3.13 Kerangka Pemecahan Masalah
Tidak
Ho diterima Ho ditolak
gambar 3.2 Kerangka Konseptual Start
Pengumpulan data
Uji normalitas data
Uji Validitas Uji Realibilitas
Analisis Jalur
Uji Asumsi Klasik
Uji Hipotesis Uji t Jalur dihilangkan
trimming theori
Perhitungan pengaruh langsung dan tidak
langsung
Pembahasan Kesimpulan dan saran
STOP
Keterangan: a.
Start merupakan berbagai persiapan materi untuk mencari data. b.
Pengumpulan data yaitu mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian melalui wawancara dan penyebaran kuisioner.
c. Data yang diperoleh lalu diuji dengan uji instrumen yaitu uji validitas dan
uji reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana kendala instrumen yang dipengaruhkan apakah sudah sesuai. Jika tidak sesuai maka dilakukan
kembali pengumpulan data untuk diuji validitas dan realibitas kembali. d.
Setelah data valid dan reliable, maka data diolah dengan menggunakan analisis jalur path analysis.
e. Data dianalisis menggunakan analisis jalur untuk mengetahui pengaruh
langsung ataupun tidak langsung dari beberapa variabel yang ada. f.
Uji asumsi klasik. Setelah di uji analisis jalur maka pengolahan data selanjutnya pengujian asumsi klasik, dimana harus memenuhi kriteria tidak
ada multikolinieritas, tidak ada heteroskedastisitas. g.
Melakukan uji hipotesis yaitu uji t untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terkait:
Dibagi menjadi 2 tahapan,yaitu: 1 Berdasarkan perhitungan uji t, jika jalur terbukti signifikan maka
dapat dilakukan perhitungan pengaruh langsung dan tidak langsung. 2 Berdasarkan perhitungan uji t, jika terdapat jalur yang tidak signifikan
maka harus dilakukan perhitungan ulang dengan dengan
menghilangkan jalur yang menurut pengujian tidak signifikan Trimming Theory.
h. Pembahasan.
i. Menyimpulkan hasil penelitian.
j. Stop yaitu dari penelitian yang dilakukan.
34
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Kejaksaan Negeri
Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara terutama pelaksanaan tugas dan kewenangan di bidang penuntutan dan
melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang penyidikan dan penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di Indonesia. Pada zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan Majapahit,
istilah dhyaksa, adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan jabatan tertentu di kerajaan. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari
kata-kata yang sama dalam bahasa sansekerta. Seorang peneliti Belanda, W.F. Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa
adalah pejabat negara pada zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya di saat Prabu Hayam Wuruk tengah berkuasa 1350-1389 M. Dhyaksa adalah hakim yang
diberi tugas untuk menangani masalah peradilan dalam sidang pengadilan. Para dhyaksa ini dipimpin oleh seorang adhyaksa, yakni hakim tertinggi yang
memimpin dan mengawasi para dhyaksa tadi. Pernyataan ini didukung peneliti lainnya yakni H.H. Juynboll, yang
mengatakan bahwa adhyaksa adalah pengawas opzichter atau hakim tertinggi oppenrrechter. Krom dan Van Vollenhoven, juga seorang peneliti Belanda,
bahkan menyebut bahwa patih terkenal dari Majapahit yakni Gajah Mada, juga adalah seorang adhyaksa.
Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevansinya dengan jaksa dan Kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie, Lembaga ini yang
menitahkan pegawai-pegawainya berperan sebagai Magistraat dan Officier van Justitie di dalam sidang Pengadilan Negeri Landard, Jurisdictie Geschillen
Pengadilan Yustisi dan Hooggerechtshof Mahkamah Agung dibawah perintah langsung dari Asisten PresidenResiden.