Jarimah Hudûd Jarimah Qisâs dan Diyat

mampu mencegah manusia dari melakukan tindak pidana ini yang biasanya didorong oleh keserakahan serta mencintai kemuliaan dan kekuasaan.

C. Sistem Sanksi Pidana dalam Hukum Islam

Dalam hukum Islam perbuatan yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain atau masyarakat, baik anggota badan maupun jiwa, harta benda, perasaan, keamanan, dapat dikatakan sebagai perbuatan jarimah. Dalam hukum Islam tujuan pokok dari penjatuhan hukuman ialah pencegahan ar-rad’u waz-zajru, pengajaran serta pendidikan al-islah wat-tahzîb. 17 Adapun yang dimaksud pencegahan ialah mencegah diri sipelaku untuk tidak mengukangi perbuatannya dan mencegah diri orang lain dari perbuatan yang demikian. Dalam hukum Islam, penjatuhan hukuman juga bertujuan membentuk masyarakat yang baik yang dikuasai rasa saling menghormati dan mencintai antara sesama anggotanya dengan mengetahui batas-batas hak dan kewajibannya. Ditinjau dari perbuatannya, tindak pidana jarîmah dibedakan menjadi:

1. Jarimah Hudûd

Jarimah Hudûd yaitu, hukum yang diancam dengan had dan lebih ditentukan oleh syara, dan menjadi hak Allah. Hukuman tersebut telah ditentukan oleh syara dan tidak ada batas minimal dan maksimal, maka hukuman ini tidak bisa dilepaskan oleh 11 A. Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1967, cet. Ke-1, h. 279 perseorangan orang yang menjadi korban atau keluarganya atau masyarakat yang diwakili oleh Negara. Hukuman had merupakan hak Allah yang tidak dapat dimaafkan dan dihapuskan oleh manusia. Macam-macam tindak pidana hudûd adalah: a. Tindak Pidana Riddah murtad ; b. Tindak Pidana Hirâbah; c. Tindak Pidana Bughât; d. Tindak Pidana perzinahan; e. Tindak Pidana Qazaf ; f. Tindak Pidana pencurian; g. Tindak Pidana konsumsi khamar Syurb al-khamar. Adapun macam-macam hukuman dari tindak pidana jarîmah hudûd yaitu: a. Hukuman mati, hukuman ini dijatuhkan kepada pelaku jarimah hirâbah yang melakukan pembunuhan. b. Hukuman cambuk, hukuman ini dijatuhkan kepada pelaku zina yang belum kawin dengan sebanyak seratus kali cambuk dan sebanyak delapan pulih kali cambuk kepada yang melakukan tuduhan palsu zina terhadap orang lain. 18 c. Hukuman rajam, yaitu hukuman mati dengan cara lempar batu. Hukuman ini dijatuhkan kepada pelaku zina muhsan sudah kawin baik laki-laki maupun perempuan. 18 Ibid., h. 289-294

2. Jarimah Qisâs dan Diyat

Qisas bisa diartikan sebagai pembalasan setimpal dengan perbuatannya. Qisas merupakan hukuman yang sesuai dengan rasa keadilan masyarakat, dimana perbuatan diberi balasan sesuai dengan perbuatannya. Untuk terwujudnya keamanan dan ketertiban, hukuman qisâs dapat lebih menjamin. Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin membedakan tindak pidana qisas dan diyat berupa: a. Pembunuhan dengan jalan sengaja. Ada tiga macam hukuman ialah hukuman pokok, hukuman pengganti, dan hukuman tambahan. 1 Hukuman pokok dari pembunuhan dengan sengaja ialah berupa: Qisas, membayar diyat dan ta’zîr; 2 Hukuman pengganti ialah berupa: Membayar diyat, berpuasa dua bulan berturut-turut dan diberi ta’zîr; 3 Hukuman tambahan ialah berupa: Terlarangnya hak waris mewarisi dan terlarangnya menerima wasiat. b. Pembunuhan serupa disengaja semi sengaja hukumannya ialah: 1 Hukuman pokok ialah berupa: Membayar diyat; 2 Hukuman pengganti ialah berupa: Diberi ta’zîr dan berpuasa dua bulan berturut-turut; 3 Hukuman tambahan ialah berupa: Terlarangnya waris mewarisi dan menerima wasiat dari yang terbunuh. c. Pembunuhan yang tidak disengaja, hukumannya ialah: 1 Hukuman pokok ialah berupa: membayar diyat; 2 Hukuman pengganti ialah berupa: ta’zîr dan berpuasa dua bulan berturut- turut; 3 Hukuman tambahan ialah berupa: terlarangnya waris mewarisi dan menerima wasiat dari yang terbunuh.

3. Jarimah Ta’zir