Efektifitas Perencanaan Pembelajaran Pai Di Ma Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur

(1)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh

SARTIKA DEWI

106011000021

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan usaha-usaha guru PAI dalam membuat RPP, menganalisa kendala-kendala yang mereka temui dalam pembuatan RPP, serta menganalisa efektifitas RPP dalam menunjang pembelajaran PAI. Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar yang disusun dalam kalimat. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Sedangkan responden dalam penelitian ini adalah Guru-Guru PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur Kec. Pondok Aren dengan teknik pengumpulan data berupa analisis dokumen, observasi dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Jam’iyyah Islamiyyah secara umum sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh peraturan Kementerian Agama dalam buku pedoman penyusunan dan penulisan RPP, hanya saja bentuk RPP tidak menggunakan RPP berkarakter. Selanjutnya, kendala-kendala yang ditemukan dalam pembuatan RPP antara lain kurang tersedianya fasilitas untuk menerapkan metode pembelajaran, kesulitan dalam menentukan dan menemukan metode yang tepat serta up-to-date dalam menyampaikan suatu topik PAI, mengingat minat anak-anak di era modern in seperti game dan lain sebagainya sangat meningkat. Sehingga guru agak sedikit mengalami kesuliatan untuk mendapatkan metode yang akurat dan menarik. Di samping itu, guru terkadang lupa membawa RPP pada waktu pembelajaran dengan alasan tertinggal dan adanya beberapa kekeliruan dalam menulis pengorganisasian huruf atau angka dikarenakan system Copy-Paste. Hasil terakhir menunjukkan bahwa dengan adanya penyusunan perencanaan pembelajaran, guru mendapatkan beberapa keuntungan seperti lebih percaya diri dalam menyampaikan metode dan mudah dalam menentukan durasi kegiatan belajar mengajar.


(6)

v

This research aims to describe the efforts which Islamic Religious Teaching (PAI) teachers made in designing Lesson Plan, to analyze their difficulties in designing the lesson plan, and to analyze the effectiveness of the lesson plan on supporting Islamic Religious Teaching (PAI) teaching and learning activities. The research is considered as qualitative-descriptive research which collects the research data and turns them into words and pictures which are eventually arranged into sentences. In this research, the researcher uses descriptive-analysis as the research method and the subjects of the research are teachers at Jam’iyyah Islamiyyah Islamic School, Jurang Mangu Timur.

The research shows that the implementation of Islamic Religious Teaching (PAI) lesson plan design is generally based on the Ministry of Religious Affairs regulations written on Lesson Plan Format and Design Guidelines. However, the teachers do not apply Characterized Lesson Plan (RPP berkarakter). In addition, the research results in there are some difficulties which the teachers met in designing the lesson plan such as the availability of teaching and learning facility and media, the difficulty of finding exact and up-to-date methods in teaching PAI topics while recognizing the interests of the students’ in this era are centered into games and so on. Furthermore, in few occasions, the teachers forget bringing the lesson plan into the classroom and make mistakes in typing letters and numbers due to copy-paste system. Lastly, the research results in the implementation of lesson plan gives some advantages such as the emerging of the teachers’ confidence in delivering PAI topics and the easiness in defining the teaching and learning duration.


(7)

vi

memberikan petunjuk dan pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektivitas Perencanaan Pembelajaran PAI di MA Jami’iyyah Islamiyyah Jurang Manggu Timur”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun manusia ke jalan yang diridhai Allah SWT. Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mengalami berbagai kesulitan, akan tetapi dengan adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, terutama kepada Ayahanda (Cik Aman), dan Ibunda (Rusni) tercinta yang telah

membiayai kuliah, memberikan do’a, limpahan kasih sayang, motivasi dan saran baik

secara moril maupun materil sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan kuliah ini.

Selanjutnya penulis perlu menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya terutama kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Dra. Nurlena, MA., Ph.D.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yakni Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yakni Ibu Marhamah Saleh, M.A.

3. Dosen Pembimbing skripsi, yakni Ibu Dra. Manerah.

4. Dosen Pembimbing Akademik, yakni Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, M.A.

5. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama melaksanakan studi.


(8)

vii

Masriki,S.Pd, dan para guru serta staf yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dan Tidak lupa kepada siswa-siswi Madrsah Aliyah Jami’iyyah Islamiyyah Jurang Manggu Timur yang telah bersedia menjadi responden. 8. Kakak dan adikku (Hendra Ikawati, Ali Damsir, Sanusi, Elly Dahniar, Darmawati

dan Susiherwati), serta keponakan-keponakanku, saudara dan saudariku yang tidak dapat disebutkan satu persatu syukron jaza kumullah khairan katsiran.

9. Suamiku tercinta Syarif Qomaruddin yang selalu menemani dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Teman terbaik yang selalu membantu dan memberikan dukungan, tempat berbagi cerita, tawa dan tangis (Junaidi, S.Pd.I, Wewen, S.Pd.I, Uchal, Imas, Devi, Shopie dan Ella).

11. Rekan-rekan mahasiswa di Jurusan PAI angkatan 2006 terutama kelas “A” terimakasih atas kebersamaan dan kecerian yang terjalin selama ini semoga Allah melanggengkan persahabatan kita, amin.

Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan memanjatkan do’a kepada Allah SWT. Semoga apa yang mereka telah berikan mendapat balasan yang berlipat ganda dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang. Amiin Ya Robbal Allamin.

Jakarta, 25 Maret 2014


(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : KAJIAN TEORI ... 7

A. Kegiatan Belajar Mengajar ... 7

1. Pengertian Belajar Mengajar ... 7

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran ... 10

3. Unsur-unsur Kegiatan Belajar Mengajar ... 21

B. Efektifitas Perencanaan Pembelajaran PAI ... 22

1. Pengertian Efektifitas Perencanaan Pembelajaran PAI ... 22

2. Pentingnya Sebuah Perencanaan Pembelajran ... 24

3. Komponen-komponen Pembelajaran yang Efektif ... 26

4. Perencanaan Pembelajaran PAI yang Efektif ... 26

5. Penelitian yang Relevan ... 28

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 30


(10)

ix

3. Kondisi dan Sarana Prasarana ... 32

4. Fisilitas Pendidikan ... 33

5. Tenaga Pendidikan dan Tata Usaha ... 34

6. Data Siswa ... 34

7. Kurikulum ... 34

8. Kegiatan Belajar Mengajar ... 35

9. Data Guru dan Karyawan ... 36

10. Pembinanaan Imtaq ... 37

C. Jenis dan Metode Penelitian ... 37

D. Subjek Penelitian ... 38

E. Metode Pengumpulan Data ... 38

1. Observasi ... 49

2. Wawancara ... 49

3. Dokumentasi ... 40

F. Analisis Data ... 40

BAB IV: HASIL PENELITIAN ... 42

A. Pelaksana Penyusunan Rencana Pembelajaran PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah ... 42

B. Aspek-aspek Penyususnan Rencana Pembelajran PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah ... 43

1. Metode Ceramah ... 43

2. Metode Diskusi ... 44

3. Metode Kerja Kelompok ... 46

4. Metode Pemberian Tugas ... 46

C. Perumusan Indikator Pembelajarn PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah .... 47


(11)

x

Islamiyyah ... 53

H. Keuntungan-keuntungan penyusunan Pembelajarn PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah ... 54

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Implikasi ... 56

C. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Instrumen Wawancara


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan Dasar dan Menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Standar isi menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis serta jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar Kompetensi Lulusan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (BNSP, 2006: 4).1

1

Badan Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22, 23, dan 24 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan dasar dan menengah. (Jakarta: Depdiknas, 2006), h. 4.


