1 Bertemu teratur setia hari, tinggal dan tidur dengan
keluarganya. 2
Sekitar 4-6 jam bekerja di jalanan. 3
Masih bersekolah. 4
Pekerjaan: penjual koran, penyemir, pengamen, dan sebagainya.
5 Usia rata-rata di bawah 14 tahun.
18
Orang tua mengeksploitasi karena kondisi ekonomi yang sangt terpuruk. Serta tidak mempunyai konsep tentang hak anak, hampir semua
keluarga miskin anggotanya dijadikan tenaga kerja termasuk anak-anak. Jadi, menset orang tua, anak itu dijadikan alat atau tulang punggung.
Dengan itu semua orang tua tidak sadar karena itu telah menghancurkan masa depan anak, anak dididik dengan pola pola minta-minta, dengan ini
anak sudah menjadi komunitas anak jalanan.
19
3. Hak-Hak Anak
18
Huraerah, Child., h. 88-92.
19
Hasil Wawancara dengan Drs. M.A. Budhy Prabowo, Msi, Kepala Bagian Data dan Pelaporan Sekertariat KPAI, Jakarta, 12 Maret 2010.
Masalah perlindungan hukum dan hak bagi anak-anak merupakan salah satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak Indonesia. Agar
perlindungan hak-hak anak dapat dilakukan secara teratur, tertib dan bertanggungjawab maka diperlukan peraturan hukum yang selaras dengan
perkembangan masyarakat Indonesia yang dijiwai sepenuhnya oleh Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Namun, usaha tersebut belum
menunjukkan hasil yang memadai sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia. Keadaan ini di sebabkan situasi dan
kondisi serta keterbatasan yang ada pada pemerintah, dan masyarakat sendiri belum memungkinkan untuk mengembangkan secara nyata
ketentuan perundang-undangan yang telah ada.
20
Hak asasi anak telah diakui dan dilindungi sejak masih dalam kandungan. Sebagai negara peserta Konvensi tentang Hak Anak, negara
Indonesia mempunyai kewajiban untuk melakukan berbagai upaya dalam perlindungan hak asasi manusia, diantaranya:
1. Melakukan pencegahan agar anak terhindar dari penculikan,
penyelundupan dan penjualan.
20
Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Bandung : PT Refika Aditama, 2006, Cet. Ke -1, h. 67-68.
2. Melindungi anak dari kehilangan keluarga, eksploitasi ekonomi
baik secara fisik maupun psikologi, prostitusi, segala bentuk diskriminasi, dan dalam keadaan krisis dan darurat seperti dalam
pengungsian, konflik bersenjata, dan anak yang berkonflik dengan hukum.
3. Menjamin hak anak yang menjadi korban konflik bersenjata,
penelantaran, penganiayaan dan eksploitasi. 4.
Dilarang memberikan perlakuan atau hukuman yang kejam, penjatuhan hukuman mati, penjara seumur hidup, penahanan
semena-mena dan perampasan kemerdekaan.
21
Menurut konvensi negaralah yang mempunyai kewajiban dalam perlindungan hak anak, keluarga dan masyarakat tidak dapat dilepaskan
peranannya. Kewajiban untuk melindungi hak-hak anak adalah kewajiban semua pihak.
22
Kemudian, sejak ditetapkannya Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, perlindungan bagi anak Indonesia
telah memiliki landasan hukum yang lebih kokoh. Hak anak relatif lebih
21
Rona Smith, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: Pusat Studi HAM UII, 2008, Cet. Ke-1. h. 267.
22
Ibid., h. 269.
lengkap dan cukup banyak dicantumkan dalam Undang-undang Perlindungan anak dalam pasal 4 sampai dengan pasal 18 yang berkaitan
dengan Hak dan Kewajiban Anak dalam Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
23
Selain hak-hak anak, dalam kehidupan anak masih diperlukan adanya tanggungjawab orang tua terhadap anak, sehingga hak-hak anak
dapat berjalan dengan baik. Tanggungjawab orang tua terhadap anak merupakan perwujudan atas hak-hak yang dimiliki anak, apabila orang tua
mampu berperan sebagaimana yang diharapkan oleh peraturan dan kasih sayang orang tua terhadap anak. Dalam konvensi PBB tentang Hak-hak
Anak hanya terdapat satu peraturan tentang tanggungjawab orang tua terhadap anak yaitu orang tua bertanggungjawab untuk membesarkan dan
membina anak, negara mengambil langkah membantu orang tua yang bekerja agar anak mendapat perawatan dan fasilitas.
