Beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa di bidang statistika 1 & 2

(1)

  SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

 

   

 

 

Oleh:

Adiyo R

106070002206

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

 

   


(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh: ADIYO R NIM: 106070002206

Di bawah bimbingan: Pembimbing I

Jahja Umar, Ph.D NIP: 130 885 522

Pembimbing II

M. Avicenna, M. Hsc,. Psy. NIP: 19770906 200112 1004

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

 

Skripsi yang berjudul “Beberapa Faktor Psikologis Yang Memengaruhi Prestasi Belajar  Mahasiswa di Bidang Statistika 1 & 2”  telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas  Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Desember  2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana  Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. 

  Jakarta, 9 Desember 2010 

     

Sidang Munaqosyah

Dekan / Sekretaris,

Ketua Merangkap Anggota, Merangkap Anggota

Pembimbing 1 dan Penguji II

Jahja Umar, Ph.d Dra.Fadhilah Suralaga,M.Si NIP. 130 885 522 NIP. 150 215 283

Anggota:

Penguji I

Ikhwan Lutfi M.Psi NIP. 19730710 200501 1 006

Pembimbing II

M. Avicenna M. Hsc, Psy NIP : 19770906 200112 1004


(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Adiyo R

NIM : 106070002206

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Beberapa Faktor Psikologis Yang Memengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa di Bidang Statistika 1 & 2” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 9 Desember 2010

Adiyo R NIM: 106070002206  

                                   


(5)

`bggb

UX_T]Te twtÄt{ cxÜ}âtÇztÇ? cxÜ}âtÇztÇ twtÄt{ cxÇzÉÜutÇtÇ?

áxáâÇzzâ{Ççt cxÇzÉÜutÇtÇ twtÄt{ ÅxÇ|ÇzztÄ~tÇ {tÄ „ {tÄ çtÇz

ÅxÇçxÇtÇz~tÇ ;]t{}t hÅtÜ<A

ftÄt{ átàâ ÑxÜ~tÜt çtÇz tÅtÄtÇÇçt àxàtÑ w|{|àâÇz ~xà|~t áâwt{ ÅxÇ|ÇzztÄ twtÄt{

\_`h çtÇz uxÜÅtÇyttà wtÇ w|tÅtÄ~tÇ ~xà|~t {|wâÑA

cxÜáxÅut{tÇ

f~Ü|Ñá| |Ç| cxÇxÄ|à| ÑxÜáxÅut{~tÇ âÇàâ~ \uâ XÇÇç V{? XçtÇz~âÇz wtÇ

TÄÅ{ XçtÇzâà|

fxÜàt ÉÜtÇz „ ÉÜtÇz çtÇz cxÇâÄ|á átçtÇz|A


(6)

(A)Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (B)Desember 2010

(C)Adiyo R

(D)Beberapa Faktor Psikologis Yang Memengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa di Bidang Statistika 1 & 2

(E)103 halaman + lampiran

(F)Prestasi belajar adalah skor pencapaian hasil tes atau ujian yang diperoleh siswa, dimana tes atau ujian sebagai pengukuran kemampuan serta pemahaman belajar siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan. Faktor – faktor psikologis adalah keseluruhan faktor psikologis yang memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar mahasiswa, adapun faktor psikologis tersebut mencakup sikap terhadap statistika, kecemasan terhadap statistika, motivasi belajar statistika, kebutuhan berprestasi, intelegensi dan

self efficacy terhadap statistika. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor –

faktor psikologis yang dominan pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar statistika. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2009/2010 berjumlah 208 orang. Seluruh anggota populasi tersebut peneliti jadikan sampel keseluruhan atas dasar jumlah anggota populasi yang tidak terlalu banyak. Instrument pengumpulan data menggunakan skala likert untuk variabel sikap, kecemasan, dan self efficacy; untuk motivasi, instrumentnya menggunakan self rating; intelegensi menggunakan tes IST; kebutuhan berprestasi menggunakan sub scale need

for achievement EPPS dan yang terakhir prestasi belajar statistika 1 dan 2

menggunakan data nilai akhir kuliah statistika 1 dan 2 angkatan 2009/2010. Peneliti menggunakan analisis faktor konfirmatorik untuk menguji validitas konstruk alat ukur

self efficacy, sikap, kecemasan dan kebutuhan berprestasi. Adapun penghitungannya

dibantu dengan software LISREL 8.30. Untuk analisis uji hipotesis penelitian dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda dan penghitungannya dibantu dengan software SPSS 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor – faktor psikologis memberikan pengaruh terhadap statistika 1 sebesar 15,8 %, hasil tersebut signifikan secara statistic (p<0.05). Kemudian dari enam IV yang dianalisis, hanya ada tiga yang pengaruhnya signifikan terhadap statistika 1 yaitu intelegensi, motivasi dan self efficacy terhadap statistika. Selanjutnya pada analisis yang kedua, faktor – faktor psikologis memberikan pengaruh sebesar 34,6 % terhadap prestasi belajar statisika 2, hasil tersebut juga signifikan secara statistic (p<0.05). Dari koefisien regresi yang dihasilkan, hanya ada empat IV yang signifikan pengaruhnya terhadap prestasi belajar statistika 2 yaitu intelegensi, self efficacy, prestasi belajar statistika 1 dan kebutuhan berprestasi.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, disarankan untuk lebih banyak mengikutsertakan varriabel yang terkait langsung dengan pembelajaran seperti latar belakang dosen, metode mengajar, selain itu diukur juga kemampuan mahasiswa di bidang matematika ketika SMA.

Bahan Bacaan = 29 bahan (1956 – 2010) 

         


(7)

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada seluruh umatNya, dan atas seizinNya lah peneliti mampu menyelesaikan karya ilmiah ini diwaktu yang sebaik – baiknya. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi akhir zaman yang membawa umat – Nya dari zaman kegelapan menuju kepada zaman pencerahan. Pada saatnya, selesailah skripsi yang berjudul “BEBERAPA FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DI BIDANG STATISTIKA 1 & 2”.

Skripsi ini merupakan sebuah karya ilmiah yang disusun dalam rangka menyelesaikan jenjang pendidikan Sarjana Strata Satu ( S 1) sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penulisan skripsi ini peneliti tidak luput dari proses pembelajaran yang amat panjang. Peneliti telah melewati berbagai macam bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan Terima Kasih yang sebesar – besarnya kepada pihak yang telah membantu, yaitu sebagai berikut :

1. Jahja Umar Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Pembimbing 1 dalam penulisan skripsi ini. Beliau tidak pernah henti – hentinya untuk memberikan ilmu, motivasi, bimbingan dan dorongan agar Peneliti mampu menjadi lulusan sarjana yang berkualitas dibidangnya. Beliau benar – benar telah menjadi sosok inspirator bagi Peneliti, hingga akhirnya Peneliti begitu berkemauan besar untuk menguasai dibidang yang sama dengan beliau. Serta kepada Ibu Dra. Fadhilah Suralaga M.Si dan Ibu Dra. Zahratun Nihayah M.Si yang telah memberikan support dan perhatian kepada Peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi. Beliau berdua adalah seorang pendidik sekaligus Ibu yang mengayomi mahasiswanya. Dan juga kepada Pak Bambang Suryadi Ph.D selaku Pembantu Dekan bidang Administrasi.

2. Kepada sosok yang peneliti paling kasihi dan hormati sepanjang hidup, yaitu Ibu Enny Chaerulawati. Tak ada satu kata-pun dan tulisan yang cukup untuk mengucapkan rasa terima kasih atas segala jerih payah yang telah Ibu lakukan untuk Peneliti. Peneliti menyadari bahwa Peneliti begitu jauh dari predikat Putra yang mampu dibanggakan oleh Ibunya, namun, Peneliti selalu berupaya untuk meraih predikat tersebut. Kepada Eyangkung, Alm Eyang Ginen & Almh Eyanguti, ini janji yang peneliti tepati sesaat sebelum Eyang istirahat di surga. 3. Kepada Pak Ikhwan Lutfi M.Psi selaku Penguji I atas kesediaanya meluangkan

pikiran dan waktu untuk menguji skripsi Peneliti. Kepada Pak M. Avicenna M.Hsc,.Psy selaku Pembimbing 2 dan selaku Pembimbing KKL, yang telah bersabar dan mencontohkan arti keikhlasan kepada Peneliti. Kemudian kepada Ibu Yunita Faela Nisa M.Psi Psi yang telah memberikan banyak ilmu dan dorongan kepada Peneliti untuk terus mengembangkan ilmu Psikologi khususnya dibidang penelitian. Kepada Bu Neneng Tati Sumiati M.Psi Psi, Bu S.Evangeline I Suady M.Psi Psi, Ibu Nia Tresniasari M.Si, Bu Luzvinda M.Si dan Ibu Yarsi yang telah memberikan dukungan dan perhatian kepada Peneliti. Dan juga para Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya selama Peneliti kuliah.


(8)

5. Kepada para Responden dalam penelitian skripsi ini yaitu Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009/2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih banyak atas doa dan semangatnya khususnya untuk Restu Nurfadhilah, Fathannisa, Nesya, Uci, Qonitah, Winda, Meida, Indah, Mizan, Yunita, Reisha, Virgin.

6. Kepada Aqly Yassin dan Anindita yang benar – benar peneliti sayangi, semoga kalian bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari peneliti dan meraih semua cita – cita yang Ibu inginkan kepada kita bertiga. Kepada Bapak Wijanarko dan Ayah Welly R, yang telah memberikan doa dan dukungan selama rentang kehidupan Peneliti.

7. Untuk sahabat dan teman – teman Peneliti, yaitu Amir, Dwi, Pras, Rudhi, Adjie, Adit, Dara, Danny, Amal & Bayu, Hanni, Rika, Isni, Siro, Suci, Sheli, Hanny S, Kadek, Eva, Fahmi, Fajar, Cat, Samsul, Lukman, Eja, Obi, Dimas, Adam, Eko, Ade, Iqbal, dan para Mentor Akademik yaitu Kori, Maihan, Ami, dll, serta teman – teman kelas B Angkatan 2006 dan semua Psikologi Angkatan 2006, kalian semualah yang membuat Peneliti TERSENYUM BAHAGIA memiliki persahabatan dan pertemanan yang selama ini telah dilewati. Terima kasih juga untuk teman – teman 2007 yaitu Nuran Abdat beserta the bibiers, Maulida Disa Pratiwi, Fredi Kundarto dkk, Rajib, Denil dkk.

8. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu - persatu yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis hanya bisa memohon kepada Allah SWT agar memberikan balasan yang sebaik – baiknya kepada semua pihak yang telah berjasa dalam rentang kehidupan Penulis. AMIN ALLAHUMMA AMIN.