(13)

Berdasarkan UU20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan di atas, setiap sekolah/madrasah harus dapat mengembangkan kurikulumnya (KTSP) berdasarkan SI dan SKL dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh BSNP. Sementara itu, isi atau muatan KTSP secara teknis terbagi dalam dua dokumen yaitu dokumen I dan dokumen II. Dokumen I terdiri dari: (1) pendahuluan (Bab I); (2) tujuan pendidikan (Bab II); (3) struktur dan muatan kurikulum (Bab III); serta (4) kalender pendidikan (Bab IV). Sedangkan, Dokumen II terdiri atas silabus dari SK/KD yang dikembangkan pusat dan silabus dari SK/KD yang dikembangkan sekolah (yaitu muatan lokal, maple tambahan). Tampak bahwa silabus merupakan salah satu kelengkapan dari KTSP. Silabus ini merupakan tanggung jawab guru di sekolah dan pengembangannya dapat dilakukan sendiri oleh guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, atau pada Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Dinas Pendidikan.

Sementara itu, menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20, diantaranya menyebutkan perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Oleh karena itu, para guru yang bertugas mengelola pembelajaran di sekolah di samping perlu memahami tentang pengembangan silabus, guru juga perlu memahami tentang pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Guru merupakan salah satu pihak dalam dunia pendidikan yang memegang peran penting untuk mengarahkan siswa agar berhasil dalam kegiatan proses belajarnya. Berkenaan dengan hal ini, pemerintah menetapkan anggaran 20% dari APBN untuk kemajuan pendidikan. Sehingga negara berharap guru sebagai salah satu unsur penentu keberhasilan belajar siswa bisa menjadi seorang profesional.

Dikaitkan dengan isi UU Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kata profesional di atas menuntut guru untuk melakukan perencanaan pembelajaran agar dapat


(14)

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara sistematis dan tepat, sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Meminjam kata-kata singkat tapi sangat esensial dari buku Perencanaan Pembelajaran karya Abdul Majid bahwa inti proses pendidikan adalah pembelajaran. Inilah aktivitas rutin yang dilakukan guru sehari-hari. Agar program yang mereka lakukan lebih terarah, mereka harus mengetahui kurikulum yang dirilis pemerintah. Informasi dari kurikulum itulah sebagai bahan mereka untuk menyusun silabus dan rencana pembelajaran. Guru selayaknya dapat memahami tentang semua aktivitas teknik menyangkut pembelajaran secara baik. Tidak hanya itu, penting juga informasi tentang standar kompetensi yang seharusnya dimiliki guru sendiri.2

Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka sudah pasti dibutuhkan perencanaan pembelajaran yang baik. M. Sobry Sutikno dalam bukunya Pengelolaan Pendidikan Tinjauan Umum dan Konsep Islami menegaskan bahwa perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan pengelolaan. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.3

Rencana pelaksanaan kegiatan pembelajaran sangat menunjang dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Perencanaan teramat dibutuhkan sebelum pelaksanaan proses pembelajaran dilaksanakan, hal ini diperuntukkan agar proses pembelajaran tersusun dan terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam sebuah satuan pendidikan.

Adapun defenisi dari perencanaan pembelajaran atau biasa disebut rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran dikelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran

2

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,cet. Ke-4, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.62.

3

M. Sobry Sutikno, Pengelolaan Pendidikan: Tinjauan Umum dan Konsep Islami (Bandung: Prospect, 2009), h. 47.


(15)

secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.

Efektif atau tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan ditentukan oleh seberapa besar perencanaan yang telah kita susun dan disempurnakan dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan komponen satuan pelajaran yang akan disampaikan, agar pada prosesnya pencapaian tujuan tersebut lebih terarah.

Maka dari itu secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup komponen-komponen sebagai berikut:

1. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar.

2. Tujuan pembelajaran. 3. Materi pembelajaran.

4. Pendekatan dan metode pembelajaran. 5. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran. 6. Alat dan sumber belajar.

7. Evaluasi pembelajran.4

Namun, perencanaan pembelajaran ini kadang-kadang membuat guru malas, mereka menganggap silabus dan RPP terlalu konseptual, tidak terlalu relevan dengan kenyataan dalam mengajar. Hal inilah yang sempat peneliti temukan di MA Jam’iyyah Islamiyyah, khususnya di bidang PAI yang menyebabkan pembelajaran kelas seperti tidak mempunyai arah dan tujuan, oleh karena itu peneliti tertarik untuk menulis sebuah penelitian ilmiah dengan judul EFEKTIFITAS PERENCANAAN PEMBELAJARAN PAI DI MA JAMIYYAH ISLAMIYYAH JURANG MANGU TIMUR”.

4

Masnur Muslich, Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 53


(16)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya perencanaan yang baik yang tidak dibarengi dengan kegiatan pembelajaran yang kreatif, efektif dan inovatif akan mengakibatkan pencapaian tujuan pembelajaran yang tidak maksimal.

2. Minimnya akses informasi dan pengetahuan guru tentang penerapan kurikulum yang terbaru saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menyebabkan kesulitan bagi guru untuk lebih kreatif dalam mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Aktifitas guru di luar sekolah yang mempengaruhi proses penyusunan dan pembuatan rencana pembelajaran tidak efektif.

4. Keseriusan yang kurang dan tidak didasari oleh dorongan kesadaran pribadi, sehingga proses pembuatan perencaaan tersebut kurang maksimal dan terkesan apa adanya. Sehingga pencapaian tujuan pembelajaran tidak menjadi perhatian serius.

5. Kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran masih kurang.

C. Rumusan Masalah

Selanjutnya berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti dapat menformulasi rumusan masalah sebagai berikut:

1. Usaha apa saja yang dilakukan oleh guru PAI dalam rangka membuat RPP?

2. Kendala apa saja yang ditemui oleh Guru PAI dalam membuat RPP? 3. Bagaimana efektifitas RPP tersebut dalam menunjang pembelajaran, yang

dalam hal ini pelajaran PAI?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, dapat digambarkan tujuan-tujuan dari penelitian ini, yaitu:


(17)

1. Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh guru PAI dalam membuat RPP.

2. Mengetahui kendala-kendala yang ditemui oleh guru PAI dalam membuat RPP.

3. Mengetahui efektifitas RPP dalam menunjang pembelajaran PAI.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

1. Secara Teoritis hasil penelitian ini diharapkan membantu memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang perencanaan pembelajaran di Sekolah. 2. Secara Praktis hasil penelitian ini menjadi rekomendasi-rekomendasi

berdasarkan kendala dan potensi yang ada diharapkan bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi para praktisi pendidikan, dalam memahai permasalahan kegiatan pembelajaran dalam satuan pendidikan tertentu.


(18)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kegiatan Belajar Mengajar 1. Pengertian Belajar Mengajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan pada diri orang yang belajar apakah itu mengarah kepada yang lebih baik ataupun yang kurang baik, direncanakan atau tidak.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar berarti aktifitas manusia di mana semua potensi manusia dikerahkan. Kegiatan ini tidak terbatas hanya kepada tingkatan mental intelektual, tetapi juga melihatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Rasa senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, simpati atau antisipasi, adalah dimensi-dimensi emosional yang turut terlibat dalam propesi belajar tersebut.2

1

Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikaa, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 155.

2

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1990), h. 219.


