50
b.1. Ijarah Muntahiyah bit Tamlik atas barang tersebut di atas dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 27DSN-
MUIIII2002 tentang al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik. b.2. Mudharabah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 07DSN-
MUIIV2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah Qiradh; atau
b.3. Musyarakah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 08DSN- MUIIV2000 tentang Pembiayaan Musyarakah.”
Pada setiap fatwa yang di keluarkan DSN-MUI, di akhiri dengan ketentuan penutup “ Jika salah satu pihak tidak menunaikan
kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak- pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan
Arbitrase Syariah Nasional setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.”
Dari pernyataan ini dapat dilihat bahwa, bila terjadi perselisihan antara para pihak, terlebih dahulu diselesaikan dengan
musyawarah.
b. Peraturan Bank Indonesia
Peraturan Bank Indonesia PBI adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk mengawasi dan membina semua bank yang
berbadan hukum Indonesia atau beroperasi di Indonesia.
37
37
Ibid, h. 22
51
Dalam pasal 7 ayat 4 UU No. 10 Tahun 2004 ditegaskan bahwa peraturan yang dikeluarkan lembaga Negara lain, seperti Bank Indonesia,
yang bersifat mengatur mempunyai kekuatan hukum selama diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang dalam hal ini oleh UUD, UU,
Perpu, PP, dan Perpres. Dengan begitu, maka peraturan lembaga Negara, seperti PBI, tidak boleh berdiri sendiri, melainkan harus merujuk atau
melasanakan perintah dari salah satu hierarki di atas. Dengan Pengesahan UU Perbankan Syariah, maka keberadaan PBI
yang mengatur Perbankan Syariah semakin kuat, karena diperintahkan oleh UU yang secara khusus mengatur Perbankan Syariah, bukan
diperintahkan UU yang mengatur perbankan secara umum sebagaimana terjadi sebelumnya.
Peraturan Bank Indonesia yang berkaitan dengan Pembiayaan Murabahah antara lain:
1 Peraturan Bank Indonesia Nomor: 76PBI2005 Tentang
Transfaransi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah
Segala bentuk informasi dari sebuah produk perbankan sangatlah penting untuk diketahui nasabah, karena dapat memberikan
kejelasan kepada nasabah tetang manfaat dan resiko yang melekat pada produk bank tersebut.
52
Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 76PBI2005 mengharuskan pihak Bank memberikan informasi yang selengkap-
lengkapnya kapada nasabah. Pada pasal 4 ayat 1 disebutkan “Bank wajib menyediakan
informasi tertulis dalam bahasa Indonesia secara lengkap dan jelas mengenai karakteristik setiap Produk Bank
.”
Dengan demikian Bank wajib membuat informasi berupa, leaflet, brosur, atau bentuk tertulis
lainnya, tetang produk-produk bank tersebut. Dipasal 4 ayat 2, di sebutkan bahwa bank wajib
menyampaikan informasi secara tertulis dan atau lisan, yang mana pada ayat ke 3 ditegaskan bahwa “Dalam memberikan informasi
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, Bank dilarang memberikan informasi yang menyesatkan mislead dan atau tidak etis
misconduct.” Sebagai mana disebutkan dalam Pasal 5, bahwa Informasi
mengenai karakteristik produk Bank sekurang-kurangnya meliputi: a
Nama Produk Bank. b
Jenis Produk Bank . Maksudnya adalah: Jenis Produk Bank mengacu kepada kegiatan
usaha Bank sebagaimana tercantum dalam ketentuan perundang-
53
undangan yang berlaku seperti giro, tabungan, deposito, dan kreditpembiayaan.
c Manfaat dan resiko yang melekat pada Produk Bank.
Bank menjelaskan secara terinci setiap manfaat yang dapat diperoleh Nasabah dari suatu Produk Bank dan potensi risiko yang
dihadapi oleh Nasabah dalam masa penggunaan Produk Bank.
d Persyaratan dan tata cara penggunaan Produk Bank.
Persyaratan dan tata cara penggunaan Produk Bank mencakup antara lain dokumen yang diperlukan, mekanisme dan prosedur
transaksi yang berkaitan dengan Produk Bank. e
Biaya-biaya yang melekat pada Produk Bank. Biaya-biaya yang melekat pada Produk Bank antara lain biaya
administrasi, provisi, atau penalti. Perhitungan bunga atau bagi hasil dan margin keuntungan.
Bagi Bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, informasi yang disampaikan mencakup metode
perhitungan bagi hasil untuk Produk Bank yang berupa penghimpunan dana, dan metode perhitungan margin keuntungan
serta perhitungan bagi hasil untuk Produk Bank yang berupa penyaluran dana.
f Jangka waktu berlakunya Produk Bank.
54
Informasi mengenai jangka waktu mencakup perpanjangan dan penghentian jangka waktu dan atau manfaat Produk Bank sebelum
jatuh tempo g
Penerbit issueroriginator Produk Bank. Informasi mengenai penerbit Produk Bank antara lain mencakup
keterangan mengenai siapa penerbitnya Bank atau lembaga keuangan bukan bank, hubungan hukum antara penerbit dengan
Bank dan Nasabah, serta hak dan kewajiban ma
sing-masing pihak.
