Analisis Kesesuaian Model Goodness-of-Fit Uji Hipotesis

commit to user 22 menggunakan χ 2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel indikator yang digunakan dalam penelitian Ferdinand, 2002. Jika dalam penelitian ini digunakan 19 variabel indikator, semua kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari χ 2 19; 0,001 = 43,82 adalah multivariate outlier. Tabel IV.15 berikut menyajikan hasil evaluasi Jarak Mahalanobis. Tabel IV.15 Jarak Mahalanobis Data Penelitian Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2 174 35.862 .011 .861 161 34.780 .015 .746 133 34.583 .016 .533 44 34.071 .018 .404 43 33.541 .021 .317 139 32.934 .024 .275 93 31.849 .032 .364 168 31.796 .033 .240 170 30.721 .043 .372 21 30.218 .049 .384 152 29.803 .054 .382 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 106 17.940 .526 .313 88 17.891 .530 .291 132 17.681 .544 .374 Sumber: Data primer yang diolah, 2011. Dari Tabel IV.15 terlihat bahwa tidak ada outlier, karena semua observasi memiliki jarak mahalanobis 43,82.

F. Analisis Kesesuaian Model Goodness-of-Fit

commit to user 23 Evaluasi nilai goodness-of-fit dari model penelitian yang diajukan dapat dilihat pada Tabel IV.16 berikut ini: Tabel IV.16 Hasil Goodness-of-Fit Model Goodness-of-fit Indices Cut-off Value Hasil Evaluasi Model Chi-Square χ 2 Significance Probability p CMINDF GFI AGFI TLI CFI RMSEA Diharapkan kecil ≥ 0,05 ≤ 2,0 ≥ 0,9 ≥ 0,9 ≥ 0,9 ≥ 0,9 ≤ 0,08 164,382 0,062 1,191 0,913 0,880 0,973 0,978 0,033 ----- Baik Baik Baik Marginal Baik Baik Baik Sumber : Data primer yang diolah, 2011. Tabel IV.16 menjelaskan hasil goodness of fit dari model penelitian yang dilakukan. Dalam pengujian ini nilai χ 2 menghasilkan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 dengan nilai χ 2 sebesar 164,382 menunjukkan bahwa model penelitian yang diajukan sudah fit. Chi-Square sangat sensitif terhadap ukuran sampel, sehingga diperlukan indikator-indikator lainnya untuk menghasilkan suatu justifikasi yang pasti mengenai model fit Ghozali dan Fuad, 2005. Nilai CMINDF, GFI, TLI, CFI dan RMSEA dalam model penelitian ini menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik. Sedangkan nilai AGFI menunjukkan tingkat kesesuaian yang marginal. Secara keseluruhan pengukuran goodness of fit tersebut mengindikasikan bahwa model yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.

G. Uji Hipotesis

Analisis ini dilihat dari signifikansi besaran regression weight model yang dapat dilihat pada Tabel IV.17 berikut ini: Tabel IV.17 Regression Weights Regression Weights Estimate C.R. P Repurchase intention --- Contextual perceive value .190 2.483 .013 commit to user 24 Regression Weights Estimate C.R. P Satisfaction --- Contextual perceive value .150 2.042 .041 Repurchase intention --- Perceive usefulnes -.097 -1.000 .317 Satisfaction --- Perceive usefulnes .219 2.280 .023 Satisfaction --- Perceive ease of use .299 2.894 .004 Repurchase intention --- Perceive ease of use .237 2.099 .036 Repurchase intention --- Trust .217 2.069 .039 Repurchase intention --- Satisfaction .251 2.169 .030 Sumber: Data primer yang diolah, 2011. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa terdapat satu jalur yang tidak signifikan, terlihat dari besarnya tingkat signifikansi p uji hipotesis yang lebih besar dari 5, yaitu pengaruh perceive usefulnes pada repurchase intentions. Gambar IV.2 Model Penelitian 0,193 0,238 0,230 Repurchase intention Contextual perceived value Perceived usefulness Customer Satisfaction 0,294 - 0,104 0,220 Trust Perceived ease of use 0,213 0,249 commit to user 25 Tabel IV.18 menunjukkan bahwa contextual perceived value, perceived usefulness dan perceived ease of use memiliki pengaruh tidak langsung pada repurchase intention melalui customer satisfaction masing-masing sebesar 0,046; 0,059; 0,070. 1. Contextual perceived value berpengaruh positif terhadap repurchase intention Hasil pengujian mengindikasikan hasil yang mendukung hipotesis CR=2,483 maka menunjukkan bahwa hipotesis 1 didukung pada tingkat signifikan p0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa contextual perceived value merupakan variabel yang dianggap penting dalam membentuk repurchase intention. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat contextual perceived value, semakin tinggi pula repurchase intention . 2. Contextual perceived value berpengaruh positif terhadap satisfaction Hasil pengujian mengindikasikan hasil yang mendukung hipotesis CR=2,042 maka menunjukkan bahwa hipotesis 2 didukung pada tingkat signifikan p0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa contextual perceived value merupakan variabel yang dianggap penting dalam membentuk customer satisfaction. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat contextual perceived value, semakin tinggi pula satisfaction . 3. Perceived usefulness berpengaruh positif terhadap repurchase intention Hasil pengujian mengindikasikan hasil yang tidak mendukung hipotesis CR= - 1,000 maka menunjukkan bahwa hipotesis 3 tidak didukung pada tingkat signifikan p 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa perceived usefulness merupakan variabel yang dianggap kurang penting dalam membentuk repurchase intention. 4. Perceived usefulness berpengaruh positif terhadap satisfaction Hasil pengujian mengindikasikan hasil yang mendukung hipotesis CR=2,280 maka menunjukkan bahwa hipotesis 4 didukung pada tingkat signifikan p0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa perceived usefulness merupakan variabel yang dianggap penting dalam membentuk customer satisfaction. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat perceived usefulness, semakin tinggi pula customer satisfaction. 5. Perceived ease of use berpengaruh positif terhadap satisfaction Hasil pengujian mengindikasikan hasil yang mendukung hipotesis CR=2,894 maka menunjukkan bahwa hipotesis 5 didukung pada tingkat signifikan p0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa perceived ease of use merupakan variabel yang dianggap penting commit to user 26 dalam membentuk customer satisfaction. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat perceived ease of use, semakin tinggi pula customer satisfaction. 6. Perceived ease of use berpengaruh positif terhadap repurchase intention Hasil pengujian mengindikasikan hasil yang mendukung hipotesis CR=2,099 maka menunjukkan bahwa hipotesis 6 didukung pada tingkat signifikan p0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa perceived ease of use merupakan variabel yang dianggap penting dalam membentuk repurchase intention. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat perceived ease of use, semakin tinggi pula repurchase intention. 7. Trust berpengaruh positif terhadap repurchase intention Hasil pengujian mengindikasikan hasil yang mendukung hipotesis CR=2,069 maka menunjukkan bahwa hipotesis 7 didukung pada tingkat signifikan p0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa trust merupakan variabel yang dianggap penting dalam membentuk repurchase intention . Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat trust , semakin tinggi pula repurchase intention. 8. Satisfaction berpengaruh positif terhadap repurchase intention Hasil pengujian mengindikasikan hasil yang mendukung hipotesis CR=2,169 maka menunjukkan bahwa hipotesis 3 didukung pada tingkat signifikan p0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa customer satisfaction merupakan variabel yang dianggap penting dalam membentuk repurchase intention. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat customer satisfaction, semakin tinggi pula repurchase intention.

H. Pembahasan