(19)

Belajar dalam pandangan Aliran Behaviourisme adalah mengubah perilaku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang diinginkan, dan guru pemberi hadiah atau hukuman pada siswa, yakni hadiah diberikan kepada siswa yang telah mampu memperlihatkan perubahan bermakna. Oleh Karen itu aliran Behaviourisme meletakkan proses reinforcement dalam posisi amat penting bagi siswa untuk mencapai perubahan yang diinginkan.3

Adapun aliran psikologi kognitif memandang bahwa belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh berbagai informasi, siswa harus aktif untuk menemukan berbagai informasi, dan guru hanya menjadi partner siswa dalam penemuan berbagai informasi dan makna-makna informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang mereka bahas dan kaji bersama. Aliran psikologi kogtif atau yang disebut dengan aliran Constructivisme menekankan teorinya bahwa siswa amat berperan dalam menemukan ilmu dan pengetahuan baru.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang utama. Ini berarti berhasi tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik. Baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga.

b. Pengertian Mengajar

Mengajar secara umum adalah menyampaikan informasi dan pemindahan pengetahuan dari pengajar (guru) kepada pelajar (siswa). di dalamnya ada sebuah proses agar siswa yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti, dan yang tidak paham menjadi paham.

3

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 94.


(20)

Di awal abad ke-20 mengajar masih diartikan sebagai sebuah proses pemberian bimbingan dan memajukan kemampuan pembelajar siswa yang semuanya dilakukan dengan berpusat pada siswa. mengajar harus bertitik tolak dari kondisi siswa untuk diberi berbagai pengalaman baru.4

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan manusia yang berintikan perubahan tingkah laku yang cenderung menetap dan dapat diamati melalui tingkah laku atau reaksinya bila menghadapi stimulus, kondisi,stimulus dan keadaan yang berbeda yang dalam prinsipnya mengandung persamaan.5

Mengajar ialah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/siswa di sekolah.6 Kemampuan mengajar serta kompetensi keilmuan seorang guru sangatlah mendukung dalam menjalankan tugasnya yaitu sebagai seorang pendidik, oleh karena itu seorang guru harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

c. Belajar Mengajar sebagai Sebuah Sistem

Kegiatan pembelajaran sebagai suatu sistem mengacu kepada pengertian seperangkat komponen yang saling bergantung antara satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu system, belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain: tujuan, bahan, siswa, guru, metode dan avaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antara sikap komponen itu terjadi proses kerjasama.

Melihat kondisi pendidikan Nasional dewasa ini, perubahan dan implementasi kurikulum baru menjadi tantangan baru,

4

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan…, h. 9.

5

Aminuddin Rosyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2006), Cet. V, h. 39.

6

Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), h. 30.


(21)

ketersesuaian tujuan pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

Di era demokrasi, belajar mengajar menjadi sebuah kesatuan sistem yang disebut dengan kegiatan pembelajaran. Kesatuan sistem tersebut terwujud dalam penyusunan dan penerapan kurikulum pendidikan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran

Secara umum factor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal . kedua factor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

a. Faktor internal

Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Factor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.

Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia


(22)

sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun siswwa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.

2) Faktor psikologis

Faktor–faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.

a) kecerdasan /intelegensia siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas manusia.

Kecerdasan merupakan factor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam


(23)

belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.

Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut ((Fudyartanto 2002).

Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi 140 – 169 Amat superior

120 – 139 Superior

110 – 119 Rata-rata tinggi

90 – 109 Rata-rata

80 – 89 Rata-rata rendah 70 – 79 Batas lemah mental

20 — 69 Lemah mental

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:

(1) Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169;

(2) Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120— IQ 139;

(3) Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110—IQ 119;


(24)

(4) Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109;

(5) Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89;

(6) Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79;

(7) Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.

Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa. b) Kecerdasan Emosional (EQ)

Kecerdasan emosional adalah suatu cara baru untuk membesarkan anak. Mempelajari perkembangan kepribadian anak Intelligence quotient (IQ) merupakan salah satu alat yang banyak digunakan untuk mengetahuinya. Namun belakangan berkembang suatu alat yang disebut emotional quotient (EQ) yang oleh para pakar dianggap sebagai salah satu alat yang baik untuk mengukur kecerdasan emosional anak. Menurut Lawrence Shapiro (1997) kecerdasan emosional anak dapat dilihat pada (a) keuletan. (b) optimisme. (c) motivasi diri. (d) antusiasme. Lebih lanjut .lawrence shapori mengemukakan kecerdasan emosional (EQ) pengukuranya bukan di dasarkan pada kepintaran seorang


(25)

anak, tetapi melalui suatuyang disebut dengan krakteristik pribadi atau “karakter”.

Berbagai penelitian menemukan keterampilan sosial dan emosional akan semakin penting peranannya dalam kehidupan dari pada kemampuan intelektual. Atau dengan kata lain memiliki EQ tinggi mungkin lebih penting dalam pencapaian keberhasilan ketimbang IQ tinggi yang diukur berdasarkan uji standar terhadap kecerdasan kognitif verbal dan nonverbal. Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari university of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Kualitas-kualitas ini antara lain (1) empati, (2) mengungkapkan dan memahami perasaan, (3) mengendalikan amarah, (4) kemandirian, (5) kemampuan menyesuaikan diri, (6) diskusi, (7) kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, (8) ketekunan, (9) kesetiakawanan, (10) keramahan, dan (11) sikap hormat. Berbagai penelitian telah menunjukan bahwa keterampilan EQ yang sama dapat membuat anak atau siswa bersemangat tinggi dalam belajar.7

Aspek-aspek kecerdasan emosional menurut Air Ginanjar mengemukakan aspek-aspek yang berhubungan dengan kecerdasan emosional dan spiritual, seperti:

(1) Konsistensi (istiqamah) (2) Kerendahan hati (tawadhu)

(3) Berusaha dan berserah diri (tawakkal) (4) Ketulusan (ikhlas), dan totalitas (kaffah) (5) Keseimbangan (tawazun)

(6) Integritas dan penyempurnaan (ihsan)

7


(26)

Sedangkan Jalaluddin Rahmat mengemukakan bahwa untuk memperoleh kecerdasan emosional yang tinggi (matang), harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:

(1) Musyarathah, berjanji pada diri sendiri untuk membiasakan perbuatan baik dan membuang perbuatan buruk.

(2) Muraqabah, memonitor reaksi dan prilaku sehari-hari. (3) Mushasabah, melakukan perhitungan baik dan buruk

yang perlu dilakukan.

(4) Mu’atabah dan mu’aqabah, mengecam keburukan yang

dikerjakan dan menghukum diri sendiri (sebagai hakim sekaligus sebagai terdakwa)

Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosional pada dasarnya memiliki 5 aspek kehidupan, yaitu:

(1) Kemampuan mengenali emosi diri. (2) Kemampuan menguasai emosi diri. (3) Kemampuan memotivasi diri.

(4) Kemampuan mengenali emosi orang lain.

(5) Kemampuan mengembangkan hubungan dengan orang lain.8

c) Motivasi

Motivasi adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.

8


(27)

Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik). Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsic untuk belajar anatara lain adalah: (1) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih

luas;

(2) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;

(3) Adanaya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.

(4) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.

Motivasi ekstrinsik adalah factor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

d) Minat

Secara sederhana,minaat (interest) nerrti kecemnderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap


(28)

sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.

Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.

Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

e) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negative (Syah, 2003).

Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau


(29)

lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi diri siswa.

f) Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap


(30)

informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.

Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

b. Faktor-faktor eksogen/eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor endogen, factor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktaor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.

1) Lingkungan sosial

a) Lingkungan social sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b) Lingkungan social masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.


(31)

c) Lingkungan social keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Lingkungan non sosial.

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah; a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak

panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.

b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.

c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.