Jakarta, 9 Desember 2010

                           


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Pengesahan Pembimbing ... ii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ... iii

Lembar Pernyataan ... iv

Motto dan Persembahan ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ………. xi

Daftar Gambar ……….. xii

Daftar Lampiran .……….. xiii

BAB 1 Pendahuluan... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

1.4 Pembatasan Masalah ... 7

1.5 Sistematika Penulisan ... 7

BAB 2 Kajian Teori ... 9

2.1 Pengertian Prestasi Belajar ... 9

2.2 Teori Prestasi Belajar ... 10

2.2.1 Prestasi Belajar Statistika ………... 18

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Statistika …... 24

2.3 Pengukuran Prestasi Belajar Statistika ... 36

2.4 Hipotesis Penelitian ... 39

BAB 3 Metode penelitian ... 43

3.1 Populasi dan Sampel ... 43

3.2 Variabel Penelitian ... 43

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 44

3.4 Instrumen Pengumpulan Data ………..……... 45

3.5 Prosedur Pengumpulan Data ……... 49

3.6 Metode Analisis Data ………... 50

BAB 4 Hasil Penelitian ...……….………... 53

4.1 Analisis Deskriptif ………... 53

4.2 Uji Validitas Alat Ukur ………... 55

4.2.1 Uji Validitas Skala Sikap terhadap Statistika ………. 55

4.2.2 Uji Validitas Skala Self Efficacy terhadap Statistika ..………..60

4.2.3 Uji Validitas Skala Kecemasan terhadap Statistika ………..…64

4.2.4 Uji Validitas Sub Skala Kebutuhan Berprestasi EPPS …..…...68


(10)

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran ... 89

5.1 Kesimpulan ………... 89

5.2 Diskusi ………... 91

5.3 Saran ………... 99

5.3.1 Saran Metodologis ... 99

5.3.2 Saran Praktis ... 100

Daftar Pustaka ... 101

Lampiran

               


(11)

Tabel 1.1 Alasan Pentingnya Mempelajari Statistika ………..………5 Tabel 2.1 Hasil Penelitian tentang Prestasi Belajar Statistika ... 24

Tabel 4.1 Distribusi Populasi Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52 Tabel 4.2 Distribusi Prestasi Belajar Statistika Berdasarkan Jenis Kelamin.. 53 Tabel 4.3 Muatan Faktor dari Item Sikap terhadap Statistika ... 56 Tabel 4.4 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran item Sikap terhadap

Statistika

……… 57 Tabel 4.5 Muatan Faktor dari item Self Efficacy terhadap Statistika ………..… 61 Tabel 4.6 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran item Self Efficacy

terhadap Statistika ………. 62

Tabel 4.7 Muatan Faktor dari item Kecemasan terhadap Statistika ………. 65 Tabel 4.8 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran item Kecemasan

terhadap Statistika

………... 66 Tabel 4.9 Muatan Faktor dari item Achievement EPPS ……… 69 Tabel 4.10 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran item Achievement

EPPS

……… …. 71

Tabel 4.11 Matriks Korelasi Antar Variabel Penelitian ………...

73

Tabel 4.12 Anova dari Analisis Regresi 1 ..………... 76

Tabel 4.13 Rsquare Regresi 1

………...………..…... 76

Tabel 4.14 Koefisien Regresi 1

………..………… 77

Tabel 4.14 Anova dari Analisis Regresi 2 ………

78

Tabel 4.15 Rsquare Regresi 2

………..……….. 79

Tabel 4.16 Koefisien Regresi 2

………..……… 80

Tabel 4.17 Penghitungan Proporsi Varians Statistika 1 ……….………..

82

Tabel 4.18 Penghitungan Proporsi Varians Statistika 2 ……….………..


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 41 Gambar 4.1 Analisis Konfirmatorik Skala Sikap terhadap Statistika………….. 55 Gambar 4.2 Analisis Konfirmatorik Skala Self Efficacy terhadap Statistika ….. 60 Gambar 4.3 Analisis Konfirmatorik Skala Kecemasan terhadap Statistika …… 64 Gambar 4.4 Analisis Konfirmatorik Sub Skala Achievement EPPS ……..…… 68 Gambar 4.5 Residual Plots Statistika 1 ………..……… 84 Gambar 4.6 Residual Plots Statistika 2 ………..………. 87


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Instrumen Penelitian.


(14)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Adiyo R

106070002206

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian prestasi belajar statistika, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang.

Kecemasan terhadap mata kuliah statistika dialami sebanyak 80 % mahasiswa strata satu (S1), sehingga mengakibatkan menurunnya performa prestasi dibidang Statistika (Onwuegbuzie, Anthony J,. 2004). Kemudian sikap yang negative mahasiswa terhadap statistika, seringkali menjadi rintangan terbesar dalam melakukan pembelajaran yang efektif (Waters, L.K,. Martelli, Theresa A., Zakrajsek, Todd,. Popovich, Paula M, 1988). Ketika peneliti menjadi mentor mata kuliah statistika, seringkali mendapati komentar tentang mata kuliah statistika yang dipersepsikan sebagai mata kuliah yang mengkhawatirkan mahasiswa, mata kuliah penghambat untuk lulus cepat, sebab, masih ada mahasiswa yang berusaha untuk mendapatkan nilai bagus di mata kuliah ini tidak cukup dengan sekali saja, bahkan ada yang mengulang sampai tiga kali. Artinya, mata kuliah statistika dianggap sebagai mata kuliah yang menyulitkan. Hal ini salah satunya disebabkan yaitu ketika mereka masih menjadi siswa disekolah, mereka belum mendapatkan pemahaman apa manfaat mempelajari ilmu analisis matematika seperti statistika ini, justru kebanyakan dari mereka hanya diminta untuk menghafal rumus-rumus yang rumit kemudian menghitungnya, sehingga mereka memiliki sikap atau persepsi tentang


(16)

mata pelajaran hitung-hitungan merupakan mata pelajaran yang mencemaskan, menjenuhkan, dsb. Seperti yang ditulis oleh Maxwell K. Hsu (2003) dalam artikelnya, yang berbunyi :

“…students’ experiences toward statistics, however often are a source of anxiety that may lead learners to a negative perception, perhaps especially among those who have undergone 12 years of schooling without ever taking statistics as a subject” (hal. 174.)

Berdasarkan literature dan fenomena yang peneliti temui, untuk sementara peneliti menyimpulkan bahwa statistika dianggap sebagai mata kuliah yang sangat menyulitkan, serta menjadi penghambat perkuliahan yang efektif. Bahkan statistika merupakan mata kuliah yang menyebabkan timbulnya gangguan gejala psikologis yaitu berupa kecemasan, panic, stress dan bahkan depresi. Selain itu, keadaan tersebut terjadi dalam segala bentuk perkuliahan yang berkaitan dengan statistika, baik dalam perkuliahan sehari-hari, yang meliputi pengerjaan tugas dikelas, menjawab pertanyaan dosen statistika, maupun ketika diberikan pekerjaan rumah yang diberikan dosen, dan tentunya ketika ujian statistika dilaksanakan. Menunda - nunda mengerjakan tugas statistika baik dirumah maupun dikelas merupakan salah satu kendala yang terjadi di mata kuliah Statistika. Meskipun mahasiswa mengerjakan tugas tersebut dikelas ataupun dirumah, kebanyakan dari mereka tidak mengerjakan sendiri, mereka cenderung melihat tugas teman mereka yang mereka nilai mampu dalam bidang statistika. Namun ternyata tidak semua mahasiswa mampu dibidang statistika, meskipun belum teruji secara empiris. Kemudian tentunya hal ini menjadi asumsi bahwa ketidakmampuan dibidang statistika akan mengakibatkan turunnya rasa percaya diri. Tentunya mahasiswa pasti akan mengalami gejala psikologis seperti


(17)

yang peneliti telah sebutkan diatas. Selanjutnya hal ini yang menjadi masalah di kalangan mahasiswa terhadap mata kuliah statistika.

Mata kuliah statistika merupakan salah satu mata kuliah pokok disemua program studi, bahkan mata kuliah statistika untuk program Strata satu (S1) dibuat menjadi mata kuliah lanjutan menjadi statistika 1 dan statistika 2. Hal ini membuktikan bahwa statistika menjadi sangat penting untuk dipelajari. Kemudian secara khusus statistika dibidang psikologi memiliki peranan yang sangat berarti, sebab bagaimana bisa muncul teori–teori ilmiah dan penelitian-penelitian dibidang psikologi jika meng-analisis data penelitian tersebut tanpa menggunakan statistika. Selain itu bahwa sudah banyak para ahli Statistik yang menjadi tokoh Psikologi, seperti teori dan alat tes kepribadian 16 personality factor (16 PF) yang diciptakan oleh Raymond Cattel yang merupakan ahli Statistik, ia merumuskan teori tersebut

melalui analisis factor, kemudian Charles Spearman yang dikenal sebagai Bapak

Psikometri, yang juga merupakan ahli Statistik. Kemudian EPPS tokohnya Edward yang juga merupakan ahli Statistik, ditambah lagi ahli Statistik Roscharch yang terkenal dengan tes Roscharch-nya, kemudian dibidang kepribadian Henry Murray yang menciptakan needs ada 20, ia menganalisisnya melalui analisis factor, kemudian dibidang psikologi pendidikan ada struktur intelektual Guilford yang juga dianalisis melalui analisis factor, dan tentunya masih banyak lagi ahli Statistik yang menjadi tokoh psikologi. Artinya banyak temuan-temuan ilmiah di bidang psikologi justru ditemukan oleh para ahli Statistik.

Alasan lain mengapa statistika itu sangat penting untuk dipelajari, yaitu ketika seseorang melakukan penelitian, selanjutnya menganalisis data penelitian yang mana


(18)

hasil dari analisis data tersebut akan diinterpretasikan. Semua proses tersebut memerlukan ilmu statistika yang tentunya harus dipelajari dengan baik agar tidak keliru dalam menganalisis data penelitian tersebut.

