Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
BAB IV PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAKAN
PELECEHAN TERHADAP PERADILAN CONTEMPT OF COURT
A. Ruang lingkup penegakan hukum
Untuk sedikit memperluas cakrawala, akan lebih baik pembicaraan mengenai penegakan hukum atau menegakkan hukum law enforcement didahului dengan tinjauan
bersama terhadap fungsi membuat hukum law making , dan fungsi menjalankan hukum atau melaksanakan hukum law applying . Dalam kenyataan, fungsi membuat,
menjalankan, dan melaksanakan hukum berjalan tumpang tindih overlapping . Bahkan yang satu merupakan fungsi dari yang lain
26
26
Bagir Manan. Op.Cit.,hal.29
.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Hukum dibuat tetapi tidak dijalankan tidak akan berarti. Demikian pula sebaliknya. Tidak ada hukum yang dapat dijalankan kalau hukumnya tidak ada. Agar
hukum dapat dijalankan, atau ditegakkan harus terlebih dahulu ada hukum.Penegakan hukum adalah sebagai tindakan menerapkan perangkat sarana hukum tertentu untuk
memaksakan sanksi hukum guna menjamin pentaatan terhadap ketentuan yang ditetapkan tersebut. Secara konsepsional, inti dan dari penegakan hukum terletak pada kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaedah-kaedah yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk
mencipta, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
B. Penyelenggaraan penegakan hukum
Pada prinsipnya penegakan hukum bukanlah merupakan fungsi dari peradilan saja, apalagi fungsi dan proses di pengadilan saja. Secara keseluruhan, semestinya wajah
penegakan hukum tidak hanya diukur dari wajah peradilan, tetapi pada seluruh fungsi dan lembaga penegakan hukum. Selain pengadilan yang dianggap paling penting dan
menentukan, sangatlah perlu untuk juga mengamati lembaga-lembaga penegak hukum di dalam dan di luar proses peradilan di samping pengadilan.
Demikian pula halnya terhadap proses peradilan. Akan lebih baik dan sempurna kalau pengamatan proses peradilan tidak hanya sekedar ditujukan terhadap proses
peradilan. Proses di pengadilan sebagai perjalanaan akhir penegakan hukum memang penting, tetapi harus dilihat secara integral bersama-sama komponen atau unsur peradilan
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
lainnya yaitu kepolisian, kejaksaan, advokat, bahkan masyarakat atau individu pencari keadilan. Sudah lama dibicarakan mengenai integrated judicial system atau integrated
criminal juctice system
27
C. Penanganan tindakan pelecehan terhadap peradilan
. Selain belum ada bentuk-bentuk dan tatanan mewujudkannya, dalam berbagai wacana kita sering terlepas dari konsep tersebut.
Sistem peradilan pidana criminal justice system adalah sistem dalam suatu masyarakat untuk menaggulangi masalah kejahatan. Sistem peradilan pidana mempunyai
komponen, yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan yang diharapkan dapat bekerja secara integratif sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing
dalam mekanisme peradilan pidana. Peranan aparat penegak hukum sangat besar dalam upaya penanganan terjadinya tindakan pelecehan terhadap peradilan contempt of court .
Sistem Peradilan Pidana adalah sistem dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi kejahatan, dengan tujuan :
1. Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan; 2. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa
keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana; 3. Mengusahakan mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi
kejahatannya
28
Dalam sistem peradilan pidana pelaksanaan dan penyelenggaan penegakan hukum pidana melibatkan badan-badan yang masing-masing memiliki fungsi sendiri-sendiri.
.
27
Ibid.,hal.35
28
Mardjono Reksodiputro 1994 . Sistem Peradilan Pidana Indonesia, dalam HAM dan SPP. Jakarta:
Pusat Keadilan dan Pengabdian Hukum, hal. 84.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Badan-badan tersebut yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan. Dalam kerangka kerja sitematik ini tindakan badan yang satu akan
berpengaruh pada badan yang lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut, Sudarto mengatakan: Instansi-instansi tersebut
masing-masing menetapkan hukum dalam bidang dan wewenangnya. Pandangan penyelenggaran tata hukum pidana demikian itu disebut model kemudi stuur model. Jadi
kalau polisi misalnya hanya memberi marah pada orang yang melanggar peraturan lalu lintas dan tidak membuat proses verbal dan meneruskan perkaranya ke Kejaksaan, itu
sebenarnya merupakan suatu keputusan penetapan hukum. Demikian pula keputusan Kejaksaan untuk menuntut atau tidak menuntut seseorang dimuka pengadilan. Ini semua
adalah bagian-bagian dari kegiatan dalam rangka penegakan hukum, atau dalam suasana kriminologi disebut “crime control” suatu prinsip dalam penanggulangan kejahatan ini
ialah bahwa tindakan-tindakan itu harus sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
29
29
Sudarto 1981 . Kapita Selekta Hukum Pidana.Bandung: Alumni, hal.121.
. Sistem peradilan pidana merupakan suatu jaringan network peradilan yang
menggunakan hukum pidana sebagai sarana utamanya, baik hukum pidana materil, hukum pidana formil maupun hukum pelaksanaan pidana. Namun demikian kelembagaan
substansial ini harus dilihat dalam kerangka atau konteks sosial. Sifatnya yang terlalu formal apabila dilandasi hanya untuk kepentingan kepastian hukum saja akan membawa
bencana berupa ketidakadilan.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dengan demikian demi apa yang dikatakan sebagai precise justice, maka ukuran- ukuran yang bersifat materiil, yang nyata-nyata dilandasi oleh asas-asas keadilan yang
bersifat umum benar-benar harus diperhatikan dalam penegakan hukum. Keselarasan dan keterkaitan antara sub sistem yang satu dengan yang lainnya
merupakan mata rantai dalam satu kesatuan. Setiap masalah dalam salah satu sub sistem, akan menimbulkan dampak pada subsistem-subsistem yang lainnya. Demikian pula reaksi
yang timbul sebagai akibat kesalahan pada salah satu sub sistim akan menimbulkan dampak kembali pada sub sistem lainnya. Keterpaduan antara subsistem itu dapat diperoleh bila
masing-masing subsistem menjadikan kebijakan kriminal sebagai pedoman kerjanya. Oleh karena itu komponen-komponen sistem peradilan pidana, tidak boleh bekerja tanpa
diarahkan oleh kebijakan kriminal. Komponen sistem peradilan pidana sebagai salah satu pendukung atau instrumen
dari suatu kebijakan kriminal, termasuk pembuat undang-undang. Olehkarena peran pembuat undang-undang sangat menentukan dalam politik kriminal criminal policy yaitu
menentukan arah kebijakan hukum pidana dan hukum pelaksanaan pidana yang hendak ditempuh dan sekaligus menjadi tujuan dari penegakan hukum
30
1. Penanganan Oleh Aparat Kepolisian
.
30
Muladi 1995 . Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana. Semarang: Badan Penerbit UNDIP Semarang,
hal. 16.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Pihak kepolisian sebagai pengayom masyarakat sangat berperan penting dalam melakukan penertiban terhadap bebagai tindakan pelecehan terhadap peradilan
31
. Kepolisian sebagai ujung tombak dalam penegakan hukum harus dapat bergerak cepat dan
tanggap terhadap berbagai tindak pidana yang terjadi di wilayahnya karena tugas utama kepolisian adalah untuk menjaga keamanan dan ketentraman masyarakat
32
2. Penanganan Oleh Aparat Kejaksaan
. Polisi mempunyai peran penting dalam hal melakukan penyelidikan terhadap tindakan pelecehan
terhadap peradilan contempt of cour .