(32)

3. Unsur-unsur Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan pembelajaran yang diprogramkan guru merupakan kegiatan integralistik antara guru dan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar pada guru, dan kegiatan pembelajaran secara pedagogis terjadi pada diri peserta didik.

Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang optimal apabila guru mampu menciptakan situasi belajar (Learning situation) sehingga peserta didik dapat berinteraksi dengan guru secara intensif, berdasarkan agenda yang telah diprogramkan guru. Situasi belajar mengajar akan lebih hidup atau harmonis apabila ditunjang oleh penggunaan metode pembelajaran yang tepat.

Untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif, ada beberapa unsur yang harus terwujud sebelum proses pembelajaran tersebut dilaksanakan, yaitu:9

a. Peserta didik

Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku pencari penenrima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untukmencapai tujuan.

b. Guru

Guru adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi mengelola kegiatan pembelajaran dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang efektif melalui transformasi.

c. Tujuan

Tujuan adalah penyataan tentang perubahan perilaku dan tingkah laku (the modification of overt behavior) yang diinginkan terjadi pada peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Maka dari itu tujuan pembelajaran harus jelas meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

d. Isi Pelajaran

9


(33)

Isi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip konsep dan pesan-pesan pendidikan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Muatan atau isi pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan siswa dan tingkat perkembangannya.

e. Metode

Metode adalah berbagai cara yang teratur dan sistematis yang dilakukan dan ditempuh guru dalam memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan isi pelajaran yang mereka butuhkan.

f. Media

Media adalah seperangkat peralatan pendidikan dan pengajaran yang digunakan untuk membantu penyajian isi dan materi pembelajaran kepada peserta didik agar tujuan pendidikan tercapai.

g. Evaluasi

Evaluasi adalah seperangkat alat penilaian yang digunakan untuk menilai proses pembelajaran dan hasilnya. Evaluasi akan memberi umpan balik (fed back) kepada usaha yang telah dilakukan guru dalam jangka waktu tertentu.

B. Efektifitas Perencanaan Pembelajaran PAI

1. Pengertian Efektifitas Perencanaan Pembelajaran PAI a. Pengertian Efektifitas

Dalam ilmu ekonomi, konsep-konsep seperti efektifitas dan efisiensi dihubungkan dengan proses produksi dari suatu organisasi. Katakanlah dalam bentuk yang agak disesuaikan dengan cara produksi, suatu proses produksi dapat disimpulkan sebagai ‗perputaran’ atau

perubahan dari ‗input’ ke dalam ‗output’. 10

Adapun pengertian tersebut dalam dunia pendidikan, hal ini dikaitkan dengan konsep efektifitas sekolah yang harus dilihat sebagai

10

Jaap Scheerens, Peningkatan Mutu Sekolah, (Ciputat: PT.Logos Wacana Ilmu, 2003), h. 8.


(34)

konsep formal. Konsep yang tidak pandang bulu berkenaan dengan jenis-jenis pengukuran terhadap kinerja sekolah yang dipilih. Sedangkan maksud liteal dari efektifitas adalah pencapaian tujuan (goal attainment), maka kesimpulannya adalah bahwa criteria yang digunakan untuk mengukur kinerja tersebut mencerminkan sasaran-sasaran akhir pendidikan yang terpenting.11

Dalam perencanaan pembelajaran efektifitas sebagai sebuah tolak ukur dalam menilai sejauh mana pencapaian tujuan pembelajaran tersebut berhasil. Dan pengukuran terhadap efektifitas pembelajaran disandarkan pada standar komparatif.

b. Pengertian Perencanaan

Agar tidak terdapat kekeliruan dalam mengartikan istilah perencanaan pembelajaran, akan penulis kemukakan beberapa pengertian:

Kaufman mengatakan bahwa “Perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan

yang absah dan bernilai”.12

William H. Newman mengemukakan bahwa “Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentu kebijakan, penentuan program, penentuaan metode-metode dan prosedur tertentu dan menentukan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari”.13

c. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Adapun pembelajaran bermakna proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangakan pengertian pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur-unsur

11

Jaap Scheerens, Peningkatan Mutu Sekolah…, h. 7.

12

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 1997), h.2.

13

Abdul Madjid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. VI, h. 16.


(35)

manusiawi,material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai suatu tujuan.14

Pembelajaran merupakan sebuah proses yang dilalui oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.15

Perencanaan pembelajaran dalam arti usaha awal pembentukan dan perubahan tingkah laku. Maka perencanaan pembelajaran tersebut harus mengandung unsur perubahan perilaku dalam diri individu. Berbeda ketika perencanaan pembelaran tersebut menyangkut proses, maka perencanaan pembelajaran tersebut harus memperhatikan unsut kesinambungan pembelajaran yang akan dilalui siswa.

Adapun pendidikan agama Islam yang menjadi satuan pelajaran, maka proses perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah pencapaian tujuan agama Islam dan pembelajaran pendidikan agama dalam upaya penerapan tata nilai dan budi pekerti yang baik.

2. Pentingnya Sebuah Perencanaan Pembelajaran

Seorang arsitek yang profesional, sebelum ia membangun sebuah gedung, terlebih dahulu ia akan merancang bentuk gedung tersebut sesuai dengan struktur dan kondisi tanah, selanjutnya ia akan menentukan berbagai bahan yang dibutuhkan, menghitung biaya yang akan dikeluarkan, termasuk menghitung perkiraan jumlah karyawan yang dibutuhkan bagi penyelesaian bangunan tersebut. Mengapa kemudian seorang arsitek harus melakukan hal itu? Jawabannya adalah karena sebuah perencanaan yang matang itu perlu. Melalui perencanaan yang baik maka dapat ditentukan estimasi waktu yang dibutuhkan dalam

14

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 61.

15

Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Bani Quraisy, 2004), h. 7.


(36)

penyelesaian pembangunan gedung tersebut sesuai dengan yang direncanakan.

Bagi seorang profesional, merencanakan sesuai dengan tugas dan tanggungjawab profesinya merupakan tahapan yang tidak boleh ditinggalkan. Begitupun halnya seorang guru yang profesional harus mampu merencakan suatu pembelajaran sesuai dengan tugas dan tanggungjawab profesinya sebagai seorang pendidik.

Mengapa perencanaan diperlukan dalam sebuah desain pembelajaran yang kreatif, efektif dan menyenangkan. Wina Sanjaya mengemukakan hal tersebut disebabkan beberapa hal:16

Pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apapun proses pembelajaran yang dibangun oleh seorang guru, maka proses tersebut mesti diarahkan guana mencapai suatu tujuan pembelajaran. Maka perencanaan teramat dibutuhkan guna penyusunan kegiatan pembelajaran dan tujuan yang dicapai dari proses tersebut. Sebagai contoh kecil adalah sebuah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dibuat guru agar suatu proses pembelajaran di kelas terlaksana dengan baik.

Kedua, pembelajaran adalah proses kerjasama. Proses pembelajaran pasti melibatkan siswa dan guru. Guru tidak akan dapat berjalan sendiri dalam suatu proses pembelajaran tanpa adanya partisipasi murid dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Proses kerjasama yang direncanakan seorang guru tentu harus memiliki perencanaan yang baik, yang dalam proses pembelajaran biasanya tersusun dalam metode pembelajaran yang dikembangkan guru dalam merespon aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.

Ketiga, proses pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran bukan hanya sekedar proses menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi sebuah proses pembentukan perilaku siswa. Perlu

16

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 31-32.


(37)

kerjasama yang baik bagi proses pelaksaan pembelajaran yang efektif, dalam sebuah satuan pendidikan proses pembelajaran harus dilakukan secara bersama oleh semua komponen dan unsur penyelenggara kegiatan pembelajara.

