Keaslian Penulisan Tinjauan Pustaka

Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan atau data informasi di bidang ilmu hukum bagi kalangan akademis untuk mengetahui dinamika masyarakat dan perkembangan hukum pidana serta proses penanganannya, khususnya terhadap masalah terjadinya tindakan pelecehan terhadap peradilan contempt of court . Selain itu penelitian ini juga di harapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan pranata peraturan hukum dalam penanggulangan terjadinya tindakan pelecehan terhadap peradilan contempt of court . 2. Secara Praktis Manfaat penelitian ini secara praktis sebagai bahan masukan bagi aparat penegak hukum polisi, jaksa, hakim, lembaga pemasyarakatan, advokat dalam sistem peradilan pidana criminal justice system . Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan rujukan dalam menangani kasus tindakan pelecehan terhadap peradilan, sehingga aparat penegak hukum mempunyai persepsi yang sama.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang kebijakan hukum pidana dalam menaggulangi terjadinya tindakan pelecehan terhadap peradilan contempt of court belum pernah dilakukandalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama. Jadi penelitian tentang kebijakan hukum pidana dalam menaggulangi terjadinya tindakan pelecehan terhadap peradilan adalah asli karena sesuai dengan asa-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif, dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan dan saran-saran yang membangun sehubungan dengan perumusan dan pendekatan masalah.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Kebijakan Hukum Pidana Istilah “ kebijakan” berasal dari bahasa Inggris “ policy “ atau bahasa Belanda “politeik”. Istilah ini dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan kata “ politik”, oleh karena itu kebijkan hukum pidana biasa disebut juga politik hukum pidana. Berbicara mengenai politik hukum pidana, maka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai politik hukum secara keseluruhan karena huku pidana adalah salah satu bagian dari ilmu hukum. Oleh karena itu sangat penting untuk dibicarakan tentang politik hukum. Menurut Soedarto, politik hukum adalah usaha untuk mewujudkan peraturan- peraturan yang baik dengan situasi dan kondisi tertentu. Secara mendalam dikemukakan juga bahwa politik hukum merupakan kebijakan negara melalui alat-alat perlengkapannya yang berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendakai dan diperkirakan dapat digunakanuntuk mngekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dalam rangka mencapai apa yang dicita-citakan 6 Senada dengan pernyataan diatas, Solly Lubis juga mengatakan bahwa politik hukum pidana adalah kebijaksanaan politik yang menentukan peraturan hukum apa seharusnya berlaku mengatur berbagai kehidupan masyarakat dan bernegara . 7 Mahfud M.D., juga memberikan definisi politik hukum sebagai kebijakan mengenai hukum yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah. Hal . 6 Soedarto 1981. Hukum dan Hukum Pidana. Bandung: Alumni, hal.159. Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 ini juga mencakup pengertian tentang bagaimana politik mempengaruhi hukum dengan cara melihat konfigurasi kekuatan yang ada di belakang pembuatan dan penegakan hukum itu 8 Lebih lanjut Sudarto mengungkapkan bahwa melaksanakan politik hukum pidana berarti mengadakan pemilihan dalam rangka mencapai hasil perundang-undangan pidana yang paling baik dengan memenuhi syarat keadilan dan daya guna . Dalam konteks ini hukum tidak hanya bisa dipandang sebagai pasal-pasal yang bersifat imperatif, melainkan harus dipandang sebagai subsistem yang dalam kenyataannya bukan tidak mungkin sangat ditentukan oleh politik, baik dalam perumusan materinya pasal-pasal, maupun dalam penegakannya. Berdasarkan pengertian tentang politik hukum sebagaimana dikemukakan diatas, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa politik hukum pidana merupakan upaya menentukan ke arah mana memberlakukan hukum pidana Indonesia masa yang akan datang dengan melihat penegakannya di masa kini. Hal ini juga berkaitan dengan konseptualisasi hukum pidana yang paling baik untuk diterapkan. 9 1. seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu dilakukan perubahan atau diperbaharui; . A. Mulder mengemukakan secara rinci tentang ruang lingkup politik hukum pidana yang menurutnya bahwa politik hukum pidana adalah garis kebijakan untuk menentukan : 2. apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya kejahatan; 7 Solly Lubis 1989. Serba Serbi Politik dan hukum. Bandung: Mandar Maju, hal.19. 8 Mahfud M.D. 1998. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta. LP3ES,hal.2. 