Lembaga kejaksaan dalam sitem peradilan pidana yang terpadu merupakan salah satu subsistem. Undang-undang terakhir yang mengtur tentang Kejaksaan adalah UU. No.5
Tahun 1991. dalam UU No. 5 Tahun 1991, diatur mengenai bagaimana lembaga kejaksaan dalam memerankan dirinya menjadi salah satu subsistem dari sistem peradilan pidana di
Indonesia. Kejaksaan merupakan lembaga pemerintah yang bertugas dalam melakukan penuntutan
33
3. Penanganan Oleh Aparat Peradilan
. Dalam kaitannya dengan tindakan pelecehan terhadap peradilan Contempt of Court jaksa berperan dalam melakukan penuntutan di depan pengadilan.
a. Kinerja Peradilan dalam Menangani Tindakan Pelecehan Terhadap Peradilan Contempt of Court
31
Pasal 2 UU. No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI
32
Irwan Suwarto 2003 . Polri dan Dinamika Ketatanegaraan Indonesia. Padang: Ekaakti Press, hal.134.
33
Marwan Effendy 2005 . Kejaksaan R.I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hal.126.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Sistem Peradilan Pidana dalam arti luas identik dengan sistem kekuasaan kehakiman yang pada hakikatnya merupakan sistem penegakan hukum. Bekerjanya sistem
peradilan pidana atau sistem kekuasaan kehakiman yang dikenal dengan istilah “Criminal Justice System” melalui tahap yang cukup panjang. Lembaga peradilan bertugas untuk
memberikan putusan yang adil terhadap setiap kasus yang mereka tangani baik perdata maupun pidana
34
1. Kurangnya kepercayaan publik terhadap peradilan dan hakim
. Sistem peradilan pidana Criminal Justice System secara singkat dapat diartikan sebagai suatu sistem dalam masyarakat untuk menanggulangi kejahatan agar hal
tersebut berada dalam batas-batas toleransi masyarakat. Dalam kaitanya dengan tindakan pelecehan terhadap peradilan Contempt of
Court , penulis telah melakukan wawancara dengan hakim di Pengadilan Negeri Medan. Adapun tujuan dari wawancara yang dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana proses
penegakan hukum terhadap tindakan pelecehan terhadap peradilan Contempt of Court . Narasumber yang ditemui oleh penuis berpendapat bahwa ada beberapa faktor kumulatif
penyebab terjadinya tindakan pelecehan terhadap peradilan yaitu :
2. Belum adanya suatu aturan yang baku tentang sejauh mana perbuatan yang
dapat dikategorikan sebgai suatu tindakan pelecehan terhadap peradilan contempt of court .
3. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya hukum
34
Barda Nawawi Arief 1996 . Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan penagguulangan Kejahatan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal. 37.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
4. Masyarakat salah mengartikan makna dari reformasi
35
Narasumber mengatakan perlu adanya suatu langkah progresif untuk membuat suatu aturan yang spesifik untuk mengatur tindakan pelecehan terhadap peradilan
contempt of court . Dalam menjatuhkan putusan terhadap tindakan pelecehan terhadap peradilan contempt of court , didasarkan kepada KUHP yang dikualifikasikan dan
didasarkan kepada fakta yang ada. Hal ini diakibatkan belum adanya aturan baku dan batasan yang spesifik tentang pelecehan terhadap peradilan contempt of court .
Narasumber mencontohkan kasus dengan register No. 1444Pid.bPN Medan yang menjadi objek studi kasus dalam penelitian ini. Berdasarkan fakta yang diajukan dipersidangan,
terdakwa hanya terbukti melakukan pengrusakan barang di Pengadilan Negeri Medan. Narasumber juga menyoroti tentang perlunya pengamanan sidang. Sehingga integritas dan
martabat peradilan dapat dijaga. Selain itu, pengawasan tehadap putusan dan kinerja hakim perlu dilakukan baik secara internal maupun eksternal
36
Institusi peradilan merupakan pihak yang berperan memutuskan hukuman atau pidana yang akan dijatuhkan terhadap suatu kasus yang terjadi. Hakim sebagai pihak yang
intelektual sangat berperan penting dalam memutuskan suatu perkara, karena dalam memutuskan suatu perkara, hakim harus berpegang kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku selain daripada keyakinan hakim itu sendiri. Putusan hakim adalah suatu pernyataan hakim, sebagai pejabat negara yang diberi wewenang itu, dimana putusan
tersebut diucapakan di persidangan yang bertujuan untuk menghakimi atau menyelesaikan .
35
Wawancara dengan Bapak Ahmad Semma SH, Hakim di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 6 Maret 2008.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
suatu perkara
37
. Suatu konsep putusan tertulis tidak mempunyai kekuatan hukum sebagai putusan apabila belum diucapkan hakim di muka persidangan di pengadilan.
Hakim seharusnya tidak sekedar menjalankan sistem hukum acara kepastian hukum , tetapi hakim harus mampu menyelesaikan persoalan hukum dengan jaminan
mendapat keadilan bagi pencari keadilan.
b. Studi Kasus b.1. Kasus Posisi
36
Wawancara dengan Bapak Ahmad Semma SH, Hakim di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 6 Maret 2008
37
Sidik Sunaryo 2005 . Kapita selekta Sistem Peradilan Pidana. Malang: UMM Press, hal. 29
P U T U S A N NO. 1444 Pid. B 2001 P.N. Medan
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dengan acara biasa telah menjatuhkan putusan dalam perkara terdakwa :
Nama lengkap : Hotman Sihombing alias Putun
Tempat lahir : Medan
Umurtanggal lahir : 37 tahun
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Jl. Tempuling No. 14 Kel. Medan Tembung
Agama : Kristem Protestan
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : STM
Terdakwa ditahan sejak tanggal 05 mei 2001
1. Menyatakan terdakwa Hotman Sihombing alias Putun bersalah melakukan tindak
pidana terang-terangan dan dengan tenaga bersam-sama menggunakan kekerasan terhadap barang sebagaimana diatur dalam pasal 170 1 KUHPidana dalam surat
dakwaan pertama; sampai dengan
sekarang; PENGADILAN NEGERI TERSEBUT;
Telah membaca berkas perkara: Telah mendengar keterangan Saksi-saksi dan keterangan terdakwa;
Menimbang, bahwa Penuntut Umum dalam tuntutan pidana terhadap terdakwa pada pokoknya sebagai berikut :
2. menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Hotman Sihombing alias Putun dengan
pidana penjara selama 5 lima bulan dikurangi selama berada dalam tahanan sementara;
3. Menyatakan barang bukti berupa : 1 satu unit papan penutup ruang sidang, 1
satu unit bingkai dan tulisan tata tertib persidangan, 17 unit kursi panjang
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
pengunjung sidang, 1 satu unit detektor pintu masuk ruang sidang, 2 dua unit tiang bendera merah putih dan bendera pengayom, 2 dua unit speaker
pengeras suara, 5 lima unit mikrophone, 2 dua lembar kain laken penutup alas meja sidang dan meja jaksa penuntut umum, dikembalikan kepada
Pengadilan Negeri Medan; 4.
