4.2. Profil Informan 4.2.1. Sanih Korban Kekerasan Fisik, Psikis Dan Seksual Dari Majikannya
Selama Ia Bekerja Di Malaysia
Sanih adalah seorang mantan pembantu rumah tangga yang bekerja di Malaysia, ia berstatus seorang janda dengan memiliki seorang anak, Sanih berasal
dari suku Jawa, ia menikah dengan seorang laki-laki yang sukunya berbeda dengannya, suaminya berasal dari suku Batak. Setelah 5 tahun ia menikah, ia harus
menerima kenyataan bahwa ia harus berpisah dengan suaminya. Sanih yang hanya mengecam pendidikan sampai di bangku SMP.
Pada tahun pertama ditinggal oleh suaminya, Sanih menghidupi anaknya dengan bekerja pada sebuah toko pakaian di pajak Petisah. Ia bekerja mulai dari
pukul 09.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB, dan selama ia bekerja, anak semata wayangnya tinggal dirumah bersama dengan mertuanya. Setelah suaminya
meninggal, Sanih pun tinggal bersama dengan mertuanya. Sebelum melakukan aktivitasnya bekerja pada pagi hari, Sanih menyempatkan diri untuk mengurus
pekerjaan rumah terlebih dahulu. Ia memasak sarapan pagi untuk mertua dan anaknya, setelah menyiapkan sarapan lalu ia membereskan rumah dan membersihkan
rumah serta mencuci pakaian. Setelah semua pekerjaan rumah selesai dikerjakannya, maka Sanih pun mempersiapkan diri untuk berangkat bekerja di pajak Petisah.
Bekerja menjadi seorang penjaga toko pakaian yang dilakukan oleh Sanih, sebenarnya tidak mencukupi keperluan hidup sehari-harinya, di tambah lagi biaya
untuk keperluan sekolah anaknya. Dengan gaji Rp.600.000,-bulan yang di terima Sanih, ia pun harus membagi-bagi agar semua kebutuhan sehari-hari cukup.
Universitas Sumatera Utara
Hampir kurang lebih 2 tahun Sanih bekerja sebagai penjaga toko pakaian tersebut, pada saat memasuki tahun ketiga, salah seorang tetangga Sanih menawarkan
pekerjaan ke Luar Negeri. Pada awalnya, Sanih tidak tertarik untuk bekerja di Luar Negeri, karena Sanih tidak ingin meninggalkan anaknya, akan tetapi karena cerita
dari tetangganya itu bahwa setiap bulannya ia akan memerima gaji Rp.1.300.000,- membuat Sanih berfikir 2 kali. Setiap malam tetangga Sanih tersebut datang dan
menanyakan apakah Sanih tertarik untuk ikut bersama dengannya bekerja di Luar Negeri.
Sanih tertarik untuk bekerja di luar negeri. Ia ditemani tetangganya pun mengurus segala keperluan untuk berangkat ke Malaysia yang merupakan negara
tempat Sanih akan bekerja. Selama bekerja di Malaysia Sanih kerap kali mendapat siksaan dari majikan
perempuannya jika melakukan kesalahan. Kekerasan yang dialami Sanih seperti pemukulan yang dilakukan majikannya dengan gagang sapu jika menyapu tidak
bersih, menendang badan Sanih, jika Sanih tidak bersih mengepel lantai karena Sanih harus mengepel lantai menggunakan kain lap biasa. Jika masakan tidak enak, maka
masakan yang baru saja dihangatkan dilemparkan ke wajah Sanih. Kekerasan yang Sanih alami setiap minggunya hampir setiap hari, atau 5 kali dalam seminggu.
Sebenarnya Sanih tidak tahan menjalani pekerjaan di Malaysia tersebut, akan tetapi pihak yayasan tidak ingin Sanih berhenti bekerja karena Sanih telah
menandatangani kontrak kerja selama 2 tahun. Jika Sanih juga memaksa ingin berhenti bekerja maka Sanih akan dikenakan biaya ganti rugi pada pihak yayasan.
Universitas Sumatera Utara
Maka dengan berat hati Sanih tetap bekerja dan menahan penyiksaan dari majikannya. Memasuki tahun kedua ia bekerja, Sanih mengalami tindak kekerasan
seksual yang dilakukan oleh majikan laki-lakinya ketika majikan perempuannya tidak ada di rumah. Sanih dipaksa melayani nafsu bejat dari majkannya tersebut. Awalnya
Sanih meronta dan melawan majikannya, akan tetapi majikannya mengancam dan mengatakan tidak akan membayar gaji Sanih selama 2 tahun ini, karena menurut
perjanjian kontrak kerja, gaji Sanih akan di terimanya pada saat kontrak kerja berakhir.
