Hak Azasi Manusia HAM

26 5. Pedoman Menteri Pertanian dan Agraria Nomor II Tahun 1963 Tentang Penyelesaian Tanah Jaluran 6. Surat Keputusan Badan Pekerja Panitia Landreform Kabupaten Labuhan Batu Nomor 2KII121968 Tentang penyelesaian persoalan tanah-tanah garapan yang berada diatas areal Perkebunan Padang Halaban 7. Surat Keputusan Kepala Agraria Daerah Kabupaten Labuhan Batu Nomor 94II12LR-69 Tentang Pembayaran Bantuan Ganti Rugi atas tanah Garapan yang terletak di atas areal Perkebunan Padang Halaban 8. Peraturan Menteri Pertaniaan dan AgrariaKepala BPN Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum adat 9. SK BPN Nomor 42HGUBPN2002 10. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 11. PP Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,dan Hak Pakai atas tanah

1.6.3. Hak Azasi Manusia HAM

Istilah HAM pada hakekatnya memiliki pengertian yang hampir sama, meskipun masing-masing negara menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Misalnya, HAM dalam bahasa inggris dikenal sebagai human rights atau fundamental rights, sedangkan bahasa perancis disebut Universitas Sumatera Utara 27 sebagai des droits de I’Homme.Hak asasi manusia dalam hal ini merupakan seperangkat hak yang melekat pada keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dinjunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kodratnya. Hak asasi manusia meliputi hak hidup, hak kemerdekaan atau kebebasan, hak milik, dan hak- hak dasar lain yang melekat pada diri manusia dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. 20 Dalam salah satu dokumen yang diterbitkan oleh PBB, dapat ditemukan defenisi HAM yang lebih singkat, sebagaimana dikutip Bahrudin Lopa dalam menegaskan, yaitu: “Human Rights could be generally defined as those rights which are inherent in our nature and without which we cannot live as human beings”. Dalam konteks ini , HAM dapat didefinisikan sebagai hak-hak yang melekat inherent, yang secara alamiah manusia tidak dapat hidup tanpa adanya hak-hak tersebut. Selanjutnya John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Maha Pencipta sebagai hak kodrat.Oleh karena itu, tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Hak ini sifatnya sangat mendasar fundamental bagi hidup 20 Arkal Salim, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta: IAIN Press, 2000, hal. 5. Universitas Sumatera Utara 28 dan kehidupan manusia dan merupakan hak kodrat yang tidak bias terlepas dari dan dalam kehidupan manusia. 21 • Undang-Undang Dasar 1945, yang diuraikan dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea pertama, yaitu dinyatakan tentang kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa di dunia maka oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan keadilan. Berbagai instrument Hak asasi Manusia yang dimiliki Negara Republik Indonesia, yakni: • Ketetapan MPR-RI Nomor XVIIMPR1998 tentang Hak Asasi Manusia, yang diuraikan dalam lampiran ketetapan ini berupa naskah HAM pada angka I huruf D butir I menyebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan dengan harkat dan martabat manusia. • Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam pasal 1 Ayat 1 bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah- nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Lalu Menurut pasal 1 Ayat 6 dijelaskan bahwa pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapat atau 21 Azyumardi Azra, Demokrasi, Hak Azasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: Penerbit Tim ICCE UIN,2003,hal. 130. Universitas Sumatera Utara 29 dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. 22 Menurut ajaran Hak Asasi Manusia, penyelenggaraan Negara sesungguhnya memiliki kewajiban untuk : i menghargai hak asasi manusia rakyatnya; ii melindungi hak asasi manusia rakyatnya; dan iii memenuhi hak asasi manusia rakyatnya. Kewajiban pertama, untuk menghargai, mensyaratkan penyelenggara negara sendiri tidak melangggar hak-hak asasi rakyatnya.Hal ini mencakup tindakan negara untuk memberlakukan hukum-hukum baru yang berlaku yang diperkirakan dapat mengakibatkan terjaminnya hak-hak korban pelanggaran HAM di masa lampau pada masa kini, dan dengan demikian dapat menyelesaikan pelanggaran hak di masa lampau itu.Kewajiban kedua, untuk melindungi, mempersyaratkan penyelenggara negara mencegah dan menindak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pihak bukan negara dengan menegakkan aturan-aturan hukum yang diberlakukan pada pelanggar itu.Kewajiban ketiga, untuk memenuhi, mempersyaratkan penyelenggara negara mengkaji ulang prioritas kerjanya, membuat perubahan-perubahan aturan, administrasi, 22 Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 96. Universitas Sumatera Utara 30 anggaran, peradilan dan hal yang diperlukan lainnya untuk mewujudkan hak-hak tertentu rakyatnya. 23 Menurut Hadari Nawawi

1.7 Metodologi Penelitian

Dokumen yang terkait

Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

1 62 136

Konflik Agraria (Studi Etnografi Di Desa Aek Buaton, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara)

1 109 111

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 2 9

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 0 2

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 2 34

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 1 18

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 2 5

Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

0 0 21

Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

0 0 12

Konflik Agraria (Studi Etnografi Di Desa Aek Buaton, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara)

0 0 12