Menetapkan agar terdakwa, jika ternyata dipersalahkan dan dijatuhi pidana, supaya ia dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp.500,- lima ratus
rupiah.- Menimbang, bahwa atas tuntutan pidana tersebut, terdakwa telah mengajukan
permohonan yang pada pokoknya mohon agar dijatuhi hukuman yang seringan-ringannya; Menimbang, bahwa terdakwa Penuntut Umum berdasarkan surat dakwaan tanggal 7
Juni 2001 No. REG. PERK: PDM-154EP.2MDN yang berbunyi sebagai berikut :
Pertama : Bahwa ia terdakwa Hotman Sihombing alias Putun secara besama-sama
dengan temannya Ukurta br karo Sinulingga alias Dewi. Ucok Piliang alias Ucok Padang yang perkaranya diajukan secara terpisah dan Mail, Zul,
Gupron, Dafri, Elbadal, Jamil, Ali Wanto, Surianto, serta teman-temannya yang lain yang belum tertangkap pada hari rabu, tanggal 2 Mei 2001 ,
sekira pukul 14.00 Wib, atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Mei tahun 2001 di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Medan, jalan
Pengadilan No.8 Medan, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Medan, terang-terangan dan dengan tenaga bersam-sama mengguanakan kekerasan terhadap barang
berupa : 1 satu unit papan penutup ruang sidang, 1 satu unit bingkai dan tulisan tata tertib persidangan terbuat dari kayu, 17 unit kursi panjang
pengunjung sidang, 1 satu unit detektor pintu masuk ruang sidang, 2 dua unit kursi sidang terdakwa, 2 dua unit tiang bendera merah putih dan
bendera pengayom, 2 dua unit speaker pengeras suara, 5 lima unit mikrophone, 4 empat unit daun jendela kaca nacoventilasi, 4 empat
unit kursi sidang hakim, 6 enam unit tiang penyangga microphone, 2 dua lembar kain laken penutup alas meja sidang dan meja jaksa
penuntut umum milik atau inventaris Pengadilan Negeri Medan, perbuatan mana dilakukan terdakwa bersama-sama temannya dengan cara sebagai
berikut : Semula pada waktu serta tempat seperti tersebut di atas terdakwa dan teman-
temannya yang lain tersebut berada di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Medan, sedang menghadiri jalannya persidangan perkara
pembunuhan yang dilakukan oleh Eduardo Horas Harahap, yang disidangkan oleh Hakim Majelis K. Sianturi, SH, anggotanya : R. M. Malau,
SH dan Prof. Dr. J. Nababan, SH dimana pada saat itu terdakwa duduk di bagian depan yang berdampingan dengan Ucok Piliang alias Ucok Padang
dan saksi Ukurta br Sinulingga alias Dewi, serta temannya yang lain berada di dalam ruang sidang tersebut dan beberapa saat setelah sidang dibuka yang
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kemudian sidang diundurkan oleh karena penasehat hukum Eduardo Horas Harahap tersebut tidak hadir dan Eduardo Horas Harahap tersebut tidak
mengizinkan sidang dilanjutkan, mendengar itu lalu terdakwa Hotman sihombing alias Putun terebut mendekati Majelis Hakim dan memukul meja
hakim, menarik taplak mejanya sehingga microphone yang di atas meja terebut dan alat lainnya berserakan dan terdakwa membantingkan kursi
panjang, sambil berteriak dengan mengatakan “Ayo kita tangkap hakimnya, kita gotong ramai-ramai kehadapan Dewan” dan teman-teman terdakwa
membantingkan barang-barang tersebut sehingga pecahdan tulisan tatatertib persidangan, kursi sidang terdakwa, meja sidang penuntut umum, speaker
pengeras suara, microphone, daun jendela kaca nacoventilasi, kursi sidang hakim, tiang penyangga microphone dan kain laken penutup meja sidang dan
meja Penuntut Umum dan akibat dari perbuatan terdakwa dan teman- temannya tersebut saksi Ali Murad Harahap SH, selaku yang mewakili
Kepala Kantor Pengadilan Negeri Medan menderita kerugian sebesar Rp. 60.000.000.-
Perbuatan mana diatur dan diancam pidana dalam pasal 170 ayat 1 KUHPidana;
Kedua : Bahwa ia terdakwa Bahwa ia terdakwa Hotman Sihombing alias Putun
secara besama-sama dengan temannya Ukurta br karo Sinulingga alias Dewi. Ucok Piliang alias Ucok Padang yang perkaranya diajukan secara terpisah
dan Mail, Zul, Gupron, Dafri, Elbadal, Jamil, Ali Wanto, Surianto, serta
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
teman-temannya yang lain yang belum tertangkap pada waktu serta tempat yang telah disebut dalam surat dakwaan Pertama di atas, mereka
yang melakukan, menyuruh melakukan dan turut serta melakukan perbuatan, dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak, membuat
tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu berupa 1 satu unit papan penutup ruang sidang, 1 satu unit bingkai dan tulisan tata tertib
persidangan terbuat dari kayu, 17 unit kursi panjang pengunjung sidang, 1 satu unit detektor pintu masuk ruang sidang, 2 dua unit kursi sidang
terdakwa, 2 dua unit tiang bendera merah putih dan bendera pengayom, 2 dua unit speaker pengeras suara,5 lima unit mikrophone, 4 empat
unit daun jendela kaca nacoVentilasi, 4 empat unit kursi sidang hakim, 6 enam unit tiang penyangga microphone, 2 dua lembar kain laken
penutup alas meja sidang dan meja jaksa penuntut umum milik atau inventaris Pengadilan Negeri Medan yang seluruhnya atau sebahagian
adalah kepunyaan orang lain, perbuatan mana dilakukan terdakwa mendatangi meja Hakim Majelis, lalu memukul meja tersebut sehingga
microphone dan alat lainnya berserakan disebabkan alas mejanya ditarik oleh terdakwa, kemudian terdakwa membantingkan kursi panjang yang ada
di ruang sidang tersebut, sedang teman-teman terdakwa yang lainnya membanting kursi panjang dan barang-barang lain di atas, sehingga barang-
barang tersebut rusakpecah dimana pada saat itu terdakwa dan teman- temannya yang lain berada di dalam ruang sidang Utama Pengadilan Negeri
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Medan tersebut menghadiri jalannya persidangan perkara pembunuhan yang dilakukan oleh Eduardo Horas Harahap, yang disidangkan oleh Hakim
Majelis K. Sianturi, SH, anggotanya : R. M. Malau, SH dan Prof. Dr. J. Nababan, SH, dan beberapa saat setelah sidang dibuka, yang kemudian
sidang diundurkan oleh karena penasehat hukum Eduardo Horas Harahap tersebut tidak hadir dan Eduardo Horas Harahap tersebut tidak mengizinkan
sidang dilanjutkan, lalu terdakwa dan teman-temannya tersebut melakukan pengrusakan tersebut dan akibat dari perbuatan akibat dari perbuatan
terdakwa dan teman-temannya tersebut saksi Ali Murad Harahap SH, selaku yang mewakili Kepala Kantor Pengadilan Negeri Medan menderita kerugian
sebesar Rp. 60.000.000.-
Perbuatan mana diatur dan diancam pidana dalam pasal 406 ayat 1 jo pasal 55 ayat 1 KUHPidana;
Menimbang bahwa untuk menguatkan dakwaan tersebut, Penuntut Umum telah mengajukan saksi-saksi, yaitu :
1. Saksi H. Ali Murad P. Harahap atas sumpah menerangkan :
- Bahwa benar pada hari rabu tanggal 2 mei 2001 pukul 01.00 wib telah terjadi
pengrusakan barang-barang di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Medan, dan kejadian tersebut saat sidang perkara Eduardo Horas harahap, yang
persidanganya setiap minggu. -
Bahwa saat kejadian saksi berada di ruang operation room , karena ada pertemuan, dan mendengar suara ribut-ribut, kemudian salah seorang petugas
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Pengadilan Negeri Medan yakni Benapsen Saragih melaporkan kejadian dengan mengatakan bahwa massa menghancurkan barang dan pelakunya
adalah satgas PDI-P. -
Bahwa saksi melihat ruang sidang berantakan, dan di ruang sidang tidak ada orang, yang ada di lobi dan terasnya.