Keempat, proses pembelajaran akan berjalan efektif manakala dapat memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan banyak sekali sarana pendukung pembelajaran yang dikembangkan dalam mendukung suksesi kegiatan pembelajaran.

3. Komponen-komponen Pembelajaran yang Efektif

Dalam membangun sebuah konsep pembelajaran, dibutuhkan komponen-komponen yang mendukung penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang efektif. Dalam kurikulum berbasis kompetensi, setidaknya ada beberapa unsur yang mendukung kegiatan pembelajaran yang efektif, yaitu: (1). Pemilihan kompetensi yang sesuai, (2). Spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, (3). Pengembangan sistem pengajaran, (4). Evaluasi dan Penilaian.17

4. Perencanaan Pembelajaran PAI yang Efektif

Berbicara mengenai pembelajaran yang efektif, harus ada langkah-langkah yang disusun pada awal perencaan, langkah-langkah-langkah-langkah tersebut merupakan kerangka sistematis yang membantu para steakholder pendidikan terutama guru dalam menyusun sebuah perencaaan tersebut. berikut langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, yaitu:18

a. Merumuskan Tujuan Khusus b. Pengalaman Belajar

17

Abdul Madjid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru…, h. 24.

18


(38)

c. Kegiatan Belajar Mengajar d. Orang-orang yang terlibat e. Bahan dan Alat

f. Perencanaan Evaluasi dan Pengembangan

Adapun hal-hal yang harus dipenuhi dalam membuat Rencana Pembelajaran adalah:

a. Kompetensi Dasar, yaitu target kompetensi yang akan dicapai.

b. Hasil belajar, yaitu kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.

c. Indikator hasil belajar, yaitu salah satu ciri penanda ketercapaian kompetensi dasar.

d. Materi Pokok

e. Sumber/Bahan/Alat, yakni berupa sarana dan sumber belajar.

f. Pengalaman belajar, yakni kenario (langkah-langkah) pembelajaran yang berupa kegiatan siswa tahap demi tahap dan materi yang diajarkan.

g. Alokasi waktu h. Cara Penilaian19

Komponen Rencana Program Pembelajaran (RPP) minimal sebagai berikut:

a. Tujuan Pembelajaran b. Materi Ajar

c. Metode pembelajaran d. Sumber Belajar

e. Penilaian Hasil Belajar20

Jadi perencanaan pembelajaran adalah suatu proses dan upaya untuk menyiapkan serta merumuskan suatu keputusan yang akan dilaksanakan guna menanamkan sikap dan nilai – nilai pengetahuan dan ketrampilan dasar kepada seseorang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai keberhasilan pengajaran atau paling tidak mendekati keberhasilan seorang guru dituntut untuk mempersiapkan perencanaan yang matang.

19

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 40.

20


(39)

5. Penelitian yang Relevan

Dalam skripsi fitrian yang berjudul “Proses Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam pada Siswa Homeschooling Studi Kasus di Fikar Homeschooling Lebak Bulus Jakarta Selatan” menyimpulkan sebelum

melakukan proses pembelajaran guru PAI membuat perencanaan tertuang dalam RPPS (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siswa), namun dalam RPPS yang dibuat oleh guru PAI di fikar homeschooling hanya menggambarkan secara umum mengenai jenis materi dan referensi yang digunakan dan tidak menjelaskan bagaimana kegiatan pembelajaran yang berlamgsung dalam kelas. Tujuan pembelajaran yang biasanya mengacu pada setiap SK/KD yang tertuang dalam indikator, namun pada fikar homeschooling pembelajaran PAI tidak menjabarkan secara detail tujuan yang hendak dicapai karena tidak memiliki SK/KD sehingga tidak ada target khusus yang hendak dicapai.

Dalam mencapaikan materi guru menggunakan beberapa metode pembelajaran diantaranya metode ceramah, drill, tanya jawab dan meditasi sedangkan media yang digunakan adalah media elektronik seperti hp yang dilengkapi dengan paket internet, I-Ped dan lain-lain. Media-media ini berfungsi untuk membentuk pendidik dan peserta didik dalam membahas suatu materi yang berlangsung.21

Kemudian dalam tesis Jabal Nur “Implementasi Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Peranannya terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Arab Siswa di Madrasah Aliyah

Negeri Konda Kabupaten Konawe Selatan” Implementasi kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada Madrasah Aliyah Negeri Konda dikembangkan berdasarkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis oleh instruksi Badan Standar Nasional Pendidikan. Sebelum mengimplementasi KTSP pihak sekolah melibatkan pakar-pakar pendidikan, komite

21

Fitrian, Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Homeschooling Studi Kasus di Fikar Homeschooling Lebak Bulus Jakarta Selatan, (Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan Universitas Islam Negera Jakarta, 2012), h. 73-74.


(40)

madrasah, guru-guru mata pelajaran, untuk menyusun kurikulumtingkat satuan pendidikan (KTSP) yang berujung pada hasil sebuah dokumen.

Pada awal tahun ajaran, guru-guru mata pelajaran khusus nya guru bidang studi bahasa arab selalu mengadakan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) untuk menyusun perangkat silabus, RPP, program tahunan, program semester dan instrumen penilaian. Realisasi implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran bahasa arab di MAN Konda dapat dilihat dari ketersediaan perangkat-perangkat pembelajaran bahasa arab antara lain silabus, RPP dan sarana prasarana pembelajaran. Implementasi KTSP di MAN Konda, bertujuan untuk mengembangkan proses pencapaian, standard pendidikan yaitu: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan, hal ini secara nasional untuk dikembangkan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang dijadikan acuan utama bagi pengembangan kurikulum yang sesuai dengan karakteristik dan potensi sekolah.22

22

Jabal Nur “Implementasi Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Peranannya terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Arab Siswa di Madrasah Aliyah Negeri Konda Kabupaten Konawe Selatan” (Jakrta: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhamadyah Jakarta, 2012) h. 205-206.


(41)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MA Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur Kec. Pondok Aren Kabupaten DT II Tangerang Selatan yang dilaksanakan mulai tanggal 10 Februari 2012 sampai dengan 15 Juni 2012. B. Latar Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MA Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur Salah satu dampak yang timbul akibat pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi dewasa ini terciptanya era globalisasi di berbagai bidang kehidupan dan sejalan dengan arus informasi dari berbagai kehidupan. Dalam situasi era globalisasi dan informasi ini manusia akan selalu dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sangat kompetitif dan tantangan hidup semakin berat dan agar tetap survive dalam menghadapi berbagai kompetisi global saat ini.

Dan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan sumber daya manusia berkualitas tinggi, yang memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didasari semangat keimanan dan ketaqwaan sebagai insan-insan pembangunan masa yang akan datang, maka pada tahun ajaran 1984/1985 Yayasan Pendidikan Islam Jam’iyyah Islamiyyah mengembangkan sayapnya pendidikan yang ada setingkat lebih tinggi yaitu Madrasah Aliyyah Jam’iyyah Islamiyyah.


(42)

Madrasah Aliyah mulai mengoprasikan kegiatannya pada tahun ajaran 1985/1986 hingga sekarang dengan memperoleh izin operasional dari Departemen Agama sampai tingkat status disamakan tahun 2000 dengan nomor: A/E.IV/MA/87/2000 Nomor Statistik Madrasah Nomor: 32.32.19.07.415.

