Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani Padi di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat

(1)

1 SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KECAMATAN BABALAN

KABUPATEN LANGKAT

OLEH :

WARID FADHILLAH 120501138

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

2 LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani Padi di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, November 2015 Penulis,

NIM : 120501138


(3)

3 ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KECAMATAN BABALAN

KABUPATEN LANGKAT

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani padi di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat dengan menggunakan data primer untuk 100 responden yang ditentukan dengan rumus Slovin, mewakili seluruh populasi petani padi di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode random sampling yang berarti memilih sampel secara random dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota sampel.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Data dianalisis menggunakan uji asumsi klasik, metode analisis regresi linier berganda, uji hipotesis yang terdiri dari uji signifikan parsial (Uji-t), uji signifikan simultan (Uji-F) dengan taraf signifikan 5%, dan koefisien determinasi (R2).

Berdasarkan nilai R Square sebesar 0,990 berarti 99% kesejahteraan petani padi di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat ditentukan oleh, variabel pendapatan (X1), kesehatan (X2), pendidikan (X3), dan kepemilikan lahan (X4), sedangkan sisanya sebesar 1% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain di luar penelitian.


(4)

4 ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the factors that affect the welfare of

rice farmers in the district Babalan Langkat using primary data for 100

respondents was determined by the formula Slovin, represent the entire

population of rice farmers in the district Babalan Langkat. The sampling

technique using random sampling method, which means selecting a random

sample by giving a same chance to all members of the population to be a member

of the sample.

The method used in this research is quantitative descriptive analysis

method. Data were analyzed using the classical assumption test, multiple linear

regression analysis, hypothesis testing consisting of partial significance test

(t-test), simultaneous significance test (Test-F) with significance level of 5%, and the

coefficient of determination (R2).

Based on the value of R Square of 0.990 means that 99% of the welfare of

rice farmers in the district Babalan Langkat determined by, the income variable

(X1), health (X2), education (X3), and land ownership (X4), while the remaining

1% is affected by the variables or other factors beyond research.


(5)

5 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI. ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Definisi Kesejahteraan ... 4

2.2 Pengukuran Kesejahteraan Petani ... 6

2.3 Potensi Pertanian ... 7

2.4 Pengertian Pendapatan, Kesehatan, dan Pendidikan ... 9

2.4.1 Pengertian Pendapatan ... 9

2.4.2 Pengertian Kesehatan ... 9

2.4.3 Pengertian Pendidikan ... 9

2.4.4 Pengertian Lahan Pertanian ... 10

2.5 Hubungan pendapatan, Kesehatan dan Pendidikan Terhadap Kesejahteraan Petani ... 10

2.6 Penelitian Terdahulu ... 13

2.7 Kerangka Konseptual ... 15

2.8 Hipotesis ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

3.1 Jenis Penelitian ... 16

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

3.3 Populasi dan Sampel ... 16

3.3.1 Populasi.... ... 16

3.3.2 Sampel... ... 17

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 18

3.5 Definisi Operasional ... 19

3.6 Analisis data ... 19


(6)

6

3.6.2 Uji F ... 20

3.6.3 Uji T... 21

3.7 Pengujian Asumsi Klasik... 22

3.7.1 Uji Multikolineritas ... 22

3.7.2 UjiHeteroskedastisitas ... 22

3.7.3 Uji Auto Korelasi ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

4.2 Hasil Penelitian ... 25

4.2.1 Karakteristik Responden ... 25

4.2.2 Karakterisitik Responden Berdasarkan Umur ... 25

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 26

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkam Jumlah Tanggungan Keluarga ... 28

4.3 Indikator Kesejahteraan Petani ... 28

4.3.1 Indikator Kesejahteraan Petani Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 29

4.3.2 Indikator Kesejahteraan Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 30

4.3.3 Indikator Kesejahteraan Petani Berdasarkan Tingkat Kesehatan Keluarga ... 31

4.3.4 Indikator Kesejahteraan Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pertanian ... 32

4.3.5 Tingkat Kesejahteraan Petani ... 33

4.4 Analisis Data dan Pembahasan ... 34

4.4.1 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 34

4.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 36

4.4.2.1 Uji Multikolineritas ... 36

4.4.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 37

4.4.2.3 Uji Autokorelasi ... 38

4.4.3 Uji F(simultan) ... 39

4.4.4 Uji t (parsial)... 40

4.4.5 Koefeisien Determinasi ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 43


(7)

7 DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Data Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 26

4.2 Data Karakteristik Responden Berdasarkan Penmdidikan ... 27

4.3 Data Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluaraga ... 28

4.4 Data Indikator Tingkat Pendapatan ... 29

4.5 Data Indikator Tingkat Pendidikan ... 30

4.6 Data Indikator Tingkat Kesehatan ... 31

4.7 Data Indikator Status Kepemilikan Lahan Pertanian ... 32

4.8 Tingkat Kesejahteraan Petani Di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat ... 34

4.9 Hasil Regresi Linier Berganda ... 35

4.10 Uji Multikolineritas ... 36

4.11 Uji Heteroskedastisitas ... 37

4.12 Uji Autokorelasi ... 38

4.13 Uji f ... 39

4.14 Uji t ... 40


(8)

8 DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(9)

9 DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Kuisioner Penelitian ... 45 2 Data Penelitian ... 48 3 Hasil Regresi Linier Berganda ... 53


(10)

3 ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KECAMATAN BABALAN

KABUPATEN LANGKAT

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani padi di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat dengan menggunakan data primer untuk 100 responden yang ditentukan dengan rumus Slovin, mewakili seluruh populasi petani padi di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode random sampling yang berarti memilih sampel secara random dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota sampel.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Data dianalisis menggunakan uji asumsi klasik, metode analisis regresi linier berganda, uji hipotesis yang terdiri dari uji signifikan parsial (Uji-t), uji signifikan simultan (Uji-F) dengan taraf signifikan 5%, dan koefisien determinasi (R2).

Berdasarkan nilai R Square sebesar 0,990 berarti 99% kesejahteraan petani padi di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat ditentukan oleh, variabel pendapatan (X1), kesehatan (X2), pendidikan (X3), dan kepemilikan lahan (X4), sedangkan sisanya sebesar 1% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain di luar penelitian.


(11)

10 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertanian merupakan sektor strategis dalam perekonomian di Indonesia, khususnya untuk memacu peningkatan pendapatan nasional. Indonesia merupakan negara agraris, artinya negara yang mayoritas penduduknya adalah petani.

Peran Strategis sektor pertanian bisa kita gambarkan dalam kontribusi sektor pertanian yang dalam kegiatannya berperan sebagai penyedia bahan pangan, kemudian bahan baku industri, menyumbang PDRB, dan juga sebagai sumber utama pendapatan rumah tangga pedesaan. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Selama periode 2010-2014 rata- rata kontribusi sektor pertanian terhadap PDB mencapai 10,26% atau lebih tepatnya 879,23 triliun dari total PDB nasional yang besarnya 8.568,12 triliun rupiah (berdasarkan harga konstan tahun 2010) dengan pertumbuhan berkisar 3,47% hingga 4,58% dengan rata–rata sekitar 3,90%.

Sektor pertanian merupakan sumber utama pendapatan rumah tangga pedesaan. Namun dalam hal ini tingkat kesejahteraan masyarakat petani pedesaan masih cukup rendah. Masih belum terpenuhinya kebutuhan akan hak–hak dasarnya seperti, kebutuhan akan pangan, kurangnya pendidikan, kemudian masih minimnya pemenuhan kesehatan, dan fasilitas perumahan. Hal ini di karenakan taraf hidup dan pendapatan petani kita di Indonesia masih cukup rendah.


(12)

11 Kondisi pertanian kita saat ini masih kekurangan sarana dan prasarana dan teknologi yang menunjang peningkatan produksi pertanian. Seperti pengairan (Irigasi), kemudian bantuan subsidi pupuk dan bibit yang masih belum memadai dan tepat sasaran, kurangnya teknologi seperti Traktor, kemudian mesin pemanen padi dan banyak teknologi lainnya yang masih belum diterapkan karena minimnya modal. Sebagian besar petani kita adalah petani yang bermodal kan sederhana. Lebih dari itu lahan yang mereka gunakan pun terkadang bukan milik mereka sendiri, tetapi mereka sewa. Hal ini tentu akan mengurangi pendapatan mereka. Disamping itu dalam memperoleh modal, permohonan kredit untuk menerima modal sangat sulit dan langka untuk didapatkan. Karena dalam proses pengkreditan pasti membutuhkan jaminan. Dan untuk masyarakat petani yang sederhana hal itu sangat sulit.

