secara umum, kegiatan pada proses siklisasi dapat diuraikan sebagai salah satu kegiatan dimana proses pencampuran antara bahan
baku dengan pelarut – pelarut kimia yang digunakan dalam reactor yang bertujuan untuk melarutkan bahan baku. Sedangkan pada proses pemeraman, secara garis
besarnya adalah proses pengendapan bahan baku yang telah dilarutkan dalam tangki saparator selama empat hari dengan penambahan ammonia NH
4
OH 10. Tujuan pemeraman ini ialah untuk memisahkan zat – zat pengotor yang ada dalam larutan
resiprene serta pelarut – pelarut yang digunakan.
Pada proses pemeraman yang digunakan di PT. Industri Karet Nusantara pada Unit Resiprene yaitu dengan standar volume 50 liter per satu saparator dapat
mempengaruhi salah satu parameter uji kualitas produk resiprene 35 yang dihasilkan yaitu pada parameter warna produk colour grade. Berdasarkan analisis diatas maka
penulis tertarik mengambil judul “ Pengaruh Variasi Volume Ammonia NH
4
OH 10 Terhadap Colour Grade Pada Produksi Resiprene 35 Di PT. Industri Karet
Nusantara “.
1.2. Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan dalam pembahasan ini adalah : 1.
Bagaimanakah hubungan variasi volume ammonia terhadap warna pada resiprene 35.
2. Berapakah volume ammonia yang sesuai agar di dapat warna pada resiprene 35 yang memenuhi standar.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh variasi volume ammonia NH
4
OH 10 terhadap warna pada resiprene 35.
2. Untuk mengetahui banyaknya volume ammonia NH
4
OH 10 yang sesuai dengan standar warna resiprene 35.
1.4. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan pada penulis bagaimana hubungan antara variasi
volume ammonia NH
4
OH 10 dan warna pada resipene 35. 2.
Memberikan pengetahuan mengenai berapa jumlah volume ammonia NH
4
OH10 yang sesuai dengan warna standar pada resipene 35.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Perkembangan Karet
Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar – besaran, karet memiliki sejarah yang
cukup panjang. Apalagi setelah ditemukan beberapa cara pengolahan dan pembuatan barang dari bahan baku karet, maka ikut berkembang pula industry yang mengolah
getah karet menjadi bahan berguna untuk kehidupan manusia.
Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua Baru”. Dalam perjalanan ini ditemukan
sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon – pohon itu hidup secara liar di hutan – hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang – orang Amerika asli mengambil getah
dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang didapat kemudian dijadikan bola yang dapat dipantul – pantulkan. Bola ini disukai penduduk asli sebagai
alat permainan. Penduduk Indian Amerika juga juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebagai tanaman Hevea. Hasil laporan Ekspedisi Peru ditulis dalam buku oleh Frenhneau tahun 1749 dengan
menyebut nama tersebut. Freshneau juga menyertakan gambar dari tanamana tersebut. Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1751, De La Condomine membuat usulan untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai tanamana Hevea ini.
Pengenalan pohon Hevea membuka langkah awal yang sangat pesat kearah zaman penggunaan karet untuk berbagai keperluan. Cara pelukaan untuk memperoleh
getah karet memang jauh. Cara perlukaan untuk memperoleh getah karet memang jauh lebih efisien daripada cara tebang langsung. Lagipula dengan cara ini tanaman karet
bisa diambil getahnya berkali – kali.
Pengetahuan di bidang botani tanaman karet juga berkembang. Pada tahun 1825 diterbitkan sebuah buku mengenai botani tanaman karet atau Hevea Brasiliensis Muell
Erg. Nama ini diperkenalkan karena tanaman Hevea yang didapat barasal dari Brazil, tepatnya di daearah Amazon.
Setelah tahun 1839 dicapailah babak baru yang membuat karet sempat menjadi primadona daerah – daerah perkebunan di beberapa Negara tropis. Pada tuhun itu
Charles Goodyear menemukan cara vulkanisir karet. Goodyear mencampur karet dengan belerang dan kemudian dipanaskan pada suhu 120 – 130
o
C. Dengan cara vulkanisir ini semakin banyak sifat karet yang diketahui dapat dimanfaatkan.
Berawal dari penemuan Charles Goodyear, karet mulai banyak dicari orang untuk dibuat aneka barang keperluan. Cara vulkanisasi memungkinkan orang untuk
Universitas Sumatera Utara
mengolah karet menjadi ban. Menurut beberapa literature, Alexander Parkes ikut pula mengembangkan cara vulkanisasi. Sedangkan yang memiliki ide atau pencetus gagasan
dibuatnya ban adalah Dunlop pada tahun 1888 dan kemudian dikembangkan oleh Goldrich.. Tim Penulis PS, 1999
2.2 Karet