Metode Penelitian DRAMATISME DALAM KAJIAN KOMUNIKASI

negosiasi. Pesan dirancang cenderung fleksibel, penuh wawasan, dan berpusat pada orang Ardianto, 2007 : 164 Berdasarkan logika pesan tersebut konstruktivisme ditinjau dari manajemen pemaknaan yang terkordinasi. Individu membuat interpretasi berdasarkan aturan–aturan sosialnya. Individu dalam situasi sosial pertama–tama didorong oleh keinginan untuk memahami apa yang sedang terjadi dan menerapkan aturan–aturan untuk mengetahui segala sesuatu. Pada tahap lanjutan individu bertindak atas dasar pemahaman mereka, dengan menggunakan aturan- aturan untuk memutuskan jenis tindakan yang sesuai. Pada titik inilah desain pesan dioperasikan oleh individu dalam tindak komunikasinya, desain pesan dilakukan agar tindakan dan pernyataan dapat menciptakan komunikasi yang interaktif.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja yang sistematis yang dipakai untuk memahami sesuatu subjek dan objek penelitian, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam– dalamnya. Penelitian kualitatif melibatkan banyak metode dalam menelaah masalah penelitiannya. Penggunaan metode menurut Mulyana 2004: 5 ini di maksudkan agar peneliti memperoleh pemahaman yang komprehensif holistik mengenai fenomena yang diteliti, sehingga dapat menjelaskan fenomena yang sedalam–dalamnya. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dapat memandang sesuatu baik hidup maupun benda atau lembaga yang sifat dan keadaannya akan diteliti. Universitas Sumatera Utara Penelitian ini dikerjakan dengan menggunakan pendekatan analisis wacana. Analisis wacana dalam studi linguistik merupakan reaksi dari bentuk linguistik formal yang lebih memperhatikan pada unit kata, frase, atau kalimat semata tanpa melihat keterkaitan di antara unsur tersebut. Analisis wacana adalah kebalikan dari linguistik formal, karena memusatkan perhatian pada level di atas kalimat, seperti hubungan gramatikal yang terbentuk pada level yang lebih besar dari kalimat. Analisis wacana dalam lapangan psikologi sosial diartikan sebagai pembicaraan. Wacana yang dimaksud di sini hampir mirip dengan struktur dan bentuk wawancara dan praktik dari pemakainya. Sementara dalam lapangan politik, analisis wacana adalah praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu subjek, dan lewat bahasa ideologi terserap di dalamnya, maka aspek inilah yang dipelajari dalam analisis wacana. Eriyanto, 2001: 3. Analisis wacana secara teoritis memiliki prinsip yang hampir sama dengan beberapa pendekatan metodologis, seperti analisis struktural, pendekatan dekonstruksionisme, interaksi simbolik dan hermeneutik, yang semuanya lebih menekankan pada pengungkapan makna yang tersembunyi Bungin, 2003: 152- 153. Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulisan ataupun lisan. Pengggunaan bahasa secara alamiah berarti penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam interaksi antarpenutur. Senada dengan itu Cook, menyatakan bahwa analisis wacana merupakan kajian wacana yang membahas tentang wacana sedangkan wacana adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Data dalam analisis wacana selalu berupa teks, baik teks lisan maupun tulisan. Teks di sini mengacu pada kalimat dalam ragam bahasa tulisan sedangkan ujaran yang digunakan untuk mengacu pada kalimat dalam ragam bahasa lisan. Sumber data dalam analisis wacana adalah para pemakai bahasa, namun jumlahnya terbatas seperti dalam kajian kasus. Analisis wacana pada umumnya bertujuan untuk mencari keteraturan bukan kaidah. Keteraturan itu berkaitan dengan keberterimaan di masyarakat. Analisis Universitas Sumatera Utara wacana cenderung tidak merumuskan kaidah secara ketat seperti dalam tata bahasa. Rani, 2004: 9. Analisis wacana dikatakan sebagai alternatif dari analisis isi, tentu saja hal itu bukan berarti analisis wacana lebih baik dari analisis isi kuantitatif. Kata alternatif digunakan untuk menunjukkan bahwa analisis wacana dapat melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif. Perbandingan di sini bukan dimaksudkan untuk mengatakan metode yang satu lebih baik dibandingkan metode yang lain, tetapi untuk menjelaskan setiap metode mempunyai karakter tersendiri, kelebihan dan kekurangan sendiri. Analisis wacana berbeda dengan apa yang dilakukan oleh analisis isi kuantitatif yaitu: pertama, analisis wacana dalam analisisnya lebih bersifat kualitatif dibandingkan dengan analisis isi yang umumnya kuantitatif. Analisis wacana lebih memperhitungkan pemaknaan teks dari pada penjumlahan unit kategori seperti dalam analisis isi. Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti. Isi dipandang bukan sebagai sesuatu yang mempunyai arti yang tepat, setiap teks pada dasarnya bisa dimaknai secara berbeda, dapat ditafsirkan secara beraneka ragam. Kedua, analisis isi kuantitatif pada umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat nyata manifest, sedangkan analisis wacana justru berpretensi memfokuskan pada pesan yang tersembunyi latent. Makna suatu pesan dengan demikian tidak dapat hanya ditafsirkan sebagai apa yang tampak nyata dalam teks, tetapi harus dianalisis dari makna yang tersembunyi. Pretensi analisis wacana adalah pada muatan, nuansa, dan makna yang laten dalam teks media. Ketiga, analisis kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” what, tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana ia mengatakan” how. Dalam pendekatan ini, pengandaian yang digunakan untuk memeriksa makna tersembunyi yang dimiliki wacana juga dapat dipelajari dan dibedah. Selain itu juga dapat dilihat bagaimana suatu peristiwa dapat digambarkan dengan sedikit atau banyak detil dalam teks. Intinya, semua elemen yang membentuk teks baik yang terlihat Universitas Sumatera Utara secara eksplisit maupun tersamar dapat dibedakan dengan analisis wacana. Keempat, analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi dengan beberapa asumsi. Salah satunya yaitu setiap peristiwa pada dasarnya selalu bersifat unik, karena itu tidak dapat diperlakukan prosedur yang sama yang diterapkan untuk isu dan kasus yang berbeda Eriyanto, 2001: 337-340

3.2 Subjek Penelitian