umum  lebih  variatif  bentuk  konstruksinya,  baik  konstruksi  rumah  panggung maupun konstruksi pondasi batu. Tipologi bangunan rumah di daratan umumnya
sudah  lebih  modern  dengan  jenis  rumah  yang  berdinding  tembok  bata  dan beratap genteng. Jenis rumah ini umumnya merupakan rumah-rumah baru atau
perumahan yang dibangun oleh pengembang.
4.11 Kondisi Infrastruktur Air Bersih
Kebutuhan air bersih saat ini dilayani oleh PDAM Kota Tarakan. Saat ini PDAM memiliki 4 empat buah IPA seperti pada Gambar 14.
Gambar 14   Peta pembagian zona pelayanan air minum PDAM PDAM  Kota  Tarakan  telah  berdiri  semenjak  tahun  1980  dan  merupakan
cabang  PDAM  Kabupaten  Bulungan  yang  beribukota  di  Tanjung  Selor.  Jadi, PDAM  Kota  Tarakan  ini  telah  berusia  32  tahun. Kota  Tarakan  yang  berbatasan
dengan  lautan  mengakibatkan  rentannya  kondisikualitas  air  tanah  maupun  air permukaan.  Padahal,  kuantitas  air  bersih  yang  dibutuhkan  semakin  meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah dan taraf hidup masyarakatnya.
Adapun  sumber  air  baku  yang  dimanfaatkan  oleh  PDAM  Kota  Tarakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih adalah : 1 Sungai Kampung Bugis untuk
instalasi  pengolahan  air  Kampung  Bugis,  2  Sungai  Sesanip  untuk  instalasi pengolahan air di Persemaian, 3 Sungai Semunti untuk instalasi pengolahan air
Juata Laut, 4 Sungai Binalatung untuk instalasi pengolahan air Kampung Satu. Kapasitas  total    IPA  PDAM  terpasang  sebesar  400  literdetik,  namun
kapasitas  efektifnya  hanya  sebesar  269  literdetik  PDAM  Tarakan,  2009. Jumlah produksi air bersih sebesar 8.103.581,52 m
3
dan air yang didistribusikan sebesar  7.863.018,17  m
3
.  Sedangkan  kehilangan  air  air  cukup  tinggi  yaitu sebesar  3.185.681,97  m
3
atau  40,5.  Sumber  air  bersih  lainnya  adalah  air sumur  dan  mata  air.  Dari  data  PDAM  tahun  2003,  terdata  secara  keseluruhan
terdiri  dari  378  mata  air  sumur,  serta  162  unit  pompa  tangan  seperti  yang disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8  Sumber air baku alami Kota Tarakan 2003
No Kecamatan
Pemanfaatan Sumber Air Mata Air Sumur
Air Tanah Dangkal pompa tangan 1
Tarakan Timur 130
71 2
Tarakan Tengah 105
49 3
Tarakan Barat 46
30 4
Tarakan Utara 97
12 Total
378 162
5   STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN
Dalam  bab  ini  akan  membahas  mengenai  strategi  yang  akan  digunakan dalam  pengembangan  penyediaan  air  bersih  di  pulau  kecil,  studi  kasus  Kota
Tarakan. Strategi penyediaan air bersih menggunakan 3 tiga tahapan metode, yaitu  1  ISM  Interpretatif  Structural  Modelling  untuk  mengetahui  faktor  kunci
dalam  kendala,  kebutuhan  dan  kelembagaan  penyediaan  air  bersih;  2  AHP Analytical  Hierarchy  Process  untuk  mendapatkan  alternatif  penyediaan  air
bersih;  dan  3  SWOT  Strength,  Weakness,  Opportunities  and  Threats  untuk menyusun strategi dalam pengembangan penyediaan air bersih.
5.1   Analisis Kendala, Kebutuhan dan Kelembagaan Penyediaan Air Bersih
Dalam  penyediaan  air  bersih  secara  berkelanjutan  di  Pulau  kecil,  dalam hal ini di Kota Tarakan, perlu dikaji aspek kendala, kebutuhan dan lembaga yang
berperan  dalam  penyediaan  air  bersih.  Kajian  ini  menggunakan  metode  ISM Interpretative Structural Modelling dengan menggunakan kuisioner dan diskusi
pakar.
a.  Kendala dalam Penyediaan Air Bersih di Pulau Kecil
Berdasarkan  hasil  pendapat  pakar,  ditemukan  12  sub  elemen  kendala, yaitu  1  kebijakan  yang  kurang  memperhatikan  pulau  kecil,  2  terbatasnya
sarana  dan  prasarana  dasar,  3  kualitas  air  baku  yang  buruk  akibat pencemaran,  4  rendahnya  kesadaran  hidup  bersih,  5  tingginya  investasi
sarana penyediaan air bersih, 6 tata ruang yang buruk, 7 mudah terjadi konflik sosial,  8  kurangnya  sumberdaya  manusia  yang  memadai,  9  terbatasnya
sumberdaya  air  tawar,  10  kurangnya  kemampuankapasitas  institusi,  11  tata kelola kelembagaan lemah, 12 teknologi penyediaan air kurang memadai.
Hubungan kontekstual antar sub elemen kendala adalah sub elemen kendala yang  satu  memberikan kontribusi  atau menyebabkan  sub  elemen kendala  yang
lain.  Berdasarkan  hasil  analisis  seperti  pada  Gambar  15  menunjukkan  bahwa sub  elemen  kendala  kebijakan  yang  kurang  memperhatikan  Pulau  kecil  K1,
kualitas air baku yang buruk akibat pencemaran K3, tingginya investasi sarana penyediaan air bersih K5, tata ruang yang buruk K6, kurangnya sumberdaya
manusia  yang  memadai  K8,  terbatasnya  sumberdaya  air  tawar  K9,  terletak pada  independent  sector.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  ke  enam  sub  elemen