Melihat kenyataan di atas maka pada setiap tahun ajaran baru siswa dan siswi yang mendaftar terus meningkat walaupun dalam skala kecil, untuk itu mengingat jumlah siswa dari tahun ke tahun selalu ada peningkatan, maka tuntutan yang menjadi sasaran Yayasan adalah sarana dan prasarana dan prioritas yang diterima Madrasah Aliyah menampung lulusan Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyah Islamiyyah sebagai baris MA dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Tidak dipungutnya uang semester gedung atau pengembangan pembangunan walaupun Yayasan sedang giat-giatnya membangun sarana prasarana.

b. Uang SPP yang sangat relatif murah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat golongan ekonomi lemah karena Yayasan menyesuaikan dengan kondisi wilayah.

2. Visi dan Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur

a. Visi Madrasah Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur

Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah mempunyai visi mencetak Sumber Daya Manusia yang memiliki ketahanan mental spiritual (IMTAQ), menguasai Ilmu Pengetahuan dan wawasan yang luas didukung oleh kemampuan teknis/terampil. Professional dan memiliki idealism serta mampu mengaktualisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Misi Madrasah Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur


(43)

1) Menciptakan generasi muslim yang berkualitas dan bertanggungjawab terhadap masa depan Islam yang cemerlang baik di masa kini maupun yang akan datang.

2) Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, dinamis, responsive, mandiri, bertaqwa dan berakhlak mulia.

3) Membentuk alumni muslim yang berwawasan luas, siap pakai, professional di bidangnya bertanggungjawab selalu berkhidmat pada agama, nusa dan bangsa.

4) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan professional tenaga baik dalam dunia usaha maupun dunia industi sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.

c. Tujuan Madrasah Aliyah Jamiyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur Tujuan Kegiatan Pendidikan Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah antara lain:

1) Diterimanya lulusan di lingkungan masyarakat sebagai insan yang memiliki ilmu bernuansa agama.

2) Diterimanya lulusan Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah di Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta yang berkualitas.

3) Terciptanya lingkungan kehidupan yang religius di Madrasah maupun di masyarakat yang ditunjukkan dengan perilaku ikhlas, mandiri, sederhana, ukhuwah dan kebebasan berkreasi.

4) Terciptanya alumni Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah yang memiliki wawasan luas, berbudi pekerti baik dan prestasi tinggi di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Kondisi Sarana Prasarana

Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah mempunyai gedung sendiri yang terletak di tempat yang sangat strategis dekat dengan jalan raya, namun tidak terpengaruh oleh suara deras kendaraan bermotor. Tepatnya di Jalan Pesantren Desa Jurang Mangu Timur Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten.


(44)

Adapun keadaan gedung Madrasah Aliyah Jamiyyah Islamiyyah adalah:

a. Tanah atau Bangunan : Luas tanah 5000 m2 b. Jumlah Ruangan : - Ruang belajar 6 ruang

- Ruang Kepala Madrasah 1 ruang - Ruang Wakil Kepala Madrasah 1 ruang - Ruang Guru 1 ruang

- Ruang Tata Usaha 1 ruang - Ruang Perpustakaan 1 ruang

- Ruang Bimbingan Konseling 1 ruang - Ruang Osis 1 ruang

c. Status Bangunan : Milik Sendiri d. Bangunan Gedung : Permanen e. Penerangan : Listrik

Gedung Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah dikelilingi oleh pohon-pohon yang rindang dan letaknya jauh dari keramaian kendaraan bermotor, sehingga memungkinkan segala kegiatan proses pendidikan dapat berlangsung dengan tertib dan lancar.

4. Fasilitas Pendidikan

Adapun fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh Madrasah Aliyah

Jam’iyyah Islamiyyah antara lain:

a. Masjid dengan kapasitas 700 jamaah b. Aula serbaguna untuk kegiatan pertemuan

c. Ruang Belajar terdiri dari 16 ruang dengan kapasitas 40 siswa d. Laboratorium computer siswa dengan kapasitas 22 siswa e. Ruang Baca Perpustakaan

f. Dua unit asrama putera dan puteri dengan kapasitas 300 orang g. Satu unit asrama guru putera

h. Satu unit asrama guru puteri


(45)

j. Lapangan Olahraga (Volly, Basket, Futsal dan Bulu Tangkis) k. Sarana Perbankan (BRI Rizqi Barokah)

5. Tenaga Pendidikan dan Tata Usaha

Tenaga pendidikan dalam mendukung suksesi kegiatan pendidikan di Madrasah Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur adalah:

a. Guru dengan latar belakang pendidikan minimal S1 (23 orang) b. Tenaga Tata Usaha (2 orang)

c. Konselor Sekolah (1 orang) d. Tenaga Laboran (2 orang) e. Pembina Asrama (4 orang)

f. Tenaga Keamanan dan Pramubakti (2 orang)

6. Data Siswa

Statistik Siswa Madrasah Aliyah Jurang Mangu Timur berdasarkan tahun ajaran, antara lain:

No Tahun Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah

1. 1985/1986 9 - - 9

2. 1986/1987 11 9 - 20

3. 1987/1988 17 11 9 37

4. 1988/1989 42 17 16 75

5. 1989/1990 46 42 17 105

6. 1990/1991 87 48 42 167

7. 1991/1992 86 85 49 210

7. Kurikulum

Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur Pondok Aren menggunakan kurikulum berbasis kompetensi plus yang artinya struktur kurikulum berbasis kompetensi yang diperkaya dengan penguasaan Pendidikan Agama untuk meningkatkan kualitas Imtaq dengan susunan program pembelajaran sebagai berikut:


(46)

a. Pendidikan Agama (al-Quran, Hadith, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab).

b. Pendidikan Agama Mulok (Nahwu, Shorof, Qowaidul Fiqh, Tafsir, Imla’, dan Muhadatsah).

c. Pendidikan Umum (Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, PPKN, Sejarah Nasional Umum, Porkes, Biologi, Kimia, Fisika, Ekonomi Akuntansi, Sosiologi, Antropologi, Geografi, Pendidikan Seni, Tata Negara).

d. Selain Kurikulum Diknas dan Depag masih ada kegiatan keagamaan yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas Iman dan Taqwa.

8. Kegiatan Belajar Mengajar

Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah melalui siswa aktif (student active learning) dengan kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan perangkat standar program pendidikan yang dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam pelbagai bidang kehidupan yang dipelajarinya. Kegiatan belajar mengajar di Madrasah Aliyah Jamiyyah Islamiyyah dikelompokkan menjadi:

a. Jam belajar di sekolah mulai pukul 07.00 s.d 12.40 wib. b. Jam belajar mandiri pukul 20.00 s.d pukul 22.00 wib.

c. Pendalaman materi bagi kelas III (tiga) mulai pukul 13.30 s.d 15.00 wib.

d. Kegiatan pramuka dilaksanakan pukul 13.00 s.d 15.30 wib setiap hari Jum’at.

e. Pembinaan Imtaq dilakukan di kelas maupun di luar kelas dalam bentuk

muhadharah, pengajian, ceramah agama setiap ba’da shalat berjamaah.

f. Evaluasi belajar kelas I s.d kelas III dalam waktu-waktu tertentu, proses kegiatan belajar mengajar juga ditunjang dengan berbagai sarana yang dibutuhkan.


(47)

g. Kegiatan olahraga dilaksanakan di lingkungan madrasah, karena berpikir yang sehat terletak pada tubuh yang prima dan kuat.

9. Data Guru dan Karyawan

No Nama PTK Jenis

Kelamin Alamat

Status Kepegawaian Mata Pelajaran Utama yang di ajarkan (Guru) 1 H.Baharuddin,S.Ag

L Kp.Poncol Rt.05/02 PNS

Aqidah Ahlak 2 Entat Undih,B.Sc L Jl.Pesantren no.17 RT.03/03 GTY PKN 3 Drs.H.Zainuddin

Abdullah,MH L Jl.Pesantren, ceger jur-tim 4 Masriki,S.Pd

L

Jl.KH.Wahid Hasyim kp.

