Pola asuh orang tua terhadap pembentukan akhlak anak usia 6-10 tahun di Komp.Sekneg RI Tangerang

(1)

Pola Asuh Orang tua terhadap Pembentukan

Akhlak Anak usia 6 – 10 tahun

Di komplek Sekretariat Negara R.I

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

DINNO IRENSA 105052001740

Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah

Jakarta

1431 H / 2010 M


(2)

Lembar Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar stata S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini saya camtumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli penulis

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, Maret 2010


(3)

ABSTRAK

Dinno Irensa

Pola asuh orang tua terhadap pembentuk akhlak Anak usia 6 – 10 tahun dikomplek Sekretariat Negara RI Kebon Nanas Tangerang

Akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Bahkan dalam sebuah hadits, Rosulullah SAW mengatakan “Sesungguhnya Aku diutus kedunia ini untuk menyempurnakan akhlak” H.R. Bukhori.

Akhlak terbentuk didalam pribadi manusia karena faktor pendidika dan akal yang digunakan dan di realisasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan norma dan peraturan yang tidak menyimpang dengan kehidupan manusia. Dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab ayat 21 menjelaskan tentang akhlak adalah :

“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah Saw itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu ) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah SWT (Q.S 33 : 21)

Menurut Imam Al-Ghazali akhlak adalah perbuatan yang tertanam / mendarah daging dalam jiwa seseorang dan menjadi kepribadian dalam dirinya. Peran orang tua sangat penting dalam menentukan akhlak anak sebagaimana yang tergambarkan di skripsi ini. Dimana Skripsi ini menjelaskan bagaimana cara mengasuh anak dengan membentuk akhalk anak di kompek SEKNEG RI Kebon Nanas Tangerang

Dari penelitian yang saya lakukan orang tua memberikan pola asuh terhadap anaknya. Dengan menerapkan teknik metode pola asuh demokratis. Karena anak akan menjadi (bebas) dan mempunyai akhlak yang bagus sebab dengan pola asuh demokratis yang diterapkan orang tua di dalam kehidupan anak daerah Komplek Sekneg RI Kebon Nanas Tangerang, anak mempunyai Bagaimana pribadi di kehidupannya yang diajarkan orang tuanya.


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim

Alhamdulilah, penulis ucapkan puji syukur kehadirat illahi rabbi yang telah memberikan hidayah dan inayahnya kepada penulis, sehingga dengan jalan yang ditentukan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarganya, sahabatnya dan umatnya sampai akhir zaman. Skripsi berjudul “Pola Asuh orang tua terhadap pembentukan akhlak anak usia 6-10 tahun dikomplek Sekretariat Negara RI Tangerang.

Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari Skripsi ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa dukungan dan dorongan dari berbagi pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih

1. Drs. Arief Subhan selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

2. Drs. M. Lutfi M.A, selaku Ketua Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam sekaligus Pembimbing terima kasih banyak atas perhatian, motivasi dan pengertian Bapak, tanpa bimbingannya Skripsi ini tidak ada apa-apanya. Penulis merasa bahagia memiliki pembimbing sekaligus konsultasi dan sahabat bagi penulis, semoga Allah membalas dikemudian hari. Amien. 3. Nasichah, MA selaku Sekretatis Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam 4. Para dosen UIN Jakarta khususnya Dosen Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, beserta para staff TU baik di pusat atau Fakultas tidak hanya Ilmu Pengetahuan yang dapat penulis raih, pengalaman dan nasehat pun sangat berharga buat penulis. 5. Kepada Ayahanda tercinta Suhartono dan Hj. Indah Ranti Nawang Wulan

yang telah memberikan dukungan moral speritual, serta kakanda Ricky Angga Ervanda dan Adikku tersayang Lovy Harinda yang selalu sabar dan tidak pernah mengeluh menasehati dan mendidik penulis.


(5)

6. Kepada mahasiswa-mahasiswi BPI, Senior BPI kakak Duplak dan Abhel Pasha dan semua mahasiswa dan mahasiswi Fakultas ilmu Dakwah dan ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan kontribusi pemikiran dan pengalaman, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak.

Akhirnya penulis hanya dapatkan memanjatkan do’a semoga semua perhatian, motivasi dan bantuan mereka dibalas oleh SWT sebagai amal kebaikan. Amien. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapakan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan. Skripsi ni besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 09 Maret 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka... 8

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuh ... 11

1. Pengertian Pola Asuh ... 12

2. Jenis-jenis Pola Asuh ... 13

3. Dinamika Pola Asuh ... 14

B. Akhlak ... 15

1. Pengertian Akhlak ... 16

2. Ruang Lingkup Akhlak ... 18

3. Proses Pembentukan Akhlak ... 19

C. Anak ... 21

1. Pengertian Anak ... 23

2. Fase Perkembangan Anak ... 24


(7)

BAB III GAMBARAN UMUM KOMPLEK SEKERTARIAT NEGARA RI KEBON NANAS TANGERANG

A. Sejarah dan Latar Belakang ... 31

B. Visi dan Misi ... 32

C. Letak Geografis dan Data Warga ... 33

D. Sarana dan Prasarana ... 33

E. Struktur Organisai RW 003 ... 35

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A. Profil Subjek dan Penelitian ... 36

B. Pola Asuh Orang Tua ... 43

C. Analisa Penelitian ... 44

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 48


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan anugrah, titipan dan ujian dari Tuhan bagi setiap orang tua. Hal ini tersirat dalam kisah Nabi Ibrahim a.s. di mana setelah sekian lama beliau menunggu, akhirnya Allah SWT menganugerahi beliau seorang anak yang bernama Ismail a.s. rasa bahagia dan sayang yang luar biasa terhadap Ismail a.s membuat beliau harus melewati sebuah ujian dari Tuhan yang sangat berat. ketika rasa sayang dan cinta Ibrahim a.s harus memilih, antara sang Pencipta dan sang buah hati, maka dengan besar hati Ibrahim a.s harus merelakan cintanya terhadap Ismail demi rasa cintanya terhadap Allah SWT, yakni dengan menyembelih Ismail putra kandungnya dengan tanganya sendiri. Ada hal menarik yang tersirat dalam kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail a.s ini, ternyata Nabi Ismail a.s rela ketika sang ayah harus menyembelih dirinya karena perintah Allah SWT. hal ini menunjukkan betapa Ibrahim mampu mendidik putranya menjadi seorang anak yang luar biasa berbakti, tanpa Ibrahim a.s harus dibutakan oleh rasa cinta. Begitupun sebaliknya, Ismail tumbuh menjadi seorang anak dengan kondisi mental yang tegar, taat dan patuh baik kepada orang tua dan terlebih lagi terhadap Allah SWT sang-Penciptanya. kisah nabi Ibrahim ini hanyalah gambaran kecil dari sekian banyak perhatian Islam mengenai hubungan


(9)

orang tua dan anak. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, mampukah orang tua di zaman sekarang, mendidik anak-anaknya sehingga sang anak mampu tumbuh menjadi sosok yang mengenal dengan baik eksistensi dirinya sebagai manusia yang menjadi bagian dari lingkungan sosial dan sekaligus memiliki kewajiban sebagai makhluk Tuhan.

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih, suci seperti kertas putih yang belum tergores tinta. namun kemudian, orang tua sang anaklah yang akan menjadi penentu akan menjadi apa anak itu kelak di kemudian hari. Demikianlah kira-kira Islam memberikan sedikit gambaran mengenai begitu besarnya pengaruh orang tua terhadap perkembangan anak (teori Imam Al-Ghazali dalam pengertian akhlak anak). Posisi orang tua dalam menentukan masa depan anak dalam pandangan Islam sangatlah penting. orang tua sebagai lingkungan terdekat pertama bagi seorang anak khususnya ibu menjadi perhatian tersendiri dalam Islam. dimulai dari awal mula proses kehamilan hingga melahirkan dijelaskan secara berurutan dalam Al-Qur’an. pada beberapa riwayat dikatakan bahwa Rasulullah SAW pernah mengungkapkan betapa agungnya seorang ibu, bahkan dikatakan bahwa surga itu berada di bawah kedua tapak kaki seorang ibu. hal ini menunjukkan bahwa orang tua, yang benar-benar menjalankan perannya sebagai orang tua, membasarkan, mendidik dan membimbing anaknya dengan benar, memiliki posisi penting dalam Islam. terutama seorang ibu yang mengandung, melahirkan dan kemudian membesarkan anaknya


(10)

dengan kasih sayang, menjadikan ia layak untuk lebih dicintai dan dihormati oleh sang anak tentunya setelah Tuhan dan rasul-Nya.

Pada proses pembelajaran anak, orang tua menjadi pemegang “kebijakan” awal dan sangat mendasar. Kondisi fisik, mental, maupun intelegensi akal seorang anak sangat bergantung pada proses, bimbingan, pembelajaran dan pendidikan pada masa awal yang diberikan oleh orang tuanya, meskipun ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya seperti; faktor genetika, dan lain sebagainya. Menurut John Broadus Watson, salah seorang tokoh psikologi aliran behaviorisme pernah menyatakan: “berikan kepada saya sepuluh orang anak dan keluasan untuk mendidiknya, maka akan saya jadikan kesepuluh anak itu sesuai dengan keinginan saya.” ungkapannya ini berangkat dari pandanganya bahwa dengan memberikan proses “kondisioning” tertentu pada proses pembelajaran, akan dapat menjadikan sang anak memiliki pola mental, sifat-sifat, dan perilaku-perilaku tertentu yang sesuai dengan proses pengkondisian yang telah diberikan.1

Meskipun demikian, sebagai makhluk yang dianugerahi kelebihan akal dan fikiran dari makhluk lainnya, manusia hidup tidak hanya sekedar untuk berkembang biak, berkoloni dan memenuhi kebutuhan pokoknya saja. Akan tetapi manusia juga hidup untuk berinteraksi secara sosial tidak terbatas hanya dalam koloninya, tapi juga berinteraksi pada lingkungan dan alam sekitarnya, serta interaksi pada sang Penciptanya. Pada proses interaksi inilah manusia dituntut untuk mampu memanfaatkan kelebihan yg dimiliki

1

Sarwono, Sarlito Wirawan, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang), 1986, Cet. Ke-2, h. 118.


