Hukuman Mati Hukuman Pokok

Penegakan hukum pidana menghendaki sanksi hukum yaitu sanksi terdiri atas cerita khusus yang dipaksakan kepada si bersalah. 27

B. Macam-Macam Sanksi Pidana hukuman

Menurut hukum positif sebagaimana yang tercantum dalam pasal 10 kitab undang-undang hukum pidana KUHP, hukuman itu terdiri dari dua macam yaitu:

1. Hukuman Pokok

Yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan bersama-sama pidana tambahan, dan dapat juga dijatuhkan sendiri. 28 Macam-macam hukuman pokok ialah:

a. Hukuman Mati

Hukuman mati masih tetap dipertahankan dalam KUHP di Indonesia. Walaupun sejak tahun 1870 hukuman mati ini telah dihapuskan dari KUHP Nederland. Adapun tindak pidana yang diancam hukuman mati yang penulis kutip dari Media Hukum dan HAM ada 14 peraturan Indonesia yang membenarkan berlakunya hukuman mati, yaitu: 29 1 Pasal 104 KUHP: Makar membunuh Presiden dan Wakil Presiden. 27 Soesilo Prajogo, Kamus Hukum Internasional Indonesia, Jakarta: WIPRES, 2007, cet. Ke-I, h. 436 28 Hartono Hadi Soeprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1993, cet. Ke-I, h. 109-110 29 Media Hukum dan HAM, Pusat Study Hukum dan HAM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 6 “Makar dengan maksud untuk membunuh atau merampas kemerdekaan atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara”. 2 Pasal 124 3 KUHP: Kejahatan terhadap keamanan Negara. “Pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau penjara sementara paling lama 20 tahun dijatuhkan jika: a Memberitahukan atau menyerahkan kepada musuh, menghancurkan atau merusak sesuatu tempat atau pos yang diperkuat atau diduduki suatu alat penghubung gudang persediaan perang, atau kas perang ataupun Angkatan Laut, Angkatan Darat ataupun bagian daripadanya. b Menyebabkan atau memperlancar timbulnya huru hara pemberontakan atau diserse dikalangan Angkatan Perang. 3 Pasal 340 KUHP: Pembunuhan berencana. “Barang siapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan moord, dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara semantara selama-lamanya 20 tahun. 4 Pasal 365 4 KUHP: Pencurian dengan kekerasan. “Diancam dengan pidana mati, atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama 20 tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, pula disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam nomor 10 dan 3. 5 Pasal 444 KUHP: Kejahatan terhadap pelayaran. “Jika perbuatan kekerasan yang diterangkan pasal 438-441 mengakibatkan seseorang yang dikapal diserang atau seseorang yang diserang itu mati maka nahkoda, panglima atau pemimpin kapal dan mereka yang turut serta melakukan perbuatan kekerasan diancam dengan pidana mati, atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama 20 tahun. 6 dan 7 Pasal 479 K ayat 2 KUHP dan pasal 479 0 ayat 2 KUHP: Kejahatan penerbangan dan prasarana. “Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya seseorang atau hancurnya pesawat udara itu dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama-lamanya 20 tahun”. 8 Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 tahun1999: Korupsi atau merugikan Negara dalam keadaan tertentu. “Tindakan korupsi untuk memperkaya orang lain atau orang lain diancam dengan hukuman penjara minimal 4 tahun dan maksimal 20 tahun ditambah denda minimal 200 jutu atau maksimal satu milyar”. 9 Pasal 80-82 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang: Memproduksi, mengolah, menyediakan narkotika. Pasal 80 1 Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum : a. Memproduksi, mengolah, mengkonversi, perakit, atau menyediakan narkotika golongan I, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup, atau pidana penjara selama-lamanya 20 tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 satu miliar rupiah. 2 Apabila tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam: a. Ayat 1 huruf a didahului dengan pemufakatan jahat, dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000.00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 2. 000.000.000.00 dua miliar rupiah. 3 Apabila tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam: a. Ayat 1 huruf a dilakukan secara terorganisasi dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atu pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp. 500.000.000.00 lima ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 5.000.000.000.00 lima miliar rupiah. Pasal 81 4 Apabila tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam: a. Ayat 1 huruf a membawa, mengirim, mengangkut narkotika golongan I dilakukan secara terorganisasi dipidana dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp. 500.000.000.00 lima ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 4.000.000.000.00 empat miliar rupiah. Pasal 82 1 Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum: a. Mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara jual beli, atau menukar narkotika golongan I, dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 satu miliar rupiah. 2 Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a didahului dengan pemufakatan jahat maka terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam: a. Ayat 1 huruf a, dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara seumur 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000.00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 2.000.000.000.00 dua miliar rupiah. 3 Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam: a. Ayat 1 huruf a dilakukan secara terorganisasi, dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp. 500.000.000.00 lima ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 3.000.000.000.00 tiga miliar rupiah. 10 Pasal 59 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997: Menyalahgunakan obat-obatan psikotropika secara terorganisasi. 1 Barang siapa: a. Menggunakan psikotropika golongan I selain dimaksud dalam pasal 4 ayat 2, atau b. Memproduksi atau menggunakan dalam proses produksi psikotropika golongan I sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 c. Mengedarkan psikotropika golongan I tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal12 ayat 3, atau d. Mengimpor psikotropika golongan I selain untuk kepentingan ilmu pengetahuan, atau e. Secara tanpa hak memiliki, menyimpan dan membawa psikotropika golongan I. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling sedikit Rp. 150.000.000.00 seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 750.000.000.00 tujuh ratus lima puluh juta rupiah. 2 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat 1 dilakukan secara terorganisasi dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama 20 tahun dan pidana denda sebesar Rp. 750.000.000.00 tujuh ratus lima puluh juta rupiah. 11 Perpu Nomor 1 tahun 2002 Jo pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 2003 tentang terorisme: “ Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana terror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat misal, dengan cara merampas atau menghilangkan nyawa harta benda orang lain atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas public atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun”. Di dalam praktek terdapat peraturan-peraturan lain bagaimana hukuman mati itu harus dilaksanakan, yaitu: 30 a Dilaksanakan di dalam penjara; b Dilaksanakan oleh penuntut umum dan hakim yang bersangkutan yang mengadili si terhukum; c Didampingi seorang dokter yang memastikan bahwa si terhukum benar-benar mati; d Dilaksanakan oleh seorang algojo yang merupakan seorang pejabat negeri; e Tiga kali dua puluh empat jam sebelum hukuman mati dijalankan polisi harus diberitahukan kepada ketua terhukum oleh ketua pengadilan negeri atau yang diwakilkan dengan dibantu oleh panitera, atau jika ketua pengadilan negeri tidak ada di tempat maka oleh jaksa; 30 Satochid Kertanegara, Kumpulan Kuliah Hukum Pidana, Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa, tth, cet. Ke-I, h. 273 f Sejak si terhukum diberi tahu tentang hari akan dijalankannya hukuman mati, ia harus dijaga ketat; g Seorang terhukum mati harus diizinkan bertemu dengan guru keagamaan atau pendeta; h Persiapan-persiapan untuk menjalankan hukuman mati harus dilakukan tanpa diketahui atau dapat terlihat oleh si terhukum; i Hukuman mati tidak boleh dijalankan pada hari minggu, hari raya nasional atau keagamaan. 31

b. Hukuman Penjara