LATAR BELAKANG P E N D A H U L U A N

1

BAB I P E N D A H U L U A N

A. LATAR BELAKANG

Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak- lebih dari biasanya tiga kali dalam sehari. Di Indonesia penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, dimana insidens diare pada tahun 2000 yaitu sebesar 301 per 1000 penduduk, secara proporsional 55 dari kejadian diare terjadi pada golongan balita dengan episode diare balita sebesar 1,0 – 1,5 kali per tahun. 2,3,9 Secara operasional diare balita dapat dibagi 2 klasifikasi, yaitu yang pertama diare akut adalah diare yang ditandai dengan buang air besar lembekcair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya 3 kali atau lebih sehari dan berlangsung kurang dari 14 hari, dan yang kedua yaitu diare bermasalah yang terdiri dari disentri berat, diare persisten, diare dengan kurang energi protein KEP berat dan diare dengan penyakit penyerta. 8,9,24,36 Beberapa hasil survei mendapatkan bahwa 76 kematian diare terjadi pada balita, 15,5 kematian bayi dan 26,4 kematian pada balita disebabkan karena penyakit diare murni. Menurut hasil survei rumah tangga pada tahun 1995 didapatkan bahwa setiap tahun terdapat 112.000 kematian pada semua golongan umur, pada balita terjadi kematian 2,5 per 1000 balita. 8,9 Hasil Survei Kesehatan Nasional Surkesnas tahun 2002 mendapatkan prevalensi diare balita di perkotaan sebesar 3,3 dan di pedesaan sebesar 3,2 , dengan angka kematian diare balita sebesar 23 100.000 penduduk pada laki-laki dan 24100.000 penduduk pada perempuan, dari data tersebut kita dapat mengukur berapa kerugian yang ditimbulkan apabila pencegahan diare tidak dilakukan dengan semaksimal mungkin dengan mengantisipasi faktor risiko apa yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita. 2,3,29 Di Jawa Tengah pada tahun 2000 , 2001 dan 2002 terdapat kasus diare untuk semua golongan umur yaitu tahun 2000 sebanyak 509.424 kasus, tahun 2001 sebanyak 399.838 2 kasus dan tahun 2002 sebanyak 223.841 kasus sedangkan dari jumlah tersebut yang menyerang balita yaitu untuk tahun 2000 sebanyak 228.713 kasus 44,9 dan seluruh kasus, tahun 2001 sebanyak 163.239 kasus proporsi 40.83 dan tahun 2002 sebanyak 96.866 kasus proporsi 43,27 . Dari hasil survei tahun 2003 didapatkan angka kesakitan diare balita sebesar 25,5 , sedangkan angka kematian diare balita sebesar 1,2 per 1.000 balita. Dari laporan rutin puskesmas didapatkan angka kematian diare balita yaitu untuk tahun 2003 sebesar 0,011.000 balita, tahun 2002 sebesar 0,011000 balita dan tahun 2001 sebesar 0,021000 balita. Angka ini diperkirakan masih berada dibawah angka yang sebenarnya, karena penderita diare yang tidak dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit masih cukup banyak. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Semarang pada tahun 2001 jumlah kasus diare yang dilaporkan dari puskesmas dan Rumah Sakit yaitu sebanyak 34.464 kasus dimana 10.171 29,51 kasus pada balita, dimana angka kesakitan balita untuk tahun 2001 sebesar 12,6 , tahun 2002 sebesar 10,6 , tahun 2003 sebesar 9,2 dengan angka kematian diare balita untuk tahun 2001 sebesar 0,011000 balita, tahun 2002 sebesar 0,021000 balita dan tahun 2003 sebesar 0,0051000 balita. Sedangkan cakupan air bersih di Kabupaten Semarang tahun 2001 baru mencapai 64,19 , sedangkan cakupan jamban keluarga baru 87,43 dan rumah sehat baru 83,97 , tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Semarang 73,43 berpendidikan rendah dibawah SLTP, kebiasaan memberikan makanan tambahan dini pada bayi masih tinggi 10 Faktor risiko yang sangat berpengaruh untuk terjadinya diare pada balita yaitu status kesehatan lingkungan penggunaan sarana air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah, pembuangan air limbah dan perilaku hidup sehat dalam keluarga. Sedangkan secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam enam kelompok besar yaitu infeksi yang meliputi infeksi bakteri, virus dan parasit, malabsorpsi, alergi, keracunan keracunan bahan-bahan kimia, keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi baik jazad renik, ikan, buah-buahan, sayur-sayuran, algae dll, imunisasi, defisiensi dan sebab-sebab lain. 8,9,20 Upaya pemerintah dalam menanggulangi penyakit diare, terutama diare pada balita sudah dilakukan melalui peningkatan kondisi lingkungan baik melalui program proyek desa 3 tertinggal maupun proyek lainnya, namun sampai saat ini belum mencapai tujuan yang diharapkan, karena kejadian penyakit diare masih belum menurun. Apabila diare pada balita ini tidak ditangani secara maksimal dari berbagai sektor dan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi masyarakatpun diharapkan dapat ikut serta menanggulangi dan mencegah terjadinya diare pada balita ini, karena apabila hal itu tidak dilaksanakan maka dapat menimbulkan kerugian baik itu kehilangan biaya untuk pengobatan yang cukup besar ataupun dapat pula menimbulkan kematian pada balita yang terkena diare. 9,19,33 Dengan memperhatikan data-data tersebut diatas dimana di wilayah kerja Kabupaten Semarang kasus diare masih tinggi 34.464 kasus, diare balita sebanyak 29,51 dari seluruh kasus diare, padahal cakupan sarana kesehatan lingkungan sudah cukup memadai cakupan air bersih 64,19 , cakupan jamban keluarga 87,43 dan rumah sehat 83,97 . Untuk mengetahui kenapa penyakit diare pada balita di wilayah kerja Kabupaten Semarang masih tinggi, maka dilakukan penelitian ini, berdasarkan latar belakang diatas kami akan mencari faktor risiko apa saja yang mempengaruhi terjadinya penyakit diare terutama diare balita di Kabupaten Semarang.

B. PERUMUSAN MASALAH