Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan Efisiensi Usaha Di PT. Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia (TSBI)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-I EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

PROSEDUR DAN PENGAWASAN PENJUALAN KREDIT GUNA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI USAHA DI PT.

TIRTA SIBAYAKINDO BERASTAGI INDONESIA (TSBI)

DIAJUKAN OLEH:

NAMA : NURHAYANI SIAGIAN

NIM : 040522149

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul :

“ Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan Efisiensi Usaha Di PT. Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia (TSBI) ”. Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 31 Maret 2010 Yang Membuat Pernyataan

( Nurhayani Siagian) NIM: 040522149


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak kenikmatan, anugrah, kekuatan dan keberkahan yang diberikanNYA kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Adapun judul skripsi yang disusun oleh penulis yaitu :

“Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan Efisiensi Usaha Di PT. Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia ( TSBI )”

Penulis telah banyak memperoleh bantuan dari beberapa pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs.Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM. Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera.

4. Bapak Drs.Zainal A.T. Silangit, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

5. Bapak Drs.Syahelmi, M.Si, Ak dan Bapak Drs.Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Pihak Kantor PT. Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia

7. Suami tercinta Doni Risdianto, ST, Ayahanda H. Syahlen Siagian dan Ibunda Hj. Cholijah Siahaan yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaan bagi pembacadan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi rekan-rekan yang mengadakan penelitian yang sama dengan judul skripsi ini.

Medan, 31 Maret 2010 Penulis,

Nurhayani Siagian NIM: 040522149


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang praktek prosedur dan pengawasan piutang pada perusahaan dan membandingkannya dengan teori-teori yang berlaku umum, dan untuk mengetahui apakah prosedur dan pengawasan piutang yang diterapkan perusahaan telah sesuai di dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi perusahaan.

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian diskriptif yang menggunakan data primer sebagai hasil wawancara dengan pihak perusahaan dan skunder seperti struktur organisasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan kepustakaan. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada kantor PT. Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosedur dan pengawasan piutang di PT. Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia cukup baik dan telah sesuai dengan teori –teori yang berlaku, hal ini terlihat dari Prosedur penjualan kredit yang melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan dengan maksud agar penjualan yang terjadi dapat diawasi dengan baik.


(6)

ABSTRACT

This study’s goals are to have a real illustration of procedure practicing and account receivable monitoring compared to common theories and to know how fit the procedure and account receivable monitoring can improve the company’s effectiveness and efficiency.

The study type is descriptive design using primary data come from interview with company and secondary data such as organization structure. Data was collected by using observation, interview, and literature approaches. Descriptive method is used for data analysis. This study is taken place at PT. Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia office.

Study’s result shows that procedure and account receivable monitoring applied by PT Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia are good enough and align with common theories. This fact is proven by involvement of some divisions in the company to conduct account receivable procedure in order to have good monitoring.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……… i

KATA PENGANTAR ……….. ii

ABSTRAK ……… iv

ABSTRACT ………. v

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ………ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Kerangka Konseptual ……….5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Dan Konsep Penjualan Kredit ... 6

B. Pengertian dan Penggolongan Piutang ... 9

C. Prosedur Penjualan Kredit ... 14

D. Pengawasan Penjualan ... 18

a. Internal Control... 18

b. System Akuntansi Piutang ... 22

E. Penilaian Penjualan Kredit... 25


(8)

G. Prosedur Penagihan Penjualan Kredit (Piutang)………..33

H. Hubungan penjualan kredit dengan laporan keuangan…………...35

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 37

B. Jenis Data ... 37

C. Metode Pengumpulan Data ... 38

D. Teknik Analisa Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 39

1. Sejarah Perusahaan ... 39

2. Struktur Organisasi ... 40

3. Prosedur Penjualan Kredit ... 41

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Hubungan Produksi Dengan Penjualan Kredit ... 44

2. Hubungan Penjualan Kredit Dengan Analisa Umur Piutang ... 46

3. Hubungan Penjualan Kredit Dengan Laporan Keuangan ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

2.1 Analisa Umur Piutang 13

2.2 Analisa Umur Piutang 31 Desember 2001 27 2.3 Taksiran Kerugian Piutang 31 Desember 2001 28


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1.1 Kerangka Konseptual 5

4.1 Struktur Organisasi 40


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-I EKSTENSI MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : NURHAYANI SIAGIAN

NIM : 040522149

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI :PROSEDUR DAN PENGAWASAN PENJUALAN

KREDIT GUNA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI USAHA DI PT. TIRTA SIBAYAKINDO BERASTAGI INDONESIA (TSBI)

Tanggal ……….. Ketua Departemen Akuntansi

(Drs. Hasan Sakti, M.Si, Ak)

Tanggal ……….. Dekan


(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-I EKSTENSI MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : NURHAYANI SIAGIAN

NIM : 040522149

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI :PROSEDUR DAN PENGAWASAN PENJUALAN KREDIT GUNA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI USAHA DI PT. TIRTA SIBAYAKINDO BERASTAGI INDONESIA (TSBI)

Medan, 31 Maret 2010 Menyetujui Pembimbing


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-I EKSTENSI MEDAN

Telah diuji pada Tanggal

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Drs. Hasan Sakti, M. Si, Ak Pembimbing : Drs. Zainal A.T. Silangit, SE, Ak Anggota : 1. Drs. Syahelmi, M. Si, Ak


(14)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang praktek prosedur dan pengawasan piutang pada perusahaan dan membandingkannya dengan teori-teori yang berlaku umum, dan untuk mengetahui apakah prosedur dan pengawasan piutang yang diterapkan perusahaan telah sesuai di dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi perusahaan.

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian diskriptif yang menggunakan data primer sebagai hasil wawancara dengan pihak perusahaan dan skunder seperti struktur organisasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan kepustakaan. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada kantor PT. Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosedur dan pengawasan piutang di PT. Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia cukup baik dan telah sesuai dengan teori –teori yang berlaku, hal ini terlihat dari Prosedur penjualan kredit yang melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan dengan maksud agar penjualan yang terjadi dapat diawasi dengan baik.


(15)

ABSTRACT

This study’s goals are to have a real illustration of procedure practicing and account receivable monitoring compared to common theories and to know how fit the procedure and account receivable monitoring can improve the company’s effectiveness and efficiency.

The study type is descriptive design using primary data come from interview with company and secondary data such as organization structure. Data was collected by using observation, interview, and literature approaches. Descriptive method is used for data analysis. This study is taken place at PT. Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia office.

Study’s result shows that procedure and account receivable monitoring applied by PT Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia are good enough and align with common theories. This fact is proven by involvement of some divisions in the company to conduct account receivable procedure in order to have good monitoring.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Secara umum perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh laba yang jumlahnya maksimal demi tercapainya kelangsungan hidup suatu perusahaan, dan untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut diperlukan kebijakan manajemen dalam menetapkan sistem administratif yang efektif dan efisien.

Penulis melakukan penelitian pada PT. TSBI , suatu perusahaan milik Asing yang beroperasi di bidang produksi dan pemasaran minuman. Penulis fokuskan hanya pada pemasaran yaitu pada transaksi penjualan sehingga pendapatannya bersumber dari hasil penjualan. Dalam pencapaian target laba, setiap saat perusahaan harus berusaha agar volume penjualannya dapat meningkat, baik melalui penjualan tunai maupun penjualan kredit.

Dari transaksi penjualan kredit timbul piutang. Piutang adalah hak untuk melakukan penagihan kepada orang lain dalam bentuk uang. Suatu hal yang lazim bila suatu perusahaan mempunyai piutang maka ada kemungkinan beberapa bagian atau sisa piutang yang tidak dapat ditagih yang diberi istilah piutang tak tertagih ataupun piutang ragu-ragu merupakan jenis piutang yang tidak sehat. Timbulnya piutang ragu-ragu atau piutang tak tertagih dapat disebabkan dua faktor, yakni dari pihak internal dan eksternal. Dari pihak internal yakni disebabkan kurang memadainya manajemen perusahaan. Dari pihak eksternal


(17)

yakni karena langganan tidak membayar hutangnya atau langganan sudah bangkrut, atau sebab-sebab lain.

Apabila manajemen suatu perusahaan dapat menerapkan suatu kebijakan prosedur dan pengawasan penjualan dengan baik, maka frekwensi terjadinya kemacetan piutang akan dapat dikurangi, sehingga perusahaan masih memiliki piutang tak tertagih kemungkinan besar hanya diakibatkan kondisi pelanggan yang tidak dapat dihindari. Dengan demikian dalam setiap perusahaan sangat diperlukan tindakan kebijakan manajemen dalam mengelola data-data tentang pelanggan, saldo piutang, prosedur piutang baik dalam pencatatan piutang, penagihan piutang, penilaian piutang serta pengawasan intern terhadap piutang untuk menekan terjadinya jumlah piutang tak tertagih atau piutang ragu-ragu agar jumlah tagihan yang tidak dapat diterima perusahaan dari pelanggan sesuai jumlah piutang semestinya.

Menurut prinsip akuntansi, piutang tak tertagih akan dibebankan menjadi beban operasi. Bila beban operasi semakin meningkat, laba perusahaan akan menurun. Jika jumlah piutang perusahaan terealisasi atau bersih sehingga investasi perusahaan akan berkurang dan hal ini tentu merugikan bagi perusahaan, otomatis efektifitas dan efisiensi perusahaan tidak berjalan dengan semestinya.

Apabila prosedur dan pengawasan piutang direncanakan dengan seksama, maka kemungkinan besar piutang dapat tertagih akan terealisasi dalam jumlah yang relatif besar. Keadaan ini akan meningkatkan keuntungan perusahaan dan membantu modal kerja perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan.


