Kebijakan Pengupahan Belum Mencapai Upah Yang Layak

5. Untuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasran dengan pencapaian target. 6. Memberikan masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik. Undang-undang No.13 Tahun 2003 belum berjalan dengan sebagaimana mestinya. Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana undang-undang ini dapat mencapai sasaran sesuai dengan yang diinginkan. Beberapa hal yang perlu dievaluasi dalam UU ini akan dijelaskan penulis.

1. Kebijakan Pengupahan Belum Mencapai Upah Yang Layak

Upah yang layak bagi buruh masih menjadi pokok tuntutan yang paling penting dalam perjuangan buruh. Perdebatan tentang nilai upah yang telah disepakati baik oleh buruh dan pengusaha masih terus berlangsung. Dalam satu sisi, buruh menganggap bahwa upah yang mereka terima tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka, ditambah lagi dengan kenaikan-kenaikan harga barang- barang setiap tahun. Sementara di sisi lain, pengusaha sering menganggap bahwa kenaikan upah buruh akan menambah biaya untuk produksi sehingga pengusaha terkesan enggan dalam membicarakan tentang upah. Upah adalah balasan terhadap buruh ketika telah memberikan hasil kerjanya kepada pengusaha. Dalam UU No.13 Tahun 2003 dijelaskan bahwa upah adalah hak buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari Universitas Sumatera Utara pengusaha atau pemberi kerja kepada buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjanjian kerja, kesepakatan kerja atau peraturan perundang- undangan termasuk tunjangan bagi buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan danatau jasa yang telah atau akan dilakukan. Besarnya upah yang diterima oleh buruh ditentukan oleh banyak faktor antara lain status kerja, waktu lembur, tunjangan-tunjangan, UMP dan lain-lain. Seperti yang tertera dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 88 bahwa ” setiap pekerjaburuh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan untuk melindungi pekerjaburuh. Selain diatur dalam UU No.13 Tahun 2003, persoalan pengupahan dan perlindungan buruh banyak diatur dalam surat edaran Menaker, Peraturan Menteri, Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menaker. Tujuannya agar peraturan yang cukup jelas mengenai pengupahan terutama penghitungan upah sehingga harapannya para buruh tahu upah yang semestinya didapatkan. Dalam kebijakan pengupahan yang melindungi buruh untuk memenuhi penghidupan yang layak dalam pasal 88 UU No.13 Tahun 2003 terdiri dari : a. Upah Minimum b. Upah Kerja Lembur c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan Universitas Sumatera Utara d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaan e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya. f. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah g. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional h. Upah untuk pembayaran pesangon; upah untuk penghitungan pajak penghasilan i. Bentuk dan cara pembayaran upah j. Denda dan potongan upah Selain Penetapan Upah Minimum provinsi perlindungan terhadap upah juga dilakukan dengan pembayaran upah pekerja menurut waktu yang ditetapkan. Sehingga jika pengusaha terlambat dalam membayar upah maka pengusaha wajib memberikan tambahan upah bunga sesuai dengan Peraturan Pemerintah dan apabila pengusaha dinyatakan pailit maka upah pekerja merupakan hutang yang harus didahulukan dan buruh juga diberi Tunjangan Hari Raya bagi buruh yang telah mempunyai masa kerja 3 tiga bulan secara terus menerus atau lebih. Pengaturan pengupahan ditetapkan atas kesepakatan pengusaha dan buruhSerikat buruh serta tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 91 UU No.13 Tahun 2003. Dalam Penetapan Upah Minimum Provinsi UMP Tahun 2014 Gubernur Sumatera Utara memutuskan, Kesatu : Upah Minimum Kota Pematangsiantar Tahun 2014 sebesar Rp. 1.506.000 Satu Juta Lima Ratus Enam Universitas Sumatera Utara Ribu Rupiah per bulan. Kedua: Upah Minimum Kota Pematangsiantar sebagaimana dimaksud pada Diktum Kesatu merupakan upah terendah dan hanya berlaku bagi Pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 satu tahun, sedang untuk pekerja yang mempunyai masa kerja 1satu tahun atau lebih dibandingkan secara Bipartit antara PekerjaBuruh atau Serikat PekerjaBuruh dengan pengusaha di Perusahaan yang bersangkutan secara musyawarah dan dimuat dalam materi kesepakatan kerja. Ketiga : Perusahaan yang telah memberikan upah lebih tinggi dari Ketetapan Upah Minimum Kota Pematangsiantar Tahun 2014 yang ditetapkan dalam Keputusan Gubernur ini, dilarang untuk mengurangi atau menurunkan upah. Keempat : Bagi perusahaan besar dan mampu membayar upah di atas upah Minimum Kota Pematangsiantar yang ditetapkan dalam Keputusan Gubernur ini dapat dirundingkan secara Bipartit antara Pekerja atau Serikat PekerjaBuruh dengan pengusaha di Perusahaan yang bersangkutan secara musyawarah dan dimuat dalam materi Kesepakatan Kerja. Kelima : Keputusan Gubernur mulai berlaku pada tanggal 01 Januari 2014. 