“Aku gak tau mau buat apa lagi, dari pada gajiku gak dibayar, aku tahan- tahankan ajalah. Waktu itu udah mau habis kontrak kerjaku. Jijik kali ku rasa
kalau aku ingat kejadian waktu aku kerja di Malaysia, macem bukan oranglah aku di buat. Aku merasa kotor, malu kali kalau ada orang yang tau aku pernah
diperkosa sama majikanku.” Sumber Penelitian Lapangan, Agustus 2008
Begitulah penuturan Sanih, ia merasa malu dan berbeda dengan orang lain yang berada di sekitarnya. Ia tidak ingin kembali bekerja di Malaysia. Dengan uang
hasil kerjanya selama 2 tahun di Malaysia, Sanih pun membuka kios jajanan dan rokok di depan rumahnya. Kini Sanih kembali ke Indonesia. Berkumpul dengan anak
dan keluarganya. Mencoba melupakan pengalaman pahit selama bekerja di Malaysia. Dan berjuang untuk bisa membiayai hidup anaknya tanpa harus mengalami tindak
kekerasan.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Sri Hartati, Korban Kekerasan Fisik Dan Penyisaksaan Oleh Majikannya.
Sri Hartati, perempuan separuh baya ini berusia 35 tahun. Sri adalah sapaan sehari-hari untuknnya. Usianya dikatakan telah berumur. Akan tetapi, Sri belum
memiliki pendamping hidup. Bekerja di Malaysia diketahui Sri dari media cetak yaitu koran. Di dalam isi
iklan koran tersebut menyatakan bahwa ada lowongan kerja di Malaysia dengan upahgaji yang besar
Sri memiliki keterampilan menjahit, sebelum Sri memutuskan untuk bekerja di Malaysia. Didalam kesehariannya, Sri hanya menerima jahitan. Akan tetapi hasil
pendapatan dari menerima jahitan tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Sri ingin membahagiakan kedua orangtuanya, ia ingin kedua orangtuanya menunaikan
ibadah haji. Maka keinginan untuk bekerja di Malaysia sangat kuat. Kemudian Sri mencoba membuat lamaran kerja dan mendatangai alamat yang ada di surat kabar
tersebut. Kemudian selama 1 bulan lebih Sri dilatih oleh pihak PJTKI, ia memiliki
sedikit bekal untuk bekerja di Malaysia. Pada awal Mei 2004, Sri pun berangakat ke Malaysia untuk bekerja sebagai pembantu rumahtangga.
Majikan Sri adalah seorang pengusaha, yang berasal dari etnis Melayu campur Cina. Sri bekerja dari pukul 05.00 pagi, menyiapkan sarapan pagi. Membereskan
Universitas Sumatera Utara
rumah, mengepel, mencuci, memasak, menyetrika, semua pekerjaanya dilakukannya dengan baik.
Pada minggu ke 3, majikan Sri sudah mulai melakukan tindakan kekerasan , pada saat Sri lupa menutup gelas minuman majakinnya, majikannya marah dan
menarik rambutnya, dan hal yang paling fatal adalah ketika Sri tidak sengaja menghanguskan pakaian majikannya. Saat itu Sri sedang menyetrika pakaian. Karena
terkejut mendengar panggilan dari majikannya, ia pun segera mendatangi majikannya dan meninggalkan baju yang sedang disetrikanya, akibatnya baju majikannya hangus.
Majikan Sri marah-marah dan melakukan tindak kekerasan dengan cara menyetrika bagian anggota tubuh Sri yaitu pipi kirinya.
Selama 2 tahun Sri bekerja, ia kerap kali mendapat perlakukan yang tidak baik dari majikannya. Akan tetapi semuanya itu tidak dihiraukannya, demi cita-citanya
untuk membahagiakan kedua orangtuanya Setelah masa kontrak kerja Sri habis, ia pun kembali ke kota Medan dan
memutuskan untuk tidak kembali lagi bekerja di Malaysia. Angan dan impian Sri untuk membiayai kedua orangtuanya menunaikan ibadah haji pun sirna. Akan tetapi
hal ini tidak membuat Sri putus asa, ia pun kembali melanjutkan aktivitas yang telah 2 tahun ditinggalkannya, yaitu sebagai penjahit pakaian.