- Bahwa selain barang-barang yang di rusak pada Ruang Utama, juga reng
balok pada lokasi asbes ruangan tersebut juga rusak. -
Bahwa barang-barang yang dirusak tersebut tidak dapat diperbaiki lagi dan menderita kerugian sebesar Rp. 60.000.000.-kerugian tersebut tidak termasuk
kerusakan reng balok dimaksud. -
Bahwa pelaku pengrusakan tersebut adalah pengunjung sidang yang terdiri dari organisasi PDI-P, AMI, dan Pemuda Pancasila.
- Bahwa saksi membenarkan keterangan pada poin 7 BAP yakni tentang jumlah
atau jenis barang-barang yang dirusak tersebut. -
Bahwa saksi membenarkan barang bukti yang diperlihatkan di depan persidangan.
- Bahwa pihak PDI-P tidak ada minta maaf, walaupun saksi pernah mendatangi
satgas PDI-P tersebut. 2.
Saksi Benapsen Saragih atas janji menerangkan :
- Bahwa saksi membenarkan keterangannya kepada polisi.
- Bahwa pada tanggal 02 mei 2001 pukul 01.00 wib telah terjadi pengruskan
barang-barang yang ada di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Medan.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
- Bahwa pada saat kejadian saksi berada di luar ruangan tersebut, dimana saksi
bertugas mengawasi semua ruang sidang. -
Bahwa saksi mendengar keributan, lalu saksi masuk kedalam ruangan tersebut, dan melihat barag-barang sudah rusak.
- Bahwa saksi tidak mengetahui keberadaan terdakwa saat kejadiaan.
- Bahwa saksi melihat Satgas PDIP di luar sebanyak 20 orang.
- Bahwa saksi membenarkan barang bukti yang diperlihatkan di depan sidang.
3. Saksi Samino atas sumpah menerangkan :
- Bahwa saksi membenarkan tanda tangan dan keterangannya pada BAP
penyidik. -
Bahwa benar telah terjadi pengrusakan barang yang ada di dalam ruang utama Pengadilan Negeri Medan, dan pelaku pengrusakan tersebut adalah
pengunjung yang terdiri dari 100 orang seragam PDIP yang sat itu semua di dalam ruangan.
- Bahwa perbuatan tersebut dilakukan setelah sidang ditutupdiundur.
- Bahwa saat persidangan tersebut saksi di belakang meja Hakimbertugas
menjaga mike. -
Bahwa saksi tidak dapat memastiakan bahwa terdakwa tersebut adalah pelakunya karena pada saat kejadian pelaku pengrusakan tersebut pakai topi
dan kaca mata. -
Bahwa saksi membenarkan barang bukti yang diperlihatkan di depan persidangan.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
4. Saksi Ukurta br Sinulingga alias Dewi atas janji menerangkan :
- Bahwa pada hari rabu tgl.2 mei 2001 saksi dan Hotman Sihombing alias
Putun ada di ruang sidang dengan posisi duduk berdampingan demikian juga dengan Ucok Piliang duduk berdekatan dengan Hotamn Sihombing tersebut,
dan saksi bersam Hotman Sihombing dan teman-temannya mengikutu persidangan pembunuhan terhadap Masdinah oleh terdakwa Eduardo horas
Harahap. -
Bahwa sat sidang ditunda oleh karena penasihat hukum terdakwa tidak hadir, dan atas penundaan sidang tersebut pengunjung kesal kemudian ribut-ribut.
- Bahwa setelah melihat ribut-ribut dan pengunjung maju ke depan lalu saksi
dan Hotman Sihombing alias Putun berdiri dan menghadang massa dengan merentangkan kedua tangan sambil terdakwa Hotamn sihombing
mengucapkan kata-kata janganlah. -
Bahwa saksi mencabut keterangannya pada BAP poin 7 yang menyebutkan saksi bersam Hotaman sihombing alias Putun telah melakukan pengrusakan
barang-barang yang ada di ruang sidang tersebut, dimana keterangan tersebut tidak ada saksi katakan.
- Bahwa pengunjung saat itu terdiri dari AMI, PP, PDIP, dan terdakwa saat itu
memakai seragam PDIP, sedangkan saksi memakai pakaian biasa. -
Bahwa keterangan pada BAP poin 5 tentang yang menyebutkan motif dilakukannya pengrusakan tersebut, saksi mencabut seluruhnya keterangan
pada poin tersebut karean keterangan tersebut tidak benar.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
- Bahwa saksi tidak kenal dengan nama Mansyah maupun diantara yang banyak
yang disebut dalam BAP.
Keterangan terdakwa Hotaman Sihombing alias Putun
- Bahwa terdakwa tidak keberatan atas keterangan saksi-saksi.
:
- Bahwa terdakwa pernah memberikan keterangan di Penyidik, namun tidak
mengerti isinya, saat di Penyidik terdakwa dipaksa. -
Bahwa terdakwa mencabut keterangannya pada BAP dimaksud. -
Bahwa terdakwa membenarkan tanda tanganya pada tiap-tiap halaman pada BAP tersebut.
- Bahwa saat pemeriksaan terhadap terdakwa oleh Penyidik ada dilakukan
pemaksaan pisik, terdakwa diperiksa dalam suatu ruangan diman di dalm ruangan terdapat kayu dan ada kabel listrik.
- Bahwa terdakwa ditangkap pada tanggal 4 mei 2001 dan pada malamnya
diperiksa dan petugas memberikan kertas buram kepada terdakwa dan menyuruh terdakwa mencoret-coret dan menyebut nama-nama anggota PDIP
yang terdakwa kenal. -
Bahwa setelah sidang ditunda, pengunjung ribut dan menyerbu kedepan, pengunjung mana terdiri dari AMI, PDIP, PP dan masyarakat lalu terdakwa
bangkit dan berdiri dan menghadang pengunjungmassa tersebut dengan merentangkan kedua tangan terdakwa dengan maksud untuk supaya
pengunjung jangan menyerbu ke depan, namun terdakwa terjatuh.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
- Bahwa saat terjadi keributan dan pengrusakan barang-barang di ruang sidang
tersebut, terdakwa tidak ada melakukan pengrusakan tersebut.
Keterangan saksi Suhartono, SH Saksi Verbalisan atas sumpah menerangkan
bahwa -
Bahwa benar saksi yang melakukan pemeriksaanterhadap Hotman Sihombing alias Putun dan terhadap Ukurta br Sinulingga alias Dewi.
