Pengertian Anak Perlindungan Anak Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

terhadap anak yang telah di gariskan Islam. 11 Selanjutnya, anak-anak juga berhak mendapatkan pendidikan agama, moral dan akhlak. Hak-hak anak tidak hanya terdapat pada orang tuanya atau didalam keluarga tapi juga pada masyarakat umum, terutama anak-anak yatim dan anak-anak yang terlantar sebagai anak jalanan. 12

B. Perlindungan Anak Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

1. Pengertian Anak

Membicarakan sampai batas usia berapa seseorang dapat dikatakan tergolong anak, ternyata banyak Undang-undang yang tidak seragam batasannya, karena dilatar belakangi dari maksud dan tujuan masing- masing Undang-undang itu sendiri. Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dalam Undang-undang No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, yang disebut anak adalah seseorang yang belum 11 Abu Huraerah, Child Abuse kekerasan terhadap anak , Bandung: Nuansa, 1997, Cet ke-2, h. 49. 12 Ahmad Kosasih, HAM dalam Perspektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, Cet. Ke-1, h. 74. mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya. Dalam Kompilasi Hukumn Islam, bahwa batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun. Dan dalam Konvensi Hak-hak Anak, batasan umur anak adalah dibawah umur 18 tahun. 13 Anak adalah tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita bangsa, memilih peran strategis dalam menjamin eksistensi bangsa dan Negara di masa mendatang. Agar mereka kelak mampu memikul tanggung jawab itu, maka mereka perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, sosial, maupun spritual. Mereka perlu mendapatkan hak-haknya, perlu dilindungi dan disejahterahkan. Karenanya, segala bentuk tindah kekerasan pada anak perlu dicegah dan diatasi. 14 13 Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta: Djambatan 2000, Cet. Ke-3, h.5. 14 Huraerah, Child,.h. 11. Sebagai generasi penerus bangsa, anak selayaknya mendapatkan hak-hak dan kebutuhannya secara memadai. Sebaliknya mereka bukanlah objek sasaran tindakan kesewenang-wenangan dan perlakuan yang tidak manusiawi dari siapapun atau pihak manapun. Anak yang dinilai rentan terhadap kekerasan dan penganiayaan, seharusnya dirawat, diasuh, dididik dengan sebaik-baiknya, agar mereka tumbuh serta berkembang secara sehat dan wajar. Hal ini tentu saja perlu dilakukan, agar kelak di kemudian hari tidak terjadi generasi yang hilang the lost generation. 15 Penenggulangan permasalahan anak sangat menuntut banyak pihak. Mereka bukan semata-mata tanggung jawab orang tua, melainkan juga menjadi tanggungjawab negara dan pemerintah serta masyarakat. Oleh karena itu, optimalisasi peran orang tua, negara dan pemerintah serta masyarakat dalam upaya mensejahterahkan anak perlu diupayakan. Anak- anak adalah harapan masa depan bangsa. Anak-anak Indonesia adalah anak-anak kita sendiri dan tanggungjawab kita bersama. Keberadaan anak-anak jalanan tampaknya telah menjadi fenomena di kota-kota besar Indonesia. Kehadiran anak-anak di jalanan adalah sesuatu yang dilematis. Disatu sisi mereka dapat mencari nafkah dan 15 Ibid.,h.30. mendapatkan pendapatan, yang membuatnya bisa bertahan hidup dan dapat menopang kehidupan keluarga. Namun, disisi lain mereka bermasalah karena seringkali tindakannya merugikan orang lain. Mereka menjadi objek kekerasan fisik orang dewasa, yang sama-sama bekerja di jalanan, seperti dipukul, ditendang, dijewer dan lain-lain. 16 Anak-anak jalanan ditantang oleh resiko yang mau tidak mau harus dihadapi saat mereka berada dijalanan. Di samping itu, karena masa anak dan remaja usia 10-21 tahun ini dianggap sebagai masa persiapan untuk mencapai cita-cita pada masa dewasanya, maka anak jalanan menjadi berkurang kesempatannya untuk membekali diri dengan pendidikan formal dan keterampilan khusus lainnya. Padahal disisi lain, mereka kelak harus bersaing dengan anak-anak lain seusianya, yang memang tidak memiliki hambatan dalam hal materi, fasilitas yang dibutuhkan, maupun kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. 17 Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya. Anak jalanan dikelompokkan dalam tiga kategori: 16 Ibid., h.89. 17 Surat Kabar Pikiran Rakyat Alva Handayani, Melonjak Jumlah Anak Jalanan, Jakarta : 10 Januari 1999. a. Anak jalanan yang hidup di jalanan children of the street, dengan kriteria: 1 Putus hubungan atau karena tidak bertemu dengan orang tua- orang tuanya. 2 Selama 8-10 jam berada di jalanan untuk ’bekerja’ mengamen, mengemis, memulung dan sisanya menggelandang atau tidur. 3 Tidak lagi bersekolah. 4 Rata-rata berusia dibawah 14 tahun. b. Anak jalanan yang bekerja di jalanan children on the street, dengan kriteria: 1 Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya. 2 Antara 8-16 jam berada di jalanan. 3 Mengkontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orang tua atau saudara, umumnya di daerah kumuh. 4 Tidak lagi bersekolah. 5 Pekerjaan: penjual korann, pengasong, pencuci bis, pemulung, penyemir sepatu, dan sebagainya. 6 Rata-rata berusia di bawah 16 tahun. c. Anak yang rentan menjadi anak jalanan, dengan kriteria: 1 Bertemu teratur setia hari, tinggal dan tidur dengan keluarganya. 2 Sekitar 4-6 jam bekerja di jalanan. 3 Masih bersekolah. 4 Pekerjaan: penjual koran, penyemir, pengamen, dan sebagainya. 5 Usia rata-rata di bawah 14 tahun. 18 Orang tua mengeksploitasi karena kondisi ekonomi yang sangt terpuruk. Serta tidak mempunyai konsep tentang hak anak, hampir semua keluarga miskin anggotanya dijadikan tenaga kerja termasuk anak-anak. Jadi, menset orang tua, anak itu dijadikan alat atau tulang punggung. Dengan itu semua orang tua tidak sadar karena itu telah menghancurkan masa depan anak, anak dididik dengan pola pola minta-minta, dengan ini anak sudah menjadi komunitas anak jalanan. 19