(11)

itu. Sejauh mana seseorang dapat memahami dan beradaptasi dengan tepat terhadap lingkungan baik sosial, alam maupun Tuhannya, tergantung pada pola didik/asuh orang tua ketika ia masih kecil. Islam dalam hal ini memiliki konsep ”akhlaq al-karimah” yang hendaknya dimiliki oleh setiap individu. Dengan akhlaq al-karimah ini, manusia diharapkan mampu menjadi ”khalifatullah fi al-ardhi” yakni wakil Allah di muka bumi dengan tingkat kesadaran dan rasa tanggung jawab manusiawi yang tinggi.

Al-akhlaq al-karimah, telah banyak dicontohkan oleh Nabi Rasulullah Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-harinya, berinteraksi sosial, berinteraksi dengan alam dan bahkan berinteraksi dengan Sang Penciptanya. Maka daripada itu, seyogyanya manusia membutuhkan bantuan dari orang lain, terutama para orang tua melalui proses asuh sejak dini terhadap anaknya. Dengan bimbingan yang tepat mengenai kesadaran akan kepribadian yang bertanggung jawab dan ber-akhlak al-karimah, diharapkan pada akhirnya mampu menjadikan sang anak sebagai manusia yang memiliki kepribadian yang arif dan bijak.

Krisis multi dimensi yang saat ini dihadapi bangsa Indonesia, tidak akan dapat terselesaikan dengan mudah, jika tidak diperbaiki sejak usia dini. Kemerosotan moral dan kurangnya rasa tanggung jawab individu, yang diakibatkan oleh pola asuh yang tidak tepat dari orang tua terhadap anak, akan banyak memberi dampak negatif, baik terhadap kehidupan sosial, politik, ekonomi dan lain sebagainya. Kasus-kasus korupsi, penipuan, penggelapan uang, kriminalitas, kekerasan dalam rumah tangga dan lain


(12)

sebagainya, dapat dikatakan sebagai dampak dari pola asuh sejak dini yang kurang tepat, hal tersebut timbul akibat dari kurangnya kesadaran individu akan rasa tanggung jawab dan kurangnya pemahaman yang melekat mengenai akhlak.

Maka dari itu, dengan skripsi yang berjudul ”POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA 6-10 TAHUN DI KOMPLEK PERUMAHAN SEKRETARIAT NEGARA KEBON NANAS-TANGERANG”diharapkan dapat menjadi sebuah karya tulis yang memiliki makna bagi keilmuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari sedikit uraian di atas, maka penulis membatasi pembahasan penelitian skripsi ini pada; kegiatan pola asuh orang tua sebagai upaya membentuk akhlak anak usia 6-10 tahun di Komplek Perumahan Sekretariat Negara Tangerang. Berdasarkan dari pembatasan masalah diatas, akan dirumuskan beberapa masalah pada penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimana pandangan orang tua terhadap konsep pola asuh anak usia 6-10 tahun dikomplek Sekertariat Negara RI?

2. Bagaimana pola asuh orang tua terhadap anak usia 6-10 tahun di perumahan Sekertariat Negara RI Tangerang.?

3. Apa yang menjadi faktor penghambat bagi orang tua dalam penerapan pola asuh anak usia 6-10 tahun dikomplek Sekertariat Negara RI Tangerang.?


(13)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui konsep dasar pola asuh orang tua terhadap anak usia 6-10 tahun.

2) Untuk mengetahui konsep akhlak dalam Islam.

3) Untuk mengetahui dan bagaimana konsep pola asuh orang tua terhadap anak yang diterapkan di Komplek Perumahan Sekretariat Negara Tangerang.

4) Untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam menerapkan pola asuh terhadap anak usia 6-10 tahun di Komplek Perumahan Sekretariat Negara Tangerang.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menambah wawasan kajian bidang keilmuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada lingkup keluarga, khususnya pada pola asuh orang tua terhadap anak usia 6-10 tahun.

b. Sebagai salah satu landasan pendekatan dalam proses bimbingan dan penyuluhan Islam pada masalah-masalah keluarga mengenai pola asuh khususnya mengenai pembentukan akhlak anak.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah dengan bentuk Kualitatif deskriptif analisis. Maka dengan ini


(14)

sekiranya peneliti dapat memberikan gambaran dari temuan-temuan lapangan yang berhubungan dengan objek penelitian (kegiatan pola asuh anak usia 6-10 tahun, dan akhlak al-karimah) dan juga gambaran mengenai subjek penelitian ini (anak usia 6-10 tahun dan orang tuanya).

Setelah memperoleh temuan-temuan lapangan yang diinginkan, kemudian peneliti menggambarkan dan menjelaskannya dengan menginterpretasikan data-data tersebut. Interpretasi data dilakukan pada temuan penelitian ini merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian. Pembahasan hasil penelitian dilakukan secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi yang akurat yang diperoleh dari lapangan.2 2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data primer pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara terbuka dan diskusi. Dimana pertama-tama peneliti merumuskan panduan wawancara yang berisikan pertanyaan-pertanyaan seputar logoterapi, logoanalisis dan pengembangan pribadi. Untuk data sekunder peneliti menggunakan jasa peminjaman buku Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN, dan website sedangkan mengenai penulisan skripsi, penulis mengacu pada

2

J. Moleong., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 151.


(15)

buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan desertasi yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press bekerja sama CeQDA.3

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian skripsi ini dimulai pada tanggal 20 Agustus 2009, dan berakhir pada 18 januari 2010 berlokasi di Komplek Perumahan Sekretariat Negara RI Kebon Nanas-Tangerang.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengajukan masalah penelitian ini sebagai pembahasan skripsi maka penulis terlebih dahulu melakukan penulusuran dan peninjauan terhadap skripsi dan buku-buku yang ada di perpustakaan. Hal ini ditujukan untuk mengidentifikasikan dan mengetahui mengenai sudah ada atau belum karya ilmiah yang membahas dan menulis tentang permasalahan yang akan penulis teliti sehingga tidak akan terjadi pengulangan penelitian dalam permasalahannya. Dari hasil tinjaun pustaka yang dilakukan tersebut penulis ingin menyatatkan hal-hal sebagai berikut : 1. Dari data-data yang didapatkan melalui perpustakaan Fakultas Dakwah

dan Komunikasi penulis tidak menemukan judul skripsi yang sama 2. Untuk mendukung kerangka teori dalam penelitian ini penulis

menggunakan atau mengacu kepada berbagai buku dan referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti antara lain :

3

Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desertasi, (Jakarta: UIN dan CeQDA, 2007)


(16)

Buku Jamaludin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Pustaka Al-Kautsar 2003) cet. Ke 1 September 2001.

F. Sistematika Penulisan

Pada penelitian skripsi ini, peneliti membuat sistematika penelitian ke dalam beberapa Bab, berpedoman pada buku panduan penelitian ilmiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. berikut adalah penjabaran bab-bab dalam skripsi ini:

BAB I PENDAHULUAN terdiri dari: Latar Belakang Masalah, yang menjelaskan alasan mendasar mengapa penelitian dilakukan, mencakup ulasan singkat mengenai pandangan islam mengenai pola asuh dan fenomena degradasi moral saat ini. Kemudian Pembatasan dan Perumusan Masalah yang membatasi masalah penelitian pada hal-hal tertentu agar pembahasan penelitian tidak melebar. Kemudian Tujuan dan Manfaat Penelitian, sebagai harapan ideal peneliti pada penelitian yang dilakukan. Selanjutnya tinjauan pustaka dan terakhir adalah metodologi penelitian dan sistematika penulisan yang merupakan kendali dari proses dan hasil penelitian agar terstruktur dengan baik dan rapih.

BAB II LANDASAN TEORI terdiri dari: Penjelasan teoritis mengenai akhlak dan pola asuh. Pada masing-masing sub bab akan dibahas mengenai pengertian, dinamika dan ruang lingkup yang terdapat poin-poin tersebut. BAB III PROFIL LOKASI PENELITIAN terdiri dari:sejarah berdirinya kompleks Perumahan Sekretaris Negara Kebon Nanas-Tangerang, letak


(17)

geografis, dan data kependudukan meliputi jumlah keseluruhan kepala keluarga/KK, jumlah KK yang memiliki anak usia 6-10 tahun, tingkat pendidikan orang tua di kompleks perumahan Sekretaris Negara Kebon Nanas Tangerang.

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA terdiri dari: pertama, profil subjek penelitian,. Kedua, berupa hasil temuan lapangan yang memaparkan tentang bagaimana kegiatan pengasuhan anak usia 6-10 tahun dan jenis pola asuh apa yang cenderung digunakan oleh para orang tua. Ketiga tanggapan anak terhadap jenis pola asuh yang diterapkan. Kemudian analisisdata dilakukan terhadap temuan penelitian, menggunakan teori-teori yang relevan dan dibantu dengan catatan-catatan lapangan agar dapat menggali arti dan makna dari hasil penelitian tersebut secara lebih mendalam.

BAB V PENUTUP : Merupakan bab penutup dari keseluruhan skripsi yang terdiri dari kesimpulan penelitian yang menjawab permasalahan penelitian, serta saran peneliti.


(18)

BAB II LANDASAN TEORI

A. POLA ASUH

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Seorang anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dari orang tua yang menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di kemudian hari. Orang tua adalah lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan seorang anak. Dimana hal ini akan menjadi dasar perkembangan anak berikutnya. Karenanya dibutuhkan pola asuh yang tepat agar anak tumbuh berkembang optimal. Citra diri senantiasa terkait dengan proses pertumbuhan anak berdasarkan pola asuh dalam membesarkannya. Orangtua dan pola asuh memiliki peran yang besar dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa kelak.

Orangtua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola asuh orangtua adalah gambaran tentang sikap dan perilaku orangtua dan anak dalam berinteraksi dan berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orangtua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap,


(19)

perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya.

1. Pengertian Pola Asuh

Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlak. Akan tetapi banyak pula orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara berpikir bahkan kecerdasan mereka.4

Pengertian pola asuh menurut Darling (1999) adalah aktivitas kompleks yang melibatkan banyak perilaku spesifik yang bekerja secara individual dan bersama-sama untuk mempengaruhi anak.5

Sementara itu Gunarsa (1995) berpendapat bahwa pola asuh merupakan cara orangtua bertindak sebagai orangtua terhadap anak-anaknya di mana mereka melakukan serangkaian usaha aktif.6

Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah cara orangtua bertindak dan

4

http://www.psb-psma.org/content/blog/pengaruh-pola-asuh-anak-terhadap-prestasi-siswa.