Statistika juga diperlukan ketika mahasiswa membaca jurnal penelitian baik psikologi maupun bidang ilmu lainnya. Seperti halnya ketika melakukan penelitian, peneliti atau mahasiswa harus mampu membaca dan menginterpretasikan hasil penelitian yang ada di jurnal. Sebagai contoh, jika dalam jurnal dipaparkan tentang matriks korelasi antar variable, kemudian didapat hasil korelasi, misal antara variable

SES (Sosioeconomic Status) dengan Intelegensi tidak berkorelasi positif, maka

mahasiswa harus mampu membacanya serta menginterpretasikannya, apakah signifikan atau tidak, sehinggga harus tahu secara statistik angka signifikansi ketika nilai r hitung dibandingkan dengan r table lebih besar atau lebih kecil. Kemudian khususnya dibidang pengetesan psikologi, ketika kita ingin mengukur kemampuan intelegensi seseorang maka kita akan memberikan tes intelegensi. Tentunya kita harus tahu apakah butir-butir tes tersebut benar-benar mengukur kemampuan seseorang, atau malah sebaliknya, semakin ia mampu menjawab butir tes tersebut maka ia semakin rendah skor intelegensinya. Oleh karena itu kita perlu melakukan uji validitas dan reliabilitas alat tes tersebut, yang tak lain dasar dari validitas dan reliabilitas menggunakan rumus dan konsep dibidang statistika.

Jika disimpulkan mengapa kita perlu mempelajari Statistika yaitu agar kita mampu membuat sebuah karya ilmiah berdasarkan data statistika yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kemudian kita juga mampu menciptakan teori dalam bidang tertentu melalui sebuah pengukuran statistik atau analisis faktor.


(19)

Disamping itu juga kita bisa mengembangkan sebuah alat tes yang telah ada, dengan menguji validitas dan reliabilitasnya, seperti pada tes IST dsb.

Peneliti kutip dari Bluman (1997) tentang mengapa mahasiswa harus mempelajari Statistika, yang peneliti paparkan pada tabel berikut :

Tabel 1.1 Alasan Pentingnya Mempelajari Statistika.

No Reasons

1 Students, like professional people, must be able to read and understand the various statistical

studies performed in their field. To have this understanding, they must be knowledgeable about the vocabulary, symbols, concepts, and statistical procedures used in these studies.

2 Students and professional people may be called on to conduct research in their field, since

statistical procedures are basic to all research. To accomplish this, they must be able to design experiments; collect, organize, analyze, and summarize data ; and possibly make reliable predictions or forecasts for future use. They must also be able to communicate the results of the study in their own words.

3 Students and professional people can also use the knowledge gained from studying statistics to

become better consumers and citizens. For example, they can make intelligent decisions about what products to purchase based on consumer studies, government spending based on utilization studies, and so on.

Berdasarkan permasalahan dibidang Statistika yang dimiliki oleh mahasiswa yang pada akhirnya permasalahan tersebut justru malah menurunkan prestasi belajar mahasiswa dibidang statistika, maka perlu diketahui secara empiris faktor psikologis


(20)

apa sajakah yang menyebabkan turun dan naiknya prestasi belajar statistika. Hal ini dilakukan sebagai upaya menemukan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi mahasiswa pada mata kuliah Statistika. Dengan demikian peneliti ingin meneliti variabel – variabel psikologis apa sajakah yang menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam mempelajari Statistika sehingga menyebabkan turunnya prestasi dibidang Statistika. Oleh sebab itu, penelitian ini peneliti beri judul : “Beberapa Faktor Psikologis yang Memengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa di Bidang Statistika 1 & 2”.

1.2 Pertanyaan Penelitian.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Variable psikologis apa sajakah yang memengaruhi prestasi belajar

mahasiswa dibidang statistika?

2. Dari variable penelitian yang dianalisis manakah yang memiliki pengaruh paling besar dan signifikan terhadap prestasi belajar statistika?.

3. Bagaimanakah model persamaan regresi yang dapat digunakan untuk

memprediksi prestasi belajar statistika?.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara pokok dan prinsip, tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan penelitian yang telah peneliti rumuskan diatas. Oleh karenanya tujuan dan manfaat subtansial penelitian ini sangat berkaitan erat dengan pertanyaan penelitiannya yaitu:


(21)

1. Menemukan factor –faktor psikologis yang dominan memengaruhi tinggi rendahnya prestasi mahasiswa dibidang Statistika, sehingga dapat digunakan predictor untuk prestasi belajar di bidang mata kuliah statistika.

2. Melihat secara statistik prestasi belajar mahasiswa UIN Jakarta dibidang Statistika.

3. Jika sudah didapat model regresinya, maka peneliti mampu membuat

rangkuman tentang pembelajaran yang cermat untuk statistika.

1.4 Pembatasan Masalah.

Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitan ini, maka peneliti membatasi penelitian ini hanya kepada:

1. Penelitian ini hanya melihat prestasi dibidang Statistika 1 dan 2.

2. Faktor – faktor psikologis dalam penelitian ini adalah sikap, kecemasan, intelegensi, motivasi, self efficacy, kebutuhan berprestasi.

3. Populasi penelitian mahasiswa angkatan 2009 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian prestasi

belajar statistika, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat


(22)

BAB II : Landasan Teori

Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, beserta hipotesis penelitian.

BAB III : Metodelogi Penelitian

Bab ini meliputi, subyek penelitian, variable penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV : Analisis Hasil Penelitian

Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian meliputi, pengolahan statistik dan analisis terhadap data.

BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran.

       


(23)

 

BAB 2

KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan dipaparkan tentang Pengertian Prestasi Belajar, Teori Prestasi Belajar, Teori Prestasi Belajar Statistika, Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar Statistika, Pengukuran Prestasi Belajar Statistika, Hipotesis Penelitian.

2.1 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar dalam Chaplin (2002) merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut. Sumadi Suryabrata (2005) berpendapat bahwa prestasi belajar sebagai hasil dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang khusus diberikan untuk proses evaluasi, misalnya rapor, hasil ini dibagikan kepada siswa pada akhir semester setelah pelaksanaan ujian akhir. Di dalam bidang pendidikan, siswa dikatakan memiliki prestasi baik bila menjadi juara kelas ataupun memperoleh nilai yang baik. Pengertian prestasi belajar didalam kamus balai pustaka nasional, yaitu penguasaan pengetahuan dan keterampilan terhadap mata kuliah yang diberikan melalui hasil tes (Dhona, 2004).

Dengan demikian, dari pengertian prestasi belajar yang peneliti kutip dari beberapa sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah skor pencapaian hasil tes atau ujian yang diperoleh siswa, dimana tes atau ujian sebagai pengukuran kemampuan serta pemahaman belajar siswa atas pembelajaran yang telah


(24)

dilakukan (Umar, 2010). Atau singkatnya, prestasi belajar lebih berkaitan dengan pengukuran pencapaian hasil belajar.

2.2 Teori Prestasi Belajar

Dalam penelitian ini, yang peneliti maksud dari teori prestasi belajar adalah variabel-variabel psikologis yang memengaruhi prestasi belajar yang mampu menyebabkan naik turunnya prestasi belajar siswa. Dengan demikian focus dari teori prestasi belajar berkaitan dengan variabel-variabel psikologis apa sajakah yang mampu memengaruhi prestasi belajar.

Peneliti kutip dari penelitian Umar (2007) yang menuliskan bahwa menurut Wahlberg (1981) ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi prestasi siswa yaitu: (1) Variabel personal seperti prestasi sebelumnya, umur, motivasi, self concept, dsb; (2) Variabel instruksional seperti intensitas dan kualitas serta metode pengajaran dan (3) Variabel lingkungan (environmental) yang terkait dengan keadaan di rumah, kondisi guru, kelas, dan sekolah, teman belajar, media belajar, dsb. Pada beberapa penelitian yang menggunakan ketiga variabel ini, ternyata ditemukan hasil yang berbeda-beda. Larry Sutter (2000) (dalam Umar, 2007) misalnya, mengutip hasil penelitian James Coleman di tahun 1960an di mana kesimpulannya adalah mengatakan bahwa

“…student performance was determined more by family background than by school

characteristics…”.

Namun demikian, dalam studinya yang membandingkan prestasi matematika dan IPA secara internasional dengan menggunakan data TIMSS, Sutter (2000) menyimpulkan bahwa perbedaan prestasi belajar antar negara lebih banyak


(25)

ditentukan oleh variabel-variabel kurikuler dan pengajaran. Ia juga mengutip kesimpulan penelitian Gustafsson dan Undheim (1996) yang mengatakan bahwa

“…that results of international-level studies might be accounted for by differences in curriculum rather than intellectual differences among students…”.

Sebaliknya, Heyneman (1997) menemukan bahwa student personal variable

yang lebih menentukan, terutama sekali motivasi / spirit belajar. Berikut adalah kutipan tulisannya (Heyneman, 1997) (dalam Umar, 2007) :

What differentiates American children from other children in the world – and the explanation of poor performance among minorities and the poor – is the American public policy toward children. “In general, children in the United States are provided with too much opportunity and too few obligations; too much choice and too few responsibilities.” In addition, “U.S. school children are influenced by a common assumption that curriculum has to be entertaining”,…… “It isn’t poverty which drives scores of U.S. students down,” I said, “or race, or even minority status, but rather impoverish spirit”. …..

”… It is the general lack of a desire to learn and this, in turn, is affected by public policy. …...”

(page 29).

Selanjutnya penelitian mengenai pengaruh variabel psikologis, yang secara konsisten ditemukan pengaruhnya terhadap prestasi belajar antara lain adalah “self

efficacy” (misalnya Ramdass and Zimmerman (2008). Sedangkan variabel yang

umumnya tak berpengaruh terhadap prestasi adalah sikap terhadap mata pelajaran. Reiss (2009) menemukan ada enam “personality needs” yang erat kaitannya dengan

“low achievement in school” yaitu “high need for acceptance”, “low need for

cognition”, “lack of ambition”, “low need for order”, “low need for honor”, dan

“high need for vengeance”. Variabel lingkungan belajar yang ditemukan berpengaruh

misalnya adanya standard kelulusan (Cavanagh, 2009; Mc Neil, 2009). Penguasaan guru terhadap materi pelajaran misalnya, ditemukan lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dari pada penguasaan metode mengajar (Telese, 2005; Viadero, 2009). Penelitian yang relatif baru (Moon dan Lee, 2009) tentang predictors dari


(26)

prestasi anak di sekolah, menemukan bahwa yang signifikan pengaruhnya adalah

“family factors especially parent education level and income”, “parent-child home

activity”, dan “parental psychological well-being”. Selanjutnya, ia menemukan

bahwa “parent school involvement” tak berkaitan dengan prestasi anaknya di

sekolah.