(18)

Prosedur adalah rangkaian kegiatan administrasi yang biasanya melibatkan beberapa orang untuk mencapai keseragaman tindakan dalam melakukan transaksi-transaksi yang sering terjadi. Pengawasan adalah segala sesuatu yang termasuk dalam aktivitas perusahaan apakah pelaksanaan perusahaan sesuai dengan perencanaannya dan apakah telah diadakan pengamanan terhadap harta benda usaha.

Mengingat pentingnya masalah penjualan kredit dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi usaha pada perusahaan, oleh karena itu penulis merasa tertarik membahasnya dalam skripsi yang berjudul “Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan Efisiensi Usaha Di PT Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia (TSBI).

B.

Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dari kegiatan penelitian ini adalah:

1. Apakah prosedur penjualan kredit yang digunkana telah sesuai dengan ketentuan yang diterapkan oleh perusahaan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi perusahaan?

2. Apakah pengawasan piutang yang diterapkan perusahaan telah sesuai dengan ketentuan di dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi perusahaan?


(19)

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian:

1. Untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang praktek prosedur dan pengawasan piutang pada perusahaan dan membandingkannya dengan teori-teori yang berlaku umum.

2. Untuk mengetahui apakah prosedur dan pengawasan piutang yang diterapkan perusahaan telah sesuai di dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi perusahaan.

Manfaat penelitian:

1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan tentang masalah prosedur dan pengawasan piutang baik dalam kerengka teoritis maupun dalam penerapannya di perusahaan.

2. Bagi perusahaan yang diteliti, sebagai sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk dapat menerapkan prosedur dan pengawasan piutang secara memadai sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.

3.

Bagi mahasiswa, sebagai bahan referensi untuk mengkaji dan meneliti masalah prosedur dan pengawasan piutang.


(20)

D.

Kerangka Konseptual

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual PT Tirta Sibayakindo

Berastagi Indonesia

Penjualan

Kredit Piutang

Kas/Cek Dan Giro


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan konsep penjualan kredit

Secara umum tujuan perusahaan adalah atas pendapatan lebih besar dari pada moral biaya, jika sebaliknya yaitu moral biaya atau beban lebih besar dari pada hasil atau penjualan maka akan terjadi ketinggian. Jika total biaya secara dengan total pendapatan semua dengan titik impor atau break event point. Untuk lebih jelas biaya arti dari penjualan tersebut adalah penyerahan barang atau jasa kepada pihak lain, sudah barang tentu dalam penyerahan barang atau jasa tersebut diharapkan ada imbalan yaitu sumber daya atau uang sesuai yang dapat dipengaruhi untuk berbagai kebutuhan.

Menurut Ralph Estes (124-2000) definisi penjualan adalah “Transfer kekuatan barang untuk mendapatkan sumber daya lainnya seperti kas atau janji untuk membayar kas (suatu piutang)”. Dari definisi diatas diambil pengertian penjualan adalah perpindahan jasa atau barang dari satu pihak ke pihak lain dengan pihak yang menyerahkan jasa atau barang tersebut mendapatkan kas atau sumber daya, selanjutnya penulis menjelaskan penjualan yang lebih lagi yaitu ada penjualan tunai ada penjualan kredit ada penjualan angsuran ada penjualan titipan, ada potongan penjualan ada potongan return dan lain-lain untuk lebih singkatnya penulis hanya menjelaskan penjualan kredit. Dengan adanya penjualan secara kredit maka pembeli atau konsumen akan mendapatkan barang atau jasa lebih mudah karena dengan menyediakan uang tunai sedikit saja konsumen mendapatkan jasa. meskipun barang yang diinginkannya sudah cukup besar


(22)

maupun banyak dan pembayaran urusan nomor belakang. Sedangkan dari pihak penjual akan melakukan penjualan berlipat-lipat baik dari segi unit yang terjual, dari segi jumlah uang yang diperdagangkan maupun dari segi harga. Dari segi unit yang terjual jika secara tunai menyangkut saja terjual 10 unit akibat kemampuan uang tunai konsumen tetapi jika secara kredit/maka penjualan dari 200 kali lipat demikian juga uangnya ada harganya berlipat kali.

Jika kita lihat konsep penjualan kredit maka lihat dahulu apa itu kredit “ menurut pasal, butir (1) UU NO. 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara baik dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peninjauan untuk melewati hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga “. Jadi kredit yang artinya pembayaran dibelakang yaitu, setelah jasa atau barang dinikmati pembayarannya beberapa hari,minggu,bulan yang akan datang atau bisa juga setahun.pendapatan lain mengenai kredit adalah hasibuan (2001 : 87) “kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayarkan kembali bersama bunganya oleh peminjaman sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati. Dari penulis hasilkan penekanan pembayaran harus dilaksanakan antara hutang diambil berupa, dengan kata lain ada penekanan harus, jika langsung jika tidak maupun maka konsumen akan dikenakan sangsi, misalnya barang dikembalikan, denda dan lain-lain.

Menurut Rivai (2004:4) “ Kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak ( kredit atau pemberian pinjaman atas dasar kepercayaan kepada


(23)

pihak lain (nasabah atau piutang) dengan pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak”.

Penulis diatas menekankan kepercayaan dan pembayaran untuk waktu yang ditentukan bersama. Jadi kredit akan terjadi atas saling percaya dan pembayaran disepakati tanggal maupun waktunya. Dari pengertian diatas tidak diragukan pembayaran karena saling percaya dan pembayaran untuk jangka waktu yang telah ditetapkan, ditambah lagi jaminan dan jika tidak dibayar tentu diberikan sangsi atau jaminan tersebut ditarik. Penulis akan memberikan contoh jurnal penjualan seperti di bawah ini ;

1. Debit kas Rp 00

Kredit penjualan Rp 00 (tunai)

2. Debit piutang Rp 00

Kredit penjualan Rp 000 (kredit)

Kas Debit Rp 000

Kredit piutang Rp 000 (penagih)

3. Debit kas Rp 00

Debit Piutang Rp 000

Kredit Penjualan Rp 00.000 4. Metode Perpetual

Debit Kas Rp 000.000

Kredit sales Rp 000.000

Debit harga pokok penjualan Rp 000


(24)

5. Debit Sales Return Rp 000

Kredit Kas/piutang Rp 000

6. Debit Kas Rp 000

Sales discount Rp 00

Kredit Sales Rp 00.000

7. debit kas Rp 12

Debit kontrak piutang Rp 60

Gedung Rp 72

Pada saat diangsur dengan bunga untuk belanja

Debit Kas Rp 17

Kredit piutang kontrak RP 16 Kredit pendapatan bunga Rp 1

8. Konsinyasi keluar Rp 12

Pengiriman barang konsinyasi Rp 12

Kas Rp 12

Konsinyasi keluar Rp 12

B. Pengertian dan penggolongan piutang

Penjualan merupakan sumber pendapatan utama suatu perusahaan dari keberhasilan atau kegagalan perusahaan tergantung pada permintaan atas produknya, sebagai patokan bahwa makin tinggi penjualan, maka semakin sehat dan menguntungkan suatu perusahaan. Untuk meningkatkan volume penjualan,


(25)

penawaran penjualan secara kredit, pemberian diskon dan peluang untuk mengembalikan barang yang sudah dibeli dengan pemberian batas waktu tertentu, jika kurang sesuai penjualan kredit yang hasilnya adalah menjadi pengertian piutang menurut para ahli adalah :

Menurut Smith Skousen (2000:286) memberikan definisi piutang adalah :

“Istilah piutang dapat dipergunakan bagi semua hak terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa. Namun demikian untuk tujuan akuntansi istilah ini lebih sempit, yaitu menjelaskan hak-hak yang diharapkan dapat dipenuhi dengan penerimaan kas”.

Adapun menurut Niswonger dan fees (2003:324) yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : “Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”.

Sedangkan Mulyadi (2002:471) mendefinisikan piutang sebagai berikut : “Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam jangka satu tahun atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan”.

Kieso, et.al (2002:386) “Piutang adalah klaim uang, barang atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya”. Soemarsono (2002:338) “piutang adalah klaim terhadap seseorang atau perusahaan, namun untuk tujuan akuntansi”. Dari definisi diatas dapat dikemukakan bahwa piutang adalah tagihan kepada pihak lain yang penyelesaiannya dilakukan dengan penerimaan kas dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau satu tahun periode akuntansi piuatang menjadi


(26)

aktiva lancer jika pelunasannya kurang dari satu tahun periode akuntansi. Tetapi jika lebih maka akan masuk ke dalam daftar piutang ragu-ragu atau piutang macet. Piutang yang tidak diterima pembayarannya atau pelunasannya akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Untuk menghindari kerugian bagi perusahaan. Untuk menghindari kerugian yang diakibatkan karena tidak tertagihnya piutang, perlu kiranya pimpinan perusahaan menempuh kebijakan dalam pemberian dana kepada nasabah/debitur maupun calon langganan. Adapun konsep melakukan penjualan kredit adalah sebagai berikut :

1. Standart kredit atau resiko maksimum dari perkiraan kredit yang dapat diterima

2. Periode kredit atau jangka waktu kredit yang diperkenankan 3. Potongan yang diberikan untuk pembayaran yang lebih awal 4. Kebijaksanaan penagihan perusahaan

Perusahaan dalam mengumpulkan piutang dapat menjalankan kebijaksanaan pengumpulan piutang secara aktif dan pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai aktifitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjalankan kebijaksanaan secara pasif. Tetapi biasanya perusahaan hanya akan menggandakan usaha tambahan agar tetap dapat melampaui besarnya penerimaan yang diperoleh dari usaha.