21 Berdasarkan hasil survei dengan beberapa buruh yang mengatakan bahwa tingkat upah minimum belum dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal ini disebabkan karena upah yang diterima buruh masih lebih kecil daripada pengeluaran riil buruh. Rendahnya daya beli upah minimum sering sekali dijadikan patokan pengupahan oleh pengusaha dan bahkan upah minimum dijadikan pengusaha menjadi upah maksimum. 21 Dapat dilihat pada Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.188.44933KPTSTahun 2013. Universitas Sumatera Utara Upah minimum yang seharusnya diberikan kepada buruh dengan masa kerja di bawah satu tahun diberikan kepada semua buruh dengan masa kerja hingga belasan tahun. Sehingga hal ini tentu saja bertentangan dengan undang- undang. Ketidakmampuan upah minimum untuk memenuhi kebutuhan hidup layak menjadi masalah bagi buruh, pengusaha dan pemerintah sekaligus. Di sisi buruh, rendahnya daya beli upah minimum terhadap kebutuhan buruh menyebabkan buruh harus hidup hemat. Dasar pemikiran penetapan upah minimum adalah bahwa upah minimum merupakan langkah untuk mencapai penghasilan yang layak untuk mencapai kesejahteraan buruh dengan memperhatikan aspek produktivitas dan kemajuan perusahaan. Penetapan kebijakan upah minimum yang dibuat oleh pemerintah didasarkan pada kebutuhan hidup minimum, indeks harga konsumen, kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan, tingkat upah yang berlaku, keadaaan pasar, tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi dan pndapatan per kapita. Dalam penetapan upah minimum, Dewan Pengupahan memegang peranan yang paling penting ang berfungsi untuk merumuskan besar upah minimum yang menjadi dasar penetapan upah minimum oleh Kepala Daerah. Dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dijelaskan bahwa upah minimum yang diterima buruh diharapkan dapat mencapai tahap kehidupan yang layak. Universitas Sumatera Utara Tetapi sejak ditetapkan, pelakasanaan upah minimum belum dapat berjalan dengan lancar. Di sisi pengusaha, persoalan meliputi keberatan pengusaha terhadap kenaikan tahunan upah minimum yang dianggap sebagai beban bagi pengusaha dan sisi buruh persoalan yang muncul adalah tidak patuhnya pengusaha terhadap ketentuan kenaikan upah minimum. Dalam wawancara dengan seorang buruh yang mengatakan : Undang-undang ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 ini memberikan secara jelas tentang pekerja buruh, tetapi sampai saat ini belum dapat kami rasakan dengan baik. Jika undang-undang tersebut sudah berjalan sebagaimana mestinya maka kami tidak akan melakukan demo kepada perusahaan. Penghitungan upah yang tidak transparan yang kami rasakan menuntut kami untuk menguji undang-undang tersebut kepada pemerintah. Kami berharap pemerintah dapat membantu kami dalam memperoleh upah yang seharusnya menjadi hak kami. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi undang-undang tenaga kerja tentang pengupahan untuk mewujudkan kesejahteraan buruh belum dapat terwujud dengan baik. Kurangnya kesadaran pengusaha dalam mewujudkan kesejahteraan buruh menjadi faktor penghambat implementasi undang-undang ini. Selain itu pengawasan yang kurang dari pemerintah menyebabkan masih banyaknya perusahaan yang memberikan upah di bawah standar upah minimum. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua SBSI DPC Kota Pematangsiantar, mengatakan bahwa : Dalam pengimplementasiannya UU No.13 Tahun 2003 khususnya dalam pengupahan belum dapat sepenuhnya berjalan dengan semestinya sebab tidak dapat dipungkiri masih banyaknya pengusaha yang berusaha mendapatkan keuntungan yang besar tanpa memperhatikan kesejahteraan Universitas Sumatera Utara buruh. Keuntungan yang tidak maksimal sering menjadi alasan pengusaha untuk memberikan upah buruh di bawah Upah Minimum Provinsi yang telah ditentukan. Namun dalam hal ini SBSI sebagai penyeimbang dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan buruh harus dapat bernegoisasi dan berunding dengan pengusaha sebab jika keuntungan tidak maksimal atau bahkan mengalami kerugian seharusnya perusahaan tersebut tutup dan tidak memaksakan untuk memperkerjakan buruhnya. 