Pengaturan dalam KUHP dan KUHAP

Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 BAB II PENGATURAN CONTEMPT OF COURT DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA

A. Pengaturan dalam KUHP dan KUHAP

Di lapangan hukum pidana Indonesia dikenal adanya kitab undang-undang hukum pidana KUHP yang berfungsi sebagai ketentuan materil. Sedangkan, dalam pelaksaanya Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 di dasarkan kepada ketentuan yang tekandung dalam kitab hukum acara pidana KUHAP . Kitab undang-undang hukum pidana KUHP merupakan induk dari kitab hukum pidana yang hingga kini tetap berlaku sebagai hukum positif di Indonesia. KUHP yang berlaku sekarang di Indonesia lahir pada zaman zietgeist liberalos individual dan rasionalisme abad ke-19 di Eropa. Dari wujud aslinya, Wetboek Van Straftrechts, mulai berlaku di Belanda pada tahun 1886, kemudian tanggal 15 oktober 1915 lewat titah Raja belanda diusulkan diberlakukan di Indonesia. Di Indonesia dikenal dengan nama Wetboek Van Straftrechts Voor Netherlandesch Indie. Dalam kaitanya dengan tindakan pelecehan terhadap peradilan contempt of court , maka kita harus melihat sejarah daripada contempt of court. Dalam sejarahnya, contempt of court prana hukum muncul dari negara common law yang kebanyakan menganut adversary system, yaitu sistem hukum dimana dalam pemeriksaan pemeriksaan dipersidangan hakim lebih bersifat pasif atau dapat diibaratkan hakim hanya sebagai wasit saja. Sistem ini lebih bertumpu kepada kemampuan para pihak dalam memperjuangkan kepentingan masing-masing. Konsekuensi dari sistem ini adalah terbatasnya kekuasaan hakim dalam ruang persidangan. Untuk mengimbangi hal inilah, maka negara yang menganut adversary system mengatur contempt of court dalam suatu perturan perundang- undangan. Sedangkan kebanyakan negara Civil Law termasuk Indonesia menganut sistem inquisitorial system non adversary sytem dimana dalm proses peradilan penemuan fakta, kesalahan, hukum dan hukuman merupakan pendelegasian wewenang saja. Sehingga dalam persidangan, hakim adalah pemeimpin dan menjaga tata tertib persidangan. Oleh sebab itu Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 segala sesuatu yang terjadi di dalam persidangan harus dengan seizin hakim. Kekuasaan hakim yang besar ini diberikan melalui kitabundang-undang hukum pidana KUHP dan hukum acaranya KUHAP . Padmo Wahjono berpendapat bahwa di Indonesia perlindunagn terhadap pengadilan sehingga dapat mencegah preventif dan menghukum represif setiap usaha untuk mencemarkan nama baik berupa gangguan, hambatan, tantangan maupun ancaman sudah ada pengaturannya, yaitu dalam KUHP dan KUHAP 22 Dalam ketentuan pasal yang terdapat di KUHP dan KUHAP ada beberapa perbuatan yang dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan Contempt of Court. Adapun ketentuan pasal tersebut adalah . 23 1. Ketentuan dalam KUHP :  Pasal 207 : lisan atau tulisan menghina suatu penguasa atau badan hukum yang ada di Indonesia  Pasal 208 : menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum suatu tulisan atau lukisan yang memuat penghinaan terhadap suatu penguasa atau badan umum  Paal 209 : memberi atau menjanjikan sesuatau kepada seseorang pejabat dengan maksud menggerakkannya untuk berbuat atau tidak 22 Padmo wahjono 1986. Contempt of Court dalam Peradilan di Indonesia, Hukum dan Pembangunan, hal.336. 23 Andi Hamzah dan Bambang Waluyo, Loc.cit.,hal.186. Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 berbuat esuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajubannya  Pasal 210 : memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim, penasihat atau adviseur  Pasal 211 : memaksa seorang pejabat untuk melakukan perbuatan jabatan atau untuk tidak melakukan perbuatan jabatan yang sah  Pasal 212 : melawan sorang pejabat yang seang menjalankan tugas yang sah  Pasal 216 : tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu  Pasal 217 : menimbulkan kegaduhan dalam ruang persidangan 2. Ketentuan dalam KUHAP  Pasal 217 1. Hakim ketua sidang yang memimpin pemeriksaan dan memelihara tata tertib persidangan 2. Segala sesuatu yang diperintahkan oleh hakim ketua sidang untuk memelihara tata tertib di persidangan wajib dilaksanakan dengan segera dan cermat  Pasal 218 1. Dalam ruang persidangan siapa pun wajib menunjukkan sikap hormat kepada pengadilan Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 2. Siapa pun yang di sidang pengadilan bersikap tidak sesuai dengan martabat pengadilan dan tidak menaati tata tertib setelah mendapat peringatan dari hakim ketua sidang tas perintahnya yang bersangkuatan dikeluarkan dari ruang sidang 3. Dalam hal pelanggaran tata tertib sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 bersifat suatu tindak pidana, tidak menutup kemugkinan dilakukan penuntutan terhadap pelakunya

B. Pengaturan di luar KUHP dan KUHAP