Masyarakat di Kecamatan Babalan tahun 2015 sebesar 70.649 jiwa yang terdiri dari 18.508 Kepala Keluarga (KK). Dalam hal ini sebesar 39% atau lebih tepatnya sebesar 7.625 Kepala Keluarga (KK) adalah bermata pencaharian sebagai petani. Dalam hal ini memiliki luas potensi lahan yang berupa sawah tadah hujan 4.099 Ha. Dengan kemampuan lahan baru yang mampu ditanami dua kali dalam satu tahun. Hal ini tentu belum maksimal dan masih perlu di tingkatkan. Belum lagi ketika masa panen raya tiba biasanya harga gabah petani turun drastis, karena tidak adanya penyanggah harga sehingga petani mengalami kerugian.


(13)

12 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini dibatasi hanya pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat, yaitu pendapatan, kesehatan, dan pendidikan.

Dari permasalahan tersebut maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini ialah, “Apakah terdapat pengaruh tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan dan lahan pertanian terhadap kesejahteraan petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat secara parsial maupun simultan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan lahan pertanian berpengaruh terhadap kesejahteraan petani secara parsial maupun simultan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan studi dan juga literature tambahan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnya, dan juga untuk melengkapi tugas skripsi.

2. Menambah wawasan peneliti tentang hal yang berkaitan dengan hubungan tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan lahan pertanian terhadap tingkat kesejahteraan petani.


(14)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kesejahteraan

Dalam membahas analisis tingkat kesejahteraan, tentu kita harus mengetahui pengertian sejahtera. Pengertian sejahtera menurut W.J.S Poerwadarminta adalah suatu keadaan yang aman, sentosa, dan makmur. Dalam arti jika kebutuhan akan keamanan, keselamatan dan kemakmuran ini dapat terpenuhi, maka akan terciptalah kesejahteraan.

Kemudian dalam hubungannya dengan kesejahteraan, kata sosial menggambarkan tingkat kesejahteraan rakyat. Kemudian kaitannya menuju pembangunan nasional yang merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia, Dalam pelaksanaannya akan dilakukan program untuk mengatasi masalah-masalah sosial seperti bantuan pendidikan, pendidikan dan program pengentasan kemiskinan.

Menurut Undang-undang No. 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan masyarakat, memuat bahwa kesejahteraan masyarakat ialah suatu kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan material spiritual dan sosial warga negara agar bisa hidup layak dan mampu mengembangkan dirinya, sehingga mampu melakukan fungsi sosialnya. Dari Undang–Undang di atas dapat kita cermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan dapat dinilai dari kemampuan seorang individu atau kelompok dalam usahanya memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya. Kebutuhan material dapat kita hubungkan dengan pendapatan yang nanti akan mewujudkan


(15)

14 kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual kita hubungkan dengan pendidikan, kemudian keamanan dan ketentaraman hidup.

Menurut konsep lain, kesejahteraan bisa di ukur melalui dimensi moneter maupun non moneter, misalnya ketimpangan distribusi pendapatan, yang didasarkan pada perbedaan tingkat pendapatan penduduk di suatu daerah. Kemudian masalah kerentanan (vulnerability), yang merupakan suatu kondisi dimana peluang atau kondisi fisik suatu daerah yang membuat seseorang menjadi miskin atau menjadi lebih miskin pada masa yang akan datang. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius karena bersifat struktural dan mendasar yang mengakibatkan risiko-risiko sosial ekonomi dan akan sangat sulit untuk memulihkan diri (recover). Kerentanan merupakan suatu dimensi kunci dimana perilaku individu dalam melakukan investasi, pola produksi, strategi penanggulangan dan persepsi mereka akan berubah dalam mencapai kesejahteraan.

Pendapatan perkapita merupakan suatu cerminan kesejahteraan masyarakat. Tingkat kesejahteraan rumah tangga dapat di ukur dengan perbandingan tingkat pendapatan dan kebutuhan minimum untuk hidup layak. Perubahan tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari pola pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga dapat kita bedakan menjadi dua, yaitu pengeluaran untuk memperoleh makanan dan bukan makanan.

Di negara berkembang umumnya pengeluaran untuk makan merupakan bagian terbesar dalam total pengeluaran rumah tangga, Namun untuk negara yang


(16)

15 sudah maju pengeluaran untuk mendapatkan barang dan jasa seperti memperoleh pendidikan, perawatan kesehatan, olahraga dan rekreasi merupakan bagian terbesar dari pengeluaran rumah tangga.

2.2 Pengukuran Kesejahteraan Petani

Tingkat kesejahteraan petani dapat diukur melalui : 1. Pendapatan

penghasilan yang timbul ketika petani melakukan aktivitas penjualan barang-barang hasil produksi di pasar.Dengan meningkatnya pendapatan tersebut maka akan meningkatkan standar kehidupan petani karena dengan meningkatnya pendapatan maka akan meningkatkan konsumsi.

Kemudian menurut Sajogyo (1980) untuk mengukur tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah pendapatan per kapita per tahun yang disetarakan nilai tukar beras, yaitu :

1) Kelompok paling miskin : bila pendapatannya < 240 kg per kapita/tahun. 2) Kelompok miskin sekali : bila pendapatannya 240 kg - 380 kg per

kapita/tahun.

3) Kelompok miskin : bila pendapatannya 380 kg - 480 kg per kapita/tahun. 4) Kelompok cukup : bila pendapatannya >480 kg per kapita/tahun.

2. Kesehatan

Untuk menganalisis kesehatan dan standar hidup rumah tangga ada empat jenis indikator yang digunakan, yang meliputi status gizi, status penyakit, ketersediaan pelayanan kemiskinan, dan penggunaan layanan-layanan kesehatan tersebut.


(17)

16 3. Pendidikan

Untuk menganalisis pendidikan, pada umumnya terdapat tiga jenis indikator yang digunakan yang meliputi, tingkat pendidikan anggota rumah tangga, ketersediaan palayanan pendidikan, dan penggunaan layanan pendidikan tersebut.

4. Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan faktor penting bagi petani dalam bercocok tanam. Namun, jika dilihat dari segi modal, petani kita umumnya berada pada golongan masyarakat kelas menengah kebawah. hal ini menyebabkan untuk mendapatkan lahan tersebut bukanlah hal yang mudah. Tidak semua petani memiliki lahan pertanian yang cukup luas untuk melakukan kegiatan pertanian. Untuk sebagian petani mereka harus menyewa lahan, agar bisa melakukan kegiatan pertanian. Hal ini tentu akan menambah beban biaya (cost), dengan meningkatnya beban biaya tentu akan mengurangi kesejahteraan petani.

2.3 Potensi Pertanian

Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya tinggal di pedesaan umumnya bermata pecaharian sebagai petani. Dalam lima tahun terakhir, kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional semakin nyata. Selama periode 2010-2014, kontribusi sektor pertanian terhadap PDB mencapai 10,26% dengan pertumbuhan sekitar 3,90%. Pada tahun2014 sektor pertanian menyerap sekitar 35,76 juta atau skitar 30,2% dari total tenaga kerja. Investasi di sektor pertanian primer baik Penanaman Modal Dalam Negeri


(18)

17 (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,2% dan 18,6% per tahun.

Nilai tukar petani (NTP) meningkat sangat pesat. Pada tahun 2013 NTP sempat menurun, namun NTP melonjak dari sebesar 101,78% pada tahun 2010 menjadi 106,52% pada tahun 2014. Tingkat pendapatan petani untuk pertanian dalam arti luas maupun pertanian sempit menunjukkan peningkatan yang diindikasikan oleh pertumbuhan yang positif masing-masing sebesar 5,64% dan 6,20%/tahun selama kurun waktu 2010-2014. Pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin di pedesaan yang sebagian besar bergerka di sektor pertanian menurun dengan laju sebesar 3,69%/tahun atau menurun dari sekitar 19,93 juta pada taun 2010 menjadi 17,14 juta pada tahun 2014.

Sejalan dengan Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2015-2045, pembangunan sektor pertanian dalam lima tahun ke depan (2015-2019) akan mengacu pada paradigma Pertanian Untuk Pembangunan (agriculture for

Development) yang memposisikan sektor pertanian sebagai penggerak

transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh mencakup transformasi demografi, ekonomi, intersektoral, spasial, institusional, dan tata kelola pembangunan. Hal ini berarti sektor pertanian tidak hanya bertindak sebagai penyedia pangan bagi masyarakat namun juga memiliki peran yang luas dan multifungsi. Dalam hal ini sektor pertanian memiliki fungsi strategis untuk menyelesaikan persoalan-persoalan lingungan dan sosial (kemiskinan, keadilan, dan lain-lain) serta fungsinya sebagai penyedia sarana wisata (agrowisata).


(19)

18 2.4 Pengertian Pendapatan, kesehatan, dan pendidikan

2.4.1 Pengertian Pendapatan

Pendapatan ialah penghasilan yang timbul ketika seseorang melakukan aktivitas pekerjaan. Pendapatan bagi masyarakat muncul sebagai akibat jasa produktif yang diberikan kepada pihak pengguna jasa. Pendapatan juga di dapatkan melalui penjualan barang-barang hasil produksi ke pasar.