Akibat dari tindak kekerasan yang dialaminya itu Sri malu keluar rumah, Sri tidak berani menjalin hubungan dengan seorang pria karena merasa rendah diri dan
tidak ada pria yang mau mendekatinya. Sri malu untuk keluar rumah karena luka
Universitas Sumatera Utara
bakar akibat tindak kekerasan yang dilakukan oleh majikannya meninggalkan bekas di pipinya.
4.2.3. Farida Korban Tindak Kekerasan PsikisMental, Kekerasan Fisik, Kekerasan Seksual.
Farida adalah gadis jawa yang masih berusia 21 tahun, Farida memiliki wajah yang cukup manis. Setelah tamat SLTP, Ida begitu sapaannya tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena Ida memiliki 4 orang adik yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Dengan bermodalkan ijazah SLTP, Ida pun
berusaha untuk mencari pekerjaan, akan tetapi usahanya sia-sia. Karena tidak ada lowongan kerja yang menerima ijazah SLTP.
Untuk membantu perekonomian keluarganya, maka Ida mau bekerja apa saja. Ida pernah bekerja disalah satu rumah makan Padang di Kota Medan. Ida bekerja
sebagai pelayan di rumah makan tersebut. Ida termasuk orang yang ulet dalam menekuni pekerjaannya.
Pada saat Ida bekerja, ada salah seorang pelanggan rumah makan tersebut menawarkan Ida pekerjaan yang dapat menghasilkan uang yang lebih banyak. Dari
keterangan pelanggan itu bahwa pekerjaan yang akan dilakukan Ida juga tidak jauh berbeda dengan pekerjaan yang dilakukannya sekarang. Orang itu berkata bahwa ia
merupakan salah satu agen Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia yang resmi. Beliau meyakinkan Ida bahwa gaji yang akan didapatkan Ida dengan bekerja di luar negeri
Universitas Sumatera Utara
besarnya 5 kali lipat dari gaji yang didapatnya dengan bekerja di rurmah makan Padang tersebut.
Ida sangat tertarik dengan penjelasan agen Penyalur Jasa Tenaga Kerja tersebut. Maka dengan antusiasnya Ida pun langsung menyatakan niatnya bahwa Ia
ingin bekerja di luar negeri. Maka agen tersebut pun mengatakan kepada Ida bahwa ia harus menyediakan uang sebanyak 3,5 juta rupiah untuk biaya keberangkatan.
Demi angan dan impiannya membantu kedua orangtuanya dan membantu perekonomian keluarganya, maka Ida pun mengatakan niatnya kepada kedua
orangtuanya untuk bekerja di Malaysia. Orangtua Ida tidak memberi izin. Mereka tidak ingin anak gadisnya jauh bekerja sampai ke Malaysia. Akan tetapi Ida berusaha
meyakinkan kedua orangtuanya. Akhirnya kedua orang tua Ida pun memberi izin kepadanya. Setelah mendapatkan izin dari kedua orangtuanya, maka Ida mendatangi
agen Penyalut Jasa Tenaga Kerja tersebut, dan menanyakan apa saja yang harus dipersiapkannya. Pihak Agen tersebut menjelelaskan bahwa Ida cukup menyediakan
uang sebesar 3,5 juta rupiah untuk biaya keberangkatan, mendapatkan izin dari keluarga dan menandatangani kontrak kerja selama 2 tahun di Malaysia.
