Latar Belakang Masalah Analisis Pragmatik Terhadap Novel Moshidora Karya Natsumi Iwasaki

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari akar kata cas atau sas dan –tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan memiliki arti mengarahkan, mengejar, memberikan suatu petunjuk ataupun induksi. Akhiran –tra menunjukkan suatu sarana atau alat. Sastra secara harfiah berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi ataupun pengajaran. Sastra juga sering digunakan dengan bentuk fisik seperti buku atau kitab yang berisi tulisan indah, mendidik ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw, 1988:23. Menurut Semi 1988:8 sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Tidak jauh berbeda Janet Wolff dalam Ramadhani 2013:1 mengemukakan bahwa sastra arts dianggap sebagai produk budaya suatu masyarakat, sastra juga dipandang sebagai dan memiliki hubungan yang kompleks dengan masyarakat pendukungnya. Sastra karya sastra merupakan karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan. Standar bahasa kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik, sedangkan kesusastraan adalah karya seni yang pengungkapannya diwujudkan dengan bahasa yang indah Zainuddin dalam Ramadhani 2013:1. Sebuah karya sastra biasanya dihasilkan dari imajinasi manusia karena adanya hubungan yang erat antara manusia pencipta karya sastra itu sendiri dan terinspirasi oleh kehidupan realitas 2 lingkungan sekitarnya. Menurut Rokhmansyah2014:11 karya sastra adalah karya seni yang bermedia atau berbahan utama bahasa. Artinya, bahasa merupakan suatu unsur yang tidak dapat dikesampingkan. Tanpa ada bahasa tidak akan terjadi sebuah peristiwa sastra. Bahasa dalam dalam karya sastra dijadikan sebagai piranti untuk merefleksikan nilai dan jati diri penulisnya sekaligus mempresentasikan identitas budaya masyarakat yang tinggal disekitarnya. Sastra dilihat dari kebudayaan yang diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui yang lahir dari perasaan dan pemikirannya. Adapun manfaat sastra pada umunya adalah sebagai alat komunikasi antara sastrawan dan masyarakat pada umumnya. Karya sastra selalu berisi pemikiran, gagasan, kisah- kisah, dan amanat yang dikomunikasikan kepada para pembaca. Karya sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan suatu kacakapan dalam menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra. Bahasa merupakan media yang sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, sastra dapat diungkapkan dengan banyak cara. Dalam dunia kesusastraan, karya sastra dapat dibedakan dalam bentuk dan jenis yang berbeda-beda, misalnya drama, puisi, roman, novel dan sebagainya. Novel dan cerita pendek merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Dengan demikian, pengertian fiksi juga berlaku untuk novel. Sebutan novel dalam bahasa inggris dan yang kemudian masuk ke dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa Italia novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’ dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa Abrams dalam Nurgiyantoro 1995:9. Menurut Nursisto 3 dalam Ramadhani 2013:2 novel adalah penuangan pikiran, perasaan dan gagasan penulis dalam merespon kehidupan sekitarnya. Ketika di dalam kehidupan muncul permasalahan baru, nurani penulis novel akan terpanggil untuk segera menciptakan suatu cerita. Kemudian Paulus Turkam juga berpendapat bahwa novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur- unsur intrinsik unsur yang membangun karya sastra itu sendiri yaitu tema, alur plot, latar setting dan penokohan perwatakan. Hal ini disebutkan dalam http:padangsastra.blogspot.com201007pembagian-jenis-jenisastra.html?m=1. Novel berfungsi untuk memberikan pandangan kepada pembaca tentang apa yang