Bank dilarang mencantumkan informasi dan atau karakteristik suatu produk bank pada posisi, bentuk yang sulit dilihat, dan sulit
dimengerti. Hal ini sidebutkan dalam pasal 7.
Bank
memberikan
informasi yang akurat dan sebenar- benarnya mengenai Produk Bank yang akan dimanfaatkan
Nasabah dengan memenuhi etika penyampaian informasi yang berlaku umum. Pemberian informasi dianggap menyesatkan
mislead apabila Bank memberikan informasi yang tidak sesuai dengan fakta, misalnya menyebutkan produk reksadana sebagai
deposito.
55
Pemberian informasi dianggap tidak etis misconduct antara lain apabila memberikan penilaian negatif terhadap
Produk Bank lain.
2 Peraturan Bank Indonesia Nomor: 1016PBI2008 Perubahan
PBI No. 919PBI2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpuanan Dana dan Penyaluran Dana
serta Pelayanan Jasa Bank Syariah
Perkembangan yang pesat di dunia bisnis dan keuangan telah mendorong berkembangnya inovasi transaksi-transaksi keuangan
syariah. Untuk mengantisipasi timbulnya risiko reputasi atas pesatnya perkembangan inovasi transaksi keuangan syariah tersebut diperlukan
kesesuaian dengan prinsip syariah secara istiqomah sebagaimana difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional. Untuk itu diperlukan
adanya penyesuaian dan penyempurnaan pengaturan yang berlaku terhadap pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah dalam rangka memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah.
Menyangkut pelaksanaan prinsip syariah pada produk penghimpunan, penyaluran dan pelayanan jasa bank syariah
ditegaskan dalam Pasal 2 ayat 2 yang berbunyi “Dalam melaksanakan jasa
perbankan melalui kegiatan penghimpunan dana, penyaluran
56
dana dan pelayanan jasa bank, Bank wajib memenuhi Prinsip Syariah”
kemudian pada ayat 3 di sebutkan “Pemenuhan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilaksanakan dengan
memenuhi ketentuan pokok hukum Islam antara lain prinsip keadilan dan keseimbangan ‘adl wa tawazun, kemaslahatan maslahah, dan
universalisme alamiyah serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan objek haram.”
Adapun bentuk-bentu produk yang ditawarkan bank syariah adalah:
a Dalam penghimpunan dana, dengan menggunakan antara lain akad
wadiah dan mudharabah.
b Dalam kegiatan penyaluran dana, bank dapat menggunakan akad
Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah, Ijarah muntahiya bitamlik, dan qord
c Sedangkan dalam pelayanan jasa dengan menggunakan akad
antara lain akad kafalah, hawalah, dan sharf. Berkaitan dengan penyelesaian sengketa antara Bank dan
Nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 1016PBI 2008 Pasal 4 “Dalam hal salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya
sebagaimana tertuang dalam Akad antara Bank dengan nasabah, atau jika terjadi sengketa antara Bank dengan nasabah, penyelesaian
dilakukan melalui musyawarah.” Islam lebih mengedepankan
57
musyawarah dalam penyelesaian setiap perselisihan yang timbul dalam suatu transaksi.
Namun tak jarang permasalahan tidak bisa selesai dengan musyawarah maka pada ayat 2 disebutkan “Dalam hal musyawarah
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak mencapai kesepakatan, maka penyelesaian sengketa dapat dilakukan antaralain melalui
mediasi termasuk mediasi perbankan sesuai peraturanperundang- undangan yang berlaku.”
Dan ayat 3 ditetapkan bahwa “Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak
mencapai kesepakatan, maka penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui mekanisme arbitrase syariah atau melalui lembaga peradilan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
BAB III GAMBARAN UMUM NATAMA HOTEL PADANGSIDIMPUAN DAN
PT. BANK SYARIAH MANDIRI
A. GAMBARAN UMUM NATAMA HOTEL PADANGSIDIMPUAN
1. Sejarah Perkembangan
Pada awal berdirinya, Hotel Natama hanyalah sebuah losmen dengan nama “Adian Natama” yang dimiliki oleh keluarga Almarhum M.F. Siregar.
Sejalan dengan perjalanan waktu, dan seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan pelayanan jasa penginapan serta keinginan
perusahaan untuk memberikan layanan kepada masayarakat luas akan jasa penginapan yang bersih, nyaman dan aman dengan lokasi yang sangat
strategis, maka losmen berkembang dan tumbuh menjadi sebuah hotel dengan nama “Natama Hotel”.
Kepemilikan hotel yang awalnya dimiliki oleh satu keluarga, berubah menjadi gabungan dari 3 tiga keluarga bersaudara, yaitu keluarga
Almarhum. M. F. Siregar, Keluarga Ibu B.O Surjaatmadja, dan keluarga Bapak Amri Lubis.
Hotel Natama membentuk sebuah Perseroan Terbatas PT dengan nama PT. Surya Natama yang berdiri pada tanggal 19 Agustus 2007 sesuai
dengan Akte Notaris No.233 dihadapan kandidat noktariat Betty Supartini, S.H. sebagai pengganti dari Notaris Ny Pubaningsih Adi Warsito, S.H.
58