commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan serta peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun
demikian, penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan, peralatan yang beraneka ragam dan kompleks tersebut seiring tidak diikuti oleh kesiapan
sumber daya manusianya Tarwaka dkk, 2004. Pada dasarnya tujuan utama dari perindustrian adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia dengan lebih memperhatikan subyek- subyek yang terlibat didalamnya, terutama dalam hal perlindungan terhadap
manusia dan lingkungan kerja. Peranan manusia dalam industri tidak dapat diabaikan karena sampai saat ini dalam proses produksi masih terdapat
adanya ketergantungan antara alat-alat kerja atau mesin dengan manusia, atau dengan kata lain adanya interaksi antara manusia, alat dan bahan serta
lingkungan kerja Sutaryono, 2002. Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk
dapat bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena itu lingkungan kerja harus ditangani atau didesain sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif
terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman Manuaba dalam Tarwaka dkk, 2004.
1
commit to user 2
Di daerah tropis masalah pemaparan panas menjadi faktor penting yang harus diperhatikan. Disamping cuaca kerja, sebetulnya tubuh sendiri
ketika melakukan aktifitas juga mengeluarkan panas. Keseimbangan antara panas tubuh dan lingkungan diperlukan supaya metabolisme tubuh dapat
berjalan lancar. Pertama-tama panas dipindahkan dari organ yang memproduksi panas ke kulit, melalui sirkulasi darah. Kemudian panas
mengalami pertukaran dari tubuh ke lingkungan Subaris dan Haryono, 2007.
Proses pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan terjadi melalui mekanisme konveksi, radiasi, evaporasi, dan konduksi. Bila seseorang sedang
bekerja, tubuh pekerja tersebut akan mengadakan interaksi dengan keadaan lingkungan yang terdiri dari suhu udara, kelembaban dan gerakan atau aliran
udara. Proses metabolisme tubuh yang berinteraksi dengan panas di lingkungannya akan mengakibatkan pekerja mengalami tekanan panas.
Tekanan panas ini dapat disebabkan karena adanya sumber panas maupun karena ventilasi yang tidak baik. Tekanan panas yang berlebihan akan
menyebabkan pekerja cepat lelah Subaris dan Haryono, 2007. Kelelahan kerja tidak dapat didefinisikan secara jelas tetapi dapat
dirasakan sebagai perasaan kelelahan kerja disertai adanya perubahan waktu reaksi yang menonjol maka indikator perasaan kelelahan kerja dan waktu
reaksi dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya kelelahan kerja. Perasaan kelelahan kerja adalah gejala subyektif kelelahan kerja yang
commit to user 3
dikeluhkan pekerja yang merupakan semua perasaan yang tidak menyenangkan Setyawati, 2010.
Industri Kasur X merupakan home industri yang beralamat di Sukoharjo dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 45 orang yang dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu bagian pengisian kasur sebanyak 25 orang dan bagian penggilingan kain perca sebanyak 20 orang. Industri Kasur X Sukoharjo
memproduksi kasur dengan dua jenis yaitu kasur polester dan kasur dakron. Dari hasil produksi tersebut diperlukan bahan yang berbeda untuk pengisian
kasur, untuk kasur polester di isi dengan kain perca yang sudah dihaluskan, sedangkan untuk kasur dakron diisi dengan dakron yang terbuat dari plastik.
Untuk menghaluskan kain perca diperlukan proses yaitu dengan menggunakan mesin penggiling khusus untuk kain perca.
Sebelum melakukan proses penggilingan kain perca, tenaga kerja harus memasukkan kain perca ke dalam bak penampungan kain perca yang
terbuat dari kayu dan bambu dengan menggunakan kakinya, ini dilakukan untuk memudahkan proses masuknya kain perca ke dalam mesin penggiling,
tetapi hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan pada tenaga kerja. Pada saat proses penggilingan kain perca berlangsung, debu-debu halus yang berasal
dari kain perca berterbangan ke udara sehingga ruangan harus selalu ditutup agar debu-debu tersebut tidak berterbangan keluar ruangan. Hal ini yang
menyebabkan kondisi di dalam ruangan sangat panas karena tidak ada ventilasi udara sehingga tidak ada sirkulasi udara di dalam ruangan, selain itu
commit to user 4
panas di dalam ruangan juga ditambah dari mesin penggiling kain perca pada saat dioperasikan.
Dari hasil survei awal dan observasi yang dilakukan peneliti di Industri Kasur X Sukoharjo, peneliti melakukan pengukuran tekanan panas di
tempat kerja dengan menggunakan alat ukur Area Heat Stress Monitor dan diperoleh hasil yaitu suhu di dalam ruangan sebesar 29
o
C. Untuk beban kerja tenaga kerja dikategorikan beban kerja sedang, hal ini diketahui dari hasil
pengukuran denyut nadi pada 2 tenaga kerja dan hasil pengukuran denyut nadi masing-masing adalah 108 denyutmenit dan 110 denyutmenit dengan
waktu kerja 7 jam dan istirahat 1 jam, maka termasuk dalam kategori waktu kerja 75 dan waktu istirahat 25. Maka Indeks Suhu Basah dan Bola
ISBB yang sesuai untuk beban kerja tersebut adalah 28,0
o
C. Hasil pengukuran tekanan panas tersebut dibandingkan dengan Surat Keputusan
Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51MEN1999 mengenai standar iklim kerja di Indonesia, hasilnya suhu di dalam ruangan tersebut melebihi nilai ambang
batas. Selama proses penggilingan kain perca sebagian besar tenaga kerja mengalami keluhan mudah merasa haus, cepat merasa mengantuk, dan cepat
merasa letih, sehingga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yang berpengaruh pada jumlah penggilingan kain perca yang dihasilkan. Hal ini
yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang perbedaan kelelahan kerja sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas pada
tenaga kerja bagian penggilingan kain perca di Industri Kasur X Sukoharjo.
commit to user 5
B. Rumusan Masalah