Akan tetapi pihak nasabah tidak banyak mengajukan perubahan dalam klausul akad tersebut, mengenai harga barang, margin keuntungan, waktu
pelunasan, karena menganggap klausul akad yang diberikan pihak bank cukup standar, sehingga pihak nasabah tidak mengajukan perubahan terhadap klausul
tersebut. Hal ini menunjukkan adanya asas kerelaan masing-masing pihak,
sehingga tidak ada pihak yang merasa tertekan atau terpaksa dalam akad tersebut.
D. Analisis Isi Akad Murabahah
Di bawah ini, penulis menguraikan hasil analisis penulis dari Akad Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Mandiri yang merupakan faktor-faktor
penting dalam suatu akad, baik yang sesuai dengan Hukum Islam dan Peraturan Bank Indonesaia maupun yang memberatkan salah satu pihak:
1. Pengakuan Para Pihak untuk Saling Mengikatkan Diri
Terdapat pasal-pasal yang menyangkut hak dan kewajiban masing-masing pihak seperti pada pasal 2, 3, 4 dst, yaitu adanya pernyataan BANK berjanji
dan dengan ini mengikatkan diri begitu juga sebaliknya pengakuan dari Nasabah “NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri” adanya
pernyataan dari para pihak yang melakukan perikatan merupakan ijab dan kabul yang harus ada dalam suatu akad, karena merupakan salah satu rukun terpenting
dalam akad.
Sesuai dengan ketentuan hukum perikatan Islam, ijab kabul harus jelas dan dapat dipahami, bersesuaian antara keduanya, dan menunjukkan
keridhoan masing-masing pihak. Dengan adanya pernyataan demikian dari kedua belah pihak menunjukkan adanya ijab dan kabul.
2. Tujuan Akad
Suatu akad haruslah memilki tujuan yang jelas sebab tujuan akad merupakan salah satu rukun akad, tujuan akad tidak boleh bertentangan
dengan Syariah. Pada perikatan ini tujuan dari akad tersebut adalah untuk Investasi
Pembelian Hotel Natama Padangsidimpuan, sebagai mana disebutkan dalam akad Pasal 2 “Tujuan pembiayaan yang akan digunakan untuk Investasi
Pembelian Hotel Natama Padangsidimpuan”. Tidak adanya dalil yang melarang tujuan akan akad ini pada hukum
Islam, maupun pada undang-undang atau peraturan perbankan di Indonesia, sehingga tujuan akad ini sah secara hukum.
3. Prinsip Kehati-hatian
Berkaitan dengan prinsip kehati-hatian pada Bank Syariah, maka dalam penyaluran dananya Bank Syariah Mandiri pada akad ini berupaya
untuk tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dengan penuh pertimbangan, terlihat pada pasal 3 Penarikan Pembiayaan yang berbunyi “ menyerahkan
kepada BANK permohonan realisasi Pembiayaan yang berisi rincian barang yang akan dibiayai dengan fasilitas Pembiayaan, serta tanggal dan kepada
siapa Pembiayaan tersebut harus dilakukan. Surat Permohonan tersebut harus sudah diterima oleh BANK selambat-lambatnya 5 lima hari kerja
BANK dari saat pembayaran harus dilakukan. Artinya bank melakukan pencairan dana dengan proses yang teliti dan benar, sehingga dapat menjaga
sistim kehati-hatian yang telah diteteapkan. Kemudian masih pada Pasal 3 penarikan pembiyaan yang berbunyi “
Menyerahkan kepada BANK seluruh dokumen NASABAH termasuk dan tidak terbatas pada dokumen-dokumen jaminan yang berkaitan dengan akad ini”
hal demikian menunjukkan bahwa prosedur yang digunakan Bank dalam pencairan dana sesuai dengan ketentuan yang telah ada, dengan memberikan
seluruh dukumen yang berkaitan dengan akad tersebut, sehingga mengurangi
resiko penyalah gunaan dana oleh nasabah. 4.
Adanya Kemudahan dalam Pemenuhan Kewajiban
Dalam suatu akad yanng disepakati, seharunya kedua belah pihak saling memberikan kemudahan untuk pelaksanaan hak dan kewajiban masing-
masing sehingga salah satu pihak tidak merasa terbebani atau tertekan oleh pihak lain. Pada akad murabahah ini terlihat adanya kemudahan yang
diberikan pihak Bank kepada Natama Hotel Padangsidimpuan yauitu pada Pasal 4 Jangka Waktu dan Cara Pembayaran yaitu klausul “ Untuk Angsuran
Bulan 1 pertama sampai dengan angsuran bulan ke 3 tiga sebesar Rp. 50.000.0000,- lima puluh juta rupiah, sedangkan untuk angsurannya bulan
ke 4 empat sampai dengan angsuran ke 120 seratus dua puluh atau
terakhir akan dievaluasi kembali sesuai dengan “Jadwal Angsuran” yang ditetapkan dalam “Surat Sanggup” untuk membayar, dan lunas pada saat
jatuh tempo”. Dengan tidak ditetapkannya jumlah dan tanggal brapa pihak hotel harus membayar pada bulan ke 4 empat dan seterusnya secara sepihak
oleh bank, memberikan keringanan bagi pihak Natama Hotel untuk dapat menjalankan kewajibannya, hal ini dapat dilihat pada kalimat “untuk
angsurannya bulan ke 4 empat sampai dengan angsuran ke 120 seratus dua puluh atau terakhir akan dievaluasi kembali sesuai dengan “Jadwal
Angsuran” yang ditetapkan dalam “Surat Sanggup””. Dimana bank memberikan kemudahan bagi nasabah untuk mengajukan waktu yang ia
sanggupi untuk membayar cicilannya kepada Bank di dalam sebuah ”surat sanggup” hal ini sesuai dengan asas maslahat yang ada pada Hukum perikatan
Islam, dengan sama-sama membrikan iktikad baik dari kedua belah pihak.
5. Sanksi Tegas Terhadap Nasabah Mampu yang Menunda-nunda