:
- Bahwa setelah dilakukan terhadap Hotman Sihombing alias Putun, langsung
dilakukan pemeriksaan. -
Bahwa untuk pemeriksaan yang pertama terhadap Hotamn Sihombing alias Putun tidak didampingi oleh penasihat hukum, dan pemeriksaan besoknya
baru didampingi oleh penasihat hukumnya. -
Bahwa pemeriksaan dilakukan dengan cara; saksi yang bertanya dan lansung dijawab oleh terdakwa, yang kemudian tanya jawab tersebut dituangkan
dalam BAP, dan diberikan 1 lembar kepada yang bersangkutan, setelah dibaca lau ditandatanganinya.
- Bahwa saksi tidak ada melakukan pemaksan saat melakukan pemeriksaan
tersebut. -
Bahwa saksi melakukan pemeriksaan kepada terdakwa di dalam kamar Reserse Umum dan saat itu di dampingi oleh Kanit.
Konfrontir antara Terdakwa dengan Saksi Suhartono, SH Saksi Verbalisan
- Bahwa terdakwa Hotamn Sihombing alias Putun ditangkap pada tangga 4 mei
2001, diperiksa malam-malam, dan diberi kertas buram, dan menyuruh :
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
terdakwa coret-coret atau menyebut nama-nama anggota PDIP yang terdakwa kenal, lalu terdakwa menuliskan nama-nama yang dimintakan oleh petugas
polisi tersbut. -
Bahwa saat dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa, oleh Suhartono, SH, tidak ada pemaksaan, namun saat terdakwa memberikan keterangan dengan
jiwa yang tertekan. -
Bahwa terdakwa mengakui keterangannya pada BAP tersebut.
Saksi Suhartono, SH
- Bahwa pada saat saksi melakukan pemeriksan terhadap terdakwa, ianya
memberikan keterangan secara rilex, dan pemeriksaan dilakukan pada jam kantor.
:
- Bahwa Hotaman Sihombing terlebih dahulu membaca isi BAP kemudian
menandatanganinya. -
Bahwa yang pertama kali ditangkap adalah Hotaman Sihombing, lalu melakukan penahanan setelah BAP.
Saksi tersebut memberikan keterangan di bawah sumpah dan janji yang pada pokoknya sama dengan keterangan dalam Berita Acara yang dibuat oleh Penyidik;
Menimbang, bahwa terdakwa dipersidangan telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sama dengan keterangan dalam Berita Acara yang dibuat oleh Penyidik;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa dihubungkan dengan barang bukti, Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa telah
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
melakukan perbuatan yang memenuhi unsur dari pasal 170 1 KUHPidana, dengan unsur- unsur sebagai berikut:
Bahwa dalam hl ini yang dimaksud adalah orang atau badan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan, dan dalam perkara ini yang dimaksud adalah terdakwa Hotman
Sihombing alias Putun yang dihadapkan ke depan persidangan, dimana terdakwa membenarkan identitasnya sedangkan terhadap tindak pidana yang didakwakan
terhadapnya, yakni secara bersama-sama dengan temannya Ukurta br Karo Sinulingga alias Dewi dan Ucok Piliang alias Ucok Padang perkara terpisah dan temannya yang lain,
terng-terangan dan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap barang inventaris yang ada dalam Ruang Sidang Utama Pengadilan Negeri Medan, di depan persidangan
semula terdakwa tidak mengakui ada melakukan pengrusakan tersebut, namun terdakwa mengaku ada di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Medan saat mengikuti persidangan
pembunuhan yang dilakukan Eduardo Horas Harahap terhadap Marsinah, dan terdakwa mencabut keterangannya pada BAP tentang perbuatan melakukan pengrusakan tersebut,
dan membenarkan tanda tangannya pada tiap-tiap halaman pada BAP, dan alasan terdakwa mencabut keterangannya pada BAP tersebut karena pada saat ianya memberi keterangan
tersebut telah dipaksa dimana ianya diperiksa malam-malam tanggal 4 mei 2001, dan diperiksa dalam suatu ruanagan yang di dalam ruangan tersebut berisi kayu, dan kabel
listrik, dan saat itu petugas memberikan kertas buram kepada terdakwa dan menyuruh terdakwa mencoret-coret dan menyebut nama-nama anggota PDIP yang terdakwa kenal,
dan atas kemungkirannya tersebut terdakwa tidak dapat mengajukan bukti pendukung
Unsur barang siapa :
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
untuk membenarkan kemungkirannya dimaksud, dan atas kemungkirannya juga telah dihadirkan penyidik yakni saksi Suhartono,SH, dimana saksi menerangkan melakukan
pemeriksaan terhadap terdakwa, tidak adaa melakukan pemaksaan, dan setelah dilakukan penangkapan langsung dilakukan pemeriksaan, dan untuk pemeriksaan yang pertama
terhadap terdakwa Hotaman sihombing alias Putun, tidak didampingi oleh Penasehat Hukum, dan pemeriksaan besoknya baru didampingi Penasehat Hukum, dan pemeriksaan
tersebut dilakukan dengan cara saksi yang bertanya dan langsung dijawab oleh terdakwa, kemudian tanya jawab tersebut dituangkan dalam BAP, dan diberikan 1 lembar kepada
terdakwa, setelah dibaca lalu ditandatanganinya dan pemeriksaan tersebut dilakukan terhadap terdakwa pada jam kantor, di kamar Reserse Umum didampingi oleh kanit, dan
atas keterangan saksi suhartono, SH, saksi verbalisan tersebut kemudian dikonfrontir dengan terdakwa, dan oleh terdakwa mengatakan bahwa saksi Suhartono, SH tidak ada
melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa, namun saat terdakwa memberikan keterangan dengan keadaan jiwa tertekan, karena sebelumnya pad malam tanggal 4 mei 2001 setelah
terdakwa ditangkap diperiksa malam-malam, dan petugas memberikan kertas buram dan menyuruh mencoret-coret atau menyebut nama-nama anggota Satgas PDIP yang terdakwa
kenal; yang akhirnya terdakwa mengakui keterangannya pada BAP tersebut, sedangkan saksi Suhartono,SH mengatakan bahwa sewaktu saksi melakukan pemeriksaan terhadap
terdakwa ianya memberikan keterangan secara rileks dan pemeriksaan di BAP kemudian menandatanganinya, dari uraian tersebut diatas sesuai dengan Yurisprudensi Nomor : 1043
KPid1988 tanggal 19 februari 1988, yang mengatakan : “ Bahwa pencabutan keterangan di muka Penyidik, dengan alasan keterangan tersebutdiberikandalam keadaan dipaksa
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
karena dipukuli, tidak dapat dibenarkan” yang dihubungkan dengan keterangan saksi saksi Ukurta br Karo sinulingga alias Dewi mengatakan didepan sidang: bahwa pada hari rabu
tgl.2 mei 2001 saksi dan Hotman Sihombing alias Putun ada di ruang sidang dengan posisi duduk berdampingan demikian juga dengan Ucok Piliang duduk berdekatan dengan
Hotamn Sihombing tersebut, dan saksi bersam Hotman Sihombing dan teman-temannya mengikutu persidangan pembunuhan terhadap Masdinah oleh terdakwa Eduardo horas
Harahap, bahwa saat sidang ditunda oleh karena penasihat hukum terdakwa tidak hadir, dan atas penundaan sidang tersebut pengunjung kesal kemudian ribut-ribut, bahwa setelah
melihat ribut-ribut dan pengunjung maju ke depan lalu saksi dan Hotman Sihombing alias Putun berdiri dan menghadang massa dengan merentangkan kedua tangan sambil terdakwa
Hotman Sihombing mengucapkan kata-kata “janganlah”, bahwa saksi mencabut keterangannya pada BAP poin 7 yang menyebutkan saksi bersama Hotaman Sihombing
alias Putun telah melakukan pengrusakan barang-barang yang ada di ruang sidang tersebut, dimana keterangan tersebut tidak ada saksi katakan, bahwa atas keterangan saksi-saksi
tersebut di atas, terdapat perbedaan didepan persidangan dengan keterangannya di BAP, yakni tentang pelaku pengrusakan dimaksud, perbedaan mana adalah dikarenakansaksi-
saksi mencabut atau menarik keterangannya pada BAP tersebut, namun pencabutan atau menarik keterangan saksi-saksi tersebut, tidak memberikan alasan untuk menguatkan
penarikan atau pencabutan keterangan tersebut, oleh karena mana sksi-saksi membenarkan tanda tangannya pada BAP, dan sebelum membubuhkan tanda tangannya pada Bap
terlebuh dahulu membaca keterangannya dimaksud, dengan demikian keterangan saksi- saksi yang benar adalah keterangannya pada BAP, yang menyebutkan bahwa pelaku
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
pengrusakan terhadp barang-barang di ruang sidang Utama tersebut adalah terdakwa dan Ukurta br karo sinulingga alias Dewi dengan temannya yang lain yang dihubungkan lagi
dengan keterangan saksi H. Ali Murad P. Harahap, SH, saksi Benapsen Saragih, saksi Samino yang menyatakan bahwa pelaku pengrusakan barang-barang di ruang sidang utama
Pengadilan Negeri Medan adalah anggota Satgas PDIP, yang saat itu memakai seragamatribut PDIP. Pada uraian terbukti secara sah dan meyakinkan.