Teori prestasi belajar dari Dalyono (2001) (dalam Donna, 2004 ), teori

tersebut mengatakan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar ditentukan oleh faktor-faktor berikut ini :

1. Faktor internal, yang terdiri dari :

a. Intelegensi dan bakat. Seseorang dengan IQ yang lebih tinggi

umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang dengan IQ rendah biasanya lebih sulit dalam belajar, sehingga prestasinya pun cenderung rendah. Selain itu bakat juga berpengaruh terhadap prestasi belajar.

b. Motivasi dan minat. Menurut teori ini minat dapat timbul karena

adanya daya tarik dari luar dan bisa juga datang dari dalam diri sendiri. Minat yang besar merupakan modal awal yang besar untuk mencapai tujuannya. Dengan adanya minat maka timbul motivasi. Motivasi sendiri adalah pendorong untuk melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan. Kuat atau lemahnya motivasi seseorang dapat memengaruhi tinggi rendahnya prestasi seseorang.


(27)

c. Cara belajar. Cara belajar seseorang dapat menentukan prestasi belajar orang pula. Cara belajar disini maksudnya adalah berapa lama waktu belajarnya, tempat, fasilitas dan penggunaan media pengajaran yang digunakan siswa.

d. Kondisi jasmani. Seperti keadaan fisik tubuh untuk mendukung

pembelajaran, tentunya murid yang memiliki fisik yang baik maka akan lebih mudah memahami pelajaran dengan baik daripada murid yang memiliki keterbatasan fisik.

2. Faktor Eksternal (dari luar diri).

a. Keluarga. Tinggi rendahnya status pendidikan orang tua, tinggi

rendahnya penghasilan orang tua, perhatian orang tua terhadap anak, hal-hal tersebut juga bisa memengaruhi prestasi belajar siswa.

b. Sekolah. Seperti kualitas guru, tingkat pendidikan guru, metode

mengajar, kurikulum yang digunakan, juga memengaruhi prestasi belajar.

c. Masyarakat. Dalam hal ini masyarakat yang dimaksud ialah keadaan

sosio-kultural dimana siswa tinggal. Siswa yang tinggal di lingkungan masyarakat yang ber-pendidikan tinggi maka akan mendorong untuk giat belajar sehingga menyebabkan prestasi belajar tsb menjadi tinggi. d. Lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar yang dimaksud seperti lokasi


(28)

memengaruhi proses kegiatan belajar yang pada akhirnya berdampak pada prestasi belajar.

Selanjutnya, peneliti juga berasumsi bahwa prestasi belajar juga dapat

diartikan sebagai performance siswa atas pengukuran tingkah laku siswa dalam

belajar, sehingga ia menghasilkan sesuatu yang telah menjadi tujuannya (diadaptasi dari pengertian teori job performance dalam Umar, 1978). Peneliti analogikan bahwa prestasi belajar dengan job performance sama-sama melihat hasil, hanya saja dalam

konteks yang berbeda, prestasi belajar pada konteks pendidikan, job performance

pada konteks pekerjaan. Hal ini juga dapat dibuktikan bahwa antara prestasi belajar

dan job performance dapat berbeda-beda antar individu, kedua hal ini bergantung

pada karakteristik individu dan situasi-situasi sekitar. Adapun beberapa teori yang berkaitan dengan performance (dalam Umar, 1979) yaitu :

Teori atribusi: Pertama kali dikemukakan pada tahun 1958 oleh Heider (dikutip dari Anderson dan Butzin, 1974), di mana melalui pendekatan teori atribusi ia mengajukan rumusan matematis untuk “performance”, yaitu :

Performance = Motivation x Ability (disingkat: P = M x A). (1)

Menurut teori ini “performance” adalah hasil interaksi antara motivasi

dengan abiliti. Dengan demikian, orang yang tinggi motivasinya tetapi memiliki

abiliti yang rendah akan menghasilkan “performance” yang rendah. Begitu pula

halnya dengan orang yang memiliki abiliti tinggi tetapi rendah motivasinya maka akan tetap menghasilkan performance yang kecil pula.

Namun teori performansi dari Heider ini tidak semudah seperti rumus perkalian yang peneliti kutip tersebut. Sebab dalam semua pengukuran psikologis


(29)

tidak dapat didefinisikan secara tunggal saja tetapi harus pula menampakkan hubungan antara konstruk atau fenomena lain yang dapat diamati. Seperti yang dikatakan oelh Lord dan Novick, 1968 (peneliti kutip dari Azwar, 1999, yang juga mengutip dari Crocker & Algina, 1986)

“…tentang pengukuran konstruk psikologis yang menekankan pentingnya konstruk yang mendasari pengukuran psikologis dalam dua level. Pertama, konstruk psikologis harus didefinisikan secara operasional dalam bentuk indikator perilaku yang dapat diamati. Definisi ini akan menentukan bagaimana pengukuran harusnya dilakukan. Kedua, konstruk psikologis harus didefinisikan dalam bentuk hubungan logis dan matematis dengan konstruk lain yang sama-sama berada dalam system teoritiknya. Bila hubungan semacam itu tidak dapat diperlihatkan secara empiris, maka hasil pengukuran yang diperoleh adalah tidak berguna…” (hal 17)

Oleh karena itu, dari model matematis performance Heider tersebut, terdapat

variasi model tambahan tentang performance. Salah satunya, Umar (1979) dalam

skripsinya membuat variasi dari model tersebut. Adapun variasi model performance

yang dibuatnya yaitu :

1). Model Vroomian, yaitu yang diinspirasikan oleh pendapat Vroom (1964) tentang motivasi dan abiliti. Menurut model ini, rumusan motivasi untuk perbuatan i

(Mi) adalah:

(2)

Penjelasannya yaitu dimana Vjadalah valensi dari “outcome” jsedangkan Eij


(30)

perbuatan iakan benar-benar menghasilkan “outcome” j. Penjumlahan di sini, ( ∑ ), adalah untuk semua jenis “outcome” j.

Sebagai contoh jika seorang siswa memiliki motivasi belajar statistika (Mi), maka hubungannya bisa dilihat dengan, valensi j (desirability) atau outcome dari j apa. Misalnya siswa tersebut ingin mendapatkan beasiswa, maka ia diminta untuk menskoring berapa valensi yang ia miliki untuk outcome beasiswa tersebut, kemudian diukur subjective probability bahwa dengan ia belajar statistika (i) bagaimana ia akan mendapatkan outcome beasiswa (j). jika dituliskan akan menjadi:

M

bi = f

(V

bs x

E

bi.bs) (3)

Ket : bi (belajar statistika) ; bs (beasiswa)

Dikarenakan setiap orang berbeda-beda jumlah outcomenya maka jika ada tiga outcome, maka total penjumlahan dari ketiga hasil pengukuran outcome tersebut yang dijadikan skor motivasi siswa.

Untuk selanjutnya menghitung prediksi performance mahasiswa tersebut, maka diperlukan skor ability terlebih dahulu. Baru kemudian dimasukkan sesuai rumus P’ = M x A. dengan kata lain hasil dari perkalian ini adalah prediksi untuk performance.

2). Model dari Anderson dan Butzin (1974) (Umar, 1979). Mereka mengajukan formula baru, yang ada perkalian dan pertambahannya, yaitu :


(31)

Model ini tidak jauh berbeda dengan model Vroom, hanya saja mereka

menambahkan past performance, yang mana peneliti asumsikan bahwa performance

sebelumnya akan memengaruhi performance selanjutnya, namun tentunya kedua hal

ini harusnya sesuatu yang bersifat related performance.

Sebagai ilustrasi, jika ingin memprediksi prestasi seorang mahasiswa dibidang statistika 2, selain diukur motivasi dan ability-nya, tetapi diukur juga prestasi mahasiswa tersebut ketika menempuh statistika 1. Artinya, besar kecil prestasi selanjutnya dipengaruhi juga oleh besar kecil prestasi sebelumnya.

Kemudian salah satu penelitian yang secara khusus meneliti prestasi belajar di perguruan tinggi, yaitu penelitian Umar (1988). Hasil penelitiannya mengenai daya ramal UTUL (ujian tulis), EBTANAS (sekarang Ujian Negara / Ujian Akhir Nasional), RAPOR SEKOLAH, serta SES (Sosio-Economic Status) terhadap Prestasi Belajar di Perguruan Tinggi, bahwasannya UTUL (di UIN dikenal Ujian Mandiri) lebih dapat diandalkan walaupun hanya dua semester pertama saja. Namun demikian ada indikasi pada sampel UNPAD dan UGM bahwa pengetahuan bahasa inggris yang telah dimiliki ketika SMA ternyata berpengaruh positif terhadap prestasi belajar di Perguruan Tinggi. Pada salah satu model, ditemukan bahwa jika nilai Rapor ketika SMA baik maka akan diikuti nilai rapor selanjutnya yang baik pula, namun tidak demikian ketika di Perguruan Tinggi, ditemukan bahwa terjadi diskontinuitas antara rapor yang baik tidak memengaruhi IP yang baik pula. Meskipun begitu, yang jelas dari model tersebut, baik Rapor maupun IP awal yang baik maka selanjutnya akan cenderung bertahan lama. Artinya, prestasi awal diperguruan tinggi yaitu IP semester pertama dan kedua lebih mampu menjadi predictor yang konsisten terhadap prestasi


(32)

belajar selanjutnya ketimbang variabel predictor lainnya, seperti rapor SMA, nilai EBTANAS, dsb. Dengan demikian, meskipun terdapat siswa berprestasi di sekolah ketika SMA, maka belum tentu dapat diasumsikan bahwa ia akan berprestasi juga di perguruan tinggi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, prestasi awal yang baik bagi seorang mahasiswa lebih penting diupayakan daripada memercayakan pada hasil ujian saringan ataupun ujian akhir sekolah menengah.

Semua teori prestasi belajar yang peneliti paparkan diatas, tentu berbeda-beda variabel psikologis yang menentukannnya, dan juga dapat dipastikan bahwa penentu pada prestasi belajar umum akan berbeda ketika menjadi predictor dibidang mata kuliah statistika. Oleh karena itu, peneliti akan meneruskan secara spesifik prestasi belajar dibidang statistika, yang mana maksudnya sama yaitu mengidentifikasi variabel psikologis apa sajakah yang menjadi predictor yang menyebabkan naik turunnya prestasi belajar statistika.

2.2.1 Prestasi Belajar Statistika

Kuliah statistika menjadi bagian penting dalam berbagai macam program studi di semua perguruan tinggi. Rasionalisasi mengajar Statistika pada tingkatan mahasiswa adalah memudahkan mahasiswa untuk mengatur, menggunakan dan mengintrepretasikan penelitian atau data statistik pada studi mereka (Nasser, M.