(27)

piutang diatas satu tahun dan bisa mencapai 10 s/d 15 tahun, sedangkan piutang yang tidak lunas masuk dalam kelompok diatas contohnya piutang bunga dan lain-lain. Piutang dapat dibiarkan dan dapat juga dihapuskan jika tidak dapat ditagih akan tetapi tidak dapat langsung dihapuskan atau dibiarkan melainkan ditagih lebih dahulu berbagai cara lain dan jika tidak dapat ditagih maka dapat dibiayakan, sedangkan penghapusan piutang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : a. Metode langsung

Debit Beban penyisihan piutang Rp 00

Kredit Alokasi penyisihan piutang Rp 00 b. Metode tidak langsung

Debit Alokasi penyisihan piutang Rp 00

Kredit Piutang Rp 00

Kalau masih dibiayakan maka posisi jumlah piutang pada laporan keuangan belum berubah, hanya saja piutang tersebut dikurangi alokasi piutang. Sedangkan jika sudah dihapuskan maka pada laporan keuangan atau neraca hanya kelihatan piutang saja.

Debit Beban penyisihan piutang Rp 00

Piutang Rp 00

Sebelum melakukan pembiayaan maupun penghapusan piutang maka sebaiknya piutang tersebut harus dianalisa terlebih dahulu maka piutang yang sudah laba tidak tertagih maka itulah yang dibiayakan. Demikian juga maka, yang paling lama tidak tertagih itulah yang harus dihapuskan.


(28)

Untuk hal demikian dibuatlah table analisa umur piutang baik itu berdasarkan hari, minggu, bulan dan lain-lain.

Tabel 2.1 : Analisa Umur Piutang

PT XYZ

Analisa Umur Piutang 31 Desember 2007

Keterangan 1-3 minggu 4-7 minggu 8-11 minggu 12-15 minggu 16-19 minggu Diatas 20 minggu Piutang A 100.000 400.000 600.000 50.000 25.000 10.000

Piutang B 50.000 5.000

Piutang C 40.000 10.000 20.000

Piutang D 60.000

Piutang E 2.000 1.000 1.600 2.000 1.000 5.000 Total : dianalisa piutang tersebut hanya yang belum tertagih saja karena dibiayakan maupun dihapuskan untuk tidak tertagih saja itu pun sudah diusahakan penagihan berbentuk XX, sehingga untuk membiayakan maupun menghapuskan memiliki data penagihan yang lengkap.

Setelah dibiayakan atau dihapuskan baik secara langsung maupun tidak langsung jika yang berhutang datang kembali berniat untuk membayar hutangnya, maka perusahaan yang menerima pelunasan tersebut membuat jurnal sebagai berikut :

a. Metode Langsung

Piutang Rp 000

Alokasi penyisihan piutang Rp 000


(29)

b. Metode Tidak Langsung

Piutang Rp 000

Beban penyisihan piutang Rp 000

Kas Rp 000

Piutang Rp 000

C. Prosedur Penjualan Kredit

Prosedur merupakan urutan kegiatan klerikal yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam terhadap transaksi perusahaan yang terjadi. Dalam penjualan kredit terdapat beberapa prosedur yang dilakukan seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2002:219) antara lain :

1. Prosedur order penjualan 2. Prosedur penjualan kredit 3. Prosedur pengiriman 4. Prosedur penagihan

5. Prosedur pencatatan piutang 6. Prosedur distribusi penjualan

7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan

Berikut ini penjelasan dari beberapa prosedur penjualan kredit di atas yaitu : 1. Prosedur order penjualan

Dalam prosedur ini, bagian penjualan menerima order dari pembeli dan menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli.


(30)

Bagian penjualan kemudian membuat surat order pengiriman dan mengirimkan kepada berbagai bagian untuk kemungkinan diberikannya kontribusi dalam melayani order dari pembeli.

2. Prosedur penjualan kredit

Dalam prosedur ini, fungsi penjualan meminta persetujuan penjualan kredit. Di bagian penjualan mempunyai kecenderungan untuk menjual barang sebanyak-banyaknya, sehingga sering kali mengabaikan dapat ditagih atau tidaknya piutang yang timbul dari transaksi tersebut. Maka diperlukan pengecekan internal terhadap status kredit pembeli sebelumnya transaksi penjualan kredit dilaksanakan. Persetujuan atas penjualan kredit ini lazimnya diberikan oleh kepala bagian kredit dengan sepengetahuan pimpinan perusahaan.

3. Prosedur pengiriman

Dalam prosedur ini, apabila permohonan kredit telah disetujui maka bagian pengiriman, mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan informasi yang tercantum dalam surat order pengiriman yang diterima dari bagian pengiriman.

4. Prosedur penagihan

Bagian penagih membuat faktur penjualan dan mengirimkannya kepada pembeli.

5. Prosedur pencatatan piutang


(31)

6. Prosedur distribusi

Dalam prosedur ini, bagian akuntansi mendistribusikan data penjualan menurut informasi yang diperlukan oleh manajemen.

7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan

Bagian akuntansi mencatat secara periodic total harga pokok produksi yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.

Prosedur penjualan kredit juga melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan dengan maksud agar penjualan yang terjadi dapat diawasi dengan baik.

Menurut Mulyadi (2002:211) suatu prosedur penjualan kredit yang baik melibatkan bagian-bagian sebagai berikut :

1. Bagian penjualan 2. Bagian kredit 3. Bagian gudang

4. Bagian pengiriman barang 5. Bagian penagihan

6. Bagian akuntansi

Berikut ini penjelasan prosedur panjualan kredit yang baik, yang melibatkan bagian-bagian di atas yaitu :

1. Bagian Penjualan

- Menerima pesanan atau surat order dari langganan/pembeli. Untuk penjualan kredit. pesanan harus mendapat persetujuan dari bagian kredit.


(32)

- Melengkapi pesanan seperti ukuran, spesifikasi teknik, mencantumkan pihak yang menanggung biaya pengangkutan, membuat surat perintah pengiriman barang.

- Menghitung harga, mencantumkan nomor perintah pengiriman di surat pesanan, mengarsip surat pesanan berdasarkan abjad, mengirim lembaran pertama surat perintah pengiriman barang ke bagian pengiriman, lembar kedua gudang, dan mengarsip lembar ketiga berdasarkan nomor urut.

- Membandingkan faktur dengan surat perintah pengiriman, menulisakan nomor dan tanggal surat perintah pengiriman.

2. Bagian Kredit

- Meneliti status kredit dan memberikan otorisasi diterima atau ditolaknya permohonan kredit yang diajukan pelanggan. Bagian kredit menggunakan catatan yang dibuat oleh bagian piutang kepada setiap bagian piutang kepada setiap pelanggan mengenai sejarah kreditnya, jumlah maksimal dan ketepatan waktu pembayarannya.

- Membuat formulir surat perintah pengiriman yang diterima bagian pesanan penjualan yang berisi persetujuan kredit.

- Membuat bukti memorial atas dasar keputusan direktur keuangan untuk penghapusan piutang yang sudah tidak dapat ditagih.

3. Bagian Gudang


(33)

- Menyerahkan barang ke fungsi pengiriman. 4. Bagian Pengiriman

- Mengirmkan barang kepada pembeli sesuai dengan surat perintah pengiriman yang diterimanya dari bagian penjualan.

- Mengirimkan kembali barang-barang kepada penjual yang keadaannya tidak sesuai dengan yang dipesan. Pengembalian ini dilakukan apabila ada debit memo untuk retur pembelian.

5. Bagian Pembelian

- Membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada pelanggan

- Menyediakan copy faktur bagi kepentingan transaksi penjualan oleh bagian akuntansi.

6. Bagian Akuntansi

- Mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit.

- Membuat dan mengirimkan pernyataan piutang kepada para debitur serta membuat laporan penjualan.

D. Pengawasan Penjualan a. Internal Control

Internal Control penjualan kredit yaitu penagihan atas piutang akan dilakukan apabila piutang telah jatuh tempo. Perusahaan tentunya mengharapkan semua piutang yang ada dapat ditagih dengan baik. Tetapi dalam kenyataannya, perusahaan diharapkan pada kondisi yang mana


(34)

pelanggan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka diperlukan suatu kebijakan dalam penjualan kredit.

Menurut Weston dan Brigham (2000:474) bahwa yang menjadi kebijakan penjualan kredit yaitu :

1. Periode, yaitu jangka waktu antara terjadinya penjualan hingga tanggal jatuh tempo pembayaran. Periode kredit adalah jangka waktu “tenggang” waktu yang diberikan perusahaan kepada para pelanggan untuk membayar, misalnya jangka waktu kredit biasa 30,60, atau 90 hari. Biasanya periode kredit tersebut dikaitkan dengan jangka waktu yang diperlukan oleh pelanggan untuk menjual persediaan/barang barang yang dibelinya dari perusahaan.

2. Diskon, yaitu potongan tunai yang diberikan untuk mendorong pembayaran yang lebih cepat.

Potongan tunai yang diberikan dimaksudkan untuk mendorong para pelanggan agar membayar lebih cepat. Misalnya suatu perusahaan menawarkan syarat kredit “2/10” , bersih 30, diberikan kepada para pelanggan ditawarkan diskon 2 persen apabila membayar dalam 10 hari sedangkan jumlah penuh harus dibayar selambat-lambatnya dalam 30 hari. Besarnya potongan atau diskon tersebut ditentukan dengan menganalisis perimbangan biaya dan manfaat dari berbagai persyaratan diskon yang ada. Potongan ini biaya menguntungkan perusahaan bila pelanggan benar-benar mematuhi syarat kredit.


(35)

3. Standar kredit, yaitu persyaratan minimum atas kemampuan keuangan dari para pelanggan agar bisa membeli secara kredit.