Pd.Petung GTY PKN

5 Drs. Mathori

L

Jl. Melon 3 B.E No.11 Benda

baru GTT Sejarah

6 Alda Yunita,S.Pd

P

JL.MASJID RT.02/08

SUDIMARA TIMUR GTY

Bahasa Indonesia 7 Rositi,S.Ag

P

Jl.Sunter Jaya I Rt.04/02

Jakarta Utara GTY Sosiologi

8 Satiri,S.Pd

L

Jl.H.Jegu Rt.03/03 Cipadu

jaya GTT

Qur'an Hadits 9 Drs. Tasri Lubis

L

Jl.Mutiara Rt.05/06 No.79

cipadu jaya GTT Q.Fiqih

10 Drs.R.Suhandi

L

Jl.KH.Wahid Hasyim kp.

Pd.Petung GTY Ekonomi

11 Masfiyah,S.Ag P SKI

12 Munali,S.Pd

L

Jl.Pondok Serut Rt.03/03

no.15 GTT Matematika

13 Dedi,S.Pd L Jl.Raya Joglo GTY Fisika

14 Riswanto,S.Pd L Jl.Mesjid I, Sudimara Selatan GTY Ekonomi 15 Nurul Huda,S.Th.I

L

Jl.Pesantren ceger Rt.03/02

no.21 Jur-tim GTY Tik

16 Evaliana,S.Pdi P Jl.Pd.Aren Raya Gg.H.Garif PNS B. Inggris

17 Islahul Karim,S.Pd L PNS Kimia

18 Sumiati,S.Pd P Jl.Japos Raya Rt.03/03 GTY Biologi 19 Syarifuddin,M.Pd

L

Jl.KH.Wahid Hasyim kp.

Pd.Petung GTY B. Inggris

20 Abdul Falah,S.Pd L Jl. H.Jegu cipadu jaya GTT Penjaskes


(48)

Perum.Bukit Nusa Indah Serua ciputat

22 Neneng Milati,S.Pd P Jl. Panti Asuhan Ceger GTT Matematika 23 H.Muhammad

Afif,S.Pd L

Jl.Pesantren Rt.03/03

kp,ceger GTT BTQ

10. Pembinaan Imtaq

Madrasah Aliyah Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur merupakan lembaga pendidikan formal yang berusaha melaksanakan keagamaan yang bersifat umum meliputi:

a. Kegiatan kajian Islam dan Ibadah b. Tadarrus al-Quran

c. Ibadah dan Keterampilan Agama

d. Kegiatan Muhadharah (latihan berpidato) e. Pengajian Kitab

f. Peringatan hari-hari besar Islam

Kegiatan-kegiatan tersebut di atas diperuntukkan dalam rangka menciptakan suasana kehidupan yang Islami di lingkungan sekolah dan luar sekolah yang dinampakkan

C. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan.


(49)

Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya.1

Selain itu, Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai efektifitas perencanaan pembelajaran PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur Kec. Pondok Aren.

D. Subjek Penelitian

Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik “purpose sampling” yaitu pengambilan sampel didasarkan pada pilihan

penelitian tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat ini terus-menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat

purpossive yaitu tergantungpada tujuan fokus suatu saat.2

Subjek penelitian adalah guru PAI dan kepala sekolah MA Jam’iyyah Islamiyyah Jurang Mangu Timur Kec. Pondok Aren. Yang berjumlah 3 responden terdiri dari guru aqidah akhlak, guru Qur’an Hadis, dan guru Fiqih. E. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis dokumen, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar.

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknih observasi,

1

Nana Syaodih Sukmadinata , Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.), h. 94.

2

S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 26.


(50)

wawancara, dan studi dokumenter, atas dasar konsep tersebut, maka ketiga teknik pengumpulan data diatas digunakan dalam penelitian ini.

1. Observasi

Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk memperkuat data, terutama aktivitas guru berkenaan dengan pembuatan RPP. Dengan demikian hasil observasi ini sekaligus untuk mengkonfirmasikan data yang telah terkumpul melalui wawancara dengan kenyataan yang sebenarnya. Observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan tidak langsung tentang perilaku warga sekolah terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Menurut Sugiyono observasi terdiri atas tiga komponen yaitu:

Place, actor dan activity (PAA).3 Dengan penjelasan sebagai berikut: a. Place (tempat) berlangsungnya interaksi sosial di dalam kelas. b. Actor (pelaku) yaitu orang-orang yang sedang memainkan

peranan tertentu dalam hal ini adalah para pendidik (guru). c. Activity (kegiatan) yang dilakukan oleh aktor dalam situasi

sosial dalam hal ini adalah kegiatan pembelajaran. 2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dengan dua bentuk, yaitu wawancara terstruktur (dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti). Sedang wawancara tak terstruktur (wawancara dilakukan apabila adanya jawaban berkembang diluar pertanyaan-pertanyaan terstruktur namun tidak terlepas dari permaslahan penelitian).4

Dalam penelitian ini wawancara dipergunakan untuk mnengadakan komunikasi dengan pihak-pihak terkait atau subjek penelitian antara lain guru PAI dan kepala sekolah dalam rangka memperoleh penjelasan atau

3

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 256.

4


(51)

informasi tentang Efektifitas Perencanaan Pembelajaran PAI. Lihat pedoman wawancara pada lampiran 1 (satu).

3. Dokumentasi

Menurut Arikunto, teknik dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”.5

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.

Dalam studi dokumentasi ini peneliti mendapat suatu penjelasan yang akurat dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah, tujuan, fungsi dan sebagainya. Dalam hal ini penelti menggunakan dokumentasi berupa RPP, hasil wawancara dan lain-lain yang berkaitan dengan Efektifitas Perencanaan Pembelajaran PAI.

F. Analisis Data

Analisis data bermaksud atas nama mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, laporan, dan lain-lain, dan pekerjaan analisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan memberikan suatu kode tertentu dan mengkategorikannya, pengelolaan data tersebut bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.6

Analisis data dilakukan dalam suatu proses, proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dilakukan secara intensif, yakni sesudah meninggalkan lapangan, pekerjaan

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 132.

6

J. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 103.


(52)

menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengarahan tenaga fisik dan pikiran dari peneliti, dan selain menganalisis data peneliti juga perlu mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan atau menjustifikasikan teori baru yang barangkali ditemukan.

Triangulasi teknik pengumpulan data

Observasi Wawancara

Dokumentasi

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, atau dokumentasi. Bila dengan tiga teknik pengujian kreadibilitas data tersebut, menghasilakan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar.7

7


(53)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penyusunan Rencana Pembelajaran PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI di MA Jam’iyyah Islamiyyah dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Jam’iyyah Islamiyyah secara umum sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh peraturan Kementerian Agama dalam buku pedoman penyusunan dan penulisan RPP. Namun, ada muatan-muatan baru dari beberapa materi pendidikan agama yang menjadi titik tekan dari proses pembelajaran yang tidak dicantumkan dalam RPP di Sekolah ini, penyusunan RPP harus berdasarkan kepada pengembangan karakter dan kepribadian peserta didik yang nantinya akan menjadi etika dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini dikarenakan etika menjadi suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tentang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.

Dalam salah satu RPP yang didokumentasikan peneliti, ternyata di sekolah MA Al-Jamiiyyah Islamiyyah belum membuat RPP berkarakter dimana karakter-karakter tersebut antara lain tanggungjawab (responsibility), hormat (respect), keterpercayaan (trustworthiness), kesalehan (piety), keadilan (fairness), kepedulian (caring), dan kejujuran (honesty).