5

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/pendidikan-kewarganegaraan/pengaruh-tingkat-pendidikan-orang-tua-terhadap-pola-asuh-an.

6


(20)

berinteraksi dengan anak sebagai suatu aktivitas yang melibatkan banyak perilaku tertentu secara individual maupun bersama-sama sebagai serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anaknya.

2. Jenis-jenis Pola Asuh

Penelitian mengenai perkembangan sosial dan proses perkembangan keluarga telah dilakukan sejak pertengahan abad ke-20 dan secara garis besar, menurut Baumrind (1967), ada 4 macam pola asuh orang tua yaitu:

A. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang

memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak

untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan

pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

B. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan

ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa,

memerintah, menghukum. apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya


(21)

bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan

umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai

anaknya.

C. Pola Asuh Permisif

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.

memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan

sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.

D. Pola Asuh Penelantar

Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada

anak-anaknya.7

3. Dinamika Pola Asuh Orang Tua

7

http://www.psb-psma.org/content/blog/pengaruh.pola-asuh-anak-terhadap-prestasi-siswa./ http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgi-bin/library


(22)

Jika rumah tangga, masyarakat dan sekolah adalah sendi bimbingan insani, maka rumah tangga merupakan pemberi pengaruh utama yang lebih kuat di samping di sekolah atau dalam masyarakat. sebagai pemimpin, orang tua harus mampu menuntun, mengarahkan, mengawasi, mempengaruhi dan menggerakkan si anak agar penuh dengan gairah untuk memberikan motivasi pada anak. sebaiknya orang tua harus mampu berkomunikasi sehingga muncul kepercayaan timbal balik dengan anak.

Keluarga dapat menciptakan suasana nyaman di rumah agar anak merasa betah berada di dekat pemimpinnya. ciptakan rasa aman dalam dirinya, jangan sampai anak kita merasa lebih aman berada di lingkungan teman-temannya ketimbang di lingkungan keluarganya. Setiap orang tua seharusnya tahu persis tentang anaknya. dari pengalaman sejak bayi lahir hingga masa anak-anak kita sudah mengetahui kelebihan dan kekurangannya, orang tua harus terus menerus memperhatikan perkembangan anak agar dapat mengevaluasi sejauh mana pola asuh yang diterapkan mempengaruhi perkembangan anak-anaknya.8

B. AKHLAK

Akhlak adalah cerminan dari kepribadian seseorang, juga merupakan benteng yang dapat menahan masuknya faham-faham atau nilai-nilai yang buruk dalam kehidupan. Setiap individu mempunyai pendapat dan pandangan

8

http://meetabied/wordpress.com/2009/10/30/peranan-keluarga-dalam-menentukan-tingkat-disiplin-anak/


(23)

yang berbeda-beda tentang suatu hal. semua kembali kepada bagaimana cara dan dari sudut mana ia menilai. seseorang dapat menilai dan memberikan pendapat dan pandangan pada hal-hal yang ia ketahui. begitu pula dengan akhlak yang terdapat dalam ajaran agama (Islam), sebagian masyarakat memiliki perbedaan pendapat tentang pentingnya mengenalkan ajaran agama sejak dini, hal itu dapat terlihat dari bagaimana cara tingkah laku dan mendidik dalam keluarga. sebagian orang tua berpandangan bahwa pendidikan agama penting bagi keluarganya. dan sebagian yang lain berpendapat bahwa pendidikan agama tidak penting bagi keluarganya karena menghambat kemajuan, kuno dan kaku.

1. Pengertian Akhlak

Secara bahasa kata ”akhlak” berasal dari bahasa Arab yakni bentuk jamak dari kata ”khuluk” atau ”khilqun”yang artinya perangai, kebiasaan, kelaziman atau adab yang baik.9

Al-Qur’an mempertegas arti kata akhlak yakni pada Surat al-qalam ayat 4 dan al-Syu’ara ayat 137 sebagai berikut:

Artinya: Dan sesungguhnya Kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS: 68:4).10

________________________________________________________

9 Kamus al-Munjid Beirut: Maktabah al-Katulikiyah h. 194. 10

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Gema Risalah Press, 1992), Ed. Revisi, h. 960.


(24)

Artinya : (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang yang terdahulu. (QS: 26:137).11

Secara terminologis, akhlak menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut :

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah; ”sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.12

Dalam kitab Ihya’ ’Ulumuddin, al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah: ”sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.13

kedua definisi mengenai akhlak di atas memiliki kemiripan dan saling melengkapi. hanya saja pengertian akhlak menurut al-Ghazali sedikit lebih luas dan terkesan memperjelas pengertian menurut Ibn Miskawaih.

Dari beberapa definisi akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa;

a. Akhlak adalah suatu perbuatan yang tertanam kuat / mendarah daging dalam jiwa seseorang dan telah menjadi kepribadian bagi dirinya. b. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah (easy going)

dan tanpa pemikiran (refleks). tapi hal ini tidak berarti bahwa yang bersangkutan melakukannya dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila.

11

Ibid., h 583. 12

Ibn Miskawaih, Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, (Mesir: Mathba’ah al-Mishriyah, 1934), Cet I. h. 40.

13


(25)

c. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri (kemauan) orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

d. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sunguh-sungguh, bukan main-main atau sandiwara.

e. Akhlak yang baik adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah Ta’ala, bukan karena pujian atau riya.14

C. Ruang Lingkup Akhlak

Sebelum memasuki ranah ruang lingkup akhlak, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu tentang ilmu akhlak, karena ruang lingkup akhlak dapat diketahui melalui pengenalan terhadap ilmu akhlak itu sendiri. Menurut Mu’jam al-Wasith, ia menyebutkan bahwa ilmu akhlak adalah: ”ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan baik atau buruk.15

Di lain pihak ada yang mengatakan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu tentang tata krama.16

Dalam al-Qur’an pada surat al-Ahzab ayat 21, Allah Ta’ala menyebutkan:

14

Abuddin Nata, Akhlak tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,) h. 4-6. 15

Abuddin Nata, Akhlak tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,) h. 7. 16

Husin al-Habsyi, Kamus al-Kautsar, Surabaya: Assegaf, h. 87., dalam Abuddin Nata,


(26)

Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS: 33: 21).17

Pemahaman dan pandangan mengenai suatu perbuatan itu dikatakan baik atau buruk adalah menggunakan ukuran normatif dalam hal ini adalah norma-norma ajaran agama, sedangkan jika suatu perbuatan itu dikatakan salah atau benar adalah dengan ukuran akal manusia yang dibimbing oleh ajaran-ajaran normatif agama.

D. Proses Pembentukan Akhlak.

Dalam usia yang sangat dini, adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan seorang anak. anak harus bisa menikmati sebagian besar adaptasinya yang sehat terhadap lingkungan, karena akan memiliki dampak pada perkembangan kehidupannya kelak. oleh karena itu orang tua selaku lingkungan dan pendidik terdekat anak harus mampu memahami cara yang terbaik untuk berinteraksi dengan anak pada masa-masa awalnya. Sehinga ada jaminan untuk suatu perkembangan baik fisik, psikis dan sosial yang sehat dan dinamis bagi anak yang bersangkutan.18

Orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga, seorang anak dipelihara dan dibesarkan dalam keluarga. anak mulai dari kecil dipelihara dan dibesarkan dalam keluarga. segala sesuatu yang ada dalam keluarga baik berupa benda-benda, orang-orang dan peraturan-peraturan serta

17

Depag, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 670. 18

Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003), Cet. Ke-I, h. 33.


(27)

adapt-istiadat yang berlaku dalam keluarga sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak. sudah seharusnyalah orang tua menanamkan ajaran agama kepada anak sejak kecil, apakah itu dalam bentuk shalat, mengajari mengaji atau mengajar do’a-do’a serta mengajari untuk hormat kepada yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. secara otomatis anak akan terlatih bila semua itu dibiasakan sejak kecil. dengan demikian akhlak anak akan terbina secara baik, dan dengan akhlak yang baik itu pula anak akan dapat mengendalikan dirinya dari segala perbuatan yang tidak baik. sebaiknya membimbing anak dalam keluarga haruslah benar-benar diperhatikan karena prilaku yang didapat dari orang tuanya, maka dengan prilaku itulah anak akan merealisasikannya di lingkungan sekitarnya. misalnya, orang tua yang sering mengucapkan kata-kata yang kotor yang tidak baik, maka sudah pasti anak akan meniru perkataan tersebut. sebaliknya bila orang tua berkata dengan lemah lembut, maka anak juga akan terbiasa berkata-kata dengan lemah lembut. Untuk mendukung terciptanya kondisi akhlak yang baik pada anak, maka proses pengenalan akhlak terhadap anak perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Menumbuh kembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada iman dan taqwa, untuk ini perlu pendidikan agama.

b) Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak Al-Qur’an lewat ilmu pengetahuan, pergaulan dan latihan agar dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk.


(28)

c) Meningkatkan pendidikan kemauan, yang menumbuhkan pada manusia kebebasan memilih yang baik dan melaksanakannya. Selanjutnya kemauan itu akan mempengaruhi fikiran dan perasaan. d) Latihan untuk melakukan yang baik serta mengajak orang lain

bersama-sama melakukan perbuatan baik tanpa paksaan.

e) Pembinaan dan pengulangan melaksanakan yang baik sehingga perbuatan baik itu menjadi kebiasaan, yaitu kebiasaan yang mendalam, tumbuh dan berkembang secara wajar dalam diri manusia.19

Untuk memaksimalkan perkembangan akhlak yang baik pada anak, ada beberapa kebutuhan anak yang harus terpenuhi yaitu; menciptakan rasa aman bagi si anak, bersikap lemah lembut, dihargai, sehingga timbul rasa percaya diri dan keinginan untuk mengaktualisasikan diri. kemudian mengajarkan keterampilan-keterampilan seperti membaca, menulis, berfikir dan berolah raga. selanjutnya adalah mengajarkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, seperti sopan santun dalam berucap, cara makan dan minum yang baik serta membiasakan anak untuk berdisiplin ibadah.20

C. ANAK

Tidak ada orang tua yang tidak ingin melihat anak-anaknya tumbuh sehat fisik dan mental, pintar, penurut dan berkelakuan yang baik. akan tetapi

19

http://sikap-orang-tua-terhadap-pendidikan-agama-dan-kaitannya-dengan-pembinaan-akhlak-anak/

20

Musfir bin Said al-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Cet. Ke-I, h.398-401.