Standar kredit mengacu pada layak tidaknya seorang pelanggan untuk mendapat kredit (credit worthiness). Standar kredit yang diterapkan perusahaan dimaksudkan untuk menentukan pelanggan yang memiliki kemampuan memenuhi syarat umum kredit dan juga jumlah kredit maksimum untuk setiap pelanggan. Penetapan standar kredit secara implicit memerlukan pengukuran atas kualitas kredit (credit quality), yaitu probalitas terjadinya penunggakan oleh pelanggan.

Syahyunan (2004:62) mengemukakan lima criteria (The five C’s of credit) yang utama yang sering digunakan untuk menilai kemampuan permohonan kredit yaitu :

1) Karakter (character)

Penilaian karakter (kepribadian) mencoba untuk memperkirakan pelanggan untuk memenuhi kewajiban. Hal ini mengacu sampai sejauh mana pelanggan berusaha memenuhi jadinya untuk membayar. Kewajiban ini berupa pembayran kembali atas kredit yang diterima oleh pelanggan sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui sebelumnya.

2) Kapasitas (capacity)

Penilaian subjektif mengenai kemampuan pelanggan untuk membayar. Kemampuan ini dapat diketahui dari catatan-catatan perusahaan di masa


(36)

yang lalu ataupun dengan pengamatan langsung terhadap kegiatan usahanya.

3) Modal (capital)

Modal dapat dilihat dari analisis keuangan pelanggan secara umum. Hali ini perlu diketahui, karena apabila jumlah modal suatu perusahaan lebih kecil dibandingkan jumlah hutang berarti perusahaan tersebut tidak likuid. Dengan demikian modalnya tidak mampu untuk mendukung kelancaran pembayaran kredit di kemudian hari, sehingga perusahaan tersebut tidak layak diberikan fasilitas kredit.

4) Jaminan (collateral)

Mengukur besarnya harta milik pelanggan dalam bentuk aktiva yang diberikan kepada perusahaan sebagai jaminan memperoleh kredit. Hal ini perlu untuk menjaga agar tidak terjadi kerugian akibat tidak tertagihnya piutang dari pelanggan.

5) Kondisi (condition)

Memperhatikan pengaruh langsung dari ekadaan ekonomi pada umumnya serta perkembangan yang terjadi di daearah tertentu atau pada sector ekonomi tertentu yang bisa mempengaruhi kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya. Dalam kondisi resesi ekonomi, jumlah penjualan akan menurunkan dan hal ini member petunjuk untuk lebih berhati-hati dalam memberi kredit.


(37)

menerapkan dilakukan oleh pengeluaran yang terlibat dalam penjualan tersebut. Hal inilah yang perlu diawasi agar tujuan dapat tercapai, jadi agar internal control dapat dijalankan agar sebelum terjadi penyalahgunaan saham yang lebih dalam sudah dapat ditegur. Jadi mulai saat ini pemberian kredit tentu diberikan konfirmasi positif maupun negative. Demikian juga pada hal ini penagihan harus dilihat apakah benar-benar ditagih , demikian juga jaminan pemberian kredit tersebut, wajar atau tidak.

4. Kebijakan mengenai penagihan, yaitu sampai sejauh mana tindakan atau kelonggaran yang diberikan perusahaan atas piutang yang tidak dibayar pada waktunya.

b. System Akuntansi Piutang

Secara umum piutang dari transaksi penjualan barang secara kredit atau pemberian pinjaman kepada debitur. Bagi perusahaan jasa seperti perbankan piutang timbul dari pemberian pinjaman kepada nasabah atau debitur. Dalam memberikan pinjaman, perjanjian ini menjadi sarana agar terjadi persetujuan pemberian pinjaman antara pihak debitur dan pihak kreditur. Prosedur pemberian piutang ini dimulai dengan diterimanya tembusan faktur peminjam dan pemberian piutang ini dimulai dengan diterimanya tebusan faktur peminjaman dan diakhiri dengan dibuatnya surat pernyataan piutang dan daftar analisa umur piutang.

Prosedur piutang ini merupakan sistem akuntansi piutang yang akan mencatat terjadinya piutang penagihan penggolongan analisa piutang tidak


(38)

tertagih, pembiayaan, penghapusan piutang dan seterusnya, sehingga bagian piutang tersebut dapat digolongkan agar tercapai internal check menurut Baridwan (2002:145) yaitu :

A. Membuat catatan piutang yang dapat menunjukkan jumlah-jumlah piutang kepada tiap-tiap langganan

B. Menyiapkan dan mengirimkan surat pernyataan piutang C. Membuat daftar analisa umur piutang setiap periode

Dengan prosedur yang jelas, sehingga Sudah tentu ketiga bagian itu harus lebih check dan ricek agar mudah didata pimpinan perusahaan. kreditur harus mencatatnya dengan jelas dan benar. Untuk keteraturan piutang biasanya perusahaan melakukan administrasi piutang. Dari sinilah bagian akuntansi dapat membuktikan bahwa keabsahan piutang dapat dijamin kebenaran dan keberadaan nya. Dan dari dokumen-dokumen yang disimpan dalam administrasi piutang ini sangat berguna sebagai alat verifikasi piutang.

Mulyadi mengemukakan (2002:263) ada empat metode pencatatan piutang yang dapat digunakan:

1. Metode konvensional

2. Metode posting langsung kedalam kartu piutang atau pernyataan piutang 3. Metode pencatatan pada buku pembantu

4. Metode pencatatan dengan menggunakan computer

Adapun uraian dari masing-masing metode pencatatan piutang diatas adalah sebagai berikut:


(39)

Dalam metode ini, posting ke dalam kartu piutang dulakukan atas dasar data yang dicatat dalam jurnal.

2. Metode posting langsung kedalam kartu piutang atau pernyataan piutang Metode posting langsung kedalam kartu piutang dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Metode posting harian

1. Posting langsung kedalam kartu piutang dengan tulisan tangan, jurnal hanya menunjukan jumlah total harian saja (tidak rinci) 2. Posting langsung kedalam kartu piutang

b. Metode posting periodik 1. Posting ditunda 2. Penagihan bersiklus

3. Metode pencatatan tanpa buku penbantu

Dalam metode ini tidak digunakan buku pembantu piutang. Faktur pemberian piutang beserta dokumen pendukungnya diterima dari bagian penagihan, oleh bagian piutang diarsipkan menurut nama langganan dalam arsip faktur yang belum dibayar. Arsip faktur pemberian pinjaman berfungsi sebagai catatan piutang.

4. Metode pencatatan dengan menggunakan computer

Metode pencatatan dengan computer menggunakan bacth system. Dalam bacth system ini dokumen yang mengubah piutang dikumpulkan dan sekaligus diposting setiap hari untuk memutahirkan catatan piutang. Dalam sistem computer dibentuk dua macam arsip yaitu arsip transaksi


(40)

dan arsip induk. Secara periodik, misalnya setiap bulan arsip induk piutang digunakan untuk menghasilkan berbagai laporan bagi manajemen.

Dalam proses pencatatan piutang usaha pencatatan piutang usaha pencatatan pada buku pembantu piutang, dulakukan pada saat transaksi berlangsung. Buku pembantu piutang biasanya menyajikan informasi jumlah piutang dari masing-masing pelanggan setiap saat. Sedangkan untuk mengetahui jumlah keseluruhan piutang dari langganan dapat dilakukan dengan membuka file buku besar piutang. Keduanya berguna bagi penyusunan laporan keuangan, oleh karena itu kerapian dan ketelitian pencatatan harus tetap diperhatikan, dihubungkan kepada keadaan bahwa jumlah piutang antara buku penbantu piutang dan buku besar piutang bila dilakukan perbandingan maka keduanya harus menunjukkan jumlah yang sama.

E. Penilaian Penjualan Kredit

Seluruh piutang yang telah disetujui dilakukan pencatatan dan disajikan dalam laporan keuangan. Dalam memberikan persetujuan penjualan kredit dibutuhkan suatu penilaian terhadap kemampuan pelanggan untuk melunasi jumlah piutang yang menjadi kewajibannya, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya piutang macet.

Menurut Anthony (2000:323) ada beberapa petunjuk yang dinyatakan bahwa sebagian atau seluruh piutang pelanggan tidak dapat melunasi hutangnya karena:


(41)

3. Debitur atau pelnggan kabur

4. Penagihan yang berkali-kali terus gagal dan telah relatif lama 5. Pembatasan penagihan oleh ketentuan undang-undang

6. Debitur atau pelanggan telah meninggal dunia

Dalam arsip penilaian piutang maka dilaporkan piutang dalam neraca adalah sebesar jumlah yang akan direalisasikan yaitu jumlah yang diharapkan akan ditagih. Penilaian piutang dapat dilihat pada umur piutang, yang disebut dengan metode analisa umur piutang. Piutang masing-masing langganan dibagi dalam dua kelompok, yaitu: kelompok yang belum menunggak dan kelompok yang menunggak. Yang dimaksud dengan menunggak adalah sudah melebihi jangka waktu kredit. Piutang yang menunggak dipisah-pisahkan dalam kelompok berdasarkan lamanya waktu menunggaknya. Selanjutnya dari masing-masing jumlah tunggakan yang didasarkan pada lamanya waktu tunggakan ditetapkan persentase kerugian piutangnya. Jumlah kerugian piutang dihitung dengan cara ini sesudah mempertimbangkan saldo rekening cadangan kerugian piutang merupakan jumlah kerugian piutang.