Semua persyaratan yang di katakan agen tersebut telah di penuhi Ida. Maka pada awal tahun 2000, Ida berangkat ke Malaysia dengan segala angan dan cita-cita
ingin membantu keluarganya. Sesampainya Ida di Malaysia, ia dipekerjakan pada seorang majikan
katurunanan etnis China. Pekerjaan yang dilakukan Ida merupakan pekerjaan rumah tangga, tidak jauh berbeda dengan pekerjaan sebelum yang di lakukannya di kota
Universitas Sumatera Utara
Medan Indonesia. Ida melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati. Apa yang diperintah oleh majikannya dikerjakan Ida dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi
memasuki enam 6 bulan Ida bekerja, ia mulai mendapat perlakuan yang kurang baik dari majikannya tersebut. Ida kerap mendapat tindak kekerasan dari majikannya yang
berupa tindak kekersan fisik, psikis dan kekerasan seksual. Kekerasan fisik yang dialaminya berupa tendangan, jambakan dan siraman
dari air bekas minuman majikannya. Sedikit saja Ida lalai atau tidak capat menyelesaikan pekerjaannya, maka majikannya tersebut dengan geramnya
melakukan tindak kekerasan terhadapnya. Tidak ada yang dapat diperbuatnya. Ida hanya bisa diam dan menahan semua perlakuan majikannya tersebut. Ida juga
mendapat makanan sisa dari majikannya, ia tidak boleh makan sebelum majikannya tersebut makan, dan semua makanan yang ada didalam rumah tersebut di simpan
didalam lemari tersendiri dan dikunci oleh majikannya. Pada awal tahun 2001, Ida memberanikan diri meminta gajinya kepada
majikannya, dengan alasan ia ingin mengirim gajinya itu ke Medan. Majikannya itu marah-marah dan menyiram Ida dengan kopi panas. Ida menjerit menahan panas air
kopi yang mengenai lengan tangan kirinya. Majikannya tetap tidak memberikan gajinya. Majikannya berkata bahwa gajinya akan diterimanya pada saat habis masa
kontrak dan masa itu adalah sekitar satu tahun lagi. Dengan hati yang sedih Ida hanya dapat diam dan diam saja. Niat Ida ingin mengirimkan hasil kerjanya selama satu
tahun ini kepada orangtuanya tidak dapat dipenuhinya.
Universitas Sumatera Utara
Bukan hanya kekerasan fisik saja yang didapatkan Ida, tetapi tindak kekerasan psikis pun didapatinya. Kerapkali Ida dibentak-bentak dengan suara yang kuat,
bahkan majikan laki-laki Ida pun pernah melakukan pelecehan seksual kepadanya saat itu Ida sedang membersihkan kamar majikannya. Ia menyapu mengepel kamar
majikannya tersebut dengan hati-hati. Ida tidak ingin melakukan kesalahan dalam pekerjaannya ini, karena jika ia melakukan kesalahan pekerjaan di dalam kamar
majikannya itu, maka majikannya itu pasti akan marah besar. Ida terkejut, pada saat ia merapikan tempat tidur dan meja rias majikannya, keluarlah majikan laki-lakinya
dari dalam kamar mandi. “Spontan aku terkejut” ujar Ida bercerita. Ida tidak tahu kalau majikannya itu masih ada didalam kamar, karena setiap harinya pada jam itu
majikannya telah berangakat bekerja. Majikannya bekerja pada satu Instansi Pemerintahan di Malaysia. Ida canggung dan segera beranjak keluar kamar
majikannya itu. Akan tetapi majikannya memanggilnya dan melakukan suatu perintah kepadanya. Ida tidak dapat berbuat apa-apa. Jika ia membantah dan tidak
mendatangai majikannya itu pasti bahaya besar yang akan didapatnya. Ida pun masuk dan mendatangi majikannya yang masih berada di dalam kamar. Majikan Ida
menyuruhnya untuk memijat badannya. Awalnya Ida menolak, akan tetapi majikannya memaksa dan mengancam. Dengan perasaan takut dan cemas maka Ida
pun memijat majikannya. Dengan sangat hati-hati Ida memijat badan majikannya. Akan tetapi tiba-tiba majikannya bangkit dan menarik Ida. Ia dipaksa untuk melayani
nafsu bejat majikannya. Ida meronta dan melakukan perlawanan. Tenaga Ida tidak sebanding dengan tenaga majikannya yang berbadan empat kali lebih besar darinya.
Ida pun akhirnya di perkosa majikan laki-lakinya. Majikannya itu pun mengancam
Universitas Sumatera Utara
Ida jangan pernah menceritakan hal ini kepada siapapun apalagi kepada istri majikannya. Jika Ida menceritakan kejadian ini kepada orang lain, maka Ida diancam
akan dikurung, dan tidak akan pernah menerima gaji kerjanya. Semenjak kejadian itu, Ida berubah menjadi lebih banyak diam. Terbersit
penyesalannya mengapa dulu ia tidak mengikuti kata-kata orangtua yang melarangnya untuk bekerja jauh di Malaysia.