(29)

untuk mencapai itu semua, orang tua haruslah memiliki bekal pengetahuan yang cukup dalam mendidik anak dengan baik. karena jika para orang tua mengasuh atau mendidik anak-anak dengan cara yang kurang tepat, maka jangan salahkan sang anak jika ia akan tumbuh menjadi sosok pribadi yang tidak diinginkan, liar, tidak bermoral, tidak patuh pada orang tuanya, dan bahkan tidak patuh pada Tuhannya.

Masing-masing anak memiliki karakteristik yang berbeda dan unik, demikian juga para orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan dan pola hidup yang berbeda. akan tetapi kesamaan-kesamaan yang sifatnya umum tetap ada. orang tua dengan kondisi kedewasaanya dan anak-anak dengan kondisi kekanak-kanakannya sendiri. maka orang tua tidak dapat begitu saja memaksakan kondisi kedewasaan mereka dalam proses pengasuhan anak, karena sudah jelas baik secara fisik maupun psikologis, kedua kondisi di atas sangatlah jauh berbeda. yang diharapkan adalah bagaimana agar kelak si anak yang bersangkutan dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu dewasa yang baik dan bertanggung jawab, dan itu diperoleh dari pola asuh orang tua yang tepat terhadap anaknya. Sudah tanggung jawab setiap orang tua untuk mengupayakan agar anak memiliki perilaku disiplin diri untuk melaksanakan hubungan baik dengan tuhan yang menciptakannya, dirinya sendiri, sesama manusia, dan lingkungan alam serta makhluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral.

Bernhard menyatakan bahwa tujuan perilaku disiplin diri adalah mengupayakan pengembangan minat anak, dan mengembangkan anak


(30)

menjadi manusia yang baik, yang nantinya akan mampu menjadi sahabat, tetangga dan warga negara yang baik.21

1. Pengertian Anak

Dalam kamus besar bahasa indonesia, anak adalah; manusia yg masih kecil, orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu negeri, daerah dsb), manusia yg lebih kecil dibandingkan orang yang dewasa, bisa juga dikatakan sebagai keturunan Adam (manusia).22

Anak juga dapat dikatakan sebagai manusia muda yang batasan usianya tidak selalu sama di berbagai negara. di Indonesia, sering di pakai batasan usia anak dari 0 sampai 12 tahun. maka dengan demikian, dalam kelmpok anak di Indonesia akan termasuk bayi, anak balita, dan anak usia sekolah.23

Menurut ajaran Islam: anak merupakan amanat yang dibebankan kepada mereka dan Allah akan menghisab mereka atas amanat tersebut.24

Selain itu Islam juga memandang bahwa anak adalah titipan Ilahi yang harus dipelihara dan ditunaikan hak-haknya, sebab kelak pada hari perhitungan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban dari amanah yang dititipkan itu. Jadi selaku orang tua, kalau ia mengharapkan harus ditaati olehnya anaknya, maka terlebih dahulu para orang tua harus menanamkan modal dasar pendidikan hak-hak dari anak-anaknya (dalam

21

http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/peranan-keluarga-dalam-menentukan-tingkat-disiplin-anak.

22

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 30-31. 23

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Bekasi: PT Delta Pamungkas, 2004), Cet. IV. H. 4. 24

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/tarbiyah/sikap-orang-tua-terhadap-pendidikan-agama-dan-kaitannya-dengan-pembinaan-akhlak-anak/.


(31)

hal ini minta dihormati), maka laksanakanlah dahulu kewajiban itu sebagai orang tua.25

Imam Ghazali mengatakan bahwa bayi (anak) itu merupakan amanat bagi kedua orang tuanya, hatinya suci dan bersih. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan, ia akan tumbuh dengan kebiasaan, pengajaran, dan berbahagia di dunia dan di akhirat.26

Sebagaimana dikutip Nur Abdul Hafizh dalam bukunya “Mendidik Anak Bersama Rasulullah SAW, dikatakan juga bahwa menurut al-Ghazali anak adalah amanat yang harus dijaga bagi orang tuanya, hatinya bersih, suci, polos, dan kosong dari segala ukiran dan gambar.27

dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak adalah anggota terkecil makhluk tuhan (manusia) yang dilahirkan oleh manusia,

2. Fase Perkembangan Anak.

Istilah perkembangan, berarti serangkaian perubahan progresif/kemajuan yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. perkembangan bukan hanya penambahan berapa centimeter tinggi badan seseorang bertambah, atau peningkatan

25

http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/peranan-keluarga-dalam-menentukan-tingkat-disiplin-anak/.

26

http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/pembinaan-aqidah-bagi-anak-menurut-islam

27

Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah SAW, (Bandung: Penerbit al-Bayan, 1999), h. 35.


(32)

kemampuan yang bersangkutan, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang cukup kompleks.28

Dalam Islam, fase perkembangan anak dibagi menjadi empat; pertama, fase menyusui, berlangsung dari mulai sang anak dilahirkan hingga berumur dua tahun sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 233. kedua adalah fase permulaan, yakni dari usia dua hingga enam tahun (fase penyapihan), si anak sudah mampu untuk memakan dan mencerna makanan selain air susu ibu. fase ketiga yaitu fase pertengahan, yakni berumur enam hingga sembilan tahun. pada fase ini anak sudah mampu membedakan yang baik dan buruk dan sudah mampu mengerjakan shalat. Sebagaimana yang diperitahkan oleh Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Amr bin Syuaib, bahwa perintahkanlah anak-anak yang sudah berumur tujuh tahun untuk shalat, dan pukul jika tidak mau ketika mereka berumur sembilan tahun. Kemudian fase ke empat, adalah ketika anak berusia sembilan hingga dua belas tahun.29

Sigmud Freud, salah satu tokoh utama dalam aliran Behaviorisme membagi perkembangan anak menjadi lima fase (fase keenam merupakan fase dewasa), yaitu; fase Oral (0-1), pada fase ini mulut merupakan sentral pokok keaktifan yang dinamis. kedua, fase anal (1-3), dorongan dan tahanan berpusat pada alat pembuangan kotoran. ketiga, fase phalis (3-5), pada fase ini alat kelamin merupakan daerah organ paling perasa.

28

Elisabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan “suatu Pendekatan Sepanjang Masa,

(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), Ed. Ke V, h. 2. 29

Musfir bin Said al-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Cet. Ke-I, h.395-396.


(33)

Keempat, fase Latent (5-12/13), impuls-impuls cenderung berada pada kondisi tertekan. kelima, fase pubertas (12/13-20), fase ini impuls-impuls (dorongan kembali menonjol).30

Dalam buku ”The First Tear of Life” Charlote Buhler membagi fase perkembangan anak menjadi empat; pertama, fase pertama usia 0-1 tahun, dimana pada fase ini si anak menghayati berbagai objek di luar dirinya sendiri serta melatih fungsi-fungsi motoriknya yaitu fungsi-fungsi gerakan anggota badan. fase kedua usia 2-4 tahun, yaitu fase anak mulai berupaya mengenali dunia objektif di luar dirinnya yang dibarengi dengan penghayatannya/pemahamannya secara subjektif. Ia tidak mengenal dunia luar secara objektif, itulah kenapa pada masa ini anak seringkali mengajak boneka atau binatang peliharaannya bercanda dan bergurau seakan-akan mereka memiliki sifat yang sama dengan si anak. fase ketiga, usia 5-8 tahun, masa ini dapat dikatakan sebagai masa sosialisasi, anak mulai bergaul dan mengenal teman/kawan bermain, mulai mengenal arti prestasi, pekerjaan dan tugas-tugas kewajiban. Fase keempat usia 9-10 tahun, yaitu fase sekolah dasar. anak mulai belajar untuk menjelajah, menyelidik, mencoba dan bereksperimen. Pada masa ini anak mencapai masa objektifitas tertingginya.31

Menurut Elisabeth B. Hurlock, masa anak adalah usia 2-10/11 tahun. Pada masa ini seorang anak berada pada masa belum matang (Immature), hal ini ditandai dengan adanya usaha si anak untuk menyesuaikan diri dengan

30

http://ilmu-psikologi.blogspot.com/2009/05/fase-dan-tugas-perkembangan.html. 31


(34)

lingkungan, sehingga ia merasa bahwa dirinyamerupakan sebagian dari lingkungan tersebut. Pada usia 3 tahun, anak mulai mencoba untuk berbahasa secara lisan. Pada usia 6 tahun, seorang anak mulai memusatkan diri untuk berlatih bersosialisasi.32

Ia juga mengatakan bahwa secara kasad mata masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira sekitar umur dua tahun. sedangkan masa kanak-kanak ini memakan waktu sebelas tahun untuk perempuan dan dua belas tahun untuk laki-laki. dan harus diketahui bahwa masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu awal dan akhir masa kanak-kanak. periode awal dimulai sejak usia dua hinga enam tahun dan masa akhir kanak-kanak dimulai dari enam hingga tiba saatnya anak-anak matang secara seksual.33

Menurut Erikson, fase perkembangan anak dibagi menjadi empat; pertama, masa bayi (0-1,5 tahun), pada fase ini anak berada dalam kondisi yang penuh ketergantungan, ketidak berdayaan dan pemenuhan kebutuhan fisik. kedua, fase todler ( usia 1,5-3 tahun), pada fase ini anak menggunakan kemampuan psikomotorik untuk berberak sendiri secara bebas. ketiga, fase kanak-kanak awal (usia 4-7 tahun), pada fase ini pusat perhatian anak berubah dari benda kepada manusia, ditunjukkan dengan adanya perubahan pola bermain yang tadinya sendiri beralih menjadi

32

Ibid., h. 133. 33

Elisabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan “suatu Pendekatan Sepanjang Masa, h. 108.