Menurut Yuliana Sudremi (2007:133) Pendapatan merupakan semua penerimaan seseorang sebagai balas jasanya dalam proses produksi. Balas jasa tersebut bisa berupa upah, bunga, sewa, maupun, laba tergantung pada faktor produksi pada yang dilibatkan dalam proses produksi.

2.4.2 Pengertian Kesehatan

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salh satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan dalam masyarakat. Menurut UU No. 36 tahun 2009 kesehatan ialah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

WHO (1948) kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.

2.4.3 Pengertian Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan seseorang yang berkuaalitas dan berkarakter, memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan akan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.


(20)

19 Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan ialah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran kita mampu secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan bagi diri sendiri. masyarakat, bangsa, dan Negara.

2.4.4 Pengertian Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan suatu tempat atau wilayah yang digunakan oleh petani untuk bercocok tanam dan dijadikan lahan usaha tani untuk memproduksi tanaman pertanian.

Dalam hal ini kondisi lahan pertanian merupakan faktor penting dalam menunjang peningkatan hasil produksi. Jika memiliki kondisi lahan yang subur, dan luas dan strategis tentunya akan meningkatkan hasil produksi. Demi mencapai hal ini maka seorang petani harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk mendapatkannya, bahkan sampai harus menyewa.

2.5 Hubungan Pendapatan, Kesehatan, Pendidikan dan Lahan Pertanian terhadap Kesejahteraan Petani

Pendapatan negara biasanya diukur melalui pendapatan perkapita penduduknya. Pendapatan perkapita juga merupakan suatu indikator untuk mengklasifikan suatu negara, apakah negara itu disebut negara miskin, berkembang, atau negara maju. Pendapatan perkapita, ialah pendapatan rata-rata


(21)

20 penduduk dalam suatu wilayah. Tinggi rendahnya pendapatan perkapita suatu wilayah bisa disebabkan oleh :

1. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat setempat, kurangnya keahlian dan keterampilan (skill).

2. Rendahnya tingkat produktivitas

3. Tidak tersedianya lapangan kerja yang memadai

Rendahnya tingkat pendapatan perkapita mengakibatkan berkurangnya tingkat kesejahteraan masyarakat, dan tentu menjadi masalah dalam pembangunan nasional.

Bagi seorang petani, untuk meningkatkan pendapatan dan memperluas kegiatan pertanian tentunya membutuhkan modal yang cukup besar pula. Untuk petani pedesaan yang umumnya berada pada golongan kelas menengah kebawah, tentu ini sangat sulit. Hal yang paling utama dalah masalah ini adalah kepemilikan lahan pertanian. Dengan tersedianya lahan pertanian, maka petani dapat melakukan kegiatan produksi. Namun dalam hal ini tidak sedikit juga petani yang harus menyewa lahan pertanian untuk melakukan kegiatan produksinya. Hal ini tentu akan mempengaruhi kesejahteraan petani tersebut.

Dengan meningkatnya pendidikan seseorang tentu akan meningkatkan pandangan, pola pikir dan pengambilan keputusan daam menghadapi suatu masalah. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tentu akan berdampak pada proses pencapaian kesejahteraan.


(22)

21 1. Rendahnya penguasaan akan IPTEK. Dalam hal ini untuk meningkatkan produksi tentu saja faktor teknologi dan tenaga skill diperlukan. Namun di negara kita hal ini masih belum memadai.

2. Rendahya tingkat pendidikan akan berdampak dalam pengambilan keputusan dalam menghadapi suatu masalah. Tentu pandangan setiap orang berbeda dalam menghadapi suatu masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tepat cara, dan semakin baik tindakannya dalam menyelesaikan suatu masalah dan menerima hal-hal baru.

Masalah tingkat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari angka kematian. Di wilayah pedesaan umumnya fasilitas-fasilitas kesehatan belum memadai. Oleh karena itu kualitas kesehatan di pedesaan masih sangat memprihatinkan.

1. Kurangnya sarana pelayanan kesehatan 2. Tingkat gizi makanan yang masih rendah 3. Kurangnya pengetahuan akan kesehatan

Jika kesehatan masyarakat rendah, dimana kondisis fisik menurun, tentu saja akan menghambat proses fungsi sosialnya. Proses kerjanya lambat dan tidak akan optimal ketika sedang sakit, dan tentu akan mempengaruhi kesejahteraan.


(23)

22 2.6 Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Rusli

Burhansyah (2008)

Dinamika indikator kesejahteraan petani di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat

Kesejahteraan petani dapat digambarkan oleh lima indikator, yaitu tingkat pendapatan, proporsi pengeluaran pangan rumah tangga, nilai tukar petani, indeks daya beli, dan ketahanan pangan. Dari indikator di atas diketahui bahwa proporsi pengeluaran pangan mencapai 59,5-62,4 persen dari nilai total pengeluaran rumah tangga. Kondisi ini menyimpulkan bahwa petani padi di kedua kabupaten tersebut belum sejahtera.

2 Adhi Yudha Bhaskara, Drs. Marhadi Slamet Kistiyanto, M. Si, Ir. Juarti, M. P.

Pengaruh transformasi

lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit terhadap tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani di kecamatan Babulu sangat rendah, namun dengan mentransformasi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit, tingkat kesejahteraan meningkat. Tingkat pemenuhan kebutuhan petani jauh lebih terpenuhi ketika mereka mentranformasi lahan pertanian menjadi lahan perkebunan kelapa sawit dibandingkan ketika


(24)

23 menjadi lahan pertanian. Dimana pemenuhan kesehatan, sandang, ketahanan pangan jauh lebih terjamin.

3 M. Yacob Surung dan Dahlan (2012)

Petani padi sawah dan kemiskinan (studi kasus di Desa Pallantikang, Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Gowa)

Kemiskinan petani padi sawah di Desa Pallantikang dapat dilihat dari berbagai indikator seperti tingkat pendidikan yang rendah, sanitasi yang buruk, kurangnya ketersedian lahan pettanian yang memadai, dan distribusi pupuk dan benih yang sulit didapatkan. Hal ini mengakibatkan kesejahtaraan petani menurun dan jatuh ke tingkat kemiskinan.


(25)

24 2.7 Kerangka Konseptual

2.8 Hipotesis

Menurut Sugiono (2004:51), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Dugaan sementara dalam penelitian ini adalah pendapatan, kesehatan, pendidikan dan lahan pretanian berpengaruh positif terhadap kesejahteraan petani baik secara parsial maupun secara simultan.

Tingkat Kesehatan (X2)

Tingkat Pendidikan (X3)

Lahan Pertanian (X4)

Kesejahteraan

Petani (Y)

Pendapatan (X1)


(26)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu langkah atau metode dalam melakukan pengumpulan data , informasi empiris utuk memecahkan masalah dalam menguji hipotesis penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian “analisis tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat” ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriftf secara kuantitatif ini dilakukan agar dapat dilakukan analisis statistik (Sulistyo-Basuki,2006:110)

3.2 Tempat dan Waku Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan yakni pada bulan September sampai Oktober di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Maka penelitian ini dilakukan untuk meneliti dan menganalisis tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Sulistyo-Basuki (2006:182) populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini ialah data seluruh kepala keluarga petani yang tinggal atau berdomisili di wilayah Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat sebanyak 7.625 KK.


(27)

26 3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dapat mewakili populasi tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sapling, dimana pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjektif penelitian yang berkaitan dengan tujuan penelitian (Soepeno, 1997).

Dalam pengambilan sampel agar hasil bisa digeneralisasi maka jumlahnya harus representtive. Agar memenuhi persyaratan tersebut penarikan sampel menggunakan rumus Slovin (Umar,2004:108), yaitu :

� = � 1 +��2 Keterangan :

n = Besar sampel

N = Jumlah keluarga petani Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat

e = persentase kelonggaran ketidaktelian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir (tolerance degrre of error sampling) yaitu 10%

Dengan menggunakan rumus Slovin, maka :

� = � 1 +��2

� = 7.625 1 + 7.625(0,1)2

�= 7625

1 + 7.625 (0,01)


(28)

27 Dari perhitungan di atas, di dapat hasil 99,99 orang. Dengan demikian sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 respoonding.

Penentuan jumlah sampel menggunakan teknik Sample Random Sampling, yaitu Suatu teknik yang memilih sampel secara random dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota sampel. Dengan teknik ini maka terpilihnya individu menjadi anggota sampel benar-benar atas faktor kesempatan (chance), memiliki kesempatan yang sama dan tidak ada pertimbangan subjektif dari peneliti.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode dalam mengumpulkan data primer dalam penelitian ini menurut Sulistyo-Basuki (2006:147) meliputi :

1. Observasi (Pengamatan)

Dalam metode ini, penelti mengamati, mencatat apa yang terjadi dan melakukan aktivitas dokumentasi dengan cara memanfaatkan dokumen (baha dan foto-foto penting), seperti gambaran kehidupan, lingkungan, kondisi perumahan, sarana dan prasarana. Metode ini sering digunakan dalam mengamati pola kehidupan dan perilaku masyarakat secara langsung.