24
Sebagaimana manusia lainnya, setiap anak memiliki kebutuhan dasar yang menuntut
untuk dipenuhi sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar.
23
Ibid., h. 36.
24
Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta: Djambatan, 2000, h. 8.
Sedangkan kebutuhan umum anak adalah perlindungan keamanan, kasih sayang, pendekatan atau perhatian dan kesempatan untuk terlibat
dalam pengalaman positif yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan mental yang sehat. Untuk menjamin perkembangan psikis dan
sosialnya, anak memerlukan kasih sayang, pemahaman, suasana rekreatif, stimulasi kreatif, akultualisasi diri, dan pengembangan intelektual sejak
dini, mereka perlu pendidikan dan sosialisasi dasar, pengajaran tanggungjawab sosial, peran-peran sosial, dan keterampilan dasar agar
menjadi warga masyarakat yang bermanfaat.
25
Perlindungan anak berkaitan erat untuk mendapatkan hak asasi mutlak dan mendasar yang tidak boleh di kurangi satupun atau
mengorbankan hak mutlak lainnya untuk mendapatkan hak lainnya, sehingga anak tersebut akan mendapatkan hak-haknya sebagai manusia
seutuhnya bila ia menginjak dewasa, bila anak telah menjadi dewasa, maka anak tersebut akan mengetahui dan memahami mengenai apa yang
menjadi dan kewajiban baik terhadap keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
25
Huraerah, Child, h. 38-39.
Hak asasi anak adalah hak asasi manusia plus dalam arti kata harus mendapat perhatian khusus dalam memberikan perlindungan, agar anak
yang baru lahir, tumbuh dan berkembang mendapat hak asasi manusia secara utuh.
26
Hak-hak anak di indonesia juga dilindungi secara hukum melalui Undang-undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, yang
menyatakan bahwa anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun setelah melahirkan, anak berhak dalam
perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan secara wajar, dan anak
yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan, agar dalam lingkungan keluarga dapat tumbuh dan berkembang secara wajar serta bantuan dan
pelayanan yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak menjadi hak setiap anak tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, agama, pendirian
politik dan kedudukan sosial.
27
Banyak kesempatan yang tidak dapat dinikmati oleh anak jalanan dalam menggunakan haknya sebagai anak agar anak dapat mendukung
26
Abdussalam, Hukum Perlindungan Anak, Jakarta: Restu Agung, 2007, Cet. Ke-3, h. 11.
27
Aep Rusmana, Pemberdayaan Anak Jalanan, Jakarta 2001, h.28.
proses tumbuh dan berkembang menjadi warga masyarakat yang bertanggungjawab.
28
28
Ibid., h. 29.
BAB III FENOMENA PELANGGARAN ANAK JALANAN
A. Pengertian Pelanggaran Anak
Anak adalah tunas, potensi dan generasi penerus cita-cita perjuanagn bangsa, oleh karena itu anak memiliki peran strategis bagi kelangsungan
eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat
kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, berakhlak mulia serta memperoleh
perlindungan untuk menjamin kesejahteraannya.
1
Anak jalanan itu harus diatasi, diambil dan dididik di tempatkan di sanggar atau sekolah keterampilan, apabila mereka sudah mempunyai
keahlian mereka bisa mencari uang tanpa harus kejalan.
2
Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah, masyarakat, orang tua dan keluarga serta lembaga negara berkewajiban serta bertanggung jawab
1
Agung Wahyono, Peradilan Anak di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 1993, hal 5
2
Hasil Wawancara dengan Drs. M.A. Budhy Prabowo, Msi, Kepala Bagian Data dan Pelaporan Sekertariat KPAI, Jakarta, 12 Maret 2010.
38