(35)

bermain bersama. keempat, fase kanak-kanak akhir (usia 8-11 tahun), ini pusat perhatian anak adalah bersosialisasi.34

dari beberapa uraian fase perkembangan dan pengertian anak di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masa anak dapat dikatakan dimulai dari usia kandungan hingga 11 tahun atau pada usia setelah masa bayi hingga masa kematangan anak secara seksual. pada usia ini, peran orang tua sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan baik mental maupun fisik sang anak.

b. FaktorYang Mempengaruhi Perkembangan Anak

Sesungguhnya sudah berabad-abad lalu para pemikir, ilmuan dan tokoh-tokoh telah memperhatikan seluk-beluk kehidupan anak, khususnya dari sudut pandang perkembangannya, bagaimana dan apa yang mempengaruhi proses perkembangan tersebut. sejak abad pertengahan, aspek moral dan pendidikan keagamaan menjadi pusat perhatian dan tujuan umum dalam mendidik anak. pandangan-pandangan bahwa anak adalah pribadi yang murni dan jauh dari unsur-unsur dosa dan tidak bermoral adalah dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas keagamaan pada masa itu.35

Namun yang masih menjadi perdebatan hingga sekarang adalah apakah faktor utama terjadinya perkembangan itu diakibatkan oleh pembawaan ataukah lingkungan yang bersangkutan, ada beberapa aliran

34

Alex Sobur, Psikologi Umum., h. 135-136. 35


(36)

dalam psikologi yang memberikan kontribusi atas pertanyaan-pertanyaan di atas yaitu;

a. Aliran Nativisme/Aliran Pembawaan.

Aliran ini diprakarsai oleh seorang filosof Jerman bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860), yang berpendapat bahwa perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh pembawaan (faktor genitus keturunan). Sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak memiliki andil yang seberapa.36

Tokoh lain dalam yang dapat digolongkan dalam ke dalam aliran ini adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778), yang berpendapat bahwa semua orang ketika dilahirkan mempunyai dasar moral yang baik (noble savage), pandangannya menitik beratkan faktor dunia dalam atau faktor keturunan sebagai faktor yang penting dari kejiwaan dan gambaran akan kepribadian seseorang, pandangannya inilah yang menjadikannya digolongkan ke dalam aliran Nativisme.37

b. Aliran Empirisme/Lingkungan.

Aliran ini adalah kebalikan dari aliran Nativisme. Aliran ini mengemukakan bahwa anak bagaikan bagaikan kertas putih atau”tabula rasa” (tabula: meja dan rasa: lilin), yaitu meja yang tertutup lapisan lilin putih. Meja tersebut dapat dicat warna warni sesuai keinginan. Lapisan lilin putih atau kertas putih adalah perumpamaan anak, dan cat warna adalah perumpamaan lingkungan

36

Ibid., h. 147. 37


(37)

(pendidikan). menurut aliran ini lingkungan/pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, sedangkan bakat keturunan bisa ditutup rapat-rapat olehnya.38

c. Aliran Konvergensi/Persesuaian.

Tokoh utama aliran ini adalah William Stern (1871-1938), seorang filosof dan sekaligus psikolog Jerman. aliran ini memadukan kedua aliran sebelumnya yakni Nativisme dan Empirisme, menurutnya kedua aliran tersebut sangat berat sebelah. aliran Konvergensi menggabungkan arti penting hereditas (turunan/pembawaan) dan andil lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam proses perkembangan manusia. menurut aliran ini, faktor pembawaan/turunan tidak akan berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman dan sebaliknya. Keduanya tidak akan mampu mengembangkan manusia sesuai dengan harapan jika tidak saling mendukung.39

38

Ibid., h. 146. 39


(38)

31 BAB III

GAMBARAN UMUM KOMPLEK SEKRETARIAT NEGARA R.I TANGERANG

A. Sejarah dan Latar Belakang

Komplek Sekretariat Negara RI ini terletak di daerah Tangerang, tepatnya di daerah Kebon Nanas setelah Jalan Tol Jakarta keluar. Komplek ini sebelumnya bermula dari sebuah daerah yang masih dalam kondisi biasa dan belum banyak penduduknya dikarenakan daerah yang masih terlalu perkampungan, akan tetapi sedikit demi sedikit warga membangun daerah tersebut menjadi suatu kawasan yang berkembang dan mendapatkan bantuan dana dari pemerintah tersebut. Karena komplek tersebut suatu pemukiman yang bersangkutan dengan pemerintahan dan penduduk di sana bergabung dalam suatu Institut Pemerintahan yang disebut Sekneg40.

Keberadaan komplek ini sangat terkenal dibanding komplek atau daerah lainnya. Karena komplek tersebut terkenal sebagai kawasan pemerintahan yang dibanggakan sebagai tempat tinggal para pengawas pemerintahan di kawasan industri yang berada di daerah Kebon Nanas Tangerang. Hal ini dimulai sejak tahun 1980 an sampai sekarang dan pusat daerah strategis yang dekat dengan hubungan pemerintahan dahulu hingga sekarang. Nama komplek Sekretariat Negara ini terinspirasi oleh keinginan pemerintahan pada zaman presiden Soeharto yaitu presiden kedua Indonesia yang mempunyai pemikiran sebagai tempat dan pemukiman

40


(39)

pegawainya pada saat itu. Usaha tersebut beliau wujudkan dalam bentuk pembuatan tempat tinggal terhadap pegawai-pegawai dari zaman pemerintahannya dahulu.

Disamping itu, komplek Sekneg ini didirikan dengan tujuan membantu pemerintah dalam menangani permasalahan sosial dan pemerintahan khsususnya permasalahan Indonesia. Setelah Presiden Soeharto meninggal, komplek Sekneg ini diteruskan pimpinannya dengan para menteri MensesNeg. Komplek Sekretariat Negara RI ini merupakan rasa cinta dan tanggung jawab beliau terhadap para pegawai-pegawainya. Dengan memegang amanah ini, beliau jalankan pemerintahan dengan penuh tanggung jawab, tegas dan rasa hormat warganya pada beliau sangat tinggi sehingga beliau mendapatkan penghormatan yang sangat tinggi dari pegawai dan warganya yang tinggal di daerah tersebut.

B. Visi dan Misi

Setiap lembaga pemerintahan memiliki visi, misi guna mencapai kesejahteraan pemerintahan dan masyarakatnya. Begitu pula komplek Sekretariat Negara RI ini berupaya mensejahterakan para pegawai-pegawai dengan memberikan fasilitas yang sangat memadai sebagai sarana dan prasarana untuk kesejahteraan para pegawai dan warganya41.

Contoh : diberikan Rumah dinas, kendaraan dinas, tunjangan-tunjangan dinas apabila termasuk warga atau pegawai di lembaga pemerintahan tersebut.

41


(40)

Jadi visi dari lembaga pemerintahan Negara tersebut adalah guna mensejahterakan para pegawainya dan masyarakat atau warganya yang bekerja di Instansi pemerintah Sekretariat Negara RI dan adapun misinya adalah :

1. Memenuhi segala kebutuhan warga dan pegawainya yang berhubungan dengan kepentingan bersama dan sebagai landasan dan alasan Negara. Contoh : dibuatkan pul bis kantor, gedung aula pertemuan, kantor RW. 2. Memberikan penghargaan kepada warganya yang mempunyai kualitas

terbaik dibanding warga lainnya di komplek Sekretariat Negara RI disana. 3. Memberikan pembinaan sosial, pemerintahan yang berkesinambungan dan

sistematis agar mereka menjadi warga yang berkualitas, berakhlak baik, dan mempunyai rasa Nasional yang tinggi terhadap pemerintahan Indonesia.

C. Letak Geografis

Letak geografis merupakan penentu keberadaan wilayah dalam suatu Institut pemerintahan. Dengan letak yang strategis, suatu Institut pemerintahan akan lebih mudah mengembangkan visi dan misi yang terbentuk dalam program yang telah di susun oleh pengurus komplek disana. Komplek Sekretariat Negara RI terletak di daerah Kebon Nanas Tangerang Kecamatan Pinang Kelurahan Panunggangan Utara dan propinsi Banten. Lokasi komplek Sekretariat Negara ini berdekatan dengan jalur masuk tol Jakarta – Tangerang. Penduduk disana sekitar 2400 KK (Kepala Keluarga). Yang terdiri dari 16 RT dan warga di setiap RT sekitar 30 Kepala Keluarga. Warga disana dipimpin


(41)

oleh seorang ketua RT yang menjadi panutan dan seseorang yang terpandang dan bijaksana. Beliau memimpin 2400 Kepala Keluarga (KK) dengan teknik musyawarah yang dibentuk pengurus RW di komplek Sekretariat Negara RI (Sekneg).

D. Sarana dan Prasarana

Sebagai komplek Sekretariat Negara dibawah pemerintahan, warga mendapat banyak sekali yang dapat menjadi kebanggaan atau penunjang kebutuhan warga, orang tua, kaum beragama, pegawai dan tamu pemerintahan lainnya. Maka untuk memenuhi kebutuhan itu semua pemeritah memberikan kesejahteraan yang menjadi faktor kebijaksanaan, kegunaan dan kreatifitas warga di komplek Sekretariat Negara tersebut. Adapun sarana dan prasarana yang ada di sana adalah :

1. Gedung Aula pertemuan untuk tamu kehormatan, untuk pertemuan warga, kegiatan sosial, olahraga dan lain-lain.

2. Sebuah bangunan Masjid yang ditanda tangani oleh Presiden Soeharto dahulu.

3. Ruangan atau kantor pengurus RW dikomplek Sekretariat Negara RI 4. Perpustakaan buku Anak-anak.

5. Pull bis atau kendaraan dinas yang menuju kantor para pegawai Sekretaris Negara RI.

6. Kendaraan Dinas milik pribadi. 7. Sarana Olah Raga.


(42)

STRUKTUR ORGANISASI PENGURUS RW 003

Kelurahan Panunggangan Utara Kec. Pinang – Tangerang

II H. Nurdin Ketua RT

H. Tauffiqurachman

Wakil RW H.M Chairil Anwar SH

Bendahara I Drs. Beben Sekretarsi I

Syarianto

Sekretaris II Slamet Giono

Seksi Kebersihan Ir. Gibson. H

Seksi Kerohanian

Rauf Sukisno, SE

M.Y Raso

Seksi Pemuda Suharyono, Sos

Seksi Humas H. A Taufik.S

Keamanan Drs. Edi Seksi- seksi


(43)

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A. Profil Subjek Penelitian

Dalam bab ini sebelum menulis memaparkan tentang metode bimbingan dalam pola Asuh orang tua terhadap anak usia 6 – 10 tahun di komplek Sekretariat Negara RI Tangerang, terlebih dahulu penulis akan mendeskripsikan informasi dalam penelitian ini. Penulis membagi sumber yang diteliti oleh penulis, pertama informan sebagai orang tua yang mempunyai anak dan ingin di wawancarai oleh peneliti. Kedua, informan sebagai pemberi informasi tentang apa dan bagaimana Pola Asuh yang diterapkan dikeluarga dan anaknya yang bersangkutan atau tidak dengan akhlak, pendidikan dan pribadi anak.