terjadi dalam sosial masyarakat, kehidupan, religious dan hal yang lainnya. Novel dapat memberikan nilai moral ataupun pesan positif dalam suatu karya sastra. Tak sedikit juga novel memberikan pengaruh buruk kepada pembaca secara tidak langsung yang disebabkan oleh faktor tema atau pola pikir pembaca itu sendiri. Novel menjadi karya sastra yang banyak dicari karena selain menjadi media hiburan juga terdapat nilai-nilai kebaikan. Dalam hal ini banyak novel Jepang yang memberikan nilai pendidikan maupun moral yang baik, salah satunya adalah novel Moshidora karya Natsumi Iwasaki. Novel Moshidora merupakan salah satu novel terlaris di Jepang pada tahun 2009. Novel ini juga telah diadaptasi ke dalam manga, dan juga film layar lebar pada tahun 2011. Dalam novel ini pengarang ingin menyampaikan bahwa pentingnya rasa kesetiaan terhadap kelompok. Hal ini terlihat jelas pada peran tokoh utama yang bernama Minami yang selalu setia dan berjuang keras untuk membawa nama tim bisbol sekolahnya ke tingkat nasional. Perjuangan Minami banyak melalui rintangan yang menghadangnya. Termasuk ketika ia harus 4 menghadapi satu persatu para anggota tim bisbolnya yang sangat cuek dan acuh tak acuh dengan timnya. Bukan hanya pemain, namun pelatih dan personil- personil yang lain pun mempunyai tanggapan yang sama. Bahkan ketika ia menyampaikan ambisinya untuk membawa tim bisbol sekolahnya ke tingkat nasional, semuanya hanya terdiam dan hanya menganggap itu sebagai ambisi sesaat dan tidak mungkin tercapai. Namun ia tetap setia terhadap kelompoknya meskipun ada rasa kecewa di dalam hatinya, hingga akhirnya perjuangannya berbuah manis. Natsumi Iwasaki juga menyampaikan bahwa tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Dan juga sebaliknya, keinginan kita juga tidak akan pernah tercapai jika tidak ada kerja keras dan tekad yang kuat untuk menggapainya. Berdasarkan penjelasan diatas, novel ini sangat menginspirasi pembaca terutama bagi kaula muda yang ingin mencapai cita-cita atau kenginanya khususnya dalam sebuah kelompok. Novel karangan pertama Natsumi Iwasaki ini juga banyak memberikan edukasi-edukasi yang dapat bermanfaat bagi para penikmatnya dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya, kesetiaan terhadap kelompok. Nilai kesetiaan terhadap kelompok diatas sesuai dengan nilai-nilai moral yang dipedomani oleh masyarakat Jepang yang dikenal dengan istilah Bushido. Nilai bushido merupakan ajaran moral yang sudah berakar, mempengaruhi pola pikir dan pandangan hidup masyarakat Jepang dalam perjuangan hidupnya sampai sekarang. Bushido berasal dari kata bu 武 artinya beladiri, shi 士 artinya samurai orang dan do 道 artinya jalan. Secara sederhana bushido berarti jalan terhormat yang harus ditempuh seorang samurai dalam pengabdiannya. Dalam etika bushido terkandung ajaran-ajaran moral tinggi terkait 5 dengan tanggung jawab, kesetiaan, sopan santun, tata krama, disiplin, keberanian, kerelaan berkorban, pengabdian, kerja keras, kebersihan, hemat, ketajaman berpikir, kesabaran, kesederhanaan, kesehatan jasmani dan rohani, kejujuran, pengendalian diri. http:ejournal.undip.ac.idindex.phpizumiarticledownload62325266. Berdasarkan gambaran singkat tentang novel Moshidora yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk memaparkan nilai-nilai pragmatik yang terdapat dalam novel tersebut dan menjelaskan nilai-nilai pragmatik yang disampaikan Natsumi Iwasaki sebagai pengarang yang dapat dijadikan sebagai pelajaran di kehidupan sehari-hari. Maka dengan alasan di atas, penulis akan meneliti dan menganalisis cerita novel Moshidora karya Natsumi Iwasaki ini melalui skripsi yang berjudul “ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL MOSHIDORA KARYA NATSUMI IWASAKI”.

1.2 Rumusan Masalah