Bahwa yang dimaksud dengan terang-terangan ini adalah di tempat umum atau di muka umum, dimana tempat terjadinya pengrusakan tersebut adalah di ruang sidang utama
Pengadilan Negeri Medan, dimana tempat tersebut setiap persidangan dapat dikunjungi para pengunjung sehingga temapt tersebut termasuk di muka umum; yang dihubungkan
dengan keterangan saksi H. Ali Murad P. Harahap, SH, saksi Benapsen Saragih; saksi Samino; saksi Ukurta br Sinulingga alias Dewi yang masing-masing menerangkan bahwa
benar tempat terjadinya pengrusakan barang-barang adalah di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Medan, dan pelakunya adalah pengunjung sidang saat persidangan
Eduardo Horas Harahap, dan setelah sidang ditunda karena Penasehat Hukum terdakwa tidak hadir lalu pengunjung sidang ribut kemudian melakukan pengrusakan atas barang-
barang di ruang sidang tersebut, demikian juga halnya terdakwa Hotman Sihombing alias Putun menerangkan bahwa terjadinya pengrusakan tersebut adalah di ruang sidang utama
Pengadilan Negeri Medan, dan pelakunya adalah pengunjung, dan pada mulanya terdakwa tidak mengakui ianya ada melakukan pengrusakan tersebut, namun pada akhirnya ia
mengakui setelah menghadirkan saksi Suhartono SH saksi verbalisan . Dari uraian
Unsur terang-terangan :
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
tersebut Unsur dengan Terang-terangan atau di muka umum telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan meyakinkan.
Unsur dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap barang berupa : 1 satu unit papan penutup ruang sidang, 1 satu unit bingkai dan tulisan tata tertib
persidangan terbuat dari kayu, 17 unit kursi panjang pengunjung sidang, 1 satu unit detektor pintu masuk ruang sidang, 2 dua unit kursi sidang terdakwa, 2 dua unit tiang
bendera merah putih dan bendera pengayom, 2 dua unit speaker pengeras suara, 5 lima unit mikrophone, 4 empat unit daun jendela kaca nacoVentilasi, 4 empat unit kursi
sidang hakim, 6 enam unit tiang penyangga microphone, 2 dua lembar kain laken penutup alas meja sidang dan meja jaksa penuntut umum; bahwa dalam hal ini telah terjadi
pengrusakan terhadap barang tersebut dilakukan oleh pengunjung sidang perkara pembunuhan yang dilakukan oleh Eduardo horas Harahap terhadap Masdaniah pada hari
rabu tanggal 2 mei 2001 pukul 14.00 wib, dan sesuai dengan dengan keterangan Ukurta br Sinulingga, keterangan saksi mana yang benar adalah keternagnnya pada Bap, yang
mengatakan bahwa pelaku pengrusakan barang-barang yang ada di ruang sidang utama tersebut adalah terdakwa Hotman Sihombing alias Putun bersama temannya yang lain serta
saksi Ukurta br Sinulingga alias Dewi tersebut; yang dihubungkan lagi dengan keterangan saksi H. Ali Murad P. Harahap, SH, saksi Benapsen Saragih yang masing-masing
menerangkan bahwa pelaku pengrusakan atas barang-barang yang ada di ruang sidang utama tersebut adalah pengunjung dari Satgas PDIP yang sebagian pakai seragamatribut
satgas PDI-P, dan barang-barang yang dirusak tersebut tidak dapat diperbaiki lagi, sehingga Pengadilan Negeri Medan menderita kerugian sebesar Rp. 60.000.000.- dan oleh saksi-
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
saksi membenarkan barang bukti yang diperlihatkan oleh Majelis Hakim di depan persidangan, demikian juga terdakwa Hotman Sihombing alias Putun membenarkan barang
bukti yanag diperlihatkan oleh Majeleis hakim di depan persidangan tersebut, namun pada mulanya terdakwa tidak mengaku ada melakukan pengrusakan dimaksud, dan terdakwa
mangkir dari keterangannya pada BAP yang mengatakan bahwa pada hari rabu tanggal 2 mei 2001 pukul 14.00 wib terdakwa bersam temnnya yang lain, telah melakukan
pengrusakan barang-barang berupa : kursi panjang untuk tamu, seluruh kursi dan meja yang ada di ruang sidang, papan penutup ruang sidang dan barang lainnya yang ada di ruang
sidang tersebut, dan penyebab terjadinya pengrusakan tersebut karena diundurkannya sidang pembunuhan yang dilakukan Eduardo Horas Harahap terhadap Marsinah, dengan
alasan kemungkinan terdakwa atas keterangannya pada Bap tersebut oleh karena keterangan tersebut diberikannya dengan dipaksa, dan atas kemangkiran terakwa tersebut
telah dihadirkan saksi Suhartono SH saksi verbalisan , yang kemudian keterangan terdakwa dan saksi verbalisan dikonfrontir, yang akhirnya terdakwa mengakui
keterangannya pada BAP tersebut di atas, dengan demikian Unsur dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap barang telah terbukti secara sah meyakinkan.