1. Informan I

Informan pertama bernama Bapak Momon Surahman42 dan isterinya Ibu Siti Aminah, yang mempunyai anak bernama Muhammad Lutfiana Rahman, usia 8 tahun, yang bertempat tinggal di komplek SEKNEG RI blok D1/34 Tangerang beragama Islam bekerja PNS dan penelitian terjadi tanggal /hari Sabtu / 16 Januari 2010. jam 16.05 WIB, dirumah beliau. Proses Bimbingan dan Pola Asuh Orang Tua terhadap anaknya adalah :

42

Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Momon Surahman dirumahnya Blok D1/34, Sabtu 16 Januari 2010, pukul 16.05 WIB


(44)

36

- Mengenalkan pendidikan Agama terhadap anaknya terhadap Tuhan (Allah)

- Disiplinkan anaknya dengan waktu belajar, bermain dan tidak mengekang anaknya dan menggunakan proses pola asuh demokrasi terhadap anaknya

- Memberikan dorongan semangat, serta pujian jika anaknya mampu melaksanakan perbuatan baik atau yang disuruh / diminta orang tuanya.

- Mengajarkan Akhlak, Sopan santun terhadap Agamanya, orang tuanya, saudaranya dan lingkungan sekitarnya, (bermain dan sekolah).

2. Informan II

Informan kedua bernama Bapak Wisnu Handoko43 dan isterinya Ibu Desi Harmonis, anaknya bernama M. Danu Asmoro, usia 7 tahun, yang bertempat tinggal dikomplek SEKNEG RI Blok D2/03 Kebon Nanas Tangerang beragama Islam, bekerja sebagai wiraswasta dan penelitian in terjadi tanggal /hari : Senin , 18 Januari 2010 jam : 17.00 Wib di rumah beliau.

Proses Bimbingan dan Pola Asuh orang tua yang diberikan terhadap anaknya adalah :

43

Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Wisnu Handoko, Senin 18 Januari 2010. Jam 17.00 WIB


(45)

- Disiplin sejak dini agar anak terbiasa hidup dengan tanggung jawab serta diberi bimbingan Agama agar anak mempunyai akhlak yang baik dan diberikan kebebasan bermain.

- Proses pola asuh yang diterapkan demokrasi 3. Informan III

Informan ketiga bernama Bapak Ismail Ma’ruf44 dan isterinya Ibu Siti Musringaturi, dan mempunyai anak bernama Asy-Syifa Nurul Iqomah, dengan usia 6 tahun, yang bertempat tinggal di komplek SEKNEG RI blok D3/12 RT 009 / 03 Kebon Nanas Tangerang, beragama Islam bekerja sebagai Guru dan penelitian terjadi tanggal : Sabtu, 16 Januari 2010. jam 16.05 WIB, dirumah beliau.

Proses Bimbingan dan pola asuh orang tua terhadap anaknya :

- Disiplin, contohnya dalam ibadah, belajar dan waktu bermain tidak lupa juga selalu mengajarkan sopan santun supaya anak bisa menghargai orang lain dan orang yang lebih tua, dengan akhlak baik.

4. Informan IV

Informan keempat bernama Bapak Mulyono Adi Saputro45 dan Isterinya Rinawati Ginting, dan anaknya bernama Marcellino, dengan usia 10 tahun, yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D2/17 Kebon Nanas

44

Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Ismail Ma’ruf, Sabtu 16 Januari 2010. Jam 16.05 WIB

45

Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Mulyono Adi Saputro, sabtu 16 Januari 2010.


(46)

Tangerang Beragama Islam, bekerja wiraswasta dan penelitian in terjadi hari/tanggal Sabtu 16 Januari 2010 di rumah beliau

Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :

- Dalam sehari-hari dari pagi bangun tidur lalu mandi, gosok gigi, makannya kemudian sekolah, pulang sekolah lalu mandi dan makan , belajar lalu tidur.

- Metode penerapan pola asuh permisif.

5. Informan V

Informan kelima bernama Bapak Tri Winarno46 dengan Isterinya Rara Ar, dan anaknya bernama M. Rozi Ramadhani dengan panggilan Rama, dengan usia 8 tahun, yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D1/27 Kebon Nanas Tangerang Beragama Islam, bekerja karyawan swasta dan penelitian in terjadi pada Senin 18 Januari 2010 jam 16.15 wib

Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :

- Anaknya yang terpenting harus punya dasar akhlak yang baik, sehingga kita dapat memberi bimbingan /didikan yang lain.

6. Informan VI

46

Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Tri Winarno Blok D1/27, Senin 18 Januari 2010. Jam 17.00 WIB


(47)

Informan keenam bernama Bapak Moh. Hasyim47 dan Isterinya bernama Ibu Endah Purwani, dan mempunyai anak bernama Yola Evita Ningrum, dengan usia 10 tahun, yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D2/1 Kebon Nanas Tangerang Beragama Islam, bekerja PNS dan Ketua RT dan penelitian ini terjadi Senin 18 Januari 2010 jam 20.20 Wib di rumah beliau

Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :

- Sejak dini sekolah TK sudah diajarkan mengaji dan belajar bersosialisasi sesama teman bermain

- Usia SD diajarkan solat, Puasa, menghormati orang tua, dan orang lain - Harus rajin belajar mandiri dan dilatih bertanggung jawab masalah

sekolah mengerjakan PR dan tugas lainnya.

7. Informan VII

Informan ketujuh bernama Bapak Urip Moegiyono48 dan Isterinya Ibu Sri Suprati, mempunyai anak bernama Ryan Viery Bagaskara, dengan usia 9 tahun, yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D1/26 Panunggangan Utara Tangerang Beragama Islam, bekerja wiraswasta dan penelitian in terjadi Sabtu 16 Januari 2010 jam 15.30 Wib di rumah beliau Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan orang tua pada anaknya adalah :

47

Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Hasyim Blok D2/1, Senin 18 Januari 2010. Jam 20.20 WIB

48

Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Urip Moegiyono Blok D1/2, Sabtu 16 Januari 2010. Jam 1530 WIB


(48)

- Mendidik /memberi pelajaran Agama Islam melalui orang tua atau lembaga pendidikan formal (seperti TPA atau mengaji dimesjid) dengan penekanan budi pekerti.

- Memberikan pendidikan umum berupa sekolah

- Memberikan waktu bermain dengan temannya sebagai awal bersosialisasi mengenal alam sekitar.

8. Informan VIII

Informan kedelapan bernama Bapak H. Iskandar49 dan Isterinya Hj. Siti Isroni, dan anaknya bernama Via Kanaya Anggita, dengan usia 8 tahun, yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D5/16/RT 10/03 Kebon Nanas Tangerang Beragama Islam, bekerja wiraswasta dan penelitian in terjadi Senin 18 Januari 2010 jam 19.05 Wib di rumah beliau Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :

- mendidiknya Via usia 8 tahun dengan metode belajar dan memberitahukan apa saja yang dia harus kerjakan, contohnya : menyiapkan buku pelajaran, menyiapkan pakaian sekolah dan lain-lain

- Memberitahu waktu sholat dan menyuruhnya belajar setelah sholat, makan - Dari segi Agama Via baru bisa belajar sholat, sopan santun pada orang yang lebih tua, sesama dan berpamitan bila keluar rumah dan ucapkan salam bila datang

49

Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak H. Iskandar Blok D2/14, Selasa 19 Januari 2010. Jam 16.30 WIB


(49)

9. Informan IX

Informan kesembilan bernama Bapak Sutardi50 dan Isterinya Ibu Turah dan anaknya bernama Inna Kurniaji, dengan usia 8 tahun, yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D2/14 Kebon Nanas Tangerang Beragama Islam, bekerja PNS dan penelitian in terjadi Selasa 19 Januari 2010 jam 16.30 Wib di rumah beliau

Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :

- Cara mendidik dan mengarahkan anak untuk belajar Agama, sikap, tingkah laku, dan interaksi dimanapun ia berada.

- Bersikap demokratis

- Agar dapat menghargai pendapat orang lain

- Membiasakan musyawarah dalam mengambil keputusan - Prestasi belajar formal/tidak formal

- Yakin yakinkan anak, namun Allah Allah penentunya 10.Informan X

Informan kesepuluh bernama Bapak Tri W51 dan Isterinya Ibu Rara ar dan anaknya bernama Rosa Amalia (Ocha), dengan usia 10 tahun, yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D1/27 Kebon Nanas Tangerang Beragama Islam, bekerja Pegawai Swasta dan penelitian in terjadi Senin 18 Januari 2010 jam 16.15 Wib di rumah beliau

50

Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Sutardi Blok D5/6 RT 010/03, Selasa 19 Januari 2010. Jam 19.05 WIB

51

Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Tri W Blok D1/27, Senin Januari 2010. Jam 16.15 WIB


(50)

Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :

- Mengajarkan bagaimana berlaku santun terhadap pertama orang tua, kerabat, guru sahabat dan siapapun yang ia kenal maupun belum kenal. Selanjutnya disiplin, terutama waktu sholat, belajar, mengaji, bermain dan sebagainya dan mereka juga harus bisa memenej waktu itu sendiri mulai dia bangun tidur sampai tidur lagi, sehingga Insya Allah SMP besar dia akan tahu dan bisa menempatkan waktu itu sendiri sesuai dengan keperluan dan kebutuhannya. Sebagai orang tua kita tidak boleh mendikte atau menjadi orang tua yang diktator hal seperti itu sangat tidak mendukung tumbuh kembangnya anak dan kita tidak akan tahu anak itu akan menjadi sosok seperti apa…? Dan diusahakan agar kita tidak bicara jangan ! terus diganti dengan kata-kata atau mengatakan akibat dia melakukan sesuatu ….?

B. Pola Asuh Orang tua

Pola asuh adalah penerapan metode bimbingan dan teknik bimbingan orang tua kepada anak, orang tua memberikan pendidikan berupa pengajaran, pembelajaran dan kasih sayang (bimbingan) terhadap anaknya. Orang tua biasanya mengasuh anak-anak dengan cara berbeda.