Fadia, 2004). Selain itu, tujuan tambahan mengajarkan Statistika kepada mahasiswa

adalah untuk menyelesaikan secara efektif seluruh aspek statistik ketika mereka berada diluar kelas (Gal and Ginsburg 1994; Gal and Garfield 1997). Artinya statistika


(33)

tidak hanya diperlukan ketika berada didalam kelas saja yaitu statistika sebagai mata kuliah, tetapi juga ketika mahasiswa berada diluar kelas, dimana statistika bisa bermanfaat untuk semua hal yang berkaitan dengan aspek-aspek statistik.

Secara khusus variabel predictor yang menentukan prestasi belajar statistika kemungkinan akan berbeda dengan predictor prestasi belajar dibidang yang lain, misal IPA, BAHASA,dsb (Umar, 2010). Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian

Umar (2007) dibidang Bahasa dan IPA serta Matematika. Misalnya untuk bidang

bahasa dan matematika, variabel yang konsisten memengaruhi prestasi belajar matematika adalah tingkat Sosial Ekonomi Keluarga (SES), dukungan terhadap sekolah, sikap terhadap matematika ; sedangkan pada reading literacy yang konsisten justru self efficacy, pr membaca, high reading kemudian diikuti oleh vocabulary, metode mengajar, seringnya waktu membaca dan terakhir, after reading.

Tentunya bagi peneliti interpretasi seperti ini tidaklah mudah, namun setidaknya dapat diidentifikasikan bahwa untuk bidang yang berbeda seperti bahasa dan matematika akan berbeda variabel predictor-nya, sehingga berbeda pula hasil penelitian dan interpretasinya.

Mengenai prestasi belajar Statistika, ada banyak hasil penelitian yang mengindikasikan beberapa variabel yang berkaitan dengan model prestasi belajar Statistika. Seperti Cruise, et al. (1985) yang mengatakan bahwa “that anxious student’s

image of statistics is generally not a very positive one”. Menurut Cruise, kecemasan


(34)

statistics anxiety as the feeling of anxiety encountered when taking a statistics course or doing statistics course, that is, when gathering, processing and interpreting data”.

Hal ini dapat dipahami dengan logika sederhana, dimana kecemasan statistika itu terjadi pada mahasiswa yang misalnya ketika SMA belum mendapatkan bekal yang cukup untuk matematika tingkat lanjutan, sehingga ketika mereka kuliah dan mendapatkan mata kuliah introductory statistics maka timbul kecemasan. Selain itu juga masih banyak mahasiswa yang beranggapan bahwa ketika mereka berada dibangku kuliah tidak akan lagi mendapati mata kuliah yang sifatnya memerlukan skill komputasi, yang padahal tidak demikian. Biasanya pendapat tersebut ditemukan pada mahasiswa yang berada pada fakultas ilmu social, seperti psikologi, sosiologi, dsb.

Dikarenakan sudah adanya kecemasan mahasiswa terhadap statistika, harapan tidak adanya mata kuliah hitung-hitungan, maka selanjutnya prestasi belajar di bidang statistika bisa dipengaruhi oleh kecemasan dan expectancy tersebut.

Dari penelitian Nasser, (2004) dikatakan bahwa efek kecemasan terhadap

performance (prestasi) tidak disetujui dalam literature. Sebagai contoh pada konteks

kecemasan matematika, Liabre and Suarez (1985) menyatakan bahwa

“…stated that mathematics anxiety had little to do with performance once

anxious students were already enrolled in the course…”

. Artinya bahwa kecemasan terhadap Matematika hanya memiliki pengaruh

yang kecil terhadap performance meskipun kecemasan tersebut telah ada ketika

menempuh mata kuliah tersebut. Kemudian studi yang dilakukan oleh Adams and


(35)

performance in statistics, there was no significant relationship between performance

in statistics and traditional measures of state and trait anxiety. Artinya, kecemasan

terhadap Matematika berkorelasi negative terhadap performance di bidang Statistika.

Ada juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Lalonde and Gardner (1993)

menunjukkan hasil yang sedikit berbeda yaitu, an indirect negative relationship

between what they referred to as “situational anxiety” and performance in statistics.

Artinya terdapat dampak negative tetapi secara tidak langsung dari situasi yang

mahasiswa anggap sebagai kecemasan terhadap performance di bidang Statistika.

Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Onwuegbuzie (1998, 2000) menunjukkan

bahwa low achievement of college student was related to higher levels of statistics

anxiety and low computation self-concept. Artinya kurang lebih sama dengan

penelitian sebelumnya, yaitu kecemasan berpengaruh negative terhadap performance.

Selanjutnya, model prestasi belajar Statistika dan Matematika yang dikaitkan

dengan variabel sikap. Seperti yang dilakukan oleh, Adams and Holcomb (1986),

mereka menguji kaitan antara prestasi belajar Statistika dan Matematika dengan variabel sikap. Hasilnya adalah no significant relationship between attitudes toward

mathematics and achievement in statistics. Artinya, tidak ada hubungan yang

signifikan antara sikap terhadap Matematika dengan prestasi di bidang Statistika.

Sementara itu studi dari Feinberg and Halprin (1978) justru menemukan hasil

sebaliknya yaitu bahwa ada korelasi antara variabel sikap dengan performance pada matematika dan statistika.

Salah satu model prestasi belajar Statistika adalah Gardner’s model (Lalonde,


(36)

conceptualization of statistics learning as language learning is both meaningful and

fruitful”. Kemudian yang kedua, “many of the measures developed by Gardner, and

his colleagues can be adapted to the statistics learning situation with some minor

modification, thus facilitating a test of the model that is to be proposed”. Model

prestasi belajar Statistika menurut Gardner (1979) terdapat empat variable individu yang diharapkan memengaruhi secara langsung derajat keberhasilan seseorang pada mata kuliah Statistika, yaitu : intelligence, language aptitude, situational anxiety, and

motivation. Intelegensi sangatlah penting dalam memengaruhi tingkatan pemahaman

setiap mata kuliah apapun yang dipelajari, baik bahasa maupun statistika. Kecerdasan berbahasa mewakili kemampuan spesifik yang dilibatkan kedalam pembelajaran bahasa, sama halnya seperti kecerdasan matematika akan menjadi kemampuan utama yang seharusnya memengaruhi secara langsung pemahaman skill komputasi dari statistika. Pengukuran kemampuan matematika dasar telah ditemukan berkorelasi positif dengan performa pada Statistika. (Nasser, 2004). Masih peneliti kutip pada sumber yang sama, Gardner juga mengatakan math anxiety adalah bentuk dari situasi kecemasan yang diharapkan menjadi pendorong mahasiswa ketika menghadapi tuntutan skill komputasi pada Statistika. Penelitian terdahulu mengindikasikan bahwa

math anxiety berkorelasi negative dengan performa dalam statistika. Selain variabel

afektif ada juga variabel yang bersifat kognitif,yang berkaitan dengan prestasi belajar

statistika, seperti mathematical ability, meskipun pemahaman dan penggunaan

statistika dalam penelitian empiris tidak memerlukan level matematika advance,

namun kenyataannya dari hasil literature penelitian bahwa ada hubungan yang positif


(37)

menemukan bahwa, first-year business mathematics and statistics students who were successful in mathematics at the university entry-level examination were more likely to do better in elementary statistics than poor performers at matriculation level”.

Kemudian diperkuat lagi dari hasil penelitian Wisenbaker, et al. (2000) yang

menyatakan bahwa, “mathematical ability affects the acquisition of statistical skills and the two share a negative relationship with mathematics anxiety”.

Terakhir, model prestasi belajar statistika yang berkaitan dengan statistics dan

math anxiety, mathematical aptitude, attitudes toward statistics telah diuji secara

bersamaan dalam beberapa penelitian (Lalonde and Gardner 1993; Nasser 1998,

1999; Wisenbaker et al. 1998), kendatipun begitu hubungan semua variabel tersebut tidak dapat dipastikan arah dan bentuk hubungannya, artinya ditemukan hasil penelitian yang berbeda-beda. Seperti yang telah dilakukan Wisenbaker (1998) dan

beberapa assistant – nya, yang melakukan penelitian path analysis untuk

memprediksi prestasi mahasiswa dibidang statistika. Hasil temuan utamanya yaitu :

”…students’ attitudes toward statistics at the end of the statistics course were predictive of their achievement, while students’ attitudes toward statistics at the beginning of the course were not. Furthermore, they found a moderately positive relationship between mathematical aptitude and achievement in statistics. The correlation between mathematics anxiety and achievement in statistics was also moderate but negative…”.(hal. 189)

Namun sayangnya, Wisenbaker tidak mengikutsertakan variabel statistics

anxiety dalam penelitian tersebut. Kemudian Lalonde dan Gardner (1993)

menggunakan model structural socio-educational tentang kemahiran statistics as a

second language untuk memprediksi prestasi dibidang statistika. Model penelitian

mereka mengikutsertakan variabel situational anxiety (statistics and number anxiety),


(38)

dijadikan predictor terhadap prestasi dibidang statistika. Hasil penelitian Lalonde dan Gardner menemukan bahwa,

“…a direct path between situational anxiety and achievement was not

significant when the path between mathematical aptitude and achievement was present. Their results also suggested that the level of anxiety and the combination of attitudes and motivation could have indirect effects on achievement through effort…”.

2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar Statistika

Terdapat banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menemukan model prestasi belajar Statistika. Pada table 2.1 ini peneliti membuat matrikulasi hasil penelitian prestasi belajar dibidang statistika.

Tabel 2.1 Hasil Penelitian tentang Prestasi Belajar Statistika.

No Nama Temuan

1 Anthony J Onwuegbuzie

(2004)

• Hasil menunjukkan bahwa kurang lebih 40% s/d 60%

mahasiswa melaporkan bahwa mereka hampir selalu atau selalu menunda-nunda dalam menulis makalah, belajar untuk menghadapi ujian, serta menunda untuk mengikuti tugas membaca mingguan.

• Sekitar 20% s/d 45% melaporkan bahwa mereka bermasalah

dengan menunda-nunda terhadap ketiga tugas akademik tersebut. `

• Selain itu juga, 65% -75% mahasiswa ingin mengurangi


(39)

tersebut.

• Temuan pokok yang kedua, akademik prokrastinasi yang

merupakan hasil dari fear of failure dan task aversiveness

menampakkan korelasi canonical yang positif dan signifikan dengan statistics anxiety (Rc1=.51).

2 Lalonde dan Gardner (1993)

• Peneltian ini menggunakan causal modeling yang mana

ditemukan bahwa mathematical aptitude sebagai predictor

yang negative terhadap situational anxiety, tetapi

mathematical aptitude merupakan predictor yang positif

terhadap statistics achievement.

Situational anxiety berpengaruh negative terhadap

individual’s attitude-motivation index namun selanjutnya

memiliki pengaruh yang positif terhadap effort yang pada gilirannya menuju kepada achievement.