Menimbang, bahwa oleh karena itu terdakwa dinyatakan terbukti secra sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, dan oleh karenanya harus dijatuhi pidana
sebagaimana disebutkan pada amar putusan ini; Menimbang, bahwa Majelis Hakim dalam persidangan tidak menemukan adanya
alasan pemaaf atau alasan pembenar dan terdakwa dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang telah dilakukan karena itu terdakwa harus dijatuhi pidana;
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Menimbang, bahwa karena terdakwa berada dalam tahanan, maka masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan dan
memerintahkan pula agar terdakwa tetap berada dalam tahanan; Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajkan oleh Penuntut Umum di
persidangan akan ditetapkan dalam amar putusan di bawah ini; Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan bersalah, maka terdakwa
dibebani untuk membayar biaya perkara ini ; Menimbang, bahwa sebelumnya terdakwa dijatuhi pidana perlu, dipertimbangkan
hal-hal yang memberatkan dan meringankan ; Yang memberatkan :
Bahwa perbuatan terdakwa menimbulkan kerugian keuangan negara yang ada di bawah pengelolaan Pengadilan Negeri Medan
Yang meringankan 1.
Bahwa terdakwa bersikap sopan di depan persidangan :
2. Bahwa terdakwa belum pernah dihukum
Menimbang, bahwa dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang termuat dalam berita acara persidangan ini dianggap merupakan bagian yang tidak terlepas dari
putusan ini. Mengingat pasal-pasal dari undang-undang yang bersangkutan.
M E N G A D I L I
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Menyatakan bahwa terdakwa Hotman Sihombing alias Putun tersebut telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana : Di muka umum secara bersama-sama melakukan kekerasan terhadap barang
Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama : 4 empat bulan 26 dua puluh enam hari
Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa, dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
Menetapkan terdakwa tetap ditahan; Memerintahkan agar barang bukti berupa :
a. 1 satu unit papan penutup pintu ruang sidang
b. 1 satu unit bingkai dan tulisan tat tertib persidangan
c. 17 tujuh belas unit kursi panjang pengunjung sidang
d. 1 satu unit detektor pintu masuk ruang sidang
e. 2 dua unit kursi terdakwa
f. 2 dua unit meja sidang Jaksa Penuntut Umum
g. 2 dua unit tiang bendera merah putih dan bendera pengayom
h. 2 dua unit speaker pengeras suara
i. 5 lima unit mikrophone
j. 4 empat unit jendela ventilasi
k. 4 empat unit kursi sidang hakim
l. 6 enam unit tiang penyangga mikrophone
m. 2 dua lembar kain laken penutup alas meja sidang dan meja JPU
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.1000.- seribu rupiah .
Demikianlah diputus dalam rapat musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan pada hari SELASA tanggal 12 Maret 2002 oleh kami JAMES BUTAR-BUTAR,SH
sebagai Hakim Ketua, ARIFIN SANI, SH dan W.PARDAMEAN, SH masing-masing sebagai Hakim-Hakim Anggota, putusan mana diucapkan dalam persidangan yang terbuka
untuk umum pada hari itu juga oleh Hakim Ketua didampingi Hakim-Hakim Anggota tersebut, dibantu oleh ELVY LUBIS Panitera Pengganti, dihadiri oleh ARBINE
SITUMORANG,SH Penuntut Umum dihadapan terdakwa maupun Penasehat Hukum.
Hakim Anggota Hakim Ketua d.t.o d.t.o
ARIFIN SANI, SH JAMES BUTAR-BUTAR, SH d.t.o
W. PARDAMEAN, SH
Panitera Pengganti d.t.o
ELVY LUBIS
b.2. Analisis Kasus
Berdasarkan kasus dengan register nomor : 1444 Pid. B 2001 PN. Medan yang menjadi bahan hukum dalam penulisan skripsi ini, yang bersumber dari Pengadilan Negeri
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Medan terkait tindakan pelecehan terhadap peradilan Contempt of Court . Berdasarkan kasus ini, maka penulis akan memberikan tanggapan dan analisa sebagai berikut :
1. Bahwa syarat formil dari putusan pidana tersebut telah terpenuhi secara sah berdasarkan Pasal 143 ayat 2 huruf a jo. Pasal 143 ayat 3 KUHAP yakni dua syarat
surat dakwaan, yakni : a.
Harus memuat syarat formil Syarat formil memuat hal-hal yang berhubungan dengan :
1 Surat dakwaan diberi tanggal dan ditandatangani oleh jaksa Penuntut
UmummJaksa 2
Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan tersangka
b. Syarat materil
Syarat materil memuat dua unsur yang tidak boleh dilalaikan : 1
Uraian cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
2 Dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan
tempus delicti dan locus delicti
38
2. Alat-alat bukti yang diajukan ke persidangan telah sesuai menurut Pasal 184 ayat 1 KUHAP jo Pasal 183 KUHAP, diantaranya :
Adanya keterangan saksi yaitu : H. Ali Murad P. Harahap, SH, saksi Benapsen Saragih; saksi Samino; saksi Ukurta br Sinulingga alias Dewi, Suhartono, SH, dan adanya
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
keterangan terdakwa yaitu Hotman Sihombing yang mengakui dan menyesali perbuatannya. Selain itu di depan persidangan di ajukan barang bukti berupa barang-barang
inventaris Pengadilan Medan yang telah dirusak terdakwa bersama teman-temannya berupa: 1 satu unit papan penutup ruang sidang, 1 satu unit bingkai dan tulisan tata
tertib persidangan terbuat dari kayu, 17 unit kursi panjang pengunjung sidang, 1 satu unit detektor pintu masuk ruang sidang, 2 dua unit kursi sidang terdakwa, 2 dua unit
tiang bendera merah putih dan bendera pengayom, 2 dua unit speaker pengeras suara, 5 lima unit mikrophone, 4 empat unit daun jendela kaca nacoVentilasi, 4 empat
unit kursi sidang hakim, 6 enam unit tiang penyangga microphone, 2 dua lembar kain laken penutup alas meja sidang dan meja jaksa penuntut umum.
3. Unsur-unsur dari tindak pidana yang didakwaan kepada terdakwa yaitu pasal 170 ayat 1 KUHPidana pada dakwaan pertama dari Penuntut Umum terbukti scara sah
dan meyakinkan, yang unsur-unsurnya sebagai berikut : a.
Barang siapa b.
Dengan terang-terangan c.
Dengan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap barang Pada prinsipnya perbuatan yang dilakukan terdakwa dapat dikualifikasikan sebgai
suatu tindakan pelecehan terhadap peradilan contempt of court . Tindakan yang dilakukan terdakwa telah merendahkan martabat peradilan sebagai benteng terakhir
mencari keadilan. Hal inilah yang menjadi kendala diakibatkan belum adanya ketentuan
38
M. Yahya Harahap 1988 . Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Jilid I. Jakarta:
Pustaka Kartini, hal. 419.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
secara spesifik tentang perbuatan yang dianggap sebagai suatu tindakan peleehan terhadap peradilan contempt of court.
4. Bahwa dalam persidangan perkara ini Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat melepaskan terdakwa dari pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan
pembenar maupun alasan pemaaf sehingga Majelis hakim berkesimpulan bahwa perbuatan yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan kepadanya.