Hari-hari dilalui Ida dengan hati yang pasrah, ia pun bekerja sebagaimana biasanya. Tiap malam Ida selalu berdoa dan berharap matahari segera muncul
mengganti hari. Ingin Ida cepat-cepat menyelesaikan kontrak kerjanya dan kembali ke Medan berkumpul dengan keluarganya.
Akhir Desember 2002, Ida kembali pulang ke kota Medan, dengan membawa uang hasil bekerjanya dan pengalaman pahit yang didapatnya selama ia bekerja di
Malaysia. Ida sangat senang ia dapat berkumpul kembali bersama dengan ayah, ibu dan adik-adiknya.
Semua pengalaman pahit yang didapatnya selama ia bekerja di Malaysia ia pendam sendiri. Tidak ada satu anggota keluargapun yang mengetahui bahwa
sebenarnya Ida kerap mendapat tindak kekerasan dari majikannya. Walaupun pernah ibu Ida menanyakan mengapa tangan kanan Ida ada kulit merah seperti bekas luka
bakar, dengan tersenyum Ida selalu menjawab bahwa tangannya kena minyak panas waktu bekerja di Malaysia, padahal itu salah satu cacat fisik yang didapat Ida dari
majikannya yang menyiram Ida dengan kopi panas.
Universitas Sumatera Utara
Kini Ida telah menikah. Pada tahun 2006, Ida di lamar oleh salah seorang pemuda yamg bekerja sebagai supir angkot. Ida pun kini hidup bahagia dengan
suaminya. Dan melupakan penagalamn pahitnya itu. Ia tidak ingin kembali bekerja di Malaysia.
“Lebih baik aku jadi babu di kota sendiri, daripada di Malaysia dianggap seperti bukan manusia” ujar Ida Sumber Penelitian Lapangan, Agustus,
2008
4.2.4. Ibu Nining Mertua dari Sanih
Ibu Nining adalah seorang nenek yang cukup sehat. Dengan usianya yang telah mencapai lebih dari setengah abad, masih dapat melakukan aktivitas keseharian
dirumahnya. Ibu Nining merupakan ibu dari almarhum suami Sanih. Ibu Nining sudah menganggap Sanih seperti anak kandungnya sendiri, walaupun pada dasarnya
Sanih hanyalah seorang menantu. Ibu Nining sangat menyayangi cucunya, yang merupakan anak dari Sanih. Ibu
Nining bercerita bahwa Sanih adalah seorang janda dari anak laki-lakinya yang telah meninggal dunia. Saat inI mereka tinggal bertiga disebuah rumah sederhana di kota
Medan. Dahulu sebelum Sanih berangkat kerja ke Malaysia, Sanih pernah bekerja di
pajak Petisah, begitu penjelasan dari ibi Nining. Setelah suami Sanih meninggal dunia, maka untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari tidak cukup hanya
dengan gaji pensiun Veteran yang diterima oleh ibu Nining. Sehingga untuk
Universitas Sumatera Utara
memenuhi kebutuhan biaya hidup mereka sehari-hari Sanih pun bekerja sebagai penjaga toko pakaian di pajak Petisah.
“Sanih itu perempuan yang rajin, dia ligat kerja, rapi lagi, waktu Sanih minta izin mau bekerja di luar negeri sebenarnya saya gak kasih” penuturan ibu
Nining. Sumber Penelitian Lapangan, Agustus 2008
Akan tetapi Sanih memiliki cita-cita ingin membahagiakan ibu mertua dan anaknya. Karena sewaktu ia bekerja di pajak Petisah, gajinya tidak bisa ditabung.
Hanya cukup untuk keperluan biaya hidup sehari-hari. Sanih mengurus segala perlengkapannya untuk bekerja di Malaysia. Ibu tidak
tahu pasti dimana alamat tempat Sanih bekerja yang ibu Nining tahu adalah bahwa Sanih bekerja di Malaysia. Dan informasi yang didapat Sanih mengenai adanya
pekerjaan di Malaysia didapatnya dari tetangga yang memiki rumah berdekatan dengan tempat tinggal mereka.
Selama bekerja di Malaysia Sanih tidak pernah memberi kabar, apalagi mengirim uang. Ibu Nining sangat cemas dengan keberadaan menantunya tersebut.