• Kemudian hasil yang konsisten yaitu, course evaluation

secara signifikan berkorelasi dengan semua pengukuran dari

performance (mis : assignments, quizzes, final grade).

Sedangkan instructor evaluation tidak satupun berkorelasi

secara signifikan terhadap semua pengukuran performance

statistika.

3 Sorge dan Schau (2002) • Sekitar 55% variance dari achievement dipengaruhi oleh

previous success (terdiri dari 3 hal, yaitu : prestasi


(40)

yang ketiga IP sebelumnya) dan sisanya 45% variance dari achievement dipengaruhi oleh keempat komponen sikap

(value, cognitive competence, affect, difficulty).

• Beberapa variabel dalam saturated structural model

memengaruhi variabel lain melalui multiple path. Menguji bentuk dari pengaruh tersebut menghasilkan informasi yang penting dari semua model. Contohnya, pada komponen

attitudes misalnya : difficulty memengaruhi value secara

langsung seperti difficulty juga memngaruhi value secara tidak langsung melalui cognitive competence dan affect.

Total efek yang dimiliki difficulty terhadap value merupakan jumlah dari dua efek yakni langsung dan tidak langsung.

Difficulty berpengaruh langsung yang negative sebesar (–

.495) dan pengaruh tidak langsung yang positif sebesar (.512), sehingga difficulty memiliki total efek terhadap value

sebesar (.017). yang mana angka tsb menunjukkan pengaruh yang bersih dari difficulty terhadap value. Namun total efek dapat diabaikan ketika pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung menunjukkan angka yang besar. • Dari hasil direct dan indirect effect terhadap achievement ,

maka yang memiliki pengaruh direct paling besar yaitu

previous success sebesar (.682) dan signifikan. Dan


(41)

sehingga menunjukkan hasil yang konsisten ketimbang variabel lain.

4 Fidia M. Nasser (2004) • Dari hasil penelitian Nasser ini didapatkan bahwa memiliki

kemampuan matematika yang memadai dan sikap positif terhadap statistika maka akan meningkatkan prestasi dibidang statistika. Meskipun efek keduanya signifikan, namun efek dari kemampuan matematika yang memadai secara substantial lebih besar efeknya daripada variabel sikap dibidang statistika.

• Hasil juga mengindikasikan bahwa motivasi yang kuat untuk

sukses dan mathematics anxiety yang rendah maka akan

memperkuat sikap yang positif terhadap statistika.

• Variance total dari mathematical aptitude, mathematics

anxiety, attitudes toward mathematics, attitudes toward

statistics dan motivation secara bersamaan memengaruhi

prestasi belajar statistika sebesar 36%. Secara terpisah,

mathematical aptitude memengaruhi sebesar 22% dari

prestasi belajar statistika ; sedangkan variable kognitif dan afektif sebesar 14%.

• Kemudian Nasser mengatakan penting untuk dicatat bahwa

kombinasi antara mathematical aptitude, mathematics

anxiety, attitudes toward mathematics dan motivation


(42)

statistika. 5 Galli S, Ciancaleoni ,

Chiesi F, Primi C (2007)

• Fokus terhadap latar belakang nilai matematika ketika SMA, maka ditemukan ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang lulus ujian statistika dan mahasiswa yang tidak lulus ujian statistika, dimana mahasiswa yang tidak gagal ujian statistika memiliki nilai prestasi matematika lebih tinggi (M=6,92, SD=1,13) daripada mahasiswa yang gagal ujian statistika (M=6,48; SD=1,25) ketika mereka SMA. Selanjutnya ada hubungan yang signifikan antara

learning debts (utang belajar) pada matematika dengan

kegagalan (chi-square (1,n=311) = 13,96, p< 0,01),

mahasiswa yang memilki learning debts yang tinggi maka

lebih memungkinkan gagal ketika ujian statistika.

• Kemudian masih pada aspek kompetensi bidang matematika,

bahwasannya mahasiswa yang tidak gagal ujian statistika memiliki kompetensi matematika yang lebih tinggi (M=23,71; SD=4,6) dibandingkan dengan kompetensi matematika mahasiswa yang gagal ujian (M=20,48; SD=5,9), perbedaanya secara statistic juga signifikan(t (323) = 5,39, p<0,01).

• Kemudian pada aspek sikap, ditemukan bahwa ada

perbedaan sikap yang signifikan (t (350) = 2,96, p<0.01)


(43)

dimana sikap mereka lebih positif (M=117,40; SD=17,24) dengan sikap mahasiswa yang gagal ujian statistika (M=111,83; SD=16,35). Hasil yang sama juga ditemukan pada saat pengukuran di akhir perkuliahan yang juga signifikan secara statistic (t (256) = 5,41, p<0,01).

• Selanjutnya tentang kecemasan terhadap statistika, yang juga berbeda signifikan secara statistic, (t (248) = -5,48, p<0,01), mahasiswa yang tidak gagal ujian statistika memiliki skor kecemasan statistika yang rendah (M=109,15; SD=24,25) sedangkan mahasiswa yang gagal ujian memiliki skor kecemasan statistika yang lebih tinggi (M=126,32; SD=15,41).

• Terakhir, menguji beda pada performance atau prestasi

belajar dibidang statistika. Hasil yang ditemukan berbeda signfikan secara statistic (t (440) = 8,96, p< 0,01), dimana mahasiswa yang lulus statistika pertama kali memiliki nilai statistika yang lebih tinggi (M=24,43; SD=4,06) dibandingkan dengan mahasiswa yang harus mengulang ujian agar lulus (M=21,15; SD=2,97).

6 Candace Schau (2003) • Mahasiswa ketika berbicara tentang sikap terhadap Statistika

lebih negative ketimbang ketika mereka merespon SATS.

• Mahasiswa mengatribusikan sikap berkaitan dengan prestasi


(44)

• Secara rata-rata, sikap cognitive competence dan value

terhadap statistika mendapatkan nilai yang paling tinggi dan

positif, sedangkan affect mendapatkan skor yang netral,

kemudian difficulty agak negative. Perbedaan mean pada

empat aspek sikap ini besar.

• Pada class section berbeda sangat besar pada mean diawal perkuliahan dengan mean diakhir perkuliahan.

• Mahasiswa dan mahasiswi, begitupun juga keturunan kulit

putih dan keturunan spanyol, memiliki skor pre-test yang sama. Namun, mahasiswa kulit putih memilki skor sikap yang lebih tinggi daripada mahasiswi keturunan spanyol pada beberapa komponen sikap.

• Secara keseluruhan sikap mahasiswa berubah dari awal

perkuliahan sampai akhir perkuliahan menjadi kecil dan negative.

• Sikap mahasiswa dan prestasi terhadap statistic berkorelasi secara positif.

7 Fadia Nasser (2004) • Analisis yang digunakan menggunakan path analysis.

• Meskipun memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

motive to avoid failure, namun sikap terhadap matematika

dan kecemasan matematika hanya memprediksi sekitar 10% dari variance motive to avoid failure.


(45)

terhadap statistika (.31**), sedangkan motive to avoid failure

berkorelasi negative dengan sikap terhadap statistika

(-.33**). Sikap terhadap matematika dan motive to avoid

failure memiliki pengaruh varian sebesar 37% pada sikap

terhadap statistika.

• Ketiga exogenous variable (sikap terhadap matematika,

kecemasan matematika, kemampuan matematika) dan dua

endogenous variable (sikap terhadap statistika, motive to

avoid failure) secara signifikan berkorelasi dengan

kecemasan statistika, dengan varians sebesar 67%. Sedangkan korelasi negative terbesar terdapat pada korelasi antara kecemasan statistika dengan sikap terhadap statistika (-.57**). Korelasi positif terbesar terdapat pada sikap terhadap statistika dengan prestasi dibidang statistika (.50**).

8 Brian Evans (2007) • Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pre-test dan

post-test tentang sikap dan konsep mahasiswa pada masing-masing departemen (sosiologi,psikologi dan matematika) F

(1,228)= 0,166 p=.684. sehingga mahasiswa menunjukkan

tidak ada perubahan yang berarti baik ketika awal perkuliahan maupun pada saat akhir perkuliahan. Sedangkan ketika dilakukan analisis uji F ketiganya untuk melihat apakah ada perbedaan, maka ditemukan secara statistic


(46)

bahwa ada perbedaan signifkan antara ketiganya F (2,227),

= 9,913 p=.000. kemudian dilakukan tukey test untuk

menguji manakah yang paling berbeda signifkan terhadap sikap dan konseptual terhadap statistika, ternyata ditemukan bahwa mahasiswa sosiologi menunjukkan sikap yang lebih positif ketimbang mahasiswa psikologi dan matematika p = .000, dan juga mahasiswa sosiologi menunjukkan konseptual yang lebih benar daripada mahasiswa matematika p=.002.

• Selanjutnya yang kedua, menguji hubungan antara sikap

positif terhadap statistika dengan keakuratan konsep tentang statistika baik sebelum maupun sesudah perkuliahan (pre & post). Dari hasil menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara keduanya pada pre-test r= .143; n=115; p= .127. sedangkan pada post-test, meskipun signifikan secara statistic namun korelasi keduanya hanya menunjukkan

tingkat korelasi yang rendah r= .197; n=115; p= .035.

Namun ketika dilakukan analisis per departemen masing-masing untuk dibandingkan pre & post-test, ternyata hanya departemen matematika saja yang menunjukkan ada korelasi yang signifikan baik pre & post-test, dengan r = .451; n=30;

p= .012 dan r = .431; n=30; p = 018.

• Kemudian yang terakhir memprediksi prestasi belajar


(47)

tentang Statistika dengan menggunakan regresi linear. Dari analisis ini didapatkan korelasi yang signifikan hanya variabel antara sikap ketika awal dan akhir perkuliahan statistika terhadap nilai ujian statistika. r= .203,n = 115; R2

= .04 p = .03 dan r = .247; R2 = .06; n = 115; p = .008.

persamaan regresi sederhana antara sikap awal perkuliahan

dengan prestasi statistika yaitu, y’ = 76.045 + 4.324 x.

dimana y adalah prestasi belajar, sedangkan x adalah skor sikap ketika awal perkuliahan. Untuk persamaan regresi sederhana antara sikap ketika akhir perkuliahan terhadap prestasi statistika yaitu, y’ = 75.526 + 4.574 x. dimana y adalah prestasi belajar statistika, x skor sikap ketika akhir perkuliahan. Namun meskipun persamaan ini signifikan,

hanya menghasilkan R2 yang kecil, sehingga

menginterpretasikannya perlu kehati-hatian, atau dengan kata lain memprediksikan prestasi dibidang statistika tidak cukup dengan sikap diawal dan akhir perkuliahan statistika saja.


