Sehingga memberikan keringan bagi nasabah yang mengalami penurunan kemampuan dalam membayar. Sebab Nasabah akan sangat merugi bila Bank
secara seketika menagih pemabayaran dengan seketika dan sekaligus, tanpa ada surat pemberitahuan.
Namun bila jelas terlihat tidak ada iktikad baik dari pihak Nasabah untuk memenuhi kewajibannya, maka demi keadilan dan kemaslahatan, Bank
dapat menagih hutang tersebut secara seketika dan sekaligus.
10. Kewajiban Nasabah Untuk Menambah Jaminan yang Dinilai Kurang
oleh Pihak Bank.
Pada pasal 10 poin ke-5 NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk dari waktu kewaktu menyerahkan kepada BANK
jaminan tambahan yang dinilai cukup oleh BANK, selama kewajiban membayar utang atau sisa utang kepada BANK belum lunas Pada kalimat
untuk dari waktu kewaktu menyerahkan kepada BANK jaminan tambahan yang dinilai cukup oleh BANK terlihat pihak bank sudah mengajukan
klausul yang membentengi pihak bank dari kerugian, baik itu timbul dari pihak bank sendiri, seperti kesalahan bank dalam menghitung agunan.
Dalam Akad Pembiayaan Murabahah yang seluruh kewajiban pihak Nasabah telah diketahui dengan pasti pada awal akad, maka seharusnya bank
telah memperoleh besaran nilai agunan atau jaminan yang harus diberikan oleh Nasabah kepada Bank sehingga nasabah tidak berkewajiban memberikan
aguanan tambahan yang sewaktu-waktu dapat diminta oleh pihak Bank karena pertimbangan sepihak oleh Bank.
Hal ini akan sangat merugikan Nasabah karena bisa saja pada saat keterlambatan pembayaran bank menjual agunan yang telah diberikan.
11. Bank Berwenang Secara Sepihak Menentukan Harga Jual Dari Barang
Jaminan dalam Hal Penjualan Barang Jaminan Karena Pembiayaan Nasabah Macet.
Pada pasal 9 akibat cidera janji disebutkan bahwa “Apabila NASABAH tidak melaksanakan pembayaran seketika dan sekaligus karena
suatu hal atau peristiwa tersebut pada Pasal 8 Akad ini, maka BANK berhak menjual barang jaminan” dimana salah satu adalah karena tidak
melaksanakan kewajiban pembayaran tepat pada waktu yang diperjanjikan maka Nasabah akan mengalami kerugian, apalagi barang yang di jaminkan
disini adalah Hotel itu sendiri. Belum lagi, apabila penjualannya dilakukan dibawah tangan, maka
harga barang jaminan ditetapkan oleh Bank seperti tercantum dalam pasal 9 “Apabila penjualan barang jaminan dilakukan dibawah tangan, maka
NASABAH dan BANK sepakat, harga penjualan barang jaminan ditetapkan oleh BANK dengan harga yang wajar menurut harga pasar ketika barang
jaminan dijual. penetapan harga secara sepihak ini memberatkan nasabah, karena dengan klausula ini, pihak bank sudah keluar dari asas maslahah dan
itikad baik dengan menentukan harga barang jaminan secara sepihak.
Nasabah tidak dapat berbuat banyak disaat ia mengalami kesulitan dalam pembayaran, sehingga barang jaminan tersebut bisa saja dijual oleh Bank
dengan ketentuan harga yang ditetapkan oleh Bank.
12. Kurangnya Tanggung Jawab Bank dalam Menanggung Resiko