Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang berkalinan atau ketunaan ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: “Pendidikan khusus pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosioinal, mental, sosial” UU Sisdiknas, 2003: 21. Ketetapan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak berkelainan untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran, berarti memperkecil kesenjangan angka partisipasi pendidikan anak normal dengan anak berkelainan. Untuk bisa memberikan layanan pendidikan yang relevan dengan kebutuhannya, guru perlu memahami sosok anak berkelainan, jenis dan karakteristik, etiologi penyebab kelainan, dampak psikologis serta prinsip-prinsip layanan pendidikan anak berkelainan. Hal ini dimaksudkan agar guru memiliki wawasan yang tepat tentang keberadaan anak berkelainan, dalam hal ini anak tuna rungu sebagai sosok individu masih berpotensi dapat terlayani secara maksimal. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi semua aktivitas yang memberikan materi pelajaran kepada siswa agar siswa mempunyai kecakapan dan pengetahuan memadai yang dapat memberikan manfaat dalam kehidupannya. Dalam proses belajar mengajar matematika selain melibatkan pendidik dan siswa secara langsung, juga diperlukan pendukung yang lain yaitu: alat pelajaran yang memadai, penggunaan metode yang tepat, serta situasi dan kondisi lingkungan yang menunjang. 1 commit to user 2 Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam diri siswa sendiri, maupun faktor dari luar berupa metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru mata pelajaran. Ngalim Purwanto 2002: 102 menjelaskan, “Ada dua faktor utama yang mempengaruhi belajar yaitu dari dalam internal dan dari luar eksternal. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual, dan faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial”. Faktor yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematanganpertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain: faktor keluargakeadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. Di antara faktor di atas, faktor guru dan cara mengajar memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, ”tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada peserta didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai peserta didik” Ngalim Purwanto, 2002: 104-105. Matematika merupakan ilmu mengenai struktur pola, hubungan dan aturan- aturan. Hubungan-hubungan tersebut di dalam matematika berbentuk rumus teorema dan dalil matematika. Menurut Jujun S. Suriasumantri 1998:191, “matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan”. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial”, baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Matematika timbul sebagai hasil pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran, sehingga dalam mempelajari matematika sangat dibutuhkan pengertian, pemikiran dan pemahaman serta tidak cukup hanya bermodalkan hafalan saja. Dalam suatu kegiatan belajar mengajar matematika akan menghasilkan keluaran ouput yang berkualitas jika didukung oleh pemanfaatan semua komponen yang ada secara maksimal. Dilihat dari komponen-komponen yang ada satu diantaranya adalah penerapan metode yang tepat. Setiap kegiatan yang commit to user 3 dilakukan oleh guru maupun siswa tentu mempunyai tujuan. Lebih-lebih guru dalam pelaksanaan tugasnya mengajar atau melakukan kegiatan belajar mengajar selalu dan harus berorientasi pada tujuan yang sudah ditentukan. Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana penerapan metode yang sesuai agar dalam waktu yang relatif terbatas dapat tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Siswa penyandang tuna grahita memiliki keterbelakangan mental bila dibanding anak normal pada umumnya. Anak tuna grahita mempunyai kecerdasan atau IQ di bawah 84, memiliki keterbatasan dalam hal berfikir, daya ingatnya rendah, sukar berfikir abstrak, daya fantasinya rendah, sehingga mereka mengalami kesulitan belajar termasuk dalam bidang studi matematika yang diakibatkan karena daya ingatnya rendah dan sukar berfikir abstrak. Dari kenyataan yang ada, siswa tuna grahita kelas VI semester I SLB ABC Tawangsari tahun pelajaran 20102011, nilai rata-rata kelas masih rendah karena di bawah 60,00 yang diasumsikan masih di bawah nilai KKM yang ditentukan, sehingga guru berusaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tuna grahita dengan melakukan inovasi pembelajaran menerapkan metode resitasi. Dengan adanya sistem pendidikan dan pengajaran anak berkelainan khususnya anak tuna grahita ringan berbeda dengan pendidikan anak normal pada umumnya. ”Untuk anak tuna grahita ringan lebih bersifat individual, fleksibel, dengan cara informal, dan harus bersifat konkrit serta dapat menarik perhatian sehingga membantu mempermudah anak dalam menerima pelajaran ” Mohammad Amin, 1996: 155. Metode pembelajaran bagi anak tuna grahita dapat membantu mempermudah proses belajar mengajar, penggunaan metode yang tepat maka akan membantu proses belajar mengajar. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Premana 2001: 45, ada se puluh metode mengajar, yaitu: “metode ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, pemberian tugas, demontrasi, eksperimen, simulasi, inskusi, dan metode pengajaran unit atau pembelajaran terpadu”. Adapun metode resitasi, apabila dikaitkan dengan pendapat Mulyani Sumantri dan Johar Premana, metode resitasi termasuk kedalam metode pemberian tugas. commit to user 4 Kesungguhan pemahaman dalam belajar matematika dan pemilihan metode mengajar yang tepat akan mempunyai andil yang besar di dalam meningkatkan prestasi belajar matematika. Metode pengajaran yang baik adalah metode yang mampu menghantarkan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk melatih kemampuannya, misalnya menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa dapat berkreativitas mengerjakan tugas yang menjadi kewajiban siswa. Dengan keaktifan siswa yang teratur maka siswa akan berprestasi lebih baik lagi dibandingkan dengan prestasi yang pernah diperoleh. Salah satu metode yang dapat digunakan guru adalah metode resitasi atau pemberian tugas. Resitasi merupakan metode menggajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung maupun tugas yang harus dikerjakan di rumah oleh siswa, karena resitasi menuntut siswa untuk selalu belajar dan mengevaluasi tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tugas yang diberikan oleh guru banyak bentuknya, salah satunya adalah tugas yang dikerjakan secara kelompok di sekolah dan tugas di rumah atau pekerjaan rumah. Dengan pemberian tugas ini diharapkan siswa dapat memanfaatkan sebaik- baiknya karena siswa mempunyai banyak waktu untuk mengerjakan bahkan bertanya kepada orang lain atau dapat juga dengan mencari buku-buku yang menunjang masalah yang dihadapi apabila siswa mampu memanfaatkan waktu dan mau berusaha untuk berlatih dengan sungguh-sungguh maka diharapkan prestasi belajarnya dapat meningkat. Dengan memahami kebutuhan para siswa tuna grahita, maka guru diharapkan dapat menerapkan metode pembelajaran yang tepat bagi siswa tuna grahita yang memiliki keterbatasan dibanding anak normal karena anak tuna grahita memiliki intelektual rendah dengan ciri-ciri: 1 keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, 2 ketidakmampuan dalam perilaku adaptif, dan 3 terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun Salim Choiri dan Munawir Yusuf, 2008:56. Hal yang perlu dicatat adalah membantu siswa untuk meneliti kebutuhan mana yang secara spesifik menimbulkan masalah, sehingga dengan bantuan media pembelajaran yang tepat, siswa dapat berusaha commit to user 5 meningkatkan kreativitas sehingga kemampuan membaca dapat ditingkatkan sesuai dengan kondisi anak, sebagaimana yang dikemukakan Salim Choiri dan Munawir Yusuf, 2008:56 bahwa anak tuna grahita memiliki ciri-ciri fisik dan penampilan perkembangan bicarabahasa terlambat. Gambaran selintas, guru-guru di SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo dalam praktiknya mereka hampir seluruhnya menerapkan metode ceramah yang banyak didominasi guru yang selama ini sering digunakan, sehingga masih memerlukan pembenahan. Upaya pembenahan tersebut akan sangat bermanfaat bagi siswa, guru bahkan pihak sekolah. Pembenahan yang harus dilakukan tidak saja berkaitan dengan metode pembelajaran namun juga pada aspek metode pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan latar belakang dan berbagai pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPKAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 20102011.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA KELAS V TUNA GRAHITA SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 5 93