2. Kuisioner

Kuisioner ialah pertanyaan berstruktur yang di isi sendiri oleh responden atau di isi oleh pewawancara yang membanyakan pertanyaan dan kemudian mencatat jawaban yang diberikan (Sulistyo-Basuki, 2006:110).


(29)

28 3.5 Definisi Operasional

1. Kesejahteraan (Ksp) ialah total pendapatan petani per tahun disetarakan dengan nilai tukar harga beras dinyatakan dalam satuan kilogram.

2. Pendapatan merupakan hasil dari total penerimaan petani dikurangi dengan biaya produksi, kurun waktu setahun dalam rupiah.

3. Kesehatan (Kes) merupakan frekuensi jumlah keluarga petani berobat ke rumah sakit setiap tahunnya.

4. Pendidikan (Pend) merupakan lamanya masyarakat menjalani pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi dalam hitungan tahun.

5. Lahan pertanian (Lahan) Merupakan bentuk status kepemilikan lahan petani, dinyatakan dalam bentuk variabel dummy.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Regresi Linier Berganda

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode regresi linier berganda, dimana data yang dikumpulkan dari hasil wawancara, dianalisis menggunakan indikator yang digunakan. Berikut merupakan rumus metode regresi linier berganda :

=

+

1

1

2

2

3

3

4

4

Keterangan :


(30)

29

α = Konstanta

�1 = koefisien regresi variabel pendapatan

�2 = koefisien regresi variabel kesehatan

�3 = koefisien regresi variabel pendidikan

�4 = koefisien regresi variabel lahan pertanian

�1 = pendapatan (Rp/tahun)

�2 = kesehatan (frek/bulan)

�3 = pendidikan (tahun)

�4 = Lahan pertanian

Y = kesejahteraan masyarakat (kg/tahun)

Hipotesis dalam penelitian ini di uji secara simultan dan pasrsial menggunakan aplikasi sofware pengolahan data statistical package for social science (SPSS).

3.6.2 Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat secara simultan (serempak) apakah terdapat pengaruh dari variabel bebas (pendapatan, pendidikan,kesehatan, dan kondisi fasilitas perumahan).

Model hipotesis yang dilakukan dalam uji F dalam penelitian ini adalah :

H0 : �1 = �=23=�4 = 0 artinya tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan lahan pertanian secara serempak tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan petani.


(31)

30 H1 : �1 ≠ �2 ≠ �3≠ �4 ≠0 artinya tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan,

dan lahan pertanian secara serempak berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.

3.6.3 Uji T

Uji t dilakukan secara parsial untuk menguji pengaruh variabel indipenden (tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan kondisi fasilitas perumahan) terhadap variabel dependen. Berikut hipotesis pengujian :

�0 : �1;�2;�3;�4= 0 artinya tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan dan lahan pertanian secara sendiri–sendiri tidak mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.

�1 : �1;�2;�3;�4≠ 0 artinya tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan lahan pertanian secara sendiri-sendiri mempengaruhi terhadap kesejahteraan masyarakat.

3. Koefisisen Determinasi (�2)

Pengujian koefisien determinasi (�2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen atau dengan kata lain untuk menguji gooness-fit dari model regresi. Nilai �2 koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1 (0≤�2≤1). Nilai �2 dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai �2 berkisar antara 0 sampai 1. Nilai �2 sama dengan nol (�2=0) menunjukkan tidak adanya pengaruh anatara variabel independen terhadap variabel dependen. Bila �2 semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila �2 semakin kecil mendekati nol


(32)

31 menunjukkan semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

�.7 Pengujian Asumsi Klasik 3.7.1 Uji Multikolineritas

Multikolineritas ialah suatu keadaan dimana terdapat hubungan yang erat antara variabel independen dalam suatu persamaan regresi. Uji multikolineritas digunakan untuk melihat apakah dalam suatu persamaan regresi terdapat hubungan korelasi antara variabel independen (bebas). Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi diantara variabel bebas. Multikolineritas dilihat dari nilai variabel VIF (variance inflation factor) dengan nilai tolerance 10.

Pengambilan keputusan dalam multikolineritas

1. nilai VIF>10, atau nilai tolerance <0,10 maka terjadi multikolineritas.

2. nilai VIF<10, atau nilai tolerance >0,10 maka tidak terdapat multikolineritas.

3.7.2 Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dariresidual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika hasilnya berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Suatu model regeresi dikatakan baik apabila tidak terjadi heteroskedastisitas, melainkan homoskedastisitas.


(33)

32 Heteroskedastisitas di deteksi dengan menggunakan analisis grafik. Dimana analisis grafik, dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah

residual (Y prediksi-Y sesungguhnya). Dasar pengambilan keputusan, Jika terdapat pola tertentu , seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu, (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindisikan telah terjadi heteroskedastisitas. Namun jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titiknya menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.7.3 Autokorelasi

Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain. Dalam model regresi linier tidak boleh terjadi autokorelasi. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW).

1. dW<dL maka terdapat autokorelasi positif 2. dW>dU tidak terdapat autokorelasi positif

3. dL<dW<dU maka pengujian tidak menyakinkan atau tidak terdapat kesimpulan yang pasti.

4. (4-dW)<dL maka terdapat autokorelasi negatif 5. (4-dW)>dU maka tidak terdapat autokorelasi negatif


(34)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Kecamatan Babalan merupakan sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dengan letak geografis 04° 04’30”- 03° 58’ 13” lintang utara dan 98° 27’ 02”- 98° 17’ 00” bujur timur dengan tinggi wilayah 0-5 meter dari permukaan laut.

Batas wilayah Kecamatan Babalan ialah sebagai berikut : 1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gebang

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sei Lepan

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gebang dan Sei Lepan 4. Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Malaka

Luas wilayah Kecamatan Babalan ialah sebesar 101,80 km2 terbagi atas empat Desa dan empat Kelurahan, yakni :

1. Desa Teluk Meku 2. Kelurahan Pelawi Utara 3. Desa Pelawi Selatan 4. Kelurahan Brandan Barat

5. Keluarahan Brandan Timur Baru 6. Kelurahan Brandan Timur Baru


(35)

34 7. Desa Securai Selatan

8. Desa Securai Utara

Jumlah penduduk di Kecamatan Babalan pada tahun 2015 berjumlah 70.649 jiwa yang terdiri dari 18.508 Kepala Keluarga (KK). Dalam hal ini sebesar 39% atau lebih tepatnya sebesar 7.625 Kepala Keluarga (KK) adalah bermata pencaharian sebagai petani. Dalam hal ini memiliki luas potensi lahan yang berupa sawah tadah hujan 4.099 Ha.

4.2 Hasil Penelitian

Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Responden merupakan petani yang berada di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Hasil penelitian yang didapatkan melalui pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, dan observasi lapangan. Data tersebut meliputi karakteristik responden dan data indikator tingkat kesejahteraan petani.

4.2.1 Karakteristik Responden

Dari hasil pengumpulan data melalui kuisioner yang di jawab atau di isi oleh responden, di peroleh gambaran karakteristik responden meliputi data tentang umur, pendidikan, dan jumlah tanggungan dalam keluarga.


(36)

35 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden diperoleh data distribusi karakteristik responden berdasarkan umur yang di sajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1

Data Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur

Jumlah Responden

Presentase (%)

1 20 s/d 29 tahun 4 4

2 30 s/d 39 tahun 15 15

3 40 s/d 49 tahun 33 33

4 50 s/d 59 tahun 23 23

5 60 s/d 69 tahun 25 25

Total 100 100

Sesuai dengan data yang ada pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur responden berumur 40-49 tahun sebanyak 33 orang atau 33% dan berumur antara 20-29 tahun sebanyak 4 orang atau 4%. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya petani didaerah ini berada pada usia berkisar antara 40-49 tahun yaitu sebanyak 33 responden.


(37)

36 4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden, diperoleh distribusi data karakteristik responden berdasarkan data pendidikan yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini :

Tabel 4.2

Data Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan

Jumlah Responden

Presentase (%)

1 Tidak sekolah 2 2

2 SD 39 39

3 SMP/Sederajat 27 33

4 SMA/Sederajat 30 23

5 D3/S1 2 25

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD sebanyak 39 orang atau 39%, di ikuti berpendidikan SMA/sederajat sebanyak 30 orang atau 30%, kemudian SMP/Sederajat sebanyak 27 orang atau 27%. Sedangkan kelompok yang tidak bersekolah sebanyak 2 orang atau 2% dan D3/S1 sebanyak 2 orang atau 2%. Dari data di atas dapat kita simpulkan bahwa petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat masih berada


(38)

37 pada tingkat pendidikan yang rendah, yakni dapat kita lihat sebagian besar petani hanya tamatan SD yakni 39 responden.

