Pengertian Moralitas Tinjauan Pustaka
30 Piaget merangkum tingkatan-tingkatan dari perkembangan kognitif Barry, 1984:
26-27 sebagai berikut. 1.
The stage of sensori-motor intelligence 0-2 years. During this stage, behavior is primarily motor. The child does not yet internally represent
events and “think” conceptually, though “cognitive” developmentis seen as schermata are constructed.
2. The stage of preoperational thought 2-7 years. This stage is
characterized by development of language and other forms of representation and rapid conceptual development. Reasoning during this
stage prelogical or semilogical.
3. The stage of concrete operations 7-11 years. During these years, the
child develop the ability to apply logical thought to concrete problems. 4.
The stage of formal operations 11-15 years or older During this stage, the child’s cognitive structures reach their greatest level of development,
and the child becomes able to apply logical reasoning to all classes of problems.
Kohlberg mengemukakan teori perkembangan moral berdasarkan teori piaget yaitu dengan pendekatan organismik melalui tahap-tahap perkembangan yang
memiliki ukuran pasti dan berlaku secara universal. Selain itu, Kohlberg juga menyelidiki struktur proses berfikir yang mendasari perilaku moral moral
behavior . Adapun tahap-tahap perkembangan moral menurut Kohlberg Ronald
Duska dan Mariellen Whelan, 1982: 59-63 adalah sebagai berikut. I.
Tingkat Pra Konvensional Moralitas Pra-Konvensional Perilaku anak tunduk pada kendali eksternal:
Tahap 1: Orientasi pada kepatuhan dan hukuman. Anak melakukan sesuatu agar memperoleh hadiah dan tidak dapat hukuman.
Tahap 2: Relativisme Hedonism. Anak tidak lagi secara mutlak tergantung aturan yang ada. Mereka mulai menyadari bahwa setiap kejadian bersifat
relative dan anak lebih berorientasi pada prinsip kesenangan. II.
Tingkat Konvensional Moralitas Konvensional Fokusnya terletak pada kebutuhan social.
31 Tahap 3: Orientasi mengenai anak yang baik. Anak memperlihatkan
perbuatan yang dapat dinilai oleh orang lain. Tahap 4: Mempertahankan norma-norma social dan otoritas. Menyadari
kewajiban untuk melaksanakan norma-norma yang ada dan mempertahankan pentingnya keberadaan norma, artinya untuk dapat hidup secara harmonis,
kelompok social harus menerima peraturan yang telah disepakati bersama dan melaksanakannya.
III. Tingkat Post-Konvensional Moralitas Post-Konvensional
Individu mendasarkan pernilaian moral pada prinsip yang benar inheren. Tahap 5: Orientasi pada perjanjian antara individu dengan lingkungan
sosialnya. Pada tahap ini ada hubungan timbale balik antara individu dengan lingkungan sosialnya, artinya bila seseorang melaksanakan kewajiban yang
sesuai dengan tuntutan norma social, maka ia berharap akan mendapatkan perlindungan dari masyarakat.
Tahap 6: Prinsip Universal. Pada tahap ini ada norma etik dan norma pribadi yang bersifat subjektif. Artinya dalam hubungan antara seseorang dengan
masyarakat ada unsur-unsur subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan itu baiktidak baik.
Menurut Fatadal 2007: 134 tujuan pendidikan dalam pertimbangan moral adalah untuk mengusahakan perkembangan yang optimal bagi setiap individu. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan moral adalah lingkungan sosial, perkembangan kognitif, empati dan konflik kognitif.
32 Tujuan pendidikan moral adalah:
1. membantu peserta didik untuk dapat mengembangkan tingkah laku yang
secara moral baik dan benar. 2.
membantu peserta didik untuk dapat meningkatkan kemampuan refleksi secara otonom, dapat mengendalikan diri, dapat meningkatkan kebebasan
mental spiritula dan mampu mengkritisi prinsip-prinsip atau aturan- aturan yang sedang berlaku.
3. membantu peserta didik untuk menginternalisasi nilai-nilai moral,
norma-norma dalam rangka menghadapi kehidupan konkretnya. 4.
membantu peserta didik untuk mengadopsi prinsip-prinsip universal- fundamental, nilai-nilai kehidupan sebagai pijakan untuk pertimbangan
moral dalam menentukan suatu keputusan.
5. membantu peserta didik untuk mampu membuat keputusan yang benar,
bermoral, dan bijaksana. Adisusilo, 2012: 128.
Purwanti 2002: 25 mengemukakan adanya nilai moral yang perlu dikaji dan
dijadikan barometer serta fokus pendidikan karakter: 1.
dapat dipercaya trustworthy meliputi sifat jujur honesty dan integritas integrity
2. dapat memperlakukan orang lain dengan hormat treats people with
respect 3.
bertanggung jawab responsible 4.
adil fair 5.
kasih saying caring dan 6.
warga negara yang baik good citizen Selanjutnya Lewis A. Barbara 2004 : 57 mengemukakan adanya 10 pilar
moral yang terjabar sebagai berikut: 1.
peduli 2.
sadar akan hidup berkomunitas 3.
mau bekerja sama 4.
adil 5.
rela memaafkan 6.
jujur 7.
menjaga hubungan baik 8.
hormat terhadap sesama 9.
bertanggung jawab 10.
mengutamakan keselamatan
33 Lebih lanjut Megawangi 2005: 95 merangkum berbagai teori dan
menuangkannya dalam Sembilan karakter moral berikut ini: 1.
cinta Tuhan dengan segala ciptaanNya love ALLoh, trust 2.
disiplin, kemandirian dan tanggung jawab discipline, responsibility, excellence, self reliance, orderlines
3. keterbukaan, kejujuran, amanah dan bijaksana trust worthiness,
reliability, and honestly 4.
hormat dan santun respect, courtessy 5.
dermawan, suka menolong dan gotong royong caring emphaty, generousity, moderation, coorperation
6. percaya diri dan suka bekerja keras confidence, creativity, enthusiasm
7. keadilan justice, fairness
8. baik dan rendah hati kindness, modesty
9. peduli, toleransi, kedamaian dan persatuan tolerance, flexibility,
peacefulness