Disini penulis akan menjelaskan bagaimana hasil wawancara dengan orang tua terhadap akhlak anak usia 6-10 tahun dikomplek Sekretariat Negara RI Kebon Nanas Tangerang. Yaitu mereka ada yang menggunakan teknik demokratis dalam memberikan pola asuhnya terhadap anaknya. Demokratis dalam memberikan pola asuhnya terhadap anaknya. Demokratis disini maksudnya


(51)

kehidupannya, akan tetapi orang tua mengarahkan dengan nasehat, masukan dan cara yang berbed-beda .

Analisa Penelitian

Pola asuh orang tua terhadap akhlak anak usia 6 -10 tahun di komplek Sekretariat Negara RI Kebon Nanas Tangerang. Analisa bertujuan menjelaskan hasil penelitian dari gambaran peneliti tentang hasil umum temuan dilapangan ditempat yang diteliti yaitu Komplek Sekretariat Negara RI Tangerang. Peneliti melakukan penelitian disana bertujuan sebagai tugas akhir skripsi dan mengamati proses pola asuh yang orang tua berikan kepada anak usia 6 -10 tahun komplek Sekretariat Negara RI Tangerang. Peneliti melakukan penelitian ini dengan metode yang digunakan kualitatif deskripsi analisa. Yaitu metode yang digunakan dengan teknik wawancara dan menganalisa pola asuh orang tua tentang bagaimana membentuk akhlak anak usia 6 -10 tahun.

Mudah-mudahan apa yang diteliti disana bermanfaat untuk orang tua, anak peneliti sendiri sebagai tugas skripsi tingkat akhir jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam. Fakultas Dakwah dan Komunikasi di Universita Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(52)

45 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang di dapat adapun kesimpulan dari bentuk bimbingan kisah yang diberikan di Komplek Sekretariat Negara ini adalah sebagai berikut :

1. Orang tua menceritakan sebuah pola asuh yang diberikan pada anaknya dimulai, dari usia 6 -10 tahun dengan pembentukan akhlak terhadap anaknya.

2. Ada beberapa metode dan cara yang diberikan terhadap anak dalam mengasuh anaknya.

3. Orang tua menerapkan kisah-kisah Islami seperti Kisah Nabi dan Rasul, para Sahabat, orang-orang shaleh, serta akhlak sebagai anak terhadap orang tua.

Berdasarkan hasil dari observasi yang saya lakukan bahwa pengaruh kisah amatlah besar bagi pembentukan akhlak anak, karena pesan moral yang kita sampaikan lewat kisah tidak bersifat menggurui. Adapun pengaruh yang terlihat pada diri anak adalah kejujuran, keberanian, kesahalehan, serta dapat membawa anak untuk lebih mengenal dunia anak yang mempunyai kepribadian akhlak baik terhadap orang tua dan pribadi anak.


(53)

B. Saran

1. Saran Kepada Orang Tua

Diharapkan dapat meluangkan waktu untuk mengasuh kepada anaknya, karena :

a. Jika kita terbiasa memberikan pola asuh terhadap akhlak pada anak akan tercipta hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. b. Anak akan mencintai orang tua dan dirinya sendiri dengan akhlak yang

diajarkan pada anak

c. Anak belajar mengenal kehidupan. 2. Saran Kepada Anak

a. Mempunyai tema yang menarik ketika bercerita

b. Dapat mengekpresikan diri dengan baik agar dapat menarik perhatiannya terhadap teman seusianya yaitu 6 -10tahun

c. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak dalam pola asuh yang diberikan orang tuanya.

3. Kepada Pengurus warga di Komplek Sekretaris Negara

a. Agar lebih diperbanyak kegiatan yang mendekatkan pribadi anak dan orang tua dalam nilai akhlak, Agama, moral dan pendidikan.

b. Mempunyai tempat khusus untuk anak-anak bermain dengan se usianya.

c. Diharapkan membuat perpustakaan agar murid-murid nyaman pada saat membaca buku cerita.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hafizh, Muhammad Nur, Mendidik Anak Bersama Rasulullah SAW, (Bandung: Penerbit al-Bayan, 1999).

Al-Ghazali, imam, Ihya’ ‘Ulum al-Din, (Beirut: Dar al-Fikr). Al-Habsyi, Husin, Kamus al-Kautsar, Surabaya: Assegaf. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Depag.

Bahasa Indonesia, Kamus Besar, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988). Beirut, kamus al-Munjid: Maktabah al-Katulikiyah.

Bin Said al-Zahrani, Musfir, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005) Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Gema Risalah

Press, 1992).

http://ilmu-psikologi.blogspot.com/2009/05.

http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/ pembinaan aqidah bagi-anak

http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/peranan-keluarga-dalam-menentukan-tingkat-disiplin-anak.

Hurlock, Elisabeth B., Psikologi Perkembangan “suatu Pendekatan Sepanjang Masa, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008).

Indonesia, Ensiklopedi Nasional (Bekasi: PT Delta Pamungkas, 2004).

Ismatu Ropi, Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desertasi, (Jakarta: UIN dan CeQDA, 2007)

Mahfuzh, jamaluddin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003)..

Miskawaih, ibn, Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, (Mesir: Mathba’ah al-Mishriyah, 1934).

Musfir bin Said al-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Cet. Ke- I, h.395-396.


(55)

(56)

BIODATA ORANG TUA RESPONDEN SKRIPSI Pola Asuh Orang Tua terhadap Pembentukan Akhlak Anak

Usia 6-10 Tahun Di Komplek Sekneg RI Kebon Nanas Tangerang

Nama Orang Tua

Ayah : H. Iskandar

Ibu : Hj. Siti Isroni

Nama Anak : Via Kanaya Anggita

Usia Anak : 9 Tahun

Agama Orang Tua

Ayah : Islam

Ibu : Islam

Alamat lengkap Orang tua : Komplek Sekneg Blok D5/16A Panunggangan Utara Tangerang

Pendidikan Orang Tua : Sarjana

Pekerjaan Orang Tua : Wira Swasta

NAMA PENELITI SKRIPSI


(57)

10 KERANGKA PERTANYAAN SKRIPSI RESPONDEN

Pola asuh orang ma terhadap penibentukan akhlak anak usia 6-10 tahan di komplek Sekneg RI kebon nanas tangerang

1. Apakah pengertian pola asuh terhadap anak menurut bapak dan ibu ? 2. Dalam pola asuh (ilmu psikology) pola asuh terbagi empat, yaitu otoriter

,Demokratis , permisif dan pelantar . dan empat pola asuh diatas manakah yang bapak dan ibu terapkan terhadap anak anda ?

3. Kenapa menggunakan pola asuh tersebut ?

4. Apakah dampak terhadap anak dengan pola asuh tersebut ?

5. Berhasilkah pola asuh yang anda terapkan di pribadi anak ( kehidupan ) ? 6. Hasil apakah yang telah dicapai dan didapatkan dengan pola asuh terhadap

anak yang bapak dan ibu terapkan ?

7. Bagamana sikap anak terhadap orang tua setelah diterapkan pola asuh tersebut ?

8. Siapa sajakah yang berperan dalam mendidik anak untuk membentuk akhlak anak anda ?

9 Bagairnana cara bapak dan ibu menggabungkan pola asuh keluarga dengan ilmu agama , sopan santun dan pendidikan anak ?

10Apakah bapak dan ibu yakin dengan pola asuh yang diberikan anak anda berhasil ?

Dengan diberikan pertanyaan terhadap responden yaitu orang tua ,saya berharap anda dapat membantu memberikan informasi untuk penelitian skripsi saya tentang “POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK UMUR 6-10 TAHUN DI KOMPLEK SEKNEG RI KEBON NANAS TANGERANG.”

NAMA PENELITI SKRIPSI


(58)

Jawaban

1. Mendidik anak dengan memberitahu yang harus diketahui oleh anak dan bila anak tidak mengerti kita wajib membimbing dan memberitahu 2. Demokratis

3. Karena pola tersebut anak juga mempunyai hak untuk mengeluarkan pendapat dan kita sebagai orang tua tidak selalu benar

4. Anak dekat dengan orang tua mengutarakan pendapatnya, jujur 5. Berhasil

6. Setelah anak beraktivitas selalu bercerita 7. Menyayangi dan menghormati

8. Seluruh anggota keluarga terutama kedua orang tua

9. Diajarkan untuk sholat lima waktu, menghormati yang lebih tua, kewajiban untuk sekolah formal dan non formal (les)


(59)

BIODATA ORANG TUA RESPONDEN SKRIPSI Pola Asuh Orang Tua terhadap Pembentukan Akhlak Anak

Usia 6-10 Tahun Di Komplek Sekneg RI Kebon Nanas Tangerang

Nama Orang Tua

Ayah : Momon Surahman

Ibu : Siti Aminah

Nama Anak : Muhamad Luthgfiana Rahman

Usia Anak : 8 Tahun

Agama Orang Tua

Ayah : Islam

Ibu : Islam

Alamat lengkap Orang tua : Komplek Sekneg Blok D1/34 Pinang - Tangerang

Pendidikan Orang Tua : SMA

Pekerjaan Orang Tua : P N S

NAMA PENELITI SKRIPSI


(60)

10 KERANGKA PERTANYAAN SKRIPSI RESPONDEN

Pola asuh orang ma terhadap penibentukan akhlak anak usia 6-10 tahan di komplek Sekneg RI kebon nanas tangerang

9. Apakah pengertian pola asuh terhadap anak menurut bapak dan ibu ? 10.Dalam pola asuh (ilmu psikology) pola asuh terbagi empat, yaitu otoriter

,Demokratis , permisif dan pelantar . dan empat pola asuh diatas manakah yang bapak dan ibu terapkan terhadap anak anda ?

11.Kenapa menggunakan pola asuh tersebut ?

12.Apakah dampak terhadap anak dengan pola asuh tersebut ?

13.Berhasilkah pola asuh yang anda terapkan di pribadi anak ( kehidupan ) ? 14.Hasil apakah yang telah dicapai dan didapatkan dengan pola asuh terhadap

anak yang bapak dan ibu terapkan ?

15.Bagamana sikap anak terhadap orang tua setelah diterapkan pola asuh tersebut ?

16.Siapa sajakah yang berperan dalam mendidik anak untuk membentuk akhlak anak anda ?