9 Soedarto,Op.Cit.,hal.161 Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 3. cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan pidana harus dilaksanakan 10 Berdasarkan pengertian politik hukum pidana yang dikemukakan oleh A. Mulder diatas, maka ruang lingkup kebijkan hukum pidana ini sesungguhnya meliputi masalah yang cukup luas, yaitu meliputi evaluasi terhadap substansi hukum pidana yang berlaku saat ini untuk pembaharuan substansi hukum pada masa yang akan datang, dan bagaimana penerapan hukum pidana ini melalui komponen Sistem Peradilan Pidana , serta yang tidak kalah pentingnya adalah upaya pencegahan terhadap kejahatan. Upaya pencegahan ini berarti bahwa hukum pidana juga harus menjadi salah satu instrumen pencegah kemungkinan terjadinya kejahatan. Ini juga berarti bahwa penerapan hukum pidana harus mempunyai pengaruh yang efektif untuk mencegah sebelum suatu kejahatan terjadi. 2. Pengertian Contempt of Court . Contempt of Court adalah suatu mekanisme hukum yang pertama kali timbul dalam sistem Common Law dengan case law-nya, diantaranya aalah Inggris dan Amerika Serikat. Menurut sejarah, Contempt atau penghinaan merupakan perbuatan dalam menentang setiap perintah langsung raja atau setiap penentangan langsung kepada raja atau perintahnya. Sejak tahun 1742, Inggris telah menerapkan Contempt of Court dengan adanya doktrin pure streams of justice yang dianggap sebagai dasar untuk memberlakukan Contempt of Court yang selanjutnya pada tahun 1981 diadakan pembaruan dengan 10 Barda Nawawi Arief 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya bakti, hal.28. Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 diterapkannya Contempt of Court Act 1981 11 Contempt of court is any act which is calculated to embarrass, hinder or obstruct court in administration of justice or which ic calculated to lessen its authority or dignity or tending to impede or frustate te administration of justiceor by one who being under court’s authority as a party to a proceeding therein, willfull disobeyes its lawfull order oe fail to comply with an undertaking which he has give . Amerika Serikat pertama kali diundangkan Contempt of Court ialah pada tahun 1789. Pengaturan Contempt of Court dimaksudkan untuk menegakkan dan menjamin proses peradilan berjalan tanpa rongrongan dari berbagai pihak, antara lain pihak yang terlibat dalam proses peradilan, mass media, maupun pejabat pengadilan itu sendiri. Pengaturan tentang Contempt of Court merupakan upaya hukum untuk membela kepentingan umum dan supremasi hukum agar proses peradilan dapat dilaksanakan dengan sewajarnya dan adil, tanpa diganggu, dipengaruhi atau dirongrong oleh pihak-pihak lain, baik selama proses peradilan berlangsuang di pengadilan maupun di luar gedung pengadilan. Dalam Black Laws dictionary dijelaskan bahwa: 12 Terjemahan bebas : Contempt of Court adalah suatau perbuatan yang dipandang mempermalukan, menghalangi atau merintangi pengadilan di dalam penyelenggaraan peradilan, atau dipandang sebagai mengurangi kewibawaan atau martabatnya. Dilakukan oleh orang yang sungguh melakukan suatu perbuatan . 11 Andi Hamzah dan Bambang Waluyo 1988. Delik-delik Terhadap Pelanggaran Contempt Of court. Jakarta:Sinar Grafika, hal.10. 12 Black Laws Dictionary 1979. Fifth Edition. St. Paul Sons West Publishing Co, hal..288 . Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 yang melanggar secara sengaja kewibawaan atau martabat atau cenderung merintangi atau menyia-nyiakan penyelenggaraan peradilan atau oleh seseorang yang berada dalam kekuasaan pengadilan sebagai pihak dalam perkara di pengadilan itu, dengan sengaja tidak menaati perintah pengadilan yang sah atau tidak memenuhi hal yang ia telah akui Sedangkan di Indonesia, istilah Contempt of Court pertama kali ditemukan dalam penjelasan umum UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah agung butir 4 alinea ke-4, yaitu sebagai berikut : “Selanjutnya untuk dapat lebih menjamin terciptanya suasana yang sebaik-baiknya bagi penyelenggara peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila, maka perlu di buat suatu Undang-undang yang mengatur penindakan terhadap perbuatan, tingkah laku, sikap danatau ucapan yang dapat merendahkan dan merongrong keweibawaan, martabat dan kehormatan badan peradilan yang dikenal dengan contempt of court. Berdasarkan defenisi Contempt of Court di atas, maka secara singkat Contempt of Court dapat diartikan sebagai suatu perbuatan baik secara aktif maupun pasif, yang dilakukan baik di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan yang dianggap melecehkan atau merongrong kewibawaan peradilan. 