Tetapi ibu Nining percaya kalau Sanih pasti akan pulang kembali ke Medan. Sekarang Sanih telah kembali ke Medan dan berkumpul bersama dengan anak
dan ibu mertuanya yaitu ibu Nining. Sanih kini berubah menjadi lebih pendiam, sering melamun dan selalu curiga terhadap orang yang baru saja dikenalnya. Padahal
menurut ibi Nining Sanih dulu adalah seorang yang ramah dan periang. Kini Sanih membuka kios jajanan dan rokok di depan rumah.
Universitas Sumatera Utara
4.2.5. Bapak Agus dan Ibu Nur Orangtua Sri
Bapak Agus adalah orangtua Sri. Beliau berkulit hitam dan berpostur tubuh kurus. Kini bapak Agus sedang menderita penyakit Diabetes Mellitus. Sewaktu masih
sehat, bapak Agus bekerja sebagai supir angkot. Ibu Nur adalah ibu Sri. Ibu Nur tergolong sosok wanita yang cukup kuat.
Walaupun usianya sudah tua tetapi ibu Nur masih dapat melakukan pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan bagi kehidupan sehari-hari mereka. Ibu Nur membuka
warung khusus untuk sarapan pagi. Karena pada siang harinya ibi Nur membantu Sri menjahit.
Menurut kedua orangtua Sri, Sri adalah anak yang cukup manis, akan tetapi sampai saat ini Sri yang telah berumur mencapai kepala tiga belum memiliki
pendamping hidup. Sri anaknya pendiam, namun ramah dan sangat perhatian kepada kedua
orangtuanya. Ibu Nur bercerita bahwa sebelum bekerja di Malaysia, Sri adalah seorang penjahit pakaian. Akan tetapi jahitan yang diterima Sri tidak banyak. Hanya
pada bulan-bulan tertentu Sri menerima banyak jahitan. Informasi yang didapat Sri mengenai adanya pekerjaan di Malaysia didapat
Sri dari koran. Orangtua Sri memberi izin untuk Sri bekerja di Malaysia. Dengan harapan mudah-mudahan anak mereka menemukan jodoh disana.
Universitas Sumatera Utara
Selama bekerja di Malaysia Sri tidak pernah memberi kabar kepada kami di Medan, begitu penuturan dari dari kedua orangtua Sri. Mereka tahu bahwa Sri bekerja
sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia. Setelah dua tahun berada di Malaysia, Sri kembali pulang ke kota Medan. Sri
juga bercerita bahwa selama bekerja di Malaysia majikannya sangat kejam dan kasar. Luka bakar yang ada dipipi Sri merupakan bukti bahwa Sri mengalami tindak
kekerasan. Kini akibat yang ada Sri menjadi lebih banyak diam didalam rumah, jarang bergaul dengan tetangga-tetangga yang berada di dekat rumah mereka. Sri
memilih untuk lebih banyak diam dirumah dan menunggu jahitan dari orang.
4.2.6. Sulastri Adik Farida
Sulastri adalah gadis berusia 20 tahun. Wajahnya cukup manis. Lastri adalah sapaannya. Kini Lastri telah menyelesaikan pendidikannya dari bangku SMU. Lastri
adalah adik kandung Farida. Keluarga Ida adalah keluarga besar. Ida anak pertama dari lima bersaudara.
Lastri menuturkan bahwa Ida adalah kakak yang sangat perhatian dan sangat sayang kepada keluarga.
Ida sangat membantu perekonomian pada keluarga mereka. Lastri mengatakan bahwa sebelum kakaknya Ida bekerja di Malaysia pernah bekerja sebagai pelayan di
rumah makan Padang guna untuk membantu biaya sekolah adik-adiknya.
Universitas Sumatera Utara
Lastri mengatakan bahwa sewaktu kakaknya Ida bekerja di Malaysia tidak pernah mengirimkan kabar. Menulis surat atau mengirim uang selama dua tahun di Malaysia
tidak pernah ada. Kini kak Ida telah kembali ke Medan dan telah menikah. Tetapi dahulu
sebelum Ida menikah, Ida menjadi pribadi yang tetutup dan tidak gampang percaya dengan orang lain.
Keluarga tidak ada yang tahu bahwa selama kakak Ida bekerja di Malaysia mendapat tindak kekerasan dari majikan. Setelah menikahlah kak Ida bercerita
kepada kami bahwa sewaktu ia bekerja di Malaysia kerap mendapat siksaan dari majikannya.
4.3. Interpretasi Data Penelitian 4.3.1. Kekerasan Terhadap Perempuan