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan dalam keluarga yang harus di biayai oleh responden berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel distribusi seperti tertera berikut ini :

Tabel 4.3

Data Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

No Jumlah Tanggungan Jumlah Responden Presentase (%)

1 Tidak ada 10 10

2 1 orang 25 25

3 2 orang 27 27

4 3 orang 22 22

5 4 orang 9 9

6 5 orang 7 7

Total 100 100

Dengan melihat tebel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya responden memiliki 2 orang tanggungan dalam keluarga yang harus di biayai yakni dengan jumlah responden sebanyak 27 orang atau 27%. Sementara untuk


(39)

38 dengan jumlah tanggungan dalam keluarga sebanyak 5 orang hanya ada 7 orang atau 7%. Maka dapat di simpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan yang tidak terlalu besar yakni berkisar antara 1-3 orang yaitu 74 orang.

4.3 Indikator Kesejahteraan Petani

Tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat dipengaruhi oleh 4 buah indikator yang terdiri dari, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan kepemilikan lahan pertanian.

Data indikator kesejahteraan petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat diperoleh berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden dengan menggunakan kuesioner dan observasi.

Untuk lebih jelasnya berikut disajikan data tentang indikator kesejahteraan petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat dalam bentuk tabulasi berikut ini.

4.3.1 Indikator Kesejahteraan Petani Berdasarkan Tingkat Pendapatan Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 tresponden diperoleh data indikator kesejahteraan berdasarkan tingkat pendapatan perbulan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4


(40)

39

No Pendapatan per tahun Jumlah Responden Presentase (%)

1 Paling miskin (<2.400.000) 3 3

2 Miskin sekali (2.400.000-3.800.000) 5 5

3 Miskin (3.800.000-4.800.000) 2 2

4 Cukup (>4.800.000) 90 90

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya responden berada pada tingkat kesejahteraannya pada kategori cukup yakni dengan pendapatan per tahun berada di atas Rp 4,800.000 yaitu sebanyak 90 responden atau 90%. Standar ukur dalam menentukan tingkat kemiskinan yakni dengan menggunakan perhitungan pendapatan per kapita masyrakat per tahun di setarakan dengan nilai tukar beras. Beras adalah makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Bagi masyarakat pedesaan selama memiliki beras maka mereka bisa memnuhi kebutuhan pangan untuk melangsungkan hidup.

4.3.2 Indikator Kesejahteraan Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan petani berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 orang responden diperoleh data seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5

Data Indikator Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Responden Presentase (%)


(41)

40

2 Sedang (12 tahun) 30 30

3 Tinggi (>12 tahun) 2 2

Total 100 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas terlihat bahwa pada umumnya tingkat pendidikan petani masih rendah, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya jumlah petani yang hanya menjalani masa pendidikan selama 9 tahun, yakni sebanyak 68 responden atau 68%. Kemudian untuk pendidikan 12 tahun sebanyak 30 responden atau 30%. Sedangkan untuk Pendidikan tinggi hanya sebesar 2 responden atau 2%.

4.3.3 Indikator Kesejahteraan Petani Berdasarkan Tingkat Kesehatan Keluarga

Kondisi kesehatan petani berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden diperoleh data sebagai berikut ini :

Tabel 4.6

Data Indikator Tingkat Kesehatan

No Frekuensi Berobat Per tahun Jumlah Responden Presentase (%)

1 1 kali 17 17

2 2 kali 28 28

3 3 kali 31 2

4 4 kali 11 11

5 5 kali 12 12


(42)

41

Total 100 100

Dari tabel 4.7 di atas memperlihatkan bahwa pada umumnya tingkat kesehatan keluarga petani di Kecamatan Babalan sudah cukup baik, sebanyak 66 responden atau sebanyak 66% dari total 100 responden hanya berobat 1-3 kali ke rumah sakit dalam setiap tahunnya.

Untuk kondisi kesehatan petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat meskipun berobat ke rumah sakit, namun hanya mengalami penyakit kategori ringan. Petani biasanya menderita flu, dan demam karena bekerja di sawah saat panas terik dan hujan. Karena kegiatan pertanian bersifat kerja fisik jadi untuk lebih jauhnya mungkin kelelahan fisik dan sakit kuning atau liver, namun hal ini jarang di temui.

4.3.4 Indikator Kesejahteraan Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pertanian

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden maka diperoleh data distribusi responden berdasarkan kepemilikan lahan pertanian yang dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.7

Data Indikator Status Kepemilikan Lahan Pertanian

No Status Kepemilikan Lahan Jumlah Responden Presentase (%)

1 Milik sendiri 56 56


(43)

42

Total 100 100

Dilihat dari tabel 4.7 di atas diperoleh data bahwa pada umumnya responden memiliki lahan pertanian milik pribadi, yakni sebanyak 56 responden atau 56%. Sedangkan yang status kepemilikan lahan adalah sewa sebanyak 44 orang atau 44%.

Jika kita lihat dari biaya produksi dalam mengolah lahan pertanian, dari proses bercocok tanam hingga panen, tentu akan meningkat. Mereka yang memiliki lahan pribadi tentu akan dapat menekan biaya produksi dan mendapatkan lebih banyak pendapatan jika di bandingkan mereka yang status kepemilikan lahannya adalah sewa.

Untuk keadaan lahan pertanian di daerah Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat memiliki beberapa kendala. Untuk secara umumnya yang paling menonjol adalah masalah kekurangan air, karena lahan pertanian di daerah ini merupakan sawah tadah hujan. Sawah tadah hujan mengatasi masalah kekurangan air hanya berharap pada curah hujan. Jika curah hujan cukup maka hasil akan baik, jika kekurangan maka akan kekeringan, dan jika berlebihan maka akan banjir. Begitulah keadaan lahan pertanian di daerah Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat.

Untuk mengatasi masalah air tersebut seharusnya dibangunlah sebuah irigasi atau pengairan, namun dalam keadaan nyatanya hal ini masih belum tereaslisasikan dengan baik. Tidak adanya irigasi yang mampu mengontrol


(44)

43 pasokan air untuk lahan pertanian menyebabkan kurangnya produksi petani yang nantinya akan mengurangi kesejahteraan petani.

4.3.5 Tingkat Kesejahteraan Petani

Berdasarkan hasil analisis indikator kesejahteraan petani, maka diperoleh data tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat yang diwakili sebanyak 100 responden sebagai berikut :

Tabel 4.8

Tingkat Kesejahteraan Petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat

No Tingkat Kesejahteraan Jumlah Responden Presentase (%)

1 Paling miskin 3 3

2 Miskin sekali 5 5

3 Miskin 2 2

4 Cukup 90 90

Total 100 100

Dengan melihat tabel 4.10 di atas dapat di ketahui bahwa pada umumnya responden yang mewakili petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat memiliki tingkat kesejahteraan yang cukup, yakni sebanyak 90 responden atau 90 % dari total 100 responden. Untuk kategori paling miskin ada 3 responden atau 3%, kemudian untuk kategori miskin sekali dan miskin masing-masing 5 dan 2 responden atau 5% dan 2%.


(45)

44 4.4. Analisis Data dan Pembahasan

4.4.1 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun hasil estimasi yang dilakukan sebagai berikut :

Tabel 4.9

Hasil Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

1 (Constant) 56.890 40.167 1.416 .160

X1 101.130 1.040 .997 97.232 .000 .995 .995 .975

X2 -8.814 8.271 -.011 -1.066 .289 -.042 -.109 -.011

X3 -3.664 3.522 -.011 -1.040 .301 .182 -.106 -.010

X4 -16.881 21.034 -.008 -.803 .424 .060 -.082 -.008

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil regresi sebagai berikut :

Y=56,890+101,130X1-8,814X2-3664X3-16,881X4

Berdasarkan model regresi di atas maka dapat dilihat bahwa nilai variabel pendapatan (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan (Y), variabel kesehatan (X2) berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap


(46)

45 kesejahteraan (Y), karena kondisi kesehatan petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat tergolong cukup baik secara merata. Kemudian penyakit yang dialami oleh para petani juga tergolong ringan dan tidak kronis jadi tidak memerlukan perobatan rutin secara terus menerus di rumah sakit. Apabila petani jarang sakit berarti kualitas kondisi kesehatannya dalam keadaan baik. Variabel pendidikan (X3) berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kesejahteraan, karena tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang petani, tidak terlalu mempengaruhi tinggi atau rendahnya hasil panen padi bagi seorang petani. Variabel Kepemilikan lahan (X4) berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kesejahteraan (Y). Hal ini di karenakan ukuran lahan yang dimiliki oleh petani secara pribadi masih tergolong sempit, sedangkan bagi mereka yang menggunakan lahan sewa memiliki ukuran yang lumayan luas. Jadi jika dilihat dari hasil pendapatan masih belum terdapat perbedaan yang cukup signifikan..