(48)

Dari tabel yang telah dibuat peneliti bisa menyimpulkan beberapa hal, diantaranya yaitu :

1. Prestasi dibidang statistika di temukan berkorelasi positif dengan variabel

mathematical aptitude (Lalonde & Gardner, 1993 ; Nasser, 2004 ; Galli,

Ciancaleoni, Chiesi, Primi, 2007). Tetapi mathematical aptitude merupakan predictor yang negative terhadap statistics anxiety (Lalonde & Gardner, 1993).

2. Prestasi dibidang statistika juga berkaitan dengan prestasi matematika

sewaktu SMA, self-concept terhadap matematika dan IP sebelumnya atau hal

ini dikenal dengan previous success (Sorge & Schau, 2002 ; Galli,

Ciancaleoni, Chiesi, Primi, 2007). Sebagai contoh, previous success bisa juga dikaitkan dengan prestasi dibidang statistika sebelumnya yaitu nilai statistika 1 menjadi predictor untuk nilai statistika 2 (Nasser, 2004). Bahkan bisa juga nilai hasil kuis dan nilai mid-term yang dijadikan predictor bagi nilai akhir statistika (Nasser, 2004 ; Galli, Ciancaleoni, Chiesi, Primi, 2007).

3. Kemudian variabel sikap (attitudes) pada beberapa penelitian (Galli,

Ciancaleoni, Chiesi, Primi, 2007 ; Schau, 2003 ; Nasser, 2004) menunjukkan hasil bahwa mahasiswa yang memiliki skor sikap yang positif terhadap statistika maka mendapatkan prestasi statistitka yang tinggi pula, artinya keduanya memiliki korelasi yang positif. Namun demikian, Pada penelitian Evans (2007) sikap terhadap statistika hanya memengaruhi prestasi belajar statistika sebesar 4% pada awal perkuliahan statistika, sedangkan 6% pada


(49)

akhir perkuliahan Statistika. Dengan demikian sikap terhadap statistika memengaruhi prestasi belajar statistika relative kecil.

4. Prestasi belajar statistika masih menyisakan pola yang belum pasti jika

dihubungkan dengan variabel statistics anxiety. Pada penelitian Lalonde dan Gardner (1993) statistics anxiety berpengaruh positif terhadap effort, hanya saja bersifat tidak langsung, ia harus melalui variabel sikap dan motivasi, yang

selanjutnya effort tsb akan berpengaruh positif terhadap achievement.

Selanjutnya pada penelitian Galli, Ciancaleoni, Chiesi, Primi, (2007), menunjukkan bahwa mahasiswa yang tidak gagal ujian statistika memiliki skor kecemasan statistika rendah dibandingkan dengan mahasiswa yang gagal ujian memiliki skor kecemasan statisstika yang lebih tinggi. Sedangkan pada peneltian Nasser (2004), statistics anxiety memiliki pengaruh yang positif dan signifikan, bahkan memengaruhi secara langsung terhadap prestasi dibidang statistika.

5. Selanjutnya dari hasil penelitian Onwuegbuzie (2004), disimpulkan bahwa

statistics anxiety berpengaruh negative terhadap prestasi belajar statistika

secara tidak langsung, namun statistics anxiety terlebih dahulu menyebabkan

atau memengaruhi penundaan tugas-tugas akademik (academic

procrastination) yang selanjutnya akan berkorelasi negative terhadap prestasi

belajar. Artinya semakin tinggi mahasiswa menunda-nunda untuk melakukan tugas-tugas akademik dibidang statistika, maka semakin rendah prestasi belajar statistika-nya.


(50)

6. Terakhir, Nasser (2004) secara simultan menjadikan mathematical aptitude, mathematics anxiety, attitudes toward mathematics, attitudes toward

statistics, dan motivation sebagai predictor terhadap prestasi belajar statistika,

menghasilkan varians sebesar 36%. Dalam analisis psikologi dengan varians sebesar ini, sudah cukup diasumsikan bahwa semua predictor tersebut memiliki pengaruh yang cukup berarti.

Dari pembahasan hasil penelitian diatas, tampaklah bahwa cukup banyak variabel yang memengaruhi prestasi belajar statistika. Namun secara garis besar, peneliti membatasi ada dua variabel utama yang memengaruhi prestasi belajar statistika, yaitu variabel kognitif (mis : inteligence) dan variabel afektif (mis : statistics anxiety ;

attitudes toward statistics).

2.3 Pengukuran Prestasi Belajar Statistika

Pengukuran disini yang peneliti maksudkan adalah prosedur pemberian angka (pengkuantifikasian) terhadap atribut atau variabel sepanjang suatu kontinum (Azwar, 1999). Namun secara lebih spesifik lagi bahwa pengukuran pada penelitian ini adalah dalam bidang prestasi belajar, dengan demikian prosedur pengkuantifikasian atau pengukuran tersebut selain bersifat kontinum yang dinyatakan dengan kuantitatif, dan juga haruslah dapat dibandingkan antara hasil ukur tsb dengan suatu penormaannya atau hasilnya dinyatakan secara evaluative (peneliti adaptasi dari karakteristik evaluasi dalam “Dasar-dasar Psikometri, Azwar, 1999). Kontinum disini maksudnya

adalah bervariasi menurut besarannya (magnitude) (Umar, 2010), sedangkan


(51)

dengan norma atau criteria yang telah dibuat. Pengertian norma adalah harga rata-rata bagi suatu kelompok subjek (Azwar, 1999). Misal, skor tes prestasi belajar seorang mahasiswa dari rentangan nilai 0 – 100, ia mendapatkan nilai 86 (kontinum), dengan skor tersebut, dapat diinterpretasikan berdasarkan nilai tengah yaitu 50, ia dinyatakan diatas rata-rata, kemudian jika disyaratkan untuk ujian kenaikan tingkat adalah nilai yang diatas rata-rata, maka dengan nilai tsb mahasiswa dinyatakan lulus dan dapat mengikuti tingkat selanjutnya (Umar, 2010). Oleh karenanya seluruh penelitian pengukuran prestasi belajar dibidang statistika menggunakan bilangan kontinum seperti, hasil ujian akhir Statistika (final examination), ada juga yang menggunakan hasil kuis dan hasil ujian tengah semester (mid-term examination), namun ada juga yang mengukur prestasi belajar statistika dengan tes lisan. Berikut peneliti berikan pengukuran prestasi belajar pada beberapa penelitian terdahulu :

1. Lalonde dan Gardner (2003) mengukur prestasi belajar dengan tiga

pengukuran, yaitu dua kali (2) ujian tertulis seperti biasa dan dengan kuis.

2. Nasser (2004) ia mengukur prestasi belajar dengan menggunakan tiga

komponen, yaitu : skor pada kuis, skor uts (mid-term), dan terakhir ujian akhir / UAS (final exam).

3. Galli, Ciancaleoni, Chiesi, Primi (2007), menggunakan pengukuran yang agak berbeda yaitu dengan tes tertulis dimana didalamnya ada tiga pertanyaan pemecahan masalah (tidak dicontohkan oleh mereka) beserta enam pertanyaan terbuka dan tertutup tentang konsep statistika; dan juga menggunakan verbal


(52)

test (seperti tanya jawab lisan) keduanya dijadikan nilai akhir prestasi belajar statistika.

4. Schau (2003) justru lebih simple pengukuran yang digunakannya, yaitu untuk prestasi statistika, dalam instrument sampel diminta untuk menuliskan nilai akhir (grade final) pada mata kuliah statistika sebelumnya, sedangkan prestasi secara umum ia menggunakan IP / GPA.

5. Sedangkan Nasser (2004), mengukur prestasi belajar statistika dengan

menggunakan skor harapan dan skor actual dari ujian akhir statistika. Namun tidak diketahui maksud skor harapan disitu apakah skor dari prediksi berdasarkan regresi atau skor harapan yang diinginkan oleh mahasiswa.

6. Evans (2007) mengukur prestasi belajar statistika dengan total nilai akhir statistika, rentangan skala mulai dari 0 – 100. Meskipun penelitian ini pada sampel yang berbeda, namun telah ditetapkan bahwa nilai tsb didapatkan dari hasil tes tertulis.

Dari sini terlihat bahwa meskipun instrument pengukuran prestasi belajar berbeda-beda, tidak ada satupun pendekatan tunggal yang digunakan untuk alat ukur prestasi belajar statistika, namun secara skala pengukuran, bahwa alat ukur tersebut sama yaitu menggunakan skala kontinum. Sehingga menurut hemat peneliti tidak perlu lagi untuk menyusun secara baku alat ukur prestasi belajar statistika sebab tentu alat ukur tersebut dibuat sesuai dengan materi perkuliahan statistika yang diberikan, namun sejauh pengukuran tersebut menggunakan skala kontinum maka dapat diterima. Untuk lebih lengkap tentang instrument pengukuran prestasi belajar


(53)

statistika, maka akan peneliti paparkan di Bab 3 pada sub-bab instrument pengumpulan data.

2.4 Hipotesis Penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh independent variable

yang diketahui terhadap dependent variable. Dalam penelitian ini dependent variable

yaitu prestasi belajar statistika 1 dan 2, sedangkan variabel yang di teorikan peneliti sebagai Independent Variable berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya tentang prestasi belajar statistika, yaitu sikap terhadap statistika, kecemasan terhadap statistika, motivasi belajar statistika, kebutuhan untuk berprestasi, self efficacy

terhadap statistika, intelegensi dan prestasi belajar statistika 1.

Bunyi hipotesis utamanya yaitu : “ada pengaruh yang signifikan dari faktor psikologis seperti sikap terhadap statistika, self efficacy terhadap statistika, kecemasan terhadap statistika, motivasi belajar statistika, intelegensi dan kebutuhan berprestasi terhadap prestasi belajar Statistika 1 dan 2”.

Selanjutnya hipotesis minor penelitian ini yaitu :

Sikap terhadap statistika berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika 1.

Self efficacy terhadap statistika berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika 1.

Kecemasan terhadap statistika berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika 1.


(54)

Motivasi belajar statistika berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika 1.

Intelegensi berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika 1.

Kebutuhan berprestasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika 1.

Selanjutnya pada analisis statistic yang kedua bunyi hipotesis minor juga sama seperti diatas, hanya saja hipotesis minor penelitian bertambah satu yaitu :

Prestasi belajar statistika 1 berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika 2.