Penggunaan metode analisa piutang dapat dilihat dari contoh berikut ini: misalnya pada tanggal 31 Desember 2001 saldo rekening piutang PT Perkasa menunjukkan jumlah sebesar


(42)

Tabel 2.2 PT PERKASA

Analisa Umur Piutang 31 Desember 2001

Nama

Jumlah

Menunggak Belum

Menunggak

1-30 Hari 31-60 Hari 61-90 Hari 91-180 Hari 181-365 Hari Lebih dari 1 tahun

Alex 270.000 250.000 20.000 Ari 500.000 500.000

Indah 320.000 250.000 300.000 40.000 CV Jaya 1.410.000 1.300.000 110.000 PT Muda 1.200.000 1.200.000

Darwin 180.000 180.000

Asri 600.000 400.000 200.000

Hanan 400.000 400.000

Ud Sari 1.000.000 800.000 100.000 100.000 T. Melati 350.000 100.000 250.000

Ud Pls 250.000 250.000

Risma 320.000 200.000 120.000

Ud Rido 50.000 50.000

Rusdi 650.000 600.000 50.000

Jumlah 7.500.000 6.000.000 350.000 250.000 150.000 320.000 250.000 180.0000

Pemisahan masing-masing piutang kedalam kelompok-kelompok umur dilakukan dari data yang ada dalam buku pembantu piutang. Setelah piutang masing-masing pelanggan dalam dikelompokkan berdasarkan umurnya seperti diatas, langkah berikutnya adalah menentukan besarnya persentase kerugian piutang untuk masing-masing kelompok umur. Penentuan persentase adalah:


(43)

Tabel 2.3 PT PERKASA

Taksiran Kerugian Piutang 31 Desember 2001

Kelompok umur Jumlah

Persentase Kerugian Piutang

Taksiran Kerugian Piutang

Belum menunggak 6.000.000 0,50 30.000

Menunggak 1-30 hari 350.000 1,00 3.500

Menunggak 31-60 hari 250.000 2,00 5.000

Menunggak 61-90 hari 150.000 5,00 7.500

Menunggak 91-180 hari 320.000 10,00 32.000

Menunggak 180-365 hari 250.000 30,00 75.000

Menunggak lebih dari 1 tahun 180.000 50,00 90.000

7.500.000 243.000

Dari perhitungan diatas maka jurnal untuk mencatat kerugian piutang tanggal 31 Desember 2001 dan rekening cadangan kerugian piutang adalah:

Kerugian piutang Rp 243.000

Cadangan Kerugian Piutang Rp 243.000

F.

Perencanaan Kerugian Piutang

Perencanaan kerugian piutang dapat dilakukan dengan dua metode yaitu sebagai berikut:


(44)

Metode cadangan digunakan apabila kerugian piutang yang bisa terjadi cukup besar jumlahnya. Maka dilakukan suatu estimasi untuk piutang yang tak tertagih dari total piutang yang beredar. Dalam penerapan metode ini ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Kerugian piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran piutang yang ada pada periode akuntansi

2. Jumlah piutang yang ditaksir tidak akan dapat diterima, dicatat dengan mendebet rekening kerugian piutang dan mengkredit cadangan kerugian piutang

3. Kerugian piutang yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebet rekening cadangan kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang dagang pada saat piutang dihapus dari pembukuan.

Dalam laporan laba-rugi kerugian piutang dilaporkan sebagai beban umum, karena tugas-tugas pemberian kredit dan penagihan dibawah tanggung jawab departemen akuntansi dalam rangka administrasi umum. Dalam neraca piutang dagang dilaporkan dalam nilai netto dengan jelas yang nenunjukkan besarnya penyisihan atau dicantumkan secara teperinci.

Apabila segala sesuatu telah dilakukan untuk menagih piutang yang sudah lewat waktu tidak mendatangkan hasil and perusahaan berkeyakinan bahwa piutang tersebut tidak dapat diterima pelunasannya, maka piutang demikian harus dihapuskan dari pembukuan. Untuk mencegah penghapusan dini, maka penghapusan piutang harus mendapatkan persetujuan dari manajemen yang


(45)

Cadangan Kerugian Piutang Rp XXX

Piutang Usaha Rp XXX

Kadang-kadang piutang yang telah dihapuskan sebelumnya mungkin saja dikemudian hari dapat ditagih kembali. Dalam hal ini piutang tersebut harus ditimbulkan lagi, dalam ayat jurnal:

Piutang usaha Rp XXX

Penyisihan Piutang ragu-ragu Rp XXX

Uang kas yang diterima dari pembayaran tersebut dicatat dalam buku harian (jurnal) penerimaan kas sebagai penerimaan piutang. Ayat jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari piutang yang telah dihapuskan yaitu :

Kas Rp XXX

Piuang tak tertagih Rp XXX

Seperti halnya penghapusan piutang, penerimaan kembali piutang akan berpengaruh terhadap rekening-rekening neraca (ril).

Mengestimasikan piutang tak tertagih pada akhir periode fiscal didasarkan pada pengalaman bagian perusahaan dimasa lalu dan perediksi kegiatan perusahaan dimasa depan.

Jika perekonomian secara umum berjalan secara baik, jumlah beban piutang tak tertagih biasanya lebih rendah dibandingkan jika prekonomian sedang resesi.

Menurut Niswonger (2003:329) estimasi piutang tak tertagih biasanya didasarkan pada :

1. Jumlah penjualan, seperti diperlihatkan dalam laporan laba-rugi periode tertentu.


(46)

2. Jumlah piutang, seperti diperlihatkan dalam neraca akhir periode dan umur piutang usaha

Piutang yang tidak dapat ditagih oleh manajemen biasanya terlebih dahulu dilakukan penaksiran yang didasarkan pada :

1. Taksiran berdasarkan jumlah penjualan

Pada metode ini lebih ditekankan penandingan pendapatan biaya, jika ada hubungan yang cukup stabil antara penjualan tahun sebelumnya dengan piutang tak tertagih maka persentase tersebut digunakan sebagai dasar untuk menentukan beban piutang yang tidak tertagih tahun ini. Dengan jurnal sebagai berikut:

Beban Piutang tak tertagih Rp XXX

Penyisihan Piutang Ragu-ragu Rp XXX 2. Taksiran berdasarkan alalisis piutang

Semakin lama peredaran piutang usaha semakin kecil kemungkinan piutang tersebut akan tertagih. Jadi kita bisa mendaftarkan estimasi piutang tak tertagih pada seberapa lama piutang tersebut telah beredar. Metode yang paling lazim digunakan untuk mendapatkan penyisahan piutang usaha hanya beredar adalah melalui penetapan umur piutang (aging the receivables), masing-masing piutang dianalisis untuk menetapkan piutang mana yang belum dan mana yang sudah jatuh tempo.


(47)

B. Metode penghapusan piutang

Penghapusan piutang ini merupakan suatu kerugian bagi perusahaan, piutang yang tidak tertagih terjadi karena debitur lari, meninggal dunia, bangkrut, atau sebab-sebab lain yang mengakibatkan dihapuskannya rekening piutang. Pencatatan penghapusan piutang tidak dibebankan kerekening cadangan kerugian piutang, karena kerugian piutangnya sudah diakui pada akhir periode sebelumnya. Jurnal penghapusan piutang dapat dicatat sebagai berikut:

Cadangan Kerugian Piutang Rp XXX

Piutang Rp XXX

Kadang-kadang piutang yang sudah dihapuskan dilunasi kembali oleh debitur sehingga terjadi penerimaan piutang yang sudah dihapuskan. Jurnalnya sebagai berikut:

Kas Rp XXX

Cadangan kerugian Piutang Rp XXX

Bila pelunasan piutang yang sudah dihapuskan tidak langsung diterima, maka pada saat diketahui bahwa piutang akan dilunasi dibuat jurnal:

Piutang Rp XXX

Cadangan Piutang tak Tertagih RpXXX

Metode penyisihan menekankan pada pelaporan beban piutang (akibat piutang tak tertagih) tak tertagih dalam periode dimana penjualan terkait terjadi. Penekanan pada perbandingan antara beban dengan pendapatan ini merupakan metode akuntansi yang lebih disukai untuk piutang ragu-ragu. Namun ada situasi


(48)

dimana tidak mungkin untuk mengestimasikan secara akurat, piutang tak tertagih pada akhir periode. Di samping itu, jika perusahaan menjual sebagian barang dan jasanya secara tunai, maka jumlah beban dari piutang tak tertagih biasanya kecil. Dalam hal ini, jumlah piutang juga merupakan bagian yang relative kecil dari total aktiva lancar. Ayat jurnal untuk menghapus piutang yang telah diputuskan tidak akan tertagih adalah :

Beban Piutang Tak Tertagih Rp XXX

Piutang Usaha –D.L Ross Rp XXX

Sedangkan untuk menimbulkan kembali piutang yang telah dihapuskan adalah sebagai berikut

Piutang Usaha –D.L Ross Rp XXX

Beban piutang tak tertagih Rp XXX

G.