22 Upah Minimum Provinsi yang telah ditetapkan pemerintah adalah acuan minimal pengusaha dalam memberikan upah kepada buruh sehingga sangat ironis jika dalam realitanya pengusaha mampu memberikan upah di bawah UMP yang sudah ditetapkan terkhusus di kota Pematangsiantar. Upah yang diterima buruh merupakan salah satu indikator kesejahteraan buruh. Sebab dengan penghasilan yang diterimanya buruh dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu sebagai salah satu alternatif yang membantu perekonomian buruh SBSI mendirikan sebuah Koperasi Buruh yang bertujuan untuk membantu buruh apabila membutuhkan pinjaman atau kebutuhan lainnya. Pemerintah juga harus dapat bersifat netral apabila terjadi konflik dan perselisihan antara pengusaha dengan buruh. SBSI bukanlah Serikat Buruh yang berusaha menekan kaum pengusaha namun SBSI berusaha untuk menyeimbangkan kepentingan antara kaum buruh dengan pengusaha agar dalam hubungan industri buruh dengan pengusaha dapat berlangsung dengan baik tanpa ada pihak yang dirugikan. Sebab sangat ironis jika pemerintah lebih memihak kepentingan pengusaha daripada kepentingan buruh. 22 Wawancara dengan Ketua SBSI DPC Kota Pematangsiantar. Ramlan Sinaga. Februari 2014. Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Ketenagakerjaan yang ditetapkan oleh pemerintah akan melindungi buruh jika Undang-undang tersebut benar terlaksana namun seperti yang terjadi di lapangan bahwa upah dan kesejahteraan belum dapat dicapai dengan baik. Buruh adil dan sejahtera, masih jauh panggang dari api. Penghitungan upah yang tidak transparan menjadi penghalang buruh dalam menuntut transparansi haknya. Fasilitas perusahaan yang tidak memadai juga menjadi faktor penghambat kesejahteraan buruh. Sebab dalam memenuhi kebutuhan pokoknya buruh masih banyak mengalami kesulitan. Berhasilnya undang-undang ini akan lebih terjamin jika pemerintah benar-benar berpihak terhadap buruh, namun yang sering terjadi adalah kebijakan yang dibuat pemerintah hanya bersifat tertulis tanpa realisasi nyata. Kesejahteraan buruh merupakan suatu hal yang belum dapat diwujudkan pemerintah hingga saat ini. Sampai saat ini pemerintah belum dapat mewujudkan kesejahteraan buruh hal ini dapat kita lihat dari ketimpangan yang terjadi pengusaha lebih mudah diberikan jaminan dan fasilitas kredit oleh pemerintah sedangkan buruh belum dapat hidup sejahtera. Kebijakan pemerintah untuk menetapkan upah minimum merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mensejahterakan buruh. Upah minimum ini diharapkan dapat membantu peningkatan upah yang layak bagi kaum buruh. Kebijakan yang tertuang dalam Undang-undang No.13 Tahun 2003 khususnya dalam hal pengupahan pada awalnya mendapatkan respon yang positif dari kaum buruh. Hal ini karena buruh merasa lebih terjamin dalam memperoleh haknya. Universitas Sumatera Utara Tetapi yang terjadi adalah bahwa undang-undang yang dikeluarkan pemerintah ini belum mendapatkan hasil yang maksimal. Sebab walaupun undang-undang telah ditetapkan, pemerintah harus tetap siaga dalam mengawasinya. Yang terjadi saat ini adalah pemerintah hanya berfungsi sebagai pembuat kebijakan regulator saja dan untuk pengimplementasiannya diserahkan kepada pengusaha. Sebab dalam masalah pengupahan pengusaha dan buruh memiliki perbedaan kepntingan. Buruh membutuhkan upah yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sementara pengusaha akan berusaha untuk mendapatkan untung yang sebesar-besarnya. Demonstrasi yang dilakukan buruh menunjukkan bahwa mereka dengan ketidakberdayaannya berusaha untuk mendapatkan hak yang lebih baik. Sementara jika pemerintah tetap pada posisi yang tidak dapat menekan pengusaha maka undang-undang yang telah ditetapkan hanya akan sekedar undang-undang tanpa ada pengimplementasian yang jelas. Banyaknya tuntutan buruh terhadap upah yang layak menunjukkan bahwa pemerintah belum sepenuhnya berpihak kepada buruh. Seperti yang dikitakan Karl Marx bahwa negara bukanlah lembaga di atas masyarakat yang mengatur masyarakat tanpa pamrih melainkan merupakan alat dalam tangan kelas-kelas atas untuk mengamankan kekuasaan mereka. Jadi negara pertama-tama tidak bertindak demi kepentingan umum melainkan untuk kepentingan kelas atas. Begitu juga halnya dengan UU No.13 ini. Undang-undang ini akan berjalan dengan baik apabila negara bersikap tegas terhadap nasib buruh dan negara dapat menekan para pengusaha yang tidak mematuhi undang-undang yang telah ditetapkan Universitas Sumatera Utara pemerintah tetapi yang terjadi adalah bahwa pemerintah lebih sering berpihak kepada pengusaha.

2. Pemutusan Hubungan Kerja Sepihak Oleh Perusahaan