(1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

Satuan Pendidikan : MA JAMIAH ISLAMIYAH Mata Pelajaran : Qur'an Hadits

Kelas/Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran

A. Standar Kompetensi:

1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits tentang amar maruf nahi munkar B. Kompetensi Dasar

2. Melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar seperti terkandung dalam QS. Ali Imran : 104; QS Al-Maidah: 78-80; QS Ash-Shof :3 dan Hadits tentang amar makruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari

C. Indikator Keberhasilan Belajar :

1. Melaksanakan perbuatan yang makruf 2. Meninggalkan perbuatan yang munkar

3. Melaksanakan perintah untuk melakukan perbuatan yang baik. 4. Mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan

5. Melaksanakan aktifitas mencegah kemunkaran.

6. Mengubah perilaku orang lain yang berbuat munkar agar menajadi aik. 7. Mengingatkan orang lain yang berbuat munkar

8. Menasehati secara kontinue kepada orang yang berbuat munkar agar menjadi baik.

9. Membantu menyelesaikan permasalahan bagi orang yang berbuat munkar 10. Meyakini terwujudnya ancaman bai yang meninggalkan amar makruf nahi

munkar

11. Membuktikan dengan sikap dan perbuatan atas segala yang diucapkan agar tidak mendapat adzab Allah

D. Materi Pembelajaran :

1. QS. Ali Imran : 104 ; QS Al-Maidah: 78-80; QS Ash-Shof :3dan Hadits tentang amar makruf nahi munkar

E. Metode Pembelajaran

1. Metode: Ceramah; Tanya jawab; Diskusi; Penugasan; Kerja kelompok; F. Langkah Pembelajaran :


(2)

1. Pendahuluan

a) Siswa membaca do’a dilanjutkan membaca beberapa ayat Al-Qur’an. b) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa dalam kegiatan

pembelajaran

c) Tanya jawab secara klassikal penerapan amar makruf nahi munkar 2. Kegiatan Inti

a) Secara berkelompok mengadakan simulasi bagaimana menerapkan kandungan QS. Ali Imran : 104 ; QS Al-Maidah: 78-80; QS Ash-Shof :3 dan Hadits tentang amar makruf nahi munkar.

b) Mengambil kesimpulan setelah bersimulasi dan diskusi mengenai beramar makruf nahi munkar

c) Mengambil kesimpulan setelah bersimulasi dan diskusi mengenai d) Beramar makruf nahi munkar

3. Penutup

a) Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara lisan. b) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari materi

berikutnya.

c) Guru memberikan tugas d) Refleksi/Aplikasi Quantum. G. Sumber Belajar :

a) Buku pelajaran siswa

b) Depag. Al-Qur'an dan terjemahannya H. Penilaian

1. Penilaian Hasil a) Tes Tulis b) Tugas

Mengetahui, Kepala MA

H. Baharuddin, S. Ag.

Guru Mata Pelajaran


(3)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

Status Pendidikan : MA JAMIAH ISLAMIYAH Kelas / Semester : X / Genap

Mata pelajaran : Fiqih

Standar kompetensi: 4. Memahami hukum Islam tentang hukum keluarga. Kompetensi Dasar : 4.1.Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan dalam Islam dan hikmahnya.

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran ( 2 x 45 menit )

A. Tujuan Pembelajaran : Siswa mampu :

1. Menjelaskan pengertian tentang Hukum perkawinan.

2. Mencari informasi tentang ketentuan pernikahan dalam Islam 3. Merefeksikan hikmah disyari’atkannya nikah

4. Menarik hikmah adanya mahram nikah 5. Mendiskusikan tentang Hukum perkawinan.

6. Menterjemahkan dalil dan Membaca dalil-dalil tentang Hukum perkawinan. 7. Menyimpulkan tentang disyari’atkannya nikah.

B. Materi Ajar : ketentuan hukum perkawinan dalam Islam dan hikmahnya.

C. Metode :

1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Diskusi kelompok 4. Pemberian Tugas

D. Langkah-langkah pembelajaran :

Kegiatan Waktu Aspek life skill yang

dikembangkan

1. Pendahuluan:

Apersepsi dan Motivasi :

a) Memberikan salam dan memulai pelajaran dengan basma-

lah serta mengecek siswa yang tidak masuk.

b) Memberikan apersepsi/ materi yang ada hubungan dengan materi yang


(4)

diajarkan serta memberikan motivasi. c) Menyampaikan kompetensi dari

materi yang akan diajarkan d) Menjelaskan tujuan yang ingin

dicapai dari materi yang akan diajarkan

2. Kegiatan inti

a) Guru menunjuk salah seorang siswa untuk menjelaskan pengertian

tentang hukum perkawinan dalam Islam.

b) Siswa membuka Al-Qur’an untuk mencari dalil yang berkaitan dengan materi (eksplorasi)

c) Siswa ditunjukkan dalil nakli tentang hukum perkawinan dalam Islam. d) Siswa memabaca dalil nakli yang

berkaitan dengan materi/yaitu tentang hukum perkawinan dalam Islam.

e) Guru menunjuk Siswa siswa untuk menjelaskan hukum perkawinan dalam Islam.

f) Guru bertanya kepada siswa tentang hukum perkawinan dalam Islam. g) Siswa mengidentifikasi tentang

hukum perkawinan dalam Islam.

3. Kegiatan penutup.

a) Mengadakan tanya jawab tentang hukum perkawinan dalam Islam. b) Guru merangkum materi yang baru

saja diajarkan.

c) Guru menugaskan keada siswa mencari dail nakli yang berhubungan dengan hukum perkawinan dalam Islam.

d) Menutup pelajaran dengan membaca salam dan membaca hamdalah E. Sumber Belajar :

1. Buku paket Penidikan Agama Islam kelas XI

2. Buku buku yang relevan dengan materi yang diajarkan 3. LKS Fiqih


(5)

4. Al-Qur’an dan terjemahannya F. Penilaian :

Indikator Pencapaian Kompetensi

Teknik Penilaian

Bentuk

Penilaian Contoh Instrumen 1. Menjelaskan pengertian

dan hukum pernikahan

Tes tulis Isian 1. Jelaskan pengertian dan hukum pernikahan ? 2. Menyebutkan syarat dan

rukun nikah

Tes tulis Jawab Singkat

2. Sebutkan syarat dan rukun nikah ?

3. Menjelaskan pengertian dan hukum khitbah

Tes tulis Isian 3. Jelaskan pengertian dan hukum khitbah ?

4. Menjelaskan pengertian dan pembagian mahram nikah

Tes tulis Isian 4. Jelaskan pengertian dan pembagian mahram nikah ?

5. Menjelaskan macam-macam pernikahan terlarang

Tes tulis Isian 5. Jelaskan macam-macam pernikahan terlarang ? 6. Menyebutkan ketentuan

dan macam-macam wali

Tes tulis Isian 6. Sebutkan ketentuan dan macam-macam wali ? 7. Menjelaskan hukum dan

macam-macam mahar

Tes tulis Isian 7. Jelaskan hukum dan macam-macam mahar ? 8. Menjelaskan hukum

walimah dan hikmahnya

Tes tulis Isian 8. Jelaskan hukum walimah dan hikmahnya ?

9. Menjelaskan hikmah pernikahan

Tes tulis Isian 9. Jelaskan hikmah pernikahan ?

Mengetahui, Kepala MA

H. Baharuddin, S. Ag.

Guru Mata Pelajaran


(6)