Prosedur Penagihan Penjualan Kredit (Piutang)

Prosedur penagihan piutang merupakan lanjutan dari prosedur penjualan kredit yang timbul dari penjualan kredit, maka kedua prosedur ini mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebagaimana dijelaskan bahwa piutang yang sudah jatuh tempo akan dilakukan penagihannya. Penagihan piutang dalam jumlah sedikit akan lebih mudah dan sederhana. Jika jumlah debitur banyak, diperlukan suatu penanganan yang khusus agar tercipta sistem akuntansi atas penagihan piutang. Prosedur penagihan piutang secara rinci adalah sebagai berikut:


(49)

a. Apabila barang dagangan hendak dikirim bagian faktur menyiapkan faktur penjualan, faktur ini dalam beberapa rangkap yaitu untuk pelanggan, bagian piutang, bagian pembukuan dan juga bagian faktur sebagai pertinggal.

b. Faktur yang diterima bagian piutang selanjutnya dikirim kebagian piutang untuk dicatatkan kedalam buku pembantu, buku pembantu dijumlahkan, dibukukan kedalam buku besar piutang.

c. Pada saat jatuh tempo kasir akan menerima pembayaran piutang dan menyiapkan bukti pembayaran yang dapat dibuat dalam rangkap tiga:

1. Untuk kasir sebagai pertinggal

2. Untuk bagian pembukuan sebagai dasar pengkreditan piutang

3. Untuk bagian piutang sebagai dasar bahwa faktur telah lunas dibayar Dalam bukti pembayaran dicantumkan:

1. Jumlah piutang atau tagihan sejumlah nominal faktur 2. Jumlah potongan jika ada

Bukti tertulis dibuat untuk menunjukkan bahwa penghapusan piutang telah disetujui secara sah, nota dikirim ke internal auditor agar internal auditor mengetahui dan dapat melakukan pengawasan terhadap penghapusan piutang, selanjutnya nota dikirim ke bagian pembukuan sebagai dasar untuk pengkreditan dan juga ke bagian faktur sebagai dasar pemberitahuan bahwa piutang dihapuskan.


(50)

H. Hubungan penjualan kredit dengan laporan keuangan

Sebenarnya hubungan penjualan kredit dengan laporan keuangan harus jelas dan sinkron. Misalnya penjualan kredit walaupun belum tertagih sudah ditangguhkan sebagai hasil di dalam perhitungan laba-rugi padahal bisa saja penjualan tersebut membalikkan sebagian dipotong sebagian dari piutang tersebut dibiayakan dan yang lebih lagi dapat dihapuskan, jadi yang ditagih dari penjualan tersebut murni hanya 70% tetapi penjualan tetap 100%.

Contoh income statement

Sales 100%

:

Sales return (2%)

Sales discount (3%)

Net Sales 95%

Cost of good sold 30%

Gross Profit 65%

Salah satu beban penyisihan piutang sangsi 2% Operating Espenses

63% Di Neraca


(51)

Alokasi penyisihan piutang 2%

Piutang NET 8%

Karena hasil akhir dari akuntansi adalah laporan keuangan maka semua perkiraan atau buku besar yang real masuk ke balance sheets + mix account dan semua perkiraan yang nominal + mix masuk income statement. Maka wajarlah laporan keuangan itu sumber informasi yang cukup penting bagi para penbacanya yang ingin mengetahui dan memerlukannya.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

a. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini penulis lakukan dikantor PT. TSBI (Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia) di desa Doulu Berastagi Sumatera Utara, dan waktu penelitian dimulai pada bulan Agustus 2009 sampai dengan selesainya skripsi ini.

b. Jenis dan Sumber data

Adapun jenis data yang dikumpulkan adalah jenis data kualitatif dan kuantatif yang bersumber dari data primer dan juga data sekunder.

a. Data Primer adalah data yang belum diolah yang didapatkan langsung dari objek penelitian yaitu dari PT. TSBI yaitu prosedur piutang yang terdiri dari prosedur penjualan kredit, pencatatan piutang, penagihan piutang, penilaian piutang dan sistem pengawasan piutang serta hal-hal lain yang berkaitan dengan judul skripsi penulis diatas.

b. Data Sekunder adalah data yang telah diolah dan didapatkan langsung dari objek penelitian berupa gambaran umum PT. TSBI. Laporan keuangan , daftar piutang, buku besar, dan buku pembantu piutang , bagan penjualan kredit dan lain-lain.


(53)

c. Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga teknik yang penulis buat untuk pengumpulan data yaitu:

a. Teknik Wawancara yakni dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak tertentu di PT. TSBI dalam hal ini pihak akuntansinya. b. Teknik Dokumentasi, yaitu dengan meneliti data-data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk yang sudah jadi yaitu struktur organisasi, data penjualan dll.

c. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

d. Metode Analisa Data

Adapun metode analisa data yang digunakan adalah:

a. Metode Deskriptif yaitu metode penggumpulan data-data penelitian yang diperoleh dari PT. TSBI dan menginterpretasikan dan kemudian dianalisis serta dibandingkan dengan teori – teori , lalu diambil suatu kesimpulan dan selanjutnya memberi saran.

b. Metode Komparatif yaitu membandingkan antara piutang akibat penjualan dengan realisasi yang ada di PT. TSBI


(54)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. DATA PENELITIAN 1. Sejarah Perusahaan

Seiring dengan Perkembangan zaman maka manusia membutuhkan air yang cukup layak dikomsumsi dan sumber air tersebut semakin lama semakin terbatas.

PT.Aqua Golden Misissippi yang membuat minuman cukup murah yang mengolah air jadi minuman tanpa bahan pengawet dan tanpa membuat rasa air tawar. Bermodal dari itulah maka di Indonesia bermunculan minuman murah dengan kemasan plastik dan sampai-sampai di Rumah tangga tidak lagi memasak air untuk dikomsumsi setiap hari cukup membeli aqua saja. Modal kalau disbanding memproduksi minyak yang jauh lebih sukar dan mahal dari pada Aqua dan harga jualnya bisa mendekati.

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan airmaka di Indonesia berdirilah pabrik aquayang memproduksi minuman yang cukup murah dan mengambil bahan bakunya dari mata air pengunungan.

Tahun 1992 berdirilah PT. TIRTA Sibayakindo Indonesia dan hampir seluruh operasionalnya dilakukan di Berastagi, sedangkan Pembotolan atau Produksi di Doulu. PT. TSBI sanggup mensuplai Aqua


(55)

2. Struktur Organisasi

Gambar : 4.1

PT. TSBI ini dipimpin oleh seorang pimpinan yang namanya Kepala Depo dan Kepala Depo ini mempunyai tugas menggerakkan perusahaan dan ditangan dialah maju mundurnya perusahaan.

Kepala Depo ini memberikan arahan kerja untuk 8 orang kepala agar setiap bagian bekerja memimpin bagianya dan laporannya sendiri jelas kepada Kepala Depo. Laporan tersebut bisa harian, mingguan, bulanan, tahunan agar kelihatan maju mundurnya perusahaan. Kepala Depo ini walaupun kantornya di Medan dapat melihat perkembangan perusahaan setiap hari baik segi produksi, pemasaran, mutu, tenaga kerja dll, karena Kepala Depo setiap saat bisa dengan akses Laptop dan Hp dari setiap orang yang berada dibawahnya.

Kepala Depo KPL Teknik KPL Produksi Quality Control (Kpl) LOGISTK

KPL Gudang Barang Siap Dijual

(Kpl)

HR Keuangan

Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor


(56)

Setiap kepala bagian bekerja keras untuk bergerak dan maju mengawasi bagiannya masing-masing, suatu saat jika ada masalah kepala setiap bagian masing-masing memanggil supervisornya.

3. Prosedur Penjualan Kredit

Seluruh hasil produksi dari pabriknya di Doulu dimasukkan di Gudang dan dari Gudang dikirim ke gudang distributor dan dari gudang distributor baru diperoleh kekonsumen.Itulah prosedur baik tunai maupun kredit.

Gambar 4.2 : Alur Penjualan Kredit

Konsumen membeli air minum dari kedai-kedai, depot kecil dan lain-lain. Untuk mempercepat saluran pemasaran atau penjualan maka surat-menyurat melalui prosedur tetapi produk aqua bisa langsung dari pabrik ke konsumennya, tujuannya agar produk tidak menumpuk digudang. baik gudang pabrik Doulu maupun gudang pabrik distributor, akan tetapi prosedur surat-menyurat tetap melalui jalur yang telah digariskan.

Kepala bagian produksi sudah mendapatkan laporan jurnal produksi setiap hari Penjualan

Kredit


(57)

Produksi Aqua satu juta liter setiap hari yang dimasukkan dalam kemasan plastik yaitu:

1. Aqua 5 Gallon 2. Aqua 1500 ml 3. Aqua 600 ml 4. Aqua 240 ml

Laporan kepala pabrik masuk kepala gudang Finish Good rangkap 3 yaitu satu lembar untuk kepala gudang, satu lembar untuk pembukuan Akuntansi dan satu pertinggal. Kepala Gudang akan mengeluarkan barang jika ada permintaan dari kepala pemasaran meminta kepala gudang untuk mengeluarkan aqua dengan bukti pemintaan dari kepala pemasaran walaupun yang mengantarkan supir truck, satu lembar untuk kepala gudang, satu lembar untuk dipembukuan satu pertinggal dipemasaran. Jadi kepala gudang mengtahui persis berapa masuk , keluar dan sisa aqua digudang setiap hari, tetapi mengenai harga produk ini harga jual dan lain-lain tidak mengerti.

Kepala pemasaran tahu persis berapa terjual setiap hari dengan harga yang sudah ditetapkan antara Distributor dengan Kepala Depo untuk pengajian per tiga bulan. Kepala pemasaran tahu berapa terjual dan berapa harganya akan tetapi yang memegang uang dalam bentuk cek, giro dll Kepala Akuntansi atau keuangan dan uang itu berada di Bank walaupum kepala depo mengetahui berapa terjual, berapa harga dan tetapi harga pokok , harga jual, biaya dll tetap dipegang oleh kepala akuntansi /pembukuan dan Kepala depo tetap mendapat laporan telepon sampai sedetail mungkin. Sebenarnya kepala pemasaran tidaklah laporan dan pekerjaannya


(58)

karena setiap produksi laku terjual yaitu mesin gudang Distributor jadi laku atau tidak dibuat distributor. PT TSBI tidak tahu yang penting sesudah masuk barang digudang didistributor harus diselaesaikan pembayarannya. Biasanya atau prosedur yang dibuat oleh PT.TSBI adalah aqua sampai digudang distributor maka perusahaan ini sudah mendapatkan cek/giro paling lambat di uangkan 12 hari. Jadi istilahnya sudah ada penjualan kredit pada teorinya penjualan yang tidak mendapat uang tunai sama dengan kredit, tetapi untuk PT.TSBI ini 12 hari dianggap tunai maka tidak ada laporan penualan kredit atau analisa umum piutang, atau tabel piutang umum saja. Setiap bualan harus ada kelihatan cek, atau Giro mana dan penjual, kapan yang belum diuangkan. Sampai saat ini belum ada distributor yang memberikan cek.giro lewat dari 12 hari tunai. Mungkin saja karena kebutuhan konsumen tidak sebanding produksi, padahal banyak saingan dengan merek lain. Maka 100 % Produk terjual dan belum ada komplain lain tentang harga maupun waktu.