4.4.2 Uji Asumsi Klasik 4.4.2.1 Uji Multikolineritas

Multikolineritas ialah keadaan dimana variabel independen dalam persamaan regresi punya korelasi (hubungan) yang erat satu sama lain. Multikolineritas dapat dilihat dari nilai variabel VIF (variabel inflation factor) dan nilai tolerance 10. Dasar pengambilan keputusan dalam uji multikolineritas : 1. Jika nilai VIF>10 atau nilai tolerance<0,1 maka terjadi multikolineritas. 2. Jika nilai VIF<10 atau nilai tolerance >0,1maka tidak terjadi multikolineritas.

Tabel 4.10 Uji Multikolineritas


(47)

46

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

X1 .956 1.046

X2 .928 1.077

X3 .960 1.042

X4 .922 1.085

Berdasarkan hasil estimasi di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : variabel pendapatan (X1) memiliki nilai VIF sebesar 1,046<10 dan nilai tolerance sebesar 0,956>0,1 dinyatakan tidak terjadi multikolineritas, variabel kesehatan (X2) memiliki nilai VIF sebesar 1,077<10 dan nilai tolerance sebesr 0,928>0,1 dinyatakan tidak terjadi multikolineritas. Variabel pendidikan (X3) memiliki nilai VIF sebesar 1,042<10 dan nilai tolerance sebesar 0,960>0,1 maka dinyatakan tidak terjadi multikolinertias. Variabel kepemilikan lahan (X4) memiliki nilai VIF sebesar 1,085<10 dan nilai tolerance 0,922>0,1 maka dinyatakan tidak terjadi multikolineritas.

4.4.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini digunakan untuk menguji apakahdalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas yang dilakukan adalah uji Glejser dengan meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen.

Tabel 4.11 Uji Heteroskedastisitas


(48)

47

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 77.934 37.118 2.100 .038

X1 1.445 .961 .152 1.503 .136

X2 -9.504 7.644 -.128 -1.243 .217

X3 -4.033 3.255 -.125 -1.239 .218

X4 -22.754 19.437 -.121 -1.171 .245

a. Dependent Variable: ABS_RES_1

Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan (X1) dengan nilai probabilitas sebesar 0,136>0,05 artinya tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel pendapatan. Kesehatan (X2) dengan nilai probabilitas sebesar 0,699>0,05 maka ridak terjadi heteroskedastisitas pada variabel kesehatan. Pendidikan (X3) dengan nilai probabilitas sebesar 0,146>0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Variabel Kepemilikan lahan (X4) dengan nilai probabilitas sebesar 0,812>0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitaas pada variabel kepemilikan lahan.

4.4.2.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Setiap model regresi liniar harus terbebas dari autokorelasi. Adapun cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW)

Tabel 4.12 Uji Autokorelasi

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change


(49)

48

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .995a .990 .990 100.25202 .990 2460.620 4 95 .000 2.089

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y

Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan maka dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,089, jika di bandingkan dengan tabel Durbin-watson dengan signifikansi 5%, dengan n=100 dan k=4, DL=1,613 dan DU=1,736, maka di dadapatkan hasil DL<DW<(4-DU) yang artinya tidak terdapat autokorelasi pada data yang diuji.

4.4.3 Uji F (Simultan)

Uji F digunakan untuk melihat secara simultan (bersama-sama) apakah ada pengaruh dari variabel bebas (pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan lahan pertanian) terhadap variabel terikat (kesejahteraan). Adapun hasil estimasi sebagai berikut :

Tabel 4.13 Uji F

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9.892E7 4 2.473E7 2.461E3 .000a

Residual 954794.437 95 10050.468

Total 9.988E7 99

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y

Berdasarkan hasil estimasi maka dapat di simpulkan bahwa variabel pendapatan (X1), kesehatan (X2), Pendidikan (X3), Kepemilikan Lahan (X4)


(50)

49 secara bersamaan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini dapat kita lihat dari nilai sig<α yakni 0,000<0,05.

4.4.4 Uji T (Parsial)

Uji parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara masing-masing. Uji parsial mampu menerangkan nilai X1 terhadap Y, nilai X2 terhadap Y, nilai X3 terhadap Y, nilai X4 terhadap Y, dengan tingkat kepercayaan 0,05 atau dengan alpha 5%.

Tabel 4.14 Uji Parsial

Variabel Koefisien t-hitung t-tabel Prob Keterangan

X1 (pendapatan) 101,130 97,232 1,661 0,000 signifikan

X2 (Kesehatan) -8.814 1,066 1,661 0.289 tidak signifikan

X3 (Pendidikan) -3,664 1,040 1,661 0,301 tidak signifikan

X4 (Kepemilikan Lahan) -16,881 0,803 1,661 0,424 tidak signifikan Sumber : data primer, Diolah

Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut : variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan dengan nilai t-hitung>t table yaitu 97,232>1.661 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000<0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Jadi dapat


(51)

50 disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan maka tingkat kesejahteraan juga akan semakin meningkat.

Variabel Kesehatan berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap kesejahteraan, karena nilai t-hitung<t-tabel yaitu 1,066<1.661 dengan nilai probabilitas 0,289>0,05. Maka dapat di simpulkan bahwa lamanya waktu dalam menempuh tingkat pendidikan tidak mempengaruhi kesejahteraan petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Hal ini terjadi karena di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat memiliki berbagai kelompok tani, yang bekerjasama dengan badan penyuluhan pertanian. Sehingga variabel pendidikan petani dalam hal ini tidak terlalu mempengaruhi hasil panen petani yang mengacu pada peningkatan kesejahteraan.

Variabel tingkat kesehatan berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap kesejahteraan, dengan nilai t-hitung <t-tabel yaitu 1,040<1,661 dengan nilai probabilitas 0,301>0,005. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat dalam hal ini sudah cukup baik, Umumnya para petani hanya mengalami penyakit ringan seperti flu, kemudian demam. Jadi dalam hal ini mereka jarang berobat kerumah sakit.

Variabel kepemilikan lahan berpengaruh secara negatif namun tidak signifikan terhadap kesejahteraan, dengan nilai t-hitung <t-tabel yaitu 0,803<1,661 dengan nilai signifikansi 0,424>0,005. Maka dapat di simpulkan, meskipun petani yang status kepemilikan lahannya ialah sewa namun dalam hal ini tingkat kesejahteraan petani tersebut tergolong cukup. Karena dalam proses


(52)

51 kegiatan pertanian petani yang menyewa lahan memiliki modal yang cukup besar sehingga mampu menyewa lahan yang cukup luas untuk kegiatan pertanian. Sedangkan bagi petani yang status kepemilikan lahannya milik pribadi dalam hal ini luas lahan tidak terlalu luas, dan juga modal yang mereka gunakan juga tergolong rendah. Oleh karena itu status kepemilikan lahan tidak terlalu berpengaruh dalam peningkatan kesejahteraan petani di Kecamatan Babalam Kabupaten Langkat.

4.4.5 Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi (�2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah dari 0-1. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.15 Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .995a .990 .990 100.25202 .990 2460.620 4 95 .000

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,990 atau 99%. Hal ini menunjukakan variabel pendapatan (X1), kesehatan (X2), pendidikan (X3), dan kepemilikan lahan (X4) berpengaruh sebesar 99% terhadap kesejahteraan petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat, sedangkan sisanya sebesar 1% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain di luar penelitian.


(53)

52 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa variabel pendapatan, kesehatan, pendidikan dan kepemilikan lahan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan petani secara simultan, namun secara parsial hanya variabel pendapatan yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan, sedangkan untuk variabel kesehatan, pendidikan dan kepemilikan lahan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kesejahteraan petani.

5.2 Saran

1. Dengan meningkatnya pendapatan maka akan meningkatkan kesejahteraan petani, jadi diharapkan kepada pemerintah agar membangun sarana dan prasarana yang mampu menunjang peningkatan produksi pertanian

2. Diharapkan kepada pemerintah agar dapat meringankan masalah petani dalam mengatasi masalah kekurangan air, yakni sekiranya dapat membangun irigasi atau pengairan. Karena dalam proses pertanian hal ini paling di utamakan.

3. Membantu menjaga stabilitas harga gabah di pasaran ketika berada dalam keadaan musim panen. Karena dengan adanya campur tangan pemerintah diharapkan dapat menjaga harga tetap pada kondisi stabil.


(54)

53 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka Cipta.

Adisaswito, W. 2008. Analisis Kemiskinan, dan MDGs dan Kebijakan Kesehatan

Nasional. Jakarta: Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Utara Dalam

Angka Tahun 2012.

Basuki, Sulistyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana

Prenada.

Dinas Pertanian, 2014. Program Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Babalan Tahun 2015.

Kementerian Pertanian, 2014. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019.

Soekartawi, 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Media Group.

Sajogyo, P. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. LPSP– IPB. Bogor.

Surung, M.Y, dan Dahlan. 2012. Petani Padi Sawah dan Kemiskinan. Makasar: Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa.