3.Pengertian Penegakan Hukum Secara umum penegakan hukum dapat diartikan sebagai tindakan menerapkan perangkat sarana hukum tertentu untuk memaksakan sanksi hukum guna menjamin pentaatan terhadap ketentuan yang ditetapkan tersebut, sedangkan menurut Satjipto Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 Raharjo, penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum yaitu pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum menjadi kenyataan 13 a. masyarakat memerlukan perlindunagn terhadap perbuatan anti sosial yang merugikan dan membahayakan masyarakat. Bertolak dari aspek ini, maka wajar apabila penegakan hukum bertujuan untuk penaggulangan kejahatan. . Secara konsepsional, inti dan dari penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaedah-kaedah yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk mencipta, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum adalah seluruh kegiatan dari penegak hukum kearah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat maupun ketertiban, ketentraman dan kepastian hukum sesuai dengan UUD 1945. penegakan hukum yang dikaitkan dengan perlindungan masyarakat terhadap kejahatan tentunya berkaitan dengan masalah penegakan hukum pidana. Menurut Barda Nawawi, ada 4 empat aspek dari perlindungan masyarakat yang harus juga mendapat perhatian dalam penegakan hukum pidana, yaitu : b. masyarakat memerlukan perlindungan terhadap sifat berbahaya seseorang. Oleh karena itu wajar pula, apabila penegakan hukum pidana bertujuan memperbaiki si pelaku kejahatan atau berusaha mangubah dan mempengaruhi tingkah 13 Satjipto Raharjo, Masalah Penegakan Hukum, Bandung: Sinar Baru, hal.24. Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 lakunya agar kembali patuh kepada hukum dan menjadi warga masyarakat yang baik dan berguna. c. Masyarakat memerlukan pula perlindunagn terhadap penyalahgunaan sanksi atau reaksi dari penegak hukum maupun dari masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu wajar pula apabila penegakan hukum pidana harus mencegah terjadinya perlakuan atau tindakan yang sewenang-wenang di luar hukum. d. Masyarakat memerlukan perlindunagn terhadap keseimbangan dan keselarasan berbagai kepentingan nilai yang terganggu sebagai akibat adanya kejahatan. Oleh karena itu wajar pula apabila penegakan hukum pidana harus dapat menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat 14 Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Hukum harus dilaksanakan agar kepentingan manusia terlindungi. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran hukum. Hukum yang telah dilanggar itu dalam hal ini harus ditegakkan. . Melalui penegakan hukum ini hukum itu akan menjadi kenyataan. Ada 3 tiga unsur yang harus diperhatikan dalam menegakkan hukum yaitu kepastian hukum rechtsicherheit , kemanfaatan zweckmassigheit dan keadilan gerechtigheit 15 14 Barda Nawawi Arief 1998. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana. Bandung:PT.Citra Aditya Bakti, hal.13. 15 Sudikno Mertokusumo 1999 .Mengenal Hukum. Yogyakarta: Liberty, hal.145. . Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 Di dalam suatu negara yang sedang membangun, fungsi hukum tidak hanya sebagai alat kontrol sosial atau sarana untuk menjaga stabilitas semata, akan tetapi juga sebagai alat untuk melakukan pembaharuan. Sebagaimana disebutkan oleh Roscoe Pound 1870-1874 salah seorang tokoh Sociological Jurisprudence, hukum adalah as a tool af sociological engineering disamping as a tool of social control. Politik hukum pidana kebijakan hukum pidana sebagai slah satu usaha dalam menaggulangi kejahatan, mengejewantah dalam penegakan hukum pidana yang rasional. Penegakan hukum pidana yang rasional tersebut terdiri dari 3 tiga tahap 16 1. Tahap Formulasi . Adapun tahapan tersebut adalah : Merupakan tahap penegakan hukum pidana in abstacto oleh badan pembentuk undang-undang. Dalam tahap ini pembentuk undang-undang melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya dalam bentuk peraturan perundang-undangan pidana untuk mencapai hasil perundang-undangan yang baik. Adapun tujuannya adalah untuk memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahapan ini dapat juga disebut dengan tahap kebijakan legislatif. 2. Tahap Aplikasi Merupakan tahap penegakan hukum pidana tahap penerapan hukum hukum pidana oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan hingga pengadilan. Dalam tahap ini aparat penegak hukum menegakkan serta menerapkan 16 Muladi dan Barda Nawawi arief 1993.Teori-teori dan Kebijakan Hukum Pidana.Bandung:Alumni, hal.173. Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh badan pembentuk undang- undang. Tahap kedua ini dapat juga disebut dengan tahap kebijakan yudikatif. 