41 Ternak sapi menempati urutan populasi terbesar di antara ternak ruminansia,
dan secara keseluruhan ternak sapi menempati urutan populasi ke lima terbanyak setelah ayam ras petelur, ayam buras, ayam broiler, dan itik. Ternak sapi yang
dipelihara umumnya sapi bibit, sehingga daerah ini dikenal sebagai salah satu sentra penghasil sapi bibit di Sumatera Barat. Kecamatan Luhak dan Lareh Sago Halaban
memiliki populasi ternak sapi tertinggi, hal ini berkaitan dengan pelaksanaan be- berapa program pengembangan sapi potong yang telah dilakukan, seperti program
Village Breeding Centre VBC, Gerbang Serba Bisa GSB, dan BPLM.
Hasil analisis LQ dari masing-masing wilayah Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat empat kecamatan yang sangat berpotensi untuk pengembangan ternak
sapi potong bila ditinjau dari populasi sapi potong yang dimiliki yaitu kecamatan Luhak, Lareh Sago Halaban, Situjuah Limo Nagari, dan Bukit Barisan. Sehubungan
dengan hal tersebut, ke empat wilayah basis di atas telah ditetapkan sebagai kawasan sentra pengembangan bibit sapi potong di kabupaten Lima Puluh kota BPS
kabupaten Lima Puluh Kota 2005. Tabel 11
Wilayah basis ternak sapi potong di kabupaten Lima Puluh Kota No Kecamatan
Nilai Lq
1 Luhak 3,7759
2 Lareh Sago
Halaban 1,9083
3 Situjuah Limo Nagari
1,2081 4 Bukit
Barisan 1,1829
Sumber : H asil pengolahan data primer 2009
4.1.3 Kapasitas Tampung Wilayah
Nilai kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia KPPTR wilayah kabupaten Lima Puluh Kota adalah sebesar 25.481,19 ST Lampiran 1c. Hal ini
menggambarkan bahwa kabupaten Lima Puluh Kota memiliki potensi untuk menam- pung tambahan populasi ternak ruminansia dimasa datang berdasarkan ketersediaan
sumberdaya pakan maupun keluarga petani ternak sebesar nilai total KPPTR tersebut. Ketersediaan sumberdaya pakan berasal dari kontribusi padang pengembalaan
kebun
rumput, lahan pertanian dan dari limbah pertanian tanaman Lampiran 1h. Laporan Ditjen Peternakan 1985 menjelaskan bahwa, daya dukung suatu
wilayah yang diperuntukkan bagi pengembangan ternak adalah kemampuan wilayah untuk menampung sejumlah populasi ternak secara optimal. Pemanfaatan lahan di-
dasarkan pada : 1 lahan sebagai sumber pakan ternak, 2 semua jenis lahan cocok
42 sebagai sumber pakan, 3 pemanfaatan lahan untuk peternakan diartikan sebagai
usaha penyerasian antara peruntukan lahan dengan sistem pertanian, dan 4 hubungan antara lahan dan ternak bersifat dinamis. Potensi pengembangan sapi potong di atas
masih dapat ditingkatkan melalui inovasi teknologi, dan implementasi integrasi tanaman dan ternak
Croop Livestock System, yakni melalui optimalisasi peman-
faatan limbah usahatani tanaman untuk pakan dan pemanfaatan kotoran ternak untuk pupuk tanaman.
Sarwono 1995 menyatakan bahwa, secara sederhana hubungan antara peternakan sapi dengan budidaya tanaman adalah pada penyediaan hijauan makanan
ternak berupa : rumput alam dari pematang sawah, gulma yang diperoleh dari kebun, dan limbah pertanian berupa jerami. Sebaliknya dari ternak tersedia pupuk kandang
yang dapat digunakan untuk pupuk tanaman dan tanaman hijauan makanan ternak, integrasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Sawah Pupuk Hijauan rumput, dedaunan, gulma Ternak
Limbah pertanian berupa jerami Sapi Kebun Pupuk
Gambar 5 Integrasi budidaya tanaman dan ternak sapi
Nilai KPPTR masing-masing kecamatan di kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan data tersebut, wilayah yang potensial untuk
pengembangan dikelompokkan berdasarkan tingkat pengembangan ; 1 tinggi keca- matan Pangkalan Koto Baru, Lareh Sago Halaban, Mungka, 2 sedang kecamatan
Luhak, Harau, Guguak, Payakumbuh, dan 3 rendah kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kapur Sembilan, Bukit Barisan. Beberapa kecamatan memiliki nilai KPPTR
tinggi, namun kurang potensial untuk pengembangan sapi potong kecamatan
43 Mungka, Guguak, dan Payakumbuh dan lebih didominasi oleh ternak unggas,
sedangkan kecamatan Harau merupakan daerah wisata dan penangkaran kupu-kupu Dinas Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota 2005.
Tabel 12 Nilai KPPTR masing-masing kecamatan kabupaten Lima Puluh Kota
No Kecamatan KPPTR
Efektif Tingkat
Pengembangan 1 Pangkalan
Koto Baru
7.583,54 Tinggi
2 Lareh Sago
Halaban 5.762,11
Tinggi 3 Mungka
3.901,51 Tinggi
4 Luhak 2.538,09
Sedang 5 Harau
2.077,12 Sedang
6 Guguak 1.652,11
Sedang 7 Payakumbuh
1.562,92 Sedang
8 Situjuah Limo Nagari
993,45 Rendah
9 Kapur Sembilan
908,22 Rendah
10 Bukit Barisan
485,54 Rendah
Sumber : Hasil pengolahan data primer 2009
4.2 Program Pengembangan Usaha Sapi Potong di kabupaten Lima Puluh Kota