(55)

54 Lampiran 1

Kuisioner Penelitian

Kuisioner Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesejahteraan Petani di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat No. Responden : ....

Saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu, Saudara/ Saudari untuk mengisi daftar kuesioner yang diberikan. Informasi yang Anda berikan merupakan bantuan yang sangat berarti dalam menyelesaikan penelitian ini. Atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Kepada Yth Bapak/Ibu

A. Identitas Responden

1. Nama : ………...……

2. Jenis Kelamin* : 1. Laki-laki 2. Perempuan

3. Usia : …………tahun

4. Alamat : ………...

5. No. HP/Telp. : ………...

6. Jumlah tanggungan : ………orang

7. Pendidikan terakhir : 1. Tdak Sekolah 4. SMA

2. SD 5. D3

3. SMP 6. Sarjana

8. Status pernikahan : 1. Belum menikah 2. Menikah


(56)

55 Petunjuk pengisian

1. Kuisioer ini semata-mata untuk keperluan akademi dan penelitian. Mohon dijawab dengan jujur, dan sesuai keadaan.

2. Isilah petanyaan berikut pada kolom yang sudah disediakan. B. Keadaan Kesehatan

No. Pertanyaan Indikator

1. Pernah sakit apa dalam setahun terakhir? 1. Muntaber/diare 2. Demam 3. Campak 4.InfeksiSaluranPernapasan Akut (ISPA) 5. Malaria 6. TBC

7. gizi buruk/busung lapar 2. Berapa kali Keluarga

Anda berobat dalam satu tahun terakhir ?

C. Pertanian

No. Pertanyaan Indikator

1. Apakah jenis tanah sawah yang anda miliki?

1. berpasir 2. lempung 3. liat 2. Bagaimana tingkat

perolehan air untuk mengatasi kekurangan air?.

1. Irigasi

2. Pompa air (sumur) 3. air hujan

3. Bagaimana status kepemilkan lahan yang anda gunakan

1. Sewa

2. Milik Pribadi

3. Sewa & milik pribadi 4. Berapa luas lahan yang

diusahakan baik dari milik pribadi maupun penguasaan?

1. luas lahan < 0,5 ha 2. 0,5 ha - 1 ha 3. >1 ha

Ha

5 Berapa jumlah biaya /modal yang anda keluarkan dari mulai menanam hingga panen?


(57)

56 6 Berapa kali anda

menanam padi dalam setahun?

7 Berapakah hasil panen padi yang anda dapatkan dalam satu kali musim tanam?

P.Brandan,...


(58)

57 No Nama Usia Pendidikan kesehatan kepemilikan

lahan pendapatan /tahun (jt) Jumlah tanggungan keluarga kesejahteraan (kg)

1 Hermansyah 54 12 5 1 2,9 2 290

2 Abdul Aziz 48 12 3 1 35,6 4 3560

3 Syarifudin 59 0 1 0 3,6 0 360

4 Miskun 56 6 3 1 2,4 0 240

5 Bambang 41 12 2 1 10,2 3 1020

6 M. Yakub 53 9 1 1 5,56 1 556

7 Hariyanto 27 9 3 0 31,6 2 3160

8 Iswandi 55 12 1 1 30,2 1 3020

9 Salman 35 12 4 1 12,6 2 1260

10 Dedi Budianto 33 12 4 1 11,2 2 1120

11 Ramlan 60 12 5 1 9,04 1 904

12 Zamar 46 12 3 1 23,16 2 2316

13 Guntur 32 12 1 0 18,4 1 1840

14 Ponidi 47 12 2 1 31,6 3 3160

15 Sumaryanto 45 9 3 0 5,56 2 556

16 Agus 57 12 2 0 18,4 3 1840

17 Basuki 61 9 2 1 37,8 2 3780

18 Yusuf 40 9 3 0 5,2 3 520

19 Kusnadi 49 9 3 0 8,84 3 884

20 Sumardjo 60 12 2 0 28 1 2800

21 Tambunan 62 6 3 1 35,8 1 3580

22 Lilik 57 9 2 1 9,84 0 984

23 Khairiah 51 9 2 1 14 1 1400

24 Tia 52 12 3 0 10,84 2 1084

25 Misnan 39 9 2 0 27,24 5 2724

26 Sahran 64 6 3 1 15,12 3 1512

27 Erwan 38 9 1 1 14,12 1 1412

28 Jamillah 60 6 5 1 19,4 2 1940

29 Budiman S. 56 6 4 1 15 3 1500

30 Karnain 68 6 5 1 15 0 1500

31 Suheri Wijaya 42 12 1 0 28,8 5 2880

32 Armin 52 12 3 0 26,2 4 2620

33 Sakdiah 63 6 6 0 9,6 1 960

34 Aminudin Nst. 68 12 5 1 2,9 0 290

35 Maimunah 45 6 2 1 2,9 0 290

36 M. Husaini 38 6 1 0 6,8 4 680

Lampiran 3 Data Penelitian


(59)

58

37 Sahminan 49 6 3 1 10,6 4 1060

38 Mahdi 48 9 2 1 24,6 3 2460

39 Amran 48 6 2 1 12,36 4 1236

40 Ramlah 60 6 4 1 11,48 1 1148

41 Rahim 38 12 5 1 8,84 5 884

42 Misrani 57 6 3 0 24,6 2 2460

43 Risnadi 65 9 5 1 16 2 1600

44 J. Situmorang 60 12 2 1 29 2 2900

45 Slamet 49 6 3 0 4,56 3 456

46 D. Sinanga 51 12 5 1 28,4 5 2840

47 Azhar 35 12 1 0 8,96 0 896

48 Cornelia 33 9 3 0 5,04 2 504

49 Tukijan 55 9 1 1 6,16 1 616

50 Amat lias 60 9 2 1 12,36 1 1236

51 Sunarso 48 9 4 1 8,2 2 820

52 Sukardi 48 12 3 0 55,2 4 5520

53 Sapi'i 40 9 1 0 11,6 2 1160

54 Abdullah 45 6 3 0 10,6 3 1060

55 Ngatimin 49 12 2 1 20,96 5 2096

56 Riswandi 50 9 3 0 16,4 3 1640

57 Karso 59 6 1 0 14,6 4 1460

58 Edi Susianto 49 15 2 0 12,36 2 1236

59 Sutrisno 57 12 3 1 25,2 0 2520

60 Abdul Wahab 52 9 4 1 18,64 3 1864

61 Matnuh 69 6 4 1 15,12 1 1512

62 Amat 37 6 1 0 16 2 1600

63 Nanok 35 9 1 0 11,4 2 1140

64 Sahrul 49 6 2 0 16 3 1600

65 Ijal 23 9 1 0 14,24 1 1424

66 Ahyar 62 6 4 1 15,12 3 1512

67 Husin 42 9 2 1 13,16 3 1316

68 Arbain 46 9 3 1 29 5 2900

69 Wahab 63 6 3 0 20,4 3 2040

70 Buyung 55 9 3 1 29 2 2900

71 Sahdan 54 6 4 1 30,76 2 3076

72 Abu Yazid 36 6 5 1 37 1 3700

73 Junaidi 22 12 1 0 16 1 1600

74 iskandar 56 6 3 1 15 2 1500

75 Ramli 38 6 1 0 35,24 1 3524

76 Juman 49 6 2 0 29 1 2900


(60)

59

78 Ruslan 65 6 4 0 15,16 2 1516

79 Trisna 32 12 2 0 7,6 2 760

80 Karim 24 12 2 1 10,6 2 1060

81 Paino 43 6 3 1 10,6 3 1060

82 Poniman 42 6 2 0 18,8 1 1880

83 Heri Lubis 47 9 5 0 15,8 4 1580

84 Pardi 40 6 2 1 25,8 1 2580

85 Idrus 65 6 3 1 13,36 0 1336

86 Ramli 69 15 3 1 15,8 0 1580

87 M. Sinto 41 12 3 0 13,6 2 1360

88 Muhtadi 39 12 2 1 27,6 3 2760

89 Rahmat 48 12 3 1 4,8 3 480

90 Aminudin 60 6 2 0 10,48 1 1048

91 Pawaludin 60 12 5 1 23,6 4 2360

92 Sumiarti 60 6 3 1 12,36 1 1236

93 Hamsyah 60 6 1 1 24,6 1 2460

94 Samsiah 49 6 2 0 9,6 2 960

95 Zulkarnain 45 9 2 0 11,48 3 1148

96 Narjo 60 6 5 0 3,16 3 316

97 Amida 48 9 4 0 10,6 3 1060

98 Suriyati 61 6 2 0 1,4 1 140

99 Tuginem 59 0 2 1 1,4 1 140


(61)

60 Lampiran 3

Hasil Regresi Linier Berganda

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .995a .990 .990 100.25202 .990 2460.620 4 95 .000

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9.892E7 4 2.473E7 2.461E3 .000a

Residual 954794.437 95 10050.468

Total 9.988E7 99

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 56.890 40.167 1.416 .160

X1 101.130 1.040 .997 97.232 .000 .995 .995 .975 .956 1.046

X2 -8.814 8.271 -.011 -1.066 .289 -.042 -.109 -.011 .928 1.077

X3 -3.664 3.522 -.011 -1.040 .301 .182 -.106 -.010 .960 1.042

X4 -16.881 21.034 -.008 -.803 .424 .060 -.082 -.008 .922 1.085


(1)

55

Petunjuk pengisian

1.