3. Hak-Hak Anak

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Terhadap Hak Dan Kewajiban Anak Dan Orang Tua Ditinjau Dari Undang-Undang NO.1 Tahun 1974 Dan Hukum Islam

0 30 99

Otoritas orang tua terhadap anak perspektif hukum Islam dan undang-undang nomor 23 tahun 2002 (kasus Arumi Bachsin)

0 3 108

HAK-HAK ANAK DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK NO. 23 TAHUN 2002 UNTUK MEMPEROLEH Hak-hak anak dalam undang-undang perlindungan anak no. 23 tahun 2002 untuk memperoleh pendidikan dalam perspektif islam.

0 2 13

PENDAHULUAN Hak-hak anak dalam undang-undang perlindungan anak no. 23 tahun 2002 untuk memperoleh pendidikan dalam perspektif islam.

0 2 25

PENUTUP Hak-hak anak dalam undang-undang perlindungan anak no. 23 tahun 2002 untuk memperoleh pendidikan dalam perspektif islam.

0 1 6

DAFTAR PUSTAKA Hak-hak anak dalam undang-undang perlindungan anak no. 23 tahun 2002 untuk memperoleh pendidikan dalam perspektif islam.

0 2 8

HAK-HAK ANAK DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK NO. 23 TAHUN 2002 UNTUK MEMPEROLEH PENDIDIKAN DALAM Hak-hak anak dalam undang-undang perlindungan anak no. 23 tahun 2002 untuk memperoleh pendidikan dalam perspektif islam.

0 2 23

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Akibat Perceraian Orang Tua di Pengadilan Agama Padang Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

0 0 6

KEWAJIBAN NEGARA TERHADAP ANAK-ANAK JALANAN YANG MASIH MEMILIKI ORANG TUA YANG TINGGAL DI RUMAH SINGGAH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN UNDANG-UNDANG.

0 0 1

HAK WARIS ORANG TUA BERSAMA ANAK (STUDI KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA) - STAIN Kudus Repository

0 0 48