benar untuk dialihkan ke jalan ketaatan kepada Allah, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka
berbuat jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
16
Dari berbagai pengertian para pakar di atas terdapat persamaan dan perbedaan. Namun, dapat disimpulkan bahwa
dakwah adalah suatu usaha baik lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang membutuhkan proses untuk menyeru dan
mengajak individu, golongan, atau kelompok untuk mengikuti ajaran Islam untuk beramal ma’ruf nahi munkar dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari untuk menuju kepada situasi yang lebih baik dengan keridhaan Allah.
2. Unsur-unsur Dakwah
Dalam berdakwah, ada beberapa unsur yang harus dipenuhi agar dakwah tersampaikan. Unsur-unsur tersebut adalah:
a. Subjek Dakwah Pada dasarnya da’i subjek dakwah merupakan orang atau
sekelompok orang yang melaksanakan atau menyiarkan dakwah.
17
Seorang da’i harus memiliki bekal yang cukup dalam berdakwah dan harus mampu membimbing umat
16
Moh Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006, h.10.
17
Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam, Solo: Citra Islami Press, 1996, h. 20.
untuk memahami realitas, memaksimalkan potensi yang mereka miliki.
b. Objek Dakwah Objek dakwah mad’u merupakan penerima pesan dakwah
dari subjek dakwah da’i. Dalam kegiatan dakwah unsur ini harus diperhatikan karena ini merupakan sasaran
dakwah yang melaksanakan tujuan dakwah. Oleh sebab itu, dalam berdakwah seorang da’i harus memahami
karakteristik objek dakwah agar dakwah yang disampaikan dapat diterima.
c. Metode Dakwah Dalam segi bahasa metode berasal dari dua kata
yaitu ”meta” melalui dan ”hodos” jalan, cara.
18
Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau
jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari
bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata metodos
artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq.
19
18
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, Cet. Ke-1, h. 61.
19
Hasanuddin, Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet. Ke-1, h. 35.
Landasan umum mengenai metode dakwah adalah Al- Qur’an Surat An-Nahl ayat 125 yang artinya:
”Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa bentuk metode dakwah ada tiga yaitu:
a Metode Al-Hikmah dengan hikmah Kata ”Hikmah” dalam Al-Qur’an disebutkan
sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah
”hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum
berarti mencegah dari kezaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal
yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.