BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi landasan teori dari berbagai referensi yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini berisi sejarah berdirinya grup nasyid Snada, profil personil grup nasyid Snada, hasil karya cipta grup nasyid Snada,
penghargaan grup nasyid Snada. BAB IV
PEMBAHASAN Bab ini berisi penjelasan dari hasil analisis semiotik pesan dakwah
dalam video klip Demi Matahari karya Snada. BAB V
PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Semiotik
1. Konsep Semiotik
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak
digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion
yang berarti „tanda’ atau „sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal,
dan sebagainya.
1
Menurut danessi dan perron 1999: 68-70, tujuan utama semiotika adalah memahami kemampuan otak kita untuk
memproduksi dan memahami tanda serta kegiatan membangun pengetahuan tentang sesuatu dalam kehidupan manusia.
2
Menurut John Fiske, studi semiotik dapat dibagi ke dalam bagian sebagai berikut
3
: a. Tanda itu sendiri. Wilayah ini meliputi kajian mengenai
berbagai jenis tanda yang berbeda, cara-cara berbeda dari tanda-tanda di dalam menghasilkan makna, dan
1
http:id.wikipedia.orgwikiSemiotika .
2
Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, Depok: Komunitas Bambu, 2011, h. 23.
3
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012, Cet ke-1, h. 66.
cara tanda-tanda tersebut berhubungan dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi
manusia dan hanya bisa dipahami didalam kerangka penggunaankonteks orang-orang yang menempatkan
tanda-tanda tersebut.
b. Kode-kode atau
sistem dimana
tanda-tanda diorganisasi. Kajian ini melingkupi bagaimana beragam
kode telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya, atau untuk mengeksploitasi
saluran-saluran komunikasi
yang tersedia
bagi
pengiriman kode-kode tersebut.
c. Budaya tempat dimana kode-kode dan tanda-tanda beroperasi. Hal ini pada gilirannya bergantung pada
penggunaan dari kode-kode dan tanda-tanda untuk
eksistensi dan bentuknya sendiri.
Semiotika berasal dari kata Yunani: semion, yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai
metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang
berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial.
4
4
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta: Penerbit Jalasutra, 2008, h. 11.
Semiotik pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal. Memaknai dalam hal ini tidak
dapat digabungkan dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal
mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.
5
Dalam buku Semiotika Visual yang ditulis oleh Sumbo Tinarbuko menyatakan bahwa semiotika memiliki dua tokoh, yakni
Ferdinand de Saussure 1857-1913 dan Charles Sanders Peirce 1839-1914. Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu
semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang
keilmuannya adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi semiology.
Ada lima pandangan Saussure tentang prinsip dasar semiotika yaitu pertama, signifier penanda dan signified
petanda; kedua, form bentuk dan content isi; ketiga, langue bahasa dan parole tuturan, ujaran; keempat, synchronic
sinkronik dan diachronic diakronik; dan kelima, syntagmatic sintagmatik dan associative paradigmatik.
6
Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika semiotics. Bagi Peirce yang ahli filsafat dan logika,
5
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. Ke- 3, h.15.
6
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, h. 12.