Laporan Penjualan Kredit PT TSBI

Januari 2009

Penjualan Galon 19063 pcs = Rp 139.870.150 Penjualan Botol 1500 ml 1 box = Rp 29.450

Penjualan Botol 600 ml 307 box = Rp 6.775.950 Penjualan Gelas 240 ml 288 box = Rp 3.978.000


(59)

gudang ini dapat dijual tunai untuk masyarakat setempat mulai dari Doulu sampai Berastagi dengan jumlah terbatas.. Hal ini dilakukan agar masyarakat sekitar perusahaan dapat ikut menikmati kemajuan PT.TSBI.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Hubungan Produksi Dengan Penjualan Kredit

Sebenarnya hubungan itu sangat erat sekali karena yang utama sekali diperhatikan pada saat perusahaan berdiri adalah ada dan sanggup tidaknya perusahaan melakukan penjualan. Mengingat banyaknya saingan, baik mutu maupun harga. Selanjutnya jenis produk apa yang harus dijual jika sudah siap harus diproduksi dengan jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan konsumen. Jika produk banyak atau melebihi permintaan maka harga akan jatuh atau dijual dengan berbagai cara salah satunya adalah kredit. Tetapi jika produk sedikit permintaan meningkat maka harga naik terus melambung. Kedua cara ini tidak diikuti oleh PT.TSBI karena perusahaan ini memproduksi aqua dan tidak memproduksi produk lain. Jumlah produksi AQUA yang begitu besar meskipun dengan saingan yang begitu banyak tetapi AQUA tetap terjual habis di pasaran. Setiap produk AQUA yang siap diproduksi penjualannya dianggap tunai, padahal pembayaran tunai oleh distributor memerlukan waktu selama 12 hari. Laporan piutang tidak ada, akan tetapi laporan cek atau giro yang belum diuangkan adalah sebagai berikut.


(60)

PT. TSBI

LAPORAN CEK/F\GIRO YANG BELUM DIUANGKAN

Penjualan 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

PT.TSBI mendapatkan piutang 12 hari setiap penjualan, dengan demikian hampir setiap hari ada pelunasan. Piutang kemudian dimasukkan ke Bank langganan PT.TSBI.


(61)

2. Hubungan Penjualan Dengan Kredit Analisa Umur Piutang

Selain penjualan secara tunai untuk produk PT.TSBI maka ada lagi penjualan secara kredit. Jika penulis lihat dan analisa selama melakukan penelitian maka penjualan kredit yang dilakukan oleh PT.TSBI 90 % adalah penjualan kredit yang diberikan kepada distributor.

Kredit tersebut sudah merupakan peraturan dimana produk sampai digudang distributor maka diberikan cek atau giro selama 12 hari. Karena penjualan setiap hari maka piutang juga bertambah setiap hari sedangkan penjualan tunai hanya dilakukan untuk partai kecil disekitar lokasi pabrik dan kantor operasi Berastagi.

PT. TSBI

LAPORAN ANALISA UMUR PIUTANG UNTUK 31-12-2009 Nama Distributor Total Piutang (000)

Umur Piutang (Hari)

Distributor A Distributor B Distributor C Distributor D Distributor E 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.800.000 800.000 (1000)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

400 200 190 100 75 370 300 180 100 75 30 100 120 100 75 370 400 110 100 75 30 100 160 100 75 270 200 140 100 75 130 100 200 100 75 170 300 200 100 75 230 200 500 250 75 100 100 100 250 750 600 600 200 250 25 300 400 200 250 25

11.600.000 965 925 5465


(62)

Distributor yang terbesar adalah pengedar untuk kebutuhan penjualan kota Medan. Lalu diikuti oleh Distributor kota satelit sekitar pengiriman Medan yaitu Binjai, Belawan, Pakam, Pancur Batu dan lain-lain. Distributor ketiga adalah Kota besar ± 140 km dari Kodya Medan yaitu siantar dan Kabanjahe. Demikian juga distributor yang keempat dan kelima Semakin kecil karena semakin sempit dari lokasi produk dan lokasi kota Medan. Jumlah piutang seiring dengan jurnal produk yang diangkut dari pabrik jika banyak yang diangkut berarti piutang besar jika sedikit yang diangkut maka sedikit piutang. Semakin banyak produk yang dihasilkan juga tetap produk habis terjual karena semakin banyaknya kebutuhan komsumsi air masyarakat. Lebih dari 10 jenis produk pesaing misalnya:

1) Aquades 2) Ades 3) Limas 4) Dll

3. Hubungan Penjualan Kredit Dengan Laporan Keuangan

Hubungan penjualan kredit dengan laporan keuangan jelas ada karena semua perusahaan akan menyusun laporan keuangan setiap 31 desember, demikian juga dengan PT.TSBI menyusun laporan keunagan bukan hanya setiap akhir tahun. Laporan keuangan tersebut ada juga per 6 bulan, per tri wulan, dan per bulan, untuk berbagai kebutuhan.


(63)

pengembalian dan diskon, sedangkan hasil penjualan tersebut baik tunai maupun kredit masuk ke laporan keuangan dan neraca. Di neraca tersebut piutang tersebut dikurangi lagi dengan piutang yang tak tertagih, akan tetapi pada PT.TSBI tidak atau belum ada piutang yang tak tertagih dari hasil penjualan kredit tersebut.

Sampai saat ini PT.TSBI belum menemukan penjualan yang dikembalikan, sedangkan potongan penjualan diberikan kepada distributor yang melebihi target. Selain itu pembeli sekitar pabrik pembotolan dan gedumg administrasi di Berastagi diberikan diskon atau potongan.

Piutang tak tertagih belum ada karena semua piutang ditagih langsung ke distributor.

C. Analisis Hasil Penelitian 1. Prosedur Piutang Perusahaan.

Prosedur piutang yang akan dibahas pada PT. Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia meliputi prosedur terjadinya piutang, prosedur penilaian piutang, prosedur penagihan piutang dan prosedur penghapusan piutang. Sebelum menjadi pelanggan pada PT. TSBI maka calon pelanggan harus menempuh proses seleksi dari bagian penjualan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat penjelasan berikut:

Prosedur terjadinya piutang

a. Pemrosesan data pelanggan baru melalui bagian penjualan.

Bagian penjualan memberikan formulir untuk diisi oleh calon pelanggan, dimana formulir ini disebut dengan formulir BP ( Bukti Pesanan) yang berisi


(64)

informasi mengenai calon pelanggan dan ketentuan berlangganan. Adapun syarat yang harus dilampirkan adalah berupa: fotocopy KTP bagi pelanggan perorangan ( perlu diminta ulang jika ada perubahan alamat) dan NPWP. Setelahbekas si dengan lengkap kemudian dilakukan survey oleh bagian penjualan . Bila dikatakan layak oleh bagian penjualan akan dilanjutkan dengan menyerahkan data – data ke bagian credit control. Adapun kegunaan survey dari bagian penjualan adalah untuk mengetahui apakah calon pelanggan tersebut bertempat tinggal sesuai dengan alamat yang tertera di KTP dan mencari tahu usaha / bisnis apa saja yang dilakukan oleh calon pelanggan, bagaimana kondisi keuangannya, apakah calon pelanggan memiliki kemampuan untuk membayar kewajibannya kepada pihak perusahaan, sehingga bisa memperkecil resiko tunggakan piutang.

Credit control akan mengecek ulang data calon pelanggan tersebut dengan tujuan untuk melihat apakah pelanggan tersebut pernah menjadi pelanggan PT. Tirta Sibayakindo Berastagi Indonesia sebelumnya, dan jika pernah apakah masih ada piutang yang belum dilunasi. Tetapi jika tidak dan telah memenuhi syarat berarti calon pelanggan layak untuk menjadi pelanggan perusahaan.

b. Proses Penjualan Kredit

Apabila semua persyaratan telah dipenuhi dan disetujui maka bagian penjualan dapat menerima pesanan dari pelanggan dengan membuka faktur


(65)

rangkap 4, dimana tembusan 1 untuk bagian kredit, tembusan 2 untuk langganan, tembusan 3 untuk bagian pengiriman dan tembusan 4 untuk arsip yang akan di filling oleh administrasi invoice. Faktur tersebut harus mendapat otorisasi dari bagian kredit, setelah ada otorisasi dari bagian kredit maka bagian penjualan akan menerbitkan surat jalan yang juga terdiri dari rangkap 4, dan perlakuannya sama seperti faktur. Tujuan diterbitkannya surat jalan adalah untuk melakukan pengiriman dari gudang kepada pelanggan.

Bagian pengiriman harus melakukan pengiriman sesuai dengan tanggal pengiriman dan membawa surat jalan yang telah dibuka oleh bagian penjualan. Setelah barang sampai di tangan pelanggan maka pelanggan menandatangani surat jalan yang dibawa oleh bagian pengiriman sebagai bukti bahwa barang telah diterima.