BIMBINGAN INDIVIDU UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PERKALIAN BAGI SISWA TUNA GRAHITA KELAS V SEMESTER II DI SLB C YPALB KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 6 107

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI LATIHAN SENSOMOTORIK PADA ANAK TUNA GRAHITA KELAS DASAR I SLB BINA TARUNA MANISRENGGO KLATEN TAHUN 2008 2009

2 7 75

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS III SLB C YPALB KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 7 18

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN METODE DRILL PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS D III C SEMESTER II DI SLB BC YPASP WONOREJO GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN 2008 2009

0 4 79

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE KARYAWISATA PADA ANAK TUNA GRAHITA KELAS DASAR III SLB – C YPAALB PRAMBANAN KLATEN

1 9 77

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA POHON BILANGAN BAGI SISWA KELAS IC I TUNA GRAHITA SLB B – C BAGASKARA SRAGEN TAHUN PELAJARAN

0 6 17

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGAJARAN REMEDIAL BAGI SISWA TUNA GRAHITA KELAS V SEMESTER II DI SLB C PBM MOJOSONGO KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 4 78

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE SIMULASI PERAN PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS VI SDLB N SUKOHARJO PATI TAHUN AJARAN 2014 / 2015.

0 0 16

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS V DI SLB ABC TAWANGSARI TAHUN AJARAN 20162017

0 0 17