KONSUMSI ENERGI SELAMA PENGERINGAN

xix Dari grafik dapat dilihat bahwa kadar air akhir dari bahan tidak seragam. Hal ini disebabkan oleh penentuan kekeringan bahan hanya dilihat dari penampakan atau secara visual terhadap kondisi fisik bahan sehingga sangat subjektif dan tidak mempunyai standar. Jika bahan terlihat kering dan bila dipatahkan terdengar suara ’’tik”, maka proses pengeringan dapat dihentikan. Waktu pengeringan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan bahan dari kadar air awal hingga kadar air akhir tertentu sesuai dengan kebutuhan. Semakin tinggi kadar air awal bahan, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan. Pada Tabel 10 disajikan data perbandingan waktu pengeringan terhadap kadar air awal bahan. Dari Tabel dapat dibaca bahan dengan kadar air 76.338 - 87.286 memerlukan waktu pengeringan 14 – 15.5 jam. Untuk bahan dengan kadar air 40.327 - 44.516 memerlukan waktu pengeringan selama 4 - 6.5 jam. Sedangkan untuk bahan dengan kadar air 22.123 - 23.203 memerlukan waktu 6 - 6.5 jam untuk pengeringan. Tabel 10. Data waktu pengeringan setiap jenis kadar air bahan. Jenis Bahan Keterangan B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 Kadar Air Awal Basis Basah 87.29 76.34 44.52 40.33 23.20 23.05 22.84 22.12 Kadar Air Akhir Basis Basah 14.76 14.47 11.66 11.66 10.34 9.94 11.19 13.88 Waktu Pengeringan Jam 14 15.5 4 6.5 6.5 5.5 6 6

4. KONSUMSI ENERGI SELAMA PENGERINGAN

Konsumsi energi selama pengeringan adalah jumlah energi yang digunakan selama proses pengeringan. Karena alat yang diuji hanya menggunakan tenaga listrik, maka yang dihitung adalah besarnya energi listrik yang terpakai selama proses pengeringan. Energi listrik terpakai dihitung dengan mengalikan daya dengan waktu pemakaian alat listrik. Peralatan listrik yang digunakan yaitu fan, dehumidifier, heater, lampu dan exhaust fan. Dari setiap proses, energi yang digunakan berbeda-beda. Hal ini karena penggunaan alat listrik tergantung dengan kondisi bahan. Data penggunaan konsumsi energi untuk setiap jenis bahan dapat xx dilihat pada Tabel 11. Tabel disusun berdasarkan kadar air. Bahan yang no 1 merupakan bahan dengan kadar air tertinggi dan bahan terakhir memiliki kadar air terendah. Dari Tabel tersebut dilihat bahwa konsumsi energi listrik untuk pengeringan gelatin tidak tergantung dari waktu pengeringan, tetapi tergantung dari tingkat kekeringan bahan yang mempengaruhi lamanya penggunaan alat-alat listrik. Konsumsi energi listrik terbesar adalah dari penggunaan fan dengan daya sebesar 0.75 kW, alat ini digunakan hampir disepanjang proses pengeringan terutama pada saat penggunaan heater. Pada saat pemakaian heater, fan harus digunakan agar panas yang dihasilkan dapat merata keseluruh ruangan pengeringan. Tabel 11. Konsumsi energi listrik Bahan Berat Bahan Awal kg Kadar Air Akhir bb Berat Bahan Kering kg Kadar Air Akhir bb Konsumsi Energi Listrik Selama Pre Drying kJ Konsumsi Energi Listrik Pengeringan kJ Konsumsi Energi Listrik Total kJ B1 19.60 87.29 2.10 14.76 - 120592.80 120592.80 B2 25.71 76.34 2.64 14.47 - 139233.60 139233.60 B3 12.16 44.52 4.94 11.66 259200 96937.2 318124.80 B4 12.53 40.33 3.40 13.20 259200 116866.80 376066.80 B5 17.85 23.20 3.27 10.34 388800 110872.80 499672.80 B6 15.29 23.05 3.10 9.94 388800 102981.6 388902.98 B7 18.13 22.84 6.17 11.19 388800 102.98 485737.20 B8 32.86 22.12 6.81 13.88 388800 96937.20 508867.20 Dari Tabel 11 dilihat bahwa untuk mengeringkan bahan dengan seberat 32.86 kg dengan kadar air awal 22.12 bb hingga mencapai kadar air 13.88 bb dengan berat akhir 6.811 kg memerlukan energi sebesar 508867.20 kJ dengan konsumsi energi untuk tahapan pre drying sebesar 388800 kJ dan energi untuk pengeringan sebesar 96937.2 kJ. Selain perhitungan konsumsi energi listrik, juga dilakukan perhitungan konsumsi energi panas spesifik, dan konsumsi energi pengeringan yang dihitung per kilogram air yang diuapkan. Konsumsi energi panas spesifik adalah total jumlah energi panas per total jumlah air yang diuapkan. Konsumsi energi pengeringan merupakan jumlah energi pengeringan yang terpakai selama proses pengeringan per kg uap air yang diuapkan dari produk. Jumlah energi yang xxi dihitung adalah jumlah energi dari sumber panas yaitu energi listrik. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 15. Dari Lampiran 13, konsumsi energi panas spesifik terbesar adalah bahan B6 sebesar 33164.34 kJkg uap air dan konsumsi energi panas spesifik terendah adalah pada bahan B2 sebesar 1669.58 kJkg uap air. Konsumsi energi pengeringan terbesar adalah bahan B6 sebesar 53955.95 kJkg uap air sedangkan konsumsi energi pengeringan terendah adalah bahan B2 sebesar 6284.02 kJkg uap air. karena terdapat beberapa bahan yang melalui tahapan pre dryinng unutk proses pengeringannya, maka dihitung energi total untuk mengeringkan bahan yang merupakan penjumlahan dari konsumsi energi selama pre dryinng ditambah dengan konsumsi energi pengeringan. Dari penjumlahan tersebut, bahan dengan konsumsi energi terbesar adalah B6 sebesar 138854.90 kJkg uap air dan bahan dengan konsumsi energi terendah yaitu B2 sebesar 6284.02 kJkg uap air. Jika dilihat dari hubungan antara kadar air awal dengan konsumsi energi pengeringan, maka seharusnya bahan dengan kadar air awal tinggi mengkonsumsi energi pengeringan lebih besar dibandingkan dengan konsumsi energi untuk bahan dengan kadar air lebih rendah. Namun karena gelatin memiliki karakteristik pengeringan yang unik, maka bahan dengan kadar air awal yang tinggi mengkonsumsi energi pengeringan lebih rendah. Hal ini juga dipengaruhi oleh tahapan pre drying. Tahapan pre drying menggunakan energi yang besar karena waktu untuk tahapan ini cukup lama sehingga bahan B1 dan B2 dengan kadar air awal yang tinggi tidak melalui tahapan pre drying mengkonsumsi energi lebih kecil dari bahan dengan tingkat kadar air awal yang lebih rendah. Selain itu, walaupun konsumsi energi pengeringan yang terpakai untuk bahan dengan kadar air awal tinggi lebih rendah, namun rendemen yang dihasilkan juga rendah karena banyaknya bahan yang lumer sehingga harus dibuang sehingga jika dilihat dari segi hasil akhir, pengeringan dengan bahan yang memiliki kadar air awal tinggi lebih merugikan.

5. SEBARAN SUHU BAHAN SELAMA PENGERINGAN