3. Tahap Eksekusi Merupakan tahap penegakan pelaksanaan hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat pelaksana pidana bertugas menegakkan peraturan pidana yang telah dibuat oleh pembentuk undang-undang melalui penerapan pidana yang telah ditetapkan oleh pengadilan. Aparat pelksana dalam menjalankan tugasnya harus berpedoman kepada peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembentuk undang-undang legislatur dan nilai-nilai keadilan atau daya guna. Ketiga tahap penegakan hukum pidana tersebut, dilihat sebagai suatu usaha atau proses yang rasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu, jelas harus merupakan suatu jalinan mata rantai aktivitas yang tidak terputus dan bersumber dari nilai- nilai dan bermuara pada pidana dan pemidanaan. Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah, perundang-undangan yang mantap dan mengejewantahkannya dalam sikap dan tindakan sebagai serangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan kedamaian pergaulan hidup masyarakat. Tegaknya hukum ditandai oleh beberapa faktor yang saling terkait sangat erat yaitu hukum dan aturannya sendiri 17 17 Soerjono Soekanto 1983 . Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan hukum. Jakarta:PT. . Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 Penegakan hukum tidak hanya mencakup law enforcement, tetapi juga peace maintenance. Hal ini karena pada hakikatnya penegakan hukum merupakan proses penyesuaian antara nilai-nilai, kaidah-kaidah dan pola prilaku nyata yang bertujuan untuk mencapai kedamaian. Oleh karena itu tugas utama penegakan hukum adalah mencapai keadilan. Penegakan hukum dalam suatu negara dilakukan secara preventif dan represif. Penegakan hukum secara preventif diadakan untuk mencegah agar tidak dilakukan pelanggaran hukum oleh warga masyarakat dan tugas ini pada umumnya di berikan pada badan-badan eksekutif dan kepolisian. Penegakan hukum represif dilakukan apabila penegakan secara preventif telah dilakukan, tetapi pelanggaran hukum masih terjadi. Hukum ditegakkan secara represif oleh aparat penegak hukum yang diberi tugas yustisionil. Penegakan hukum represif pada tingkat operasionalnya didukung dan melaui berbagai lembaga yang secara organisatoris terpisah satu sama lain. Namun, tetap berada dalam kerangka penegakan hukum mulai dari kepolisian, kejasaan, pengadilan sampai kepada lembaga pemasyarakatan. Hukum harus ditegakkan dan dilaksanakan. Setiap ornag mengharapakan dapat diterapkannya hukum dalam hal terjadi peristiwa yang konkrit. Hukum itu harus berlaku sebagaimana mestinya dan pada dasarnya tidak dibolehkan menyeimpang, fiat justitia et pereat mundus meskipun dunia runtuh, hukum harus ditegakkan . Hal itulah yang dinginkan oleh kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa sesorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam kepastian hukum. Unsur penegakan hukum lainya adalah Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 keadilan. Masyarakat sangat berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum harus dilakukan dengan adil. Hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Barang siapamencuri harus di hukum, tanpa membedakan siapa yang mencuri. Keadilan bersifat sebaliknya yaitu bersifat subjektif. Individualistis, dan tidak menyamaratakan. Adil menurut pandanagan seseorang berbeda dengan pandangan orang lain. Masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. faktor hukum itu sendiri, misalnya undang-undang. b. faktor penegakan hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. c. faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. d. faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan. e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup 18 Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya. Oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum juga merupakan tolak ukur daripada efektifitas penegakan hukum. . 18 Soerjono Soekanto. Op.Cit.,hal.8. Agus Saleh Saputra Daulay : Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Terjadinya Tindakan Pelecehan Terhadap Pengadilan Contempt Of Court Studi Kasus REG. NO. 1444 PID.B 2001P.N. Medan, 2008. USU Repository © 2009 Unsur-unsur yang terkait dalam menegakkan hukum tidak hanya diperhatikan satu unsur saja. Tidak hanya memperhatikan kepastian hukum, dan unsur-unsur lain dikorbankan. Demikian pula apabila yang diperhatiakan hanyalah kemanfaatan, maka kepastian hukum dan keadilan dikorbankan dan begitu selanjutnya. Proses dalam menegakkan hukum harus ada kompromi antara ketiga unsur tersebut. Ketiga unsur tersebut harus diperhatikan secara proporsional seimbang.

G. Metode Penelitian