PENUTUP A. Perilaku nikah bodong pada masyarakat pondok aren : studi pada kelurahan jurang mangu timur kecamatan pondok aren periode 2009 sampai dengan 2010n

biologis dan afeksional.aspek biologis adalah keinginan manusia untuk mendapatkan keturunan sedangkan aspek afeksional, adalah kebutuhan manusia untuk saling mencintai, rasa kasih sayang,rasa aman dan terlindungi,rasa di hargai dan sebagainya. Wahbah al-Zuhaili mengemukakan bahwa perkawinan menurut hukum islam adalah akad atau perjanjian atau ikatan yang menghalalkan seorang peria dan wanita hidup bersama sebagai suami istri 2 . Sedangkan Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan pada pasal 1 menyatakan, bahwa “pernikahan merupakan ikatan batin antara seorang peria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa” 3 Fenomena prilaku masyarakat saat ini banyak yang menyalah artikan sebuah pernikahan, mereka hanya melihat bahwa pernikahan adalah sebuah ajang untuk memuaskan diri mereka tanpa mengikuti syarat dan rukun baik dalam hukum islam maupun hukum Negara Dalam hukum acara perbuatan seperti ini dikenal dengan penyelundupan hukum, yaitu suatu cara menghindari diri dari persyaratan hukum yang ditentukan baik oleh undang-undang dan peraturan yang berlaku, dengan tujuan perbuatan yang 2 Wahbah Az-Zuhaili, Al-fiqh AL-islami wa adillatuhu, juz VII Libanon, Daar al-fi.kr, 2006, h.29. 3 Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Undang-Undang Dalam Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta: Depag, 2001, h.31. demikian dapat menghindarkan suatu akibat yang tidak dikehendaki atau untuk mewujudkan suatu akibat hukum yang dikehendaki 4 . Meskipun demikian, pernikahan seperti itu banyak dilakukan pada kalangan masyrakat bahkan menjadi bahan perbincangan hangat, baik di media cetak maupun elektronik. Terlebih lagi, banyak di antara pelaku nikah sirri yang termasuk pesohor negeri ini atau mendadak sohor karena menikah sirri. Akibatnya, gaung nikah sirri pun kian santer. Belum lagi, bila berita nikah sirri yang rajin direproduksi media tersebut bertemu dengan budaya latah yang cukup mengakar di masyarakat kita, menghasilkan efek bola salju yang menggelinding liar dan kian membesar, sehingga tanpa disadari, menjadi ajang promosi gratis nikah sirri secara besar-besaran 5 . Dari beberapa refrensi, penulis menemukan hal-hal mengapa mereka melakukan nikah siri, antara lain: Dari data yang didapat, penulis mengelompokan pelaku nikah sirri berdasarkan strata sosialnya, yaitu: 1. kelompok orang tidak punya the have not atau kategori strata menengah ke bawah; dan 2. kelompok orang punya the have atau kategori menengah ke atas 6 . 4 M.idris Ramulyo, Tinjauan Hukum Perkawinan, Cet 1, Jakarta, Gema insanierss.1974, h.22. 5 Deni Firman Nurhakim, Memerdekakan Umat Dari Nikah Sirri: Sebuah Telaah Sosiologis, artikel diakses pada tanggal 11 Juni 2010 dari: http:penghulu78.blogspot.com200907lagi-soal- nikah-sirri.html. 6 Ibid