9 Bagairnana cara bapak dan ibu menggabungkan pola asuh keluarga dengan ilmu agama , sopan santun dan pendidikan anak ?

10Apakah bapak dan ibu yakin dengan pola asuh yang diberikan anak anda berhasil ?

Dengan diberikan pertanyaan terhadap responden yaitu orang tua ,saya berharap anda dapat membantu memberikan informasi untuk penelitian skripsi saya tentang “POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK UMUR 6-10 TAHUN DI KOMPLEK SEKNEG RI KEBON NANAS TANGERANG.”

NAMA PENELITI SKRIPSI


(61)

Jawaban

1. Cara mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari 2. Demokratis

3. Dengan cara tersebut kita bisa mengetahui apa yang sebenarnya di inginkan anak dan ada potensi apa yang di miliki anak tersebut 4. Dampaknya anak tersebut bisa bebas berekspresi berekperimen sesuai

dengan keinginannya

5. Berhasil / walau belum memuaskan

6. Baik menerima dengan segala kemampuannya 7. Anak bisa lebih mandiri

8. Orang tua, guru, lingkungan

9. Caranya dengan menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari 10.Yakin


(62)

BIODATA ORANG TUA RESPONDEN SKRIPSI Pola Asuh Orang Tua terhadap Pembentukan Akhlak Anak

Usia 6-10 Tahun Di Komplek Sekneg RI Kebon Nanas Tangerang

Nama Orang Tua

Ayah : Moh. Hasyim

Ibu : Endah Purwani

Nama Anak : Yola Evita Ningrum

Usia Anak : 10 Tahun

Agama Orang Tua

Ayah : Islam

Ibu : Islam

Alamat lengkap Orang tua : Komplek Sekneg Blok D2 No. I

Panunggangan Utara Cipondoh Tangerang

Pendidikan Orang Tua : Sarjana

Pekerjaan Orang Tua : Pegawai Negeri Sipil

NAMA PENELITI SKRIPSI


(63)

10 KERANGKA PERTANYAAN SKRIPSI RESPONDEN

Pola asuh orang ma terhadap penibentukan akhlak anak usia 6-10 tahan di komplek Sekneg RI kebon nanas tangerang

17.Apakah pengertian pola asuh terhadap anak menurut bapak dan ibu ? 18.Dalam pola asuh (ilmu psikology) pola asuh terbagi empat, yaitu otoriter

,Demokratis , permisif dan pelantar . dan empat pola asuh diatas manakah yang bapak dan ibu terapkan terhadap anak anda ?

19.Kenapa menggunakan pola asuh tersebut ?

20.Apakah dampak terhadap anak dengan pola asuh tersebut ?

21.Berhasilkah pola asuh yang anda terapkan di pribadi anak ( kehidupan ) ? 22.Hasil apakah yang telah dicapai dan didapatkan dengan pola asuh terhadap

anak yang bapak dan ibu terapkan ?

23.Bagamana sikap anak terhadap orang tua setelah diterapkan pola asuh tersebut ?

24.Siapa sajakah yang berperan dalam mendidik anak untuk membentuk akhlak anak anda ?

9 Bagairnana cara bapak dan ibu menggabungkan pola asuh keluarga dengan ilmu agama , sopan santun dan pendidikan anak ?

10Apakah bapak dan ibu yakin dengan pola asuh yang diberikan anak anda berhasil ?

Dengan diberikan pertanyaan terhadap responden yaitu orang tua ,saya berharap anda dapat membantu memberikan informasi untuk penelitian skripsi saya tentang “POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK UMUR 6-10 TAHUN DI KOMPLEK SEKNEG RI KEBON NANAS TANGERANG.”

NAMA PENELITI SKRIPSI


(64)

Jawaban

1. Pola asuh anak adalah Cara mendidik anak dalam hal pendidikan dan bersosialisasi terhadap, tetangga dan orang tua.

2. Demokratis

3. Karena mendidik anak tidak boleh terlalu keras dan selalu diatus oleh orang tua kasih kesempatan anak untuk menentukan pilihannya yang penting tidak melanggar norma-norma yang ada.

4. mudah-mudahan anak mengerti dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah di lakukan

5. mudah-mudahan berhasil

6. Disiplin dalam hal sekolah, belajar, bertanggung jawab, mengerjakan tugas sekolah.

7. Anak biasanya enjoy menjalaninya 8. Bapak dan Ibu

9. Belajar ngaji dan sholat 5 waktu harus menghargai orang lain dan orang tua

10.Itu semua kembali ke anak. Orang tua hanya mendidik dan mengajarkan yang benar sesuai norma Agama.


(65)

BIODATA ORANG TUA RESPONDEN SKRIPSI Pola Asuh Orang Tua terhadap Pembentukan Akhlak Anak

Usia 6-10 Tahun Di Komplek Sekneg RI Kebon Nanas Tangerang

Nama Orang Tua

Ayah : Sutardi

Ibu : Turah

Nama Anak : Inna Kurniaji

Usia Anak : 8 Tahun

Agama Orang Tua

Ayah : Islam

Ibu : Islam

Alamat lengkap Orang tua : Komplek Sekneg Blok D 2 No. 14 Cipondoh Tangerang

Pendidikan Orang Tua : S1

Pekerjaan Orang Tua : PNS

NAMA PENELITI SKRIPSI


(1)

Penulis

6. Hasil apakah yang telah dicapai dan didapatkan dengan pola asuh terhadap anak yang bapak dan ibu terapkan ?

Orang tua :

Disiplin dalam hal sekolah, belajar, bertanggung jawab, mengerjakan tugas sekolah.

Penulis :

7. Bagamana sikap anak terhadap orang tua setelah diterapkan pola asuh tersebut ?

Orang tua :

Anak biasanya enjoy menjalaninya Penulis :

8. Siapa sajakah yang berperan dalam mendidik anak untuk membentuk akhlak anak anda ?

Orang tua :

Bapak dan Ibu Penulis :

9. Bagaimana cara bapak dan ibu menggabungkan pola asuh keluarga dengan ilmu agama , sopan santun dan pendidikan anak ?

Orang tua :

Belajar ngaji dan sholat 5 waktu harus menghargai orang lain dan orang tua

Penulis :

10.Apakah bapak dan ibu yakin dengan pola asuh yang diberikan anak anda berhasil ?

Orang tua :

Itu semua kembali ke anak. Orang tua hanya mendidik dan mengajarkan yang benar sesuai norma Agama.


(2)

Wawancara Peneliti dengan Orang Tua

Keluarga Bapak : Sutardi Ibu : Turah Pertanyaan dan Jawaban

Penulis:

1. Apakah pengertian pola asuh terhadap anak menurut bapak dan ibu ? Orang tua :

Cara mendidik dan mengarahkan anak untuk belajar Agama, sikap, tingkah laku dan berinteraksi di manapun berada.

Penulis:

2. Dalam pola asuh (ilmu psikology) pola asuh terbagi empat, yaitu otoriter Demokratis , permisif dan pelantar . dan empat pola asuh diatas manakah yang bapak dan ibu terapkan terhadap anak anda ? Orang tua :

Demokratis Penulis :

3. Kenapa menggunakan pola asuh tersebut ? Orang tua :

Agar dapat menghargai pendapat orang lain Penulis :

4. Apakah dampak terhadap anak dengan pola asuh tersebut ? Orang tua :

Membiasakan musyawaha dalam mengambil keputusan Penulis:

5. Berhasilkah pola asuh yang anda terapkan di pribadi anak (kehidupan)?

Orang tua :

Menurut ukuran saya cukup berhasil Penulis


(3)

Prestasi belajar formal / Non formal mendapat prestasi Penulis :

7. Bagamana sikap anak terhadap orang tua setelah diterapkan pola asuh tersebut ?

Orang tua :

Patuh terhadap aturan yang pernah diajukan Penulis :

8. Siapa sajakah yang berperan dalam mendidik anak untuk membentuk akhlak anak anda ?

Orang tua :

Kedua orang tua / keluarga dan Bapak/ ibu guru Penulis :

9. Bagairnana cara bapak dan ibu menggabungkan pola asuh keluarga dengan ilmu agama , sopan santun dan pendidikan anak ?

Orang tua :

Agama sangat berperan penting, jika agamanya sudah baik yang lain akan mengikutin

Penulis :

10.Apakah bapak dan ibu yakin dengan pola asuh yang diberikan anak anda berhasil ?

Orang tua :

Yakin yakinnya-yakinnya, namun Allah adalah penentunya

Orang tua Penulis


(4)

Wawancara Peneliti dengan Orang Tua

Keluarga Bapak : Urip Mugiyono Ibu : Sri Suprapti Pertanyaan dan Jawaban

Penulis:

1. Apakah pengertian pola asuh terhadap anak menurut bapak dan ibu ? Orang tua :

Tata Cara atau cara mengasuh dan mendidik orang tua pada anak Penulis:

2. Dalam pola asuh (ilmu psikology) pola asuh terbagi empat, yaitu otoriter Demokratis , permisif dan pelantar . dan empat pola asuh diatas manakah yang bapak dan ibu terapkan terhadap anak anda ? Orang tua :

Kadang demokratis kadang keras Penulis :

3. Kenapa menggunakan pola asuh tersebut ? Orang tua :

Karena dilihat anaknya kalau bisa diajak ngomong pelan bisa tidak pakai ngomong yang keras

Penulis :

4. Apakah dampak terhadap anak dengan pola asuh tersebut ? Orang tua :

- Penulis:

5. Berhasilkah pola asuh yang anda terapkan di pribadi anak (kehidupan)?

Orang tua : -


(5)

terhadap anak yang bapak dan ibu terapkan ? Orang tua :

- Penulis :

7. Bagamana sikap anak terhadap orang tua setelah diterapkan pola asuh tersebut ?

Orang tua : - Penulis :

8. Siapa sajakah yang berperan dalam mendidik anak untuk membentuk akhlak anak anda ?

Orang tua :

Guru Orang tua Penulis :

9. Bagairnana cara bapak dan ibu menggabungkan pola asuh keluarga dengan ilmu agama , sopan santun dan pendidikan anak ?

Orang tua : - Penulis :

10.Apakah bapak dan ibu yakin dengan pola asuh yang diberikan anak anda berhasil ?

Orang tua :

Semoga berhasil

Orang tua Penulis


(6)