Setelah itu bagian penjualan akan mengirimkan faktur yang telah dibukanya ke bagian pembukuan sebagai dasar timbulnya transaksi penjualan kredit. Transaksi lalu dicatat ke buku harian jurnal penjualan yang setiap periode akan diposting ke buku besar.

c. Proses Pencatatan Akuntansi.

Sistem pencatatan akuntansi adalah pencatatan data transaksi keuangan yang terjadidalam operasi perusahaan. Sistem akuntansi perusahaan sudah dijalankan secara komputerisasi dimana system akuntansi yang dipakai diberi nama DMS, SAP dan dbxtra. Walaupun system akuntansi perusahaan sudah menggunakan system komputerisasi namun pencatatan akuntansinya dapat dijelaskan melalui alat – alat pencatatan berikut:


(66)

i. Dokumen – dokumen

Sebagai dasar pencatatan dalam buku harian berupa formulir – formulir yang merupakan dasar pencatatan dan pengawasan intern. Contoh : faktur, kwitansi, nota debit / kredit, bukti penerimaan dan pengeluaan, dan lain – lain.

2) Buku Harian ( Jurnal )

Buku jurnal yang terdiri dari:

a. Buku Kas : Mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran uang melalui kas.

b. Buku Bank : Mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran uang melalui bank.

c. Buku Penjualan : Mencatat setiap penjualan yang terjadi baik kas maupun kredit.

d. Buku Harian Umum : mencatat transaksi – transaksi yang tidak dapat dicatat dalam jurnal khusus di atas.


(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Untuk menyelesaikan skripsi ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan judul skripsi penulis dan juga PT. TSBI

Adapun kesimpulan yang penulis berikan adalah sebagai berikut :

1. PT.TSBI adalah perusahaan yang memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (Aqua) yang cukup besar di Sumatera. Perusahaan ini berkantor pusat di Medan untuk wilayah Sumatera, sedangkan untuk pabrik berada di Doulu Berastagi. Perusahaan ini hanya membotolkan tanpa merubah bahan baku, dan produksi ini adalah salah satu dari sekian banyak produk minuman.


(68)

2. Perusahaan TSBI tidak menjual langsung kepada konsumen melainkan masuk dulu kedalam distributor, dari distributor masuk ke berbagai tempat kedai kecil (pengecer) dari sini langsung diambil konsumen. Selain itu penjualalan untuk partai kecil dilokasi pabrik dan pemasaran dijualkan secara tunai, dengan jumlah yang cukup kecil.

3. Analisa Umur Piutang terbagi menjadi 12 macam yaitu piutang 12 hari, 11, 10 hari, 9, 8,7,6,5,4,3,2,1 hari dan piutang tersebut dibagi menjadi beberapa distributor.

4. Distributor terbesar adalah untuk mensuplai kebutuhan kota Medan

5. Semua Produk minuman sejenis, aqua adalah yang terbaik untuk dikonsumsi masyarakat .

6. Produk PT.TSBI terbagi : • Aqua 5gallon

• Aqua 1500 ml • Aqua 600 ml • Aqua 240 ml

7. Produk PT.TSBI memiliki bahan baku utama dari ciptaan Tuhan mengalir tanpa henti 24 jam.

B. SARAN

1. Sebaiknya seluruh operasional perusahaan mulai kantor pusat sampai kepada operasi dan pabrik berada di Doulu agar dampaknya kelihatan


(69)

2. Karena bahan baku diambil dari ciptaan Tuhan maka semua tenaga kerja daerah yang bisa dipakai dipergunakan pada perusahaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N, 2000. Sistem Pengembalian Managemen, Edisi kelima Penerjemah F.X. Kurniawan Tjakrawala, Salemba Empat, Jakarta.

Belkaoui, Ahmed, 2003, Teori Akuntansi, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kieso, E. Donald, dan Weygandt J.Jerry and Terry Warfield, 2004. Intermediete Accounting, Eleventh Edition, John Willey and Son Inc, New York.

Mc Leod, Raymond, Sistem Informasi Manajemen, Jilid II, Penerbit Prehallindo, 2004, Jakarta.


(70)

Skousen, K., Fred, and Sticekm Earl. 2000. Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Pertama, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Sofyan Safri. 2000. Sistem Pengawasan Manajemen, Cetakan Pertama, PT. Pustaka Quantum, Jakarta.

Warren, Reeve, Fess, 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi Dua Puluh Satu, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Widjajanto Nogroho, 2001, Sistem Informasi Akuntansi. Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Ekonomi, 2004, Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal dan Penulisan Skripsi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Raph Ester, Kamus Akuntansi, 2000, Rhineka cipta, Jakarta Indonesia, Edisi Revisi.

Brigham, F Eugene dan Joel F Houston, 2000, Dasar-dasar Managemen Keungan Terjemahan

Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh, Salemba Empat, Jakarta. Baridman, Zaki. 2002. Sistem Akuntansi, Edisi -5. Yogyakarta: BFBE

Rivai, veithzal dan Andrian Permata Vetsal, 2004. Credit Managemen Handbook, Edisi

Pertama, Jakarta.

Syahyunan, 2004. Managemen Keuangan I (Perencanaan Analisis dan Pengendalian Keuangan)


(71)

(1)

i. Dokumen – dokumen

Sebagai dasar pencatatan dalam buku harian berupa formulir – formulir yang merupakan dasar pencatatan dan pengawasan intern. Contoh : faktur, kwitansi, nota debit / kredit, bukti penerimaan dan pengeluaan, dan lain – lain.

2) Buku Harian ( Jurnal )

Buku jurnal yang terdiri dari:

a. Buku Kas : Mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran uang melalui kas.

b. Buku Bank : Mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran uang melalui bank.

c. Buku Penjualan : Mencatat setiap penjualan yang terjadi baik kas maupun kredit.

d. Buku Harian Umum : mencatat transaksi – transaksi yang tidak dapat dicatat dalam jurnal khusus di atas.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Untuk menyelesaikan skripsi ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan judul skripsi penulis dan juga PT. TSBI

Adapun kesimpulan yang penulis berikan adalah sebagai berikut :

1. PT.TSBI adalah perusahaan yang memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (Aqua) yang cukup besar di Sumatera. Perusahaan ini berkantor pusat di Medan untuk wilayah Sumatera, sedangkan untuk pabrik berada di Doulu Berastagi. Perusahaan ini hanya membotolkan tanpa merubah bahan baku, dan produksi ini adalah salah satu dari sekian banyak produk minuman.


(3)

2. Perusahaan TSBI tidak menjual langsung kepada konsumen melainkan masuk dulu kedalam distributor, dari distributor masuk ke berbagai tempat kedai kecil (pengecer) dari sini langsung diambil konsumen. Selain itu penjualalan untuk partai kecil dilokasi pabrik dan pemasaran dijualkan secara tunai, dengan jumlah yang cukup kecil.

3. Analisa Umur Piutang terbagi menjadi 12 macam yaitu piutang 12 hari, 11, 10 hari, 9, 8,7,6,5,4,3,2,1 hari dan piutang tersebut dibagi menjadi beberapa distributor.

4. Distributor terbesar adalah untuk mensuplai kebutuhan kota Medan

5. Semua Produk minuman sejenis, aqua adalah yang terbaik untuk dikonsumsi masyarakat .

6. Produk PT.TSBI terbagi : • Aqua 5gallon

• Aqua 1500 ml • Aqua 600 ml • Aqua 240 ml

7. Produk PT.TSBI memiliki bahan baku utama dari ciptaan Tuhan mengalir tanpa henti 24 jam.

B. SARAN

1. Sebaiknya seluruh operasional perusahaan mulai kantor pusat sampai kepada operasi dan pabrik berada di Doulu agar dampaknya kelihatan kepada penduduk setempat mis: tenaga kerja, pajak, dll


(4)

2. Karena bahan baku diambil dari ciptaan Tuhan maka semua tenaga kerja daerah yang bisa dipakai dipergunakan pada perusahaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N, 2000. Sistem Pengembalian Managemen, Edisi kelima Penerjemah F.X. Kurniawan Tjakrawala, Salemba Empat, Jakarta.

Belkaoui, Ahmed, 2003, Teori Akuntansi, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kieso, E. Donald, dan Weygandt J.Jerry and Terry Warfield, 2004. Intermediete Accounting, Eleventh Edition, John Willey and Son Inc, New York.

Mc Leod, Raymond, Sistem Informasi Manajemen, Jilid II, Penerbit Prehallindo, 2004, Jakarta.


(5)

Skousen, K., Fred, and Sticekm Earl. 2000. Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Pertama, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Sofyan Safri. 2000. Sistem Pengawasan Manajemen, Cetakan Pertama, PT. Pustaka Quantum, Jakarta.

Warren, Reeve, Fess, 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi Dua Puluh Satu, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Widjajanto Nogroho, 2001, Sistem Informasi Akuntansi. Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Ekonomi, 2004, Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal dan Penulisan Skripsi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Raph Ester, Kamus Akuntansi, 2000, Rhineka cipta, Jakarta Indonesia, Edisi Revisi.

Brigham, F Eugene dan Joel F Houston, 2000, Dasar-dasar Managemen Keungan Terjemahan

Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh, Salemba Empat, Jakarta. Baridman, Zaki. 2002. Sistem Akuntansi, Edisi -5. Yogyakarta: BFBE

Rivai, veithzal dan Andrian Permata Vetsal, 2004. Credit Managemen Handbook, Edisi

Pertama, Jakarta.

Syahyunan, 2004. Managemen Keuangan I (Perencanaan Analisis dan Pengendalian Keuangan)


(6)