5. Bahwa dalam menjatuhkan hukuman hakim telah memperhatikan pertimbangan-petimbangan sebagai berikut :
a. Hal-hal yang memberatkan : Bahwa perbuatan terdakwa menimbulkan kerugian keuangan negara yang ada di
bawah pengelolaan Pengadilan Negeri Medan b. Hal-hal yang meringankan :
1 Bahwa terdakwa bersikap sopan di depan persidangan 2 Bahwa terdakwa belum pernah dihukum
6. Bahwa pemeriksaan sidang terhadap kasus terdakwa merupakan sidang terbuka untuk umum sehingga dalam hal ini penerapan terhadap sidang tersebut telah sisuai Pasal
153 ayat 3 KUHAP jo. Pasal 153 ayat 4 KUHAP yakni mengatur prinsip pemeriksaan sidang di pengadilan yang menentukan pemeriksaan sidang pengadilan mulai awal
pembukaan sidang sampai akhir persidangan harus dinyatakan terbuka untuk umum yang dalam Pasal 153 ayat 4 KUHAP mengancam apabila dalam pemeriksaan persidangan
tidak dinyatakan terbuka untuk umum akan mengakibatkan batalnya pemeriksaan dan putusan batal demi hukum. Sedangkan menurut Pasal 195 KUHAP yang berisi :
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
“ Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang terbuka untuk umum”
Berdasarkan ketentuan dalam pasal 195 KUHAP tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sahnya suatu putusan serta mempunyai kekuatan hukum, harus
diucapkan di sidang pengadilan terbuka untuk umum. Semua putusan tanpa kecuali harus diucapakan dalam sidang yang terbuka untuk umum
39
4. Penanganan Oleh Lembaga Pemasyarakatan
.
Penegakan hukum acara pidana sebagai suatu sistem harus merupakan suatu kesatuan aparat penegak hukum yang bertugas menindak para pelanggar hukum.
Pemasyarakatan merupakan bagian yang paling akhir dari sistem pemidanaan dalam tata atau sistem peradilan pidana. Sebagai sebuah tahapan pemidanaan terakhir, sudah
semestinya dalam tingkatan ini harus dapat diupayakan tercapainya tujuan pemidanaan. Dalam kaitannya dengan tindakan pelecehan terhadap peradilan, strategi pemasyrakatan
dapat dilihat dalam kerangka suatu criminal justice system. Strategi pemasyarakatan dalam lembaga pemasyarakatan tidaklah berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu rangkaian
lanjutan dalam pelaksanaan penegakan hukum yang panjang. Pada prinsipnya lembaga pemasyarakatan bertujuan agar nantinya terdakwa yang telah diputus oleh peradilan
bersalah, apabila ia telah dikembalikan kemasyarakat dapat kembali seperti sebelum terdakwa menjalani proses hukuman di lembaga pemasyarakatan.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
BAB V UPAYA PENANGGULANGAN TINDAKAN
PELECEHAN TERHADAP PERADILAN CONTEMPT OF COURT
Kejahatan atau tindakan kriminal merupakan salah satu bentuk dari prilaku menyimpang yang selalu ada dan melekat pada tiap bentuk masyarakat. Menurut Dr.
Saparinah Sadli, perilaku menyimpang itu merupakan suatu ancaman yang nyata atau ancaman terhadap norma-norma sosial yang mendasari kehidupan dan keteraturan sosial;
dapat menimbulkan ketegangaan individual maupun ketegangan-ketegangan sosial; dan merupakan ancaman riil atau potensiil bagi berlangsungnya ketertiban sosial. Dengan
demikian kejahatan di samping merupakan masalah kemanusiaan juga merupakan masalah sosial
40
Penggunaan upaya hukum, termasuk hukum pidana, sebagai salah satu upaya mengatasi masalah saosial termasuk mangatasi masalah sosial dalam bidang kebijakan
.
39
M. Yahya Harahap 1988 . Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Jilid II. Jakarta:
Pustaka Kartini, hal. 901.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
penegakan hukum. Di samping itu karena tujuananya adalah untuk mencapai kesejahteraan masayarakat pada umumnya, maka kebijakan penegakan hukum termasuk dalam bidang
kebijakan sosial, yaitu segala usaha rasional untukmencapai kesejahteraan masyarakat
41
Dalam hal ini secara luas sebenarnya mencakup pula proses kriminalisasi. Yang kedua berupa usaha-usaha prevention without punishment tanpa menggunakan sarana
penal dan yang ketiga adalah mendayagunakan usaha-usaha pembentukan opini masyarakat tentang kejahatan dan sosialisasi hukum melalui media massa secara luas
. Tidak absolutisme dalam bidang kebijakan, karena pada hakikatnya dalam
masalah kebijakan orang dihadapkan pada masalah penilaian dan pemilihan dari berbagai macam alternatif. Prof. Dr. Muladi , SH menyampaikan bahwa dalam usaha penaggulangan
kejahatan, politik kriminal membagai dalam berbagai bentuk. Bentuk yang pertama adalah bersifat represif yang menggunakan sarana penal, yang sering disebut sebagai sistem
peradilan pidana criminal justice system .
42
a. Penerapan hukum pidana criminal law application
. Menurut G.P. Hoefnagels upaya penaggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan:
b. Pencegahan tanpa pidana prevention without punishment dan
c. Memnuhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat
media massa influencing views of society on crime and punishmentmass media
43
40
Muladi dan Barda Nawawi Arief 1998 . Teori-Teori dan Kebijakan Hukum Pidana. Bandung:
Alumni, hal.148.
41
Ibid.,hal.149.
42
Muladi 1992 . Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung: alumni, hal.8.
43
Barda Nawawi Arief 1996 . Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Jakarta: Penerbit PT. Citra
aditya Bakti, hal. 48.
.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Upaya penaggulangan kejahatan tersebut secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu lewat jalur “penal” hukum pidana dan jalur “ non penal” bukandi luar hukum pidana .
Dalam pembagian G.P. Hoefnagels di atas, upaya-upaya yang disebut dalam butir b dan c dapat dimasukkan dalam kelompok upaya “non penal”
44
Secara kasar dapat dibedakan bahwa upaya penggulangan kejahatan lewat jalur “penal” lebih menitikberatkan pada sifat represif Penindasanpenumpasan sesudah
kejahatan terjadi, sedangkan jalur non penal lebih menitik beratkan pada sifat preventif pencegahanpenagkalan sebelum kejahatan terjadi. Dikatakan sebagai perbedaan secara
kaar dikarenakan tindakan represif pada hakekatnya juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas
.
45
1. Kurang sempurnya peraturan perundang-undangan yang mengtur tindakan
pelecehan terhadap peradilan .
Mengingat upaya penaggulangan kejahatan lewat jalur non penal lebih bersifat tindakan pencegahan sebelum terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah
menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya tindakan pelecehan terhadap peradilan contempt of court .
Faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya tindakan pelecehan terhadap peradilan diantaranya :
2. Kurangnya kepercayaan publik terhadap dunia peradilan sebagai benteng
terakhir pencari keadilan
44
Ibid, hal. 48.
45
Sudarto 1981 .Kapita selekta Hukum Pidana. Bandung: Sinar Baru, hal. 118.
Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008.
USU Repository © 2009
3. Rendahnya budaya hukum legal culture masyarakat Indonesia yang
berimplikasi terhadap penegakan hukum. Dengan demikian, dalam upaya merumuskan kebijakan hukum pidana untuk
menanggulangi terjadinya tindakan pelecehan terhadap peradilan secara konseptual dapat dilakukan melalui sarana-sarana:
A. Upaya Preventif