Kemudian dikarenakan adanya analisis statistik, maka hipotesis utama tersebut dibalik menjadi hipotesis nihil, yang berbunyi bahwa “tidak ada pengaruh yang signifikan dari faktor psikologis yaitu sikap terhadap statistika, self efficacy terhadap statistika, kecemasan terhadap statistika, motivasi belajar statistika, intelegensi dan kebutuhan berprestasi terhadap prestasi belajar Statistika 1 dan 2”. Adapun hipotesis nihil minor penelitian yaitu :

Sikap terhadap statistika tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika 1.

Self efficacy terhadap statistika tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika 1.


(55)

Kecemasan terhadap statistika tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika 1.

Motivasi belajar statistika tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika 1.

Intelegensi berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi belajar statistika 1.

Kebutuhan berprestasi tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika 1.

Pada analisis yang kedua, hipotesis nihil penelitian bertambah satu mengikuti ditambahnya pula satu independen variabel yaitu :

Prestasi belajar statistika 1 tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika 2.

Dengan demikian semua hipotesis nihil inilah yang akan diujikan pada analisis statistik penelitian.

Jika digambarkan dengan model, maka hipotesis utama dan kerangka berpikir akan tampak seperti :


(56)

Gambar 2.1 kerangka berpikir

Sikap   Statistika 

Kecemasan 

Statistika   Prestasi 

belajar  Statistika 1  Motivasi 

Statistika  

Prestasi  belajar   Statistika 2  Kebutuhan 

Berprestasi 

Self Efficacy  

Intelegensi  

Keterangan :

Kotak yang memiliki arah panah menuju kotak tersebut sebagai dependen variabel, sedangkan kotak yang tidak ada arah panah menuju kotak tersebut sebagai independen variabel. Namun prestasi belajar statistika 1 juga menjadi independen variabel untuk prestasi belajar statistika 2.


(57)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan tentang Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Pengumpulan data, Prosedur Pengumpulan Data, dan Metode Analisis Data.

3.1. Populasi & Sampel

Populasi pada penelitian ini yaitu Mahasiswa/i Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik 2009/2010 yang berjumlah kurang lebih 208 mahasiswa. Seluruh anggota populasi tersebut peneliti jadikan sampel seluruhnya, dikarenakan pertimbangan jumlah anggota populasi yang tidak terlalu banyak.

3.2 Variabel Penelitian

Adapun variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu :

1. Prestasi Belajar Statistika 1 & 2

2. Sikap terhadap Statistika (Attitudes Toward Statistics) 3. Kecemasan terhadap Statistika (Statistics Anxiety)

4. Motivasi Belajar Statistika

5. Kebutuhan untuk Berprestasi (Need for Achievement)

6. Self efficacy terhadap Statistika

7. Intelegensi (IQ)


(58)

(predictor variable). Namun pada analisis yang kedua, prestasi belajar statistika 1 juga menjadi variabel independen untuk prestasi belajar statistika 2.

3.3. Definisi Operasional Variabel

1. Prestasi belajar Statistika 1 & 2 adalah skor akhir yang didapat dari akhir perkuliahan Statistika. Meskipun skor akhir ini memang dinyatakan dalam bentuk huruf (contoh : A ; B ; …; E), namun nilai tersebut tetap memiliki data kuantitatifnya, yang berupa angka interval (mis : A = 80 - 100 ; B = 70 – 80). Skor dari interval inilah yang akan dijadikan skor dependent variabel.

2. Kecemasan terhadap Statistika adalah hasil ukur simtom psikologis mengenai perasaan cemas, pusing, jantung berdetak cepat, mual yang dialami siswa ketika dalam situasi belajar statistika.

3. Sikap terhadap Statistika adalah skor yang didapat dari mahasiswa tentang perasaan positif maupun negative dari mahasiswa terhadap pelajaran statistika.

4. Motivasi Belajar Statistika adalah skor yang didapat dari hasil perkalian antara valensi (desireability) dengan harapan (expectancy). Hal ini sudah dijelaskan pada bab 2.

5. Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement) adalah skor yang didapat tentang keinginan didalam dirinya untuk meraih atau mendapatkan prestasi.

6. Self efficacy adalah skor yang diperoleh tentang keyakinan diri yang dimiliki

siswa untuk meraih sukses dan percaya terhadap kemampuannya dalam menghadapi perkuliahan statistika.


(1)

Umar (2010) mengatakan bahwa hubungan antara kecemasan dengan prestasi belajar akan berbentuk garis parabola. Pada titik tertentu kecemasan akan memicu

performance dengan baik, namun pada titik tertentu pula kecemasan justru akan

menurunkan performance seseorang.

5.3 Saran

Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu peneliti membagi saran menjadi 2, yaitu saran metodologis dan saran praktis. Saran tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti dependen variabel yang sama.

5.3.1 Saran Metodologis.

1. Pada penelitian ini masih banyak variabel yang terkait dengan prestasi belajar statistika yang tidak ikut dianalisis sebagai IV, seperti latar belakang dosen, metode pengajaran yang diberikan. Padahal variabel tersebut menjadi sangat penting sekali, khususnya studi tentang prestasi belajar mahasiswa. Seperti studi TIMSS yang dilakukan Jahja Umar (2007) tentang prestasi belajar matematika dan IPA, dimana variabel predictor terdapat sebanyak 24 buah diantaranya latar belakang guru dan metode pengajaran.

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan lebih banyak menggunakan item – item yang lebih valid dalam mengukur konstruk – konstruk psikologisnya.


(2)

dilakukan pada akhir perkuliahan saja, tetapi juga diukur ketika awal perkuliahan dan ditengah – tengah proses perkuliahan. Seperti yang dilakukan oleh G. Silva dkk (2007), pengambilan data seperti sikap terhadap statistika, kecemasan terhadap statistika dilakukan sebanyak dua kali, yakni di awal perkuliahan dan di akhir perkuliahan. Dengan pengambilan data seperti ini peneliti dapat membandingkan mean antara di awal perkuliahan dan di akhir perkuliahan. Dengan demikian analisis hasil penelitian dapat lebih dipertajam dengan adanya pengambilan data di awal dan di akhir perkuliahan.

5.3.2 Saran Praktis

1. Untuk meningkatkan prestasi belajar statistika nampaknya variabel personal seperti IQ, self efficacy, dan motivasi menjadi variabel predictor yang penting dan dominan.

2. Selain variabel personal, prestasi awal yang baik mampu menjadi predictor yang baik pula terhadap future performance. Hal ini terlihat dari prestasi belajar statistika 1 memberikan varians yang cukup besar yaitu 18,9 % atas prestasi belajar statisttika 2.

3. Berdasarkan hasil pula, sikap menyukai pelajaran statistika tidak menjadi jaminan akan memengaruhi prestasi belajar statistika 1 & 2. Tetapi apabila sikap menyukai tersebut dibarengi dengan self efficacy yang tinggi, kemudan kecemasan yang rendah, maka akan


(3)

Daftar Pustaka

Azwar Saifuddin. (1999). Dasar – dasar psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bluman, Allan G. (1997). Elementary Statistics : A Step by Step Approach. Mc – Graw Hill Education.

Chaplin, James.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Daniel House, J. (2006). Journal of Genetic Psychology : Mathematics Beliefs and Achievement of Elementary School Students in Japan and the United States : Results from the Third International Mathematics and Science Study.

Northern Illnois University. Heldref Publications.

Evans Brian. (2007). Journal of the Mathematics Educator : Student Attitudes, Conception, and Achievemet in Introductory Undergraduate College

Statistics. Vol 17, no 2, p. 24 – 30.

Guilford, J.P. (1981). Fundamental Statistics in Psychology and Education. Singapore : McGraw Hill International Singapore.

Harrington, Donna. (2009). Confirmatory Factor Analysis. USA : Oxford University Press.

Hsu. K.Maxwell. Stephen, W.Wang. Chiu, Kuan-Shun, Kevin (2003). Influence of attitude, anxiety and self efficacy toward statistics and technology on

statistical package software usage behavior. Paper was not published and


(4)

International.inc.

Lalonde, R. N., & Gardner, R. C. (1993). Canadian Journal of Behavioural Science :

Statistics as a second language? A model for predictingperformance in

psychology students.,Vol 25, p 108-125.

Lester, D Crow & Crow Alice. (1956). Human Development and Learning. New York : American Book Company.

McGredor, A Holly & Andrew, J. Elliot. (2002). Journal of Educational Psychology : “Achievement Goals as Predictors of Achievement – Relevant Processes Prior

to task Engagement”. Vol 94 ; No 2 , p 381 – 395.

Nasser Fadia. (2007). Prediction of College Students Achievement in Introductory

Statistics Course. Israel, Tel Aviv University.

Onwuegbuzie, Anthony J.( 2004). Assesment & Evaluation ig Higher Education :

Academic Procrastination & Statistics Anxiety. Vol : 29, No 1.

Oktaviana,Nursakinah. (2010). Pengujian Validitas Konstruk dari Intelligenz Struktur Test (IST) yang telah direvisi Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi

(BPPT). Jakarta : Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pedazhur, Elazar J. (1973). Multiple Regression in Behavioral Research. New York : Holt, Rinehart and Winston.

Page, D. James. (1947). Abnormal Psychology : Clinical Approach to Psychological


(5)

Sari, Fitria Dhona (2004). Hubungan antara toleransi stress dengan indeks prestasi

mahasiswa. Yogyakarta :Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia..

Schau, Candace. (2003). Students Attitudes : The Other Important Outcome in

Statistics Education. CS Consultants, LLC.

Silva, Galli, Matteo C, Fransesca C, Caterina P. (2007). Who Failed the Introductory

Statistics?. A Study on Sample of Psychology Students. Italy, University of

Florence.

Sorge, C., & Schau, C. (2002, April). Impact of engineering students’ attitudes on

achievement in statistics: A structural model. Paper presented at the Annual

Meeting of the American Educational Research Association, New Orleans.

Stephen, B. Verdman & Morris, Max D. (2003). Journal of The American Statistician

: “Statistics and Ethics : Some Advice for Young Statistician. Vol : 57, Issue 1,

page 21.

Syah Muhhibin. (2005). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Umar, Jahja. (2007). An analysis using data from the trends in international

mathematics and science study (TIMSS). Makalah penelitian.

Umar, Jahja (2010). Bahan pelatihan statistika untuk mentor akademis Fakultas

Psikologi UIN Jakarta. Tidak untuk dipublikasikan.

Umar, Jahja (1979). Personnality needs sebagai moderator atas korelasi antara

kepuasan kerja dan prestasi kerja. Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM.


(6)

Journal of Educational and Psychological Measurement : Attitudes toward

Statistics : An Multiple Measures. Sage Publications.