2
g l
B K
p d
t 5
m d
m m
2.7. Sacchar
Sacc genus Sacch
lonjong, m Berkembang
Konjugasi i pembentuka
dengan berb 1986. Kham
temperatur u 50
C dengan Sacc
memiliki da dan inverta
monosakarid menjadi etan
Gambar
romyces cer
charomyces c haromyces
memanjang g biak sec
sogami atau an askus. Se
bagai bentuk mir ini dap
untuk metab n temperatur
charomyces c aya konversi
se. Enzim da glukosa
nol Judoam r 5. Aspergi
revisiae
cerevisiae te Alexopoulu
seperti be cara vegetat
u heterogam etiap askus
dengan spor pat tumbuh
olismenya c r minimum 0
cerevisiae m i gula menja
invertase b dan frukto
idjojo et al., llus niger p
ermasuk fam us et al., 19
enang dan tif dengan
mi dapat men dapat meng
ra yang dapa pada kisara
ukup lebar. C Sudarm
merupakan sa adi etanol. K
berfungsi se osa. Enzim
, 1989. ada medium
mili dari Sacc 986. Bentu
menghasi cara peng
ndahului dan gandung satu
at berkonjug an pH 3-6
Temperatur madji dkk, 1
alah satu kha Khamir ini m
ebagai peme zimase aka
m PDA
charomyceta uk sel kham
ilkan psedo guncupan m
n dapat terj u hingga em
gasi Pelczar dan memili
maksimum 989.
amir yang te memiliki enz
ecah sukros an menguba
ales dengan mir bundar,
omiselium. multilateral.
adi setelah mpat spora
r and Chan, iki interval
sekitar 40-
lah dikenal zim zimase
sa menjadi ah glukosa
Menurut Stewart
and Russell 1985 dalam Astuty, 1991 penggunaan khamir genus Saccharomyces dalam fermentasi didasarkan pada :
1. Daya fermentasi yang tinggi. 2. Kemudahan dalam penggunaan jasad.
3. Selektivitas yang tinggi dalam menghasilkan produk. 4. Kemampuan menggunakan berbagai jenis gula seperti glukosa, sukrosa,
fruktosa, galaktosa, maltosa dan maltotriosa. Fermentasi glukosa oleh khamir bersifat anaerob meskipun khamir sendiri
bersifat aerob. Pada kondisi anaerob proses fermentasi berjalan lebih aktif sedangkan proses pertumbuhan berjalan lambat. Apabila terdapat aerasi,
kecepatan fermentasi menurun dan sebaliknya proses respirasi menjadi lebih aktif. Gejala ini dikenal dengan efek pasteur Sudarmadji dkk, 1989.
Gambar 6. Sel khamir
2.8. Fermentasi Etanol
Fermentasi adalah proses oksidasi yang meliputi perombakan media organik pada mikroorganisme anaerob atau fakultatif anaerob dengan
menggunakan senyawa organik sebagai aseptor elektron terakhir. Fermentasi karbohidrat oleh khamir merupakan proses penghasil etanol dan karbondioksida
secara anaerob Sudarmadji dkk, 1989. Menurut Budiyanto 2003 untuk mendapatkan hasil fermentasi yang
optimum perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Kadar gula yang terlalu tinggi akan menghambat aktivitas khamir.
Konsentrasi gula yang optimum untuk menghasilkan kadar etanol yang optimum adalah 14-18 .
2. Suhu yang baik untuk fermentasi adalah dibawah 30 C. Semakin rendah
suhu fermentasi, maka semakin tinggi kadar etanol yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan pada suhu rendah CO
2
lebih sedikit yang dihasilkan. 3. Derajat keasaman akan mempengaruhi kecepatan fementasi. pH yang
optimum untuk pertumbuhan khamir adalah 4-4,5. Untuk pengaturan pH dapat digunakan NaOH untuk menaikkan pH dan asam nitrat untuk
menurunkan pH. Pada pH 3,5 atau sedikit lebih rendah fermentasi masih dapat berlangsung dengan baik dan bakteri pembusuk akan terhambat.
Menurut Saroso 1998 pH ideal untuk fermentasi etanol adalah pH 4-6. Produksi etanol dari substrat berpati secara garis besar terbagi atas tiga
tahapan proses yaitu likuifikasi pati menggunakan α-amilase, sakarifikasi
enzimatis menjadi glukosa dan fermentasi glukosa menjadi etanol. Fermentasi
etanol terjadi pada kondisi anaerob dengan menggunakan khamir tertentu yang dapat mengubah glukosa menjadi etanol melalui Embden Mayerhof Parnas
Pathway. Dari 1 molekul glukosa akan terbentuk 2 molekul etanol dan CO
2
, sehingga berdasarkan bobotnya secara teoritis 1 gram glukosa akan menghasilkan
0,51 gram etanol Judoamidjojo, 1990. Reaksi pembentukan etanol :
C
12
H
22
O
12
+ H
2
O C
6
H
12
O
6
+ C
6
H
12
O
6
sukrosa glukosa fruktosa
C
6
H
12
O
6
2 C
2
H
5
OH + 2 CO
2
glukosa etanol
Kecepatan fermentasi etanol dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti susunan substrat, kecepatan pemakaian zat gizi, tingkat inokulasi, keadaan
fisiologis khamir, aktivitas enzim-enzim jalur EMP, toleransi khamir terhadap gula dan alkohol tinggi serta kondisi selama fermentasi Watson, 1985 dalam
Astuty, 1991.
Gambar 7. Jalur EMP Embden Meyerhof-Parnas Salah satu spesies khamir yang telah dikenal mempunyai daya konversi
gula menjadi etanol yang tinggi adalah Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae menghasilkan enzim invertase dan zimase. Enzim invertase berfungsi
sebagai pemecah sukrosa menjadi monosakarida glukosa dan fruktosa. Enzim zimase akan mengubah glukosa menjadi etanol Judoamidjojo et al., 1989.
2.9. Bioetanol