Kuisioer ini semata-mata untuk keperluan akademi dan penelitian. Mohon

dijawab dengan jujur, dan sesuai keadaan.

2.

Isilah petanyaan berikut pada kolom yang sudah disediakan.

B. Keadaan Kesehatan

No.

Pertanyaan

Indikator

1.

Pernah sakit apa dalam

setahun terakhir?

1. Muntaber/diare

2. Demam

3. Campak

4.InfeksiSaluranPernapasan Akut

(ISPA)

5. Malaria

6. TBC

7. gizi buruk/busung lapar

2.

Berapa kali Keluarga

Anda berobat dalam

satu tahun terakhir ?

C. Pertanian

No.

Pertanyaan

Indikator

1.

Apakah jenis tanah

sawah yang anda miliki?

1. berpasir

2. lempung

3. liat

2.

Bagaimana tingkat

perolehan air untuk

mengatasi kekurangan

air?.

1. Irigasi

2. Pompa air (sumur)

3. air hujan

3.

Bagaimana status

kepemilkan lahan yang

anda gunakan

1. Sewa

2. Milik Pribadi

3. Sewa & milik pribadi

4.

Berapa luas lahan yang

diusahakan baik dari

milik pribadi maupun

penguasaan?

1. luas lahan < 0,5 ha

2. 0,5 ha - 1 ha

3. >1 ha

Ha

5

Berapa jumlah biaya

/modal yang anda

keluarkan dari mulai

menanam hingga

panen?


(2)

56

menanam padi dalam

setahun?

7

Berapakah hasil panen

padi yang anda dapatkan

dalam satu kali musim

tanam?

P.Brandan,...


(3)

57 No Nama Usia Pendidikan kesehatan kepemilikan

lahan

pendapatan /tahun (jt)

Jumlah tanggungan

keluarga

kesejahteraan (kg)

1 Hermansyah 54 12 5 1 2,9 2 290

2 Abdul Aziz 48 12 3 1 35,6 4 3560

3 Syarifudin 59 0 1 0 3,6 0 360

4 Miskun 56 6 3 1 2,4 0 240

5 Bambang 41 12 2 1 10,2 3 1020

6 M. Yakub 53 9 1 1 5,56 1 556

7 Hariyanto 27 9 3 0 31,6 2 3160

8 Iswandi 55 12 1 1 30,2 1 3020

9 Salman 35 12 4 1 12,6 2 1260

10 Dedi Budianto 33 12 4 1 11,2 2 1120

11 Ramlan 60 12 5 1 9,04 1 904

12 Zamar 46 12 3 1 23,16 2 2316

13 Guntur 32 12 1 0 18,4 1 1840

14 Ponidi 47 12 2 1 31,6 3 3160

15 Sumaryanto 45 9 3 0 5,56 2 556

16 Agus 57 12 2 0 18,4 3 1840

17 Basuki 61 9 2 1 37,8 2 3780

18 Yusuf 40 9 3 0 5,2 3 520

19 Kusnadi 49 9 3 0 8,84 3 884

20 Sumardjo 60 12 2 0 28 1 2800

21 Tambunan 62 6 3 1 35,8 1 3580

22 Lilik 57 9 2 1 9,84 0 984

23 Khairiah 51 9 2 1 14 1 1400

24 Tia 52 12 3 0 10,84 2 1084

25 Misnan 39 9 2 0 27,24 5 2724

26 Sahran 64 6 3 1 15,12 3 1512

27 Erwan 38 9 1 1 14,12 1 1412

28 Jamillah 60 6 5 1 19,4 2 1940

29 Budiman S. 56 6 4 1 15 3 1500

30 Karnain 68 6 5 1 15 0 1500

31 Suheri Wijaya 42 12 1 0 28,8 5 2880

32 Armin 52 12 3 0 26,2 4 2620

33 Sakdiah 63 6 6 0 9,6 1 960

34 Aminudin Nst. 68 12 5 1 2,9 0 290

35 Maimunah 45 6 2 1 2,9 0 290

36 M. Husaini 38 6 1 0 6,8 4 680

Lampiran 3

Data Penelitian


(4)

58

38 Mahdi 48 9 2 1 24,6 3 2460

39 Amran 48 6 2 1 12,36 4 1236

40 Ramlah 60 6 4 1 11,48 1 1148

41 Rahim 38 12 5 1 8,84 5 884

42 Misrani 57 6 3 0 24,6 2 2460

43 Risnadi 65 9 5 1 16 2 1600

44 J. Situmorang 60 12 2 1 29 2 2900

45 Slamet 49 6 3 0 4,56 3 456

46 D. Sinanga 51 12 5 1 28,4 5 2840

47 Azhar 35 12 1 0 8,96 0 896

48 Cornelia 33 9 3 0 5,04 2 504

49 Tukijan 55 9 1 1 6,16 1 616

50 Amat lias 60 9 2 1 12,36 1 1236

51 Sunarso 48 9 4 1 8,2 2 820

52 Sukardi 48 12 3 0 55,2 4 5520

53 Sapi'i 40 9 1 0 11,6 2 1160

54 Abdullah 45 6 3 0 10,6 3 1060

55 Ngatimin 49 12 2 1 20,96 5 2096

56 Riswandi 50 9 3 0 16,4 3 1640

57 Karso 59 6 1 0 14,6 4 1460

58 Edi Susianto 49 15 2 0 12,36 2 1236

59 Sutrisno 57 12 3 1 25,2 0 2520

60 Abdul Wahab 52 9 4 1 18,64 3 1864

61 Matnuh 69 6 4 1 15,12 1 1512

62 Amat 37 6 1 0 16 2 1600

63 Nanok 35 9 1 0 11,4 2 1140

64 Sahrul 49 6 2 0 16 3 1600

65 Ijal 23 9 1 0 14,24 1 1424

66 Ahyar 62 6 4 1 15,12 3 1512

67 Husin 42 9 2 1 13,16 3 1316

68 Arbain 46 9 3 1 29 5 2900

69 Wahab 63 6 3 0 20,4 3 2040

70 Buyung 55 9 3 1 29 2 2900

71 Sahdan 54 6 4 1 30,76 2 3076

72 Abu Yazid 36 6 5 1 37 1 3700

73 Junaidi 22 12 1 0 16 1 1600

74 iskandar 56 6 3 1 15 2 1500

75 Ramli 38 6 1 0 35,24 1 3524

76 Juman 49 6 2 0 29 1 2900


(5)

59

78 Ruslan 65 6 4 0 15,16 2 1516

79 Trisna 32 12 2 0 7,6 2 760

80 Karim 24 12 2 1 10,6 2 1060

81 Paino 43 6 3 1 10,6 3 1060

82 Poniman 42 6 2 0 18,8 1 1880

83 Heri Lubis 47 9 5 0 15,8 4 1580

84 Pardi 40 6 2 1 25,8 1 2580

85 Idrus 65 6 3 1 13,36 0 1336

86 Ramli 69 15 3 1 15,8 0 1580

87 M. Sinto 41 12 3 0 13,6 2 1360

88 Muhtadi 39 12 2 1 27,6 3 2760

89 Rahmat 48 12 3 1 4,8 3 480

90 Aminudin 60 6 2 0 10,48 1 1048

91 Pawaludin 60 12 5 1 23,6 4 2360

92 Sumiarti 60 6 3 1 12,36 1 1236

93 Hamsyah 60 6 1 1 24,6 1 2460

94 Samsiah 49 6 2 0 9,6 2 960

95 Zulkarnain 45 9 2 0 11,48 3 1148

96 Narjo 60 6 5 0 3,16 3 316

97 Amida 48 9 4 0 10,6 3 1060

98 Suriyati 61 6 2 0 1,4 1 140

99 Tuginem 59 0 2 1 1,4 1 140


(6)

60

Hasil Regresi Linier Berganda

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .995a .990 .990 100.25202 .990 2460.620 4 95 .000

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9.892E7 4 2.473E7 2.461E3 .000a

Residual 954794.437 95 10050.468

Total 9.988E7 99 a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2

b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 56.890 40.167 1.416 .160

X1 101.130 1.040 .997 97.232 .000 .995 .995 .975 .956 1.046

X2 -8.814 8.271 -.011 -1.066 .289 -.042 -.109 -.011 .928 1.077

X3 -3.664 3.522 -.011 -1.040 .301 .182 -.106 -.010 .960 1.042

X4 -16.881 21.034 -.008 -.803 .424 .060 -.082 -.008 .922 1.085 a. Dependent Variable: Y