Pengaruh Internet Financial Reporting Dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

(1)

SKRIPSI

PENGARUH INTERNET FINANCIAL REPORTING DAN TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI WEBSITE TERHADAP

FREKUENSI PERDAGANGAN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BEI

OLEH

DEBBY P SITUMORANG

110502089

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH INTERNET FINANCIAL REPORTING DAN TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI WEBSITE TERHADAP FREKUENSI

PERDAGANGAN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

Perkembangan internet yang semakin pesat menjadi alat yang penting bagi perusahaan untuk memberikan informasi yang aktual mengenai kondisi perusahaan. Kemajuan teknologi internet ini mempengaruhi cara perusahaan dalam menyajikan informasi baik keuangan maupun non keuangan, sehingga muncullah media baru yang disebut Internet Financial Reporting (IFR). Perusahaan juga meningkatkan usaha untuk mengurangi asimetri informasi dengan cara memanfaatkan website perusahaan guna mengungkapan informasi seputar perusahaan, seperti informasi operasional, keuangan, atau saham.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh praktek IFR dan tingkat pengungkapan informasi website terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 116 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013. Untuk mengetahui pengaruh IFR dan tingkat pengungkapan website terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan digunakan regresi linear berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa IFR tidak berpengaruh terhadap frekuensi perdagangan saham, namun tingkat pengungkapan website berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan. Kata Kunci : Internet Financial Reporting, tingkat pengungkapan informasi, frekuensi perdagangan saham


(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF INTERNET FINANCIAL REPORTING AND DEGREE OF INFORMATION DISCLOSURE TO TRADING STOCK FREQUENCY OF

MANUFACTURE BUSINESS THAT LISTING IN BEI

The rapidly growth of internet has become an important instrument for business to share actual information about condition of business. Progress of this internet technology influence business method in purpose to share financial information or non financial information, because of that, appear a new media called Internet Financial Reporting (IFR). Business also increase their effort to diminish asymmetry information by utilize business website to reveal information about the business, such as operating, financial, and stock information.

This research has a purpose to know the influence of IFR practice and degree of information disclosure in website to trading stock frequency of company. This research use time series data. Total of sample is 116 manufacture company that listing in BEI from 2010 until 2013. To know the influence of IFR and degree of information disclosure to trading stock frequency used multiple linear regression.

The results of this research is IFR has no effect to trading stock frequency, however degree of information disclosure has a positive and significant effect to trading stock frequency.

Keywords : Internet Financial Reporting, degree of information disclosure, trading stock frequency


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Internet Financial Reporting dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu :

1. Orangtua penulis, Drs. Jumian Situmorang dan Rismawati br. Simbolon. Terima kasih buat papa mama karena selalu mendoakan, memberi semangat, dan mengusahakan segala yang terbaik buat penulis. Skripsi ini khusus penulis persembahkan untuk orangtua teercinta.

2. Bapak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi pengarahan, bimbingan, dan saran agar skripsi penulis lebih baik lagi.


(5)

6. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, MBA selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

8. Adik-adik penulis, Clara Anggi, Samuel, dan Graceo, yang selalu mendoakan kelancaran skripsi penulis dan menyemangati penulis.

9. Partner dan teman-teman penulis, Lawrencius Simanjuntak, yang banyak membantu baik saat kuliah dan penulisan skripsi, memberi semangat dan mendoakan yang terbaik bagi penulis. Friska Siburian dan Jessi Panjaitan yang setia bersama penulis selama masa perkuliahan, menampung penulis di kosnya, membantu penulis dalam pengerjaan skripsi dan senantiasa mendoakan kelancaran skripsi ini. Grace Ginting, yang walaupun berbeda kampus, tetap mendoakan dan memberi semangat bagi penulis. Dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Medan, Maret 2015

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Teori Pasar Efisien ... 11

2.2 Teori Keagenan ... 13

2.3 Teori Sinyal ... 15

2.4 IFR (Internet Financial Reporting) ... 16

2.5 Pengungkapan Laporan Keuangan ... 18

2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 18

2.5.2 Kegunaan dan Tujuan Laporan Keuangan... 19

2.5.3 Jenis Pengungkapan Laporan Keuangan ... 21

2.5.3.1 Pengungkapan Sukarela ... 11

2.5.3.2 Pengungkapan Wajib ... 13

2.6 Penelitian Terdahulu ... 23

2.7. Kerangka Konseptual ... 27

2.8 Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Batasan Operasional ... 31

3.4 Definisi Operasional ... 32

3.4.1 Frekuensi Perdagangan Saham ... 32

3.4.2 Internet Financial Reporting (IFR) ... 32

3.4.3 Tingkat Pengungkapan Informasi ... 33

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 35


(7)

3.5.2 Sampel Penelitian ... 35

3.6 Jenis Data ... 35

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.8 Teknik Analisis ... 37

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 37

3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 37

3.8.2.1 Uji Normalitas ... 36

3.8.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 37

3.8.2.3 Uji Autokorelasi ... 37

3.8.2.4 Uji Multikolinearitas ... 37

3.8.3 Analisis Regresi ... 38

3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 39

4.2 Analisis Data ... 40

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 40

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 42

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 41

4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 42

4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 43

4.2.2.4 Uji Multikolinearitas ... 44

4.2.3 Analisis Regresi ... 46

4.2.4 Pengujian Hipotesis ... 46

4.3 Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Judul Halaman

1.1 Statistik Pengguna Internet Dunia ... 1

1.2 Perusahaan Manufaktur Dengan Frekuensi Perdagangan Tertinggi . 39 2.1 Penelitian Terdahulu ... 25

3.1 Pengukuran Tingkat Pengungkapan Informasi Website ... 32

3.2 Definisi Operasional ... 33

4.1 Rekapitulasi Objek Penelitian ... 39

4.2 Statistik Deskriptif ... 39

4.3 Statistik Deskriptif Perusahaan IFR ... 40

4.4 Hasil Uji Normalitas ... 41

4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Spearman’s rho ... 42

4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 43

4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ... 44

4.8 Analisis Regresi ... 45


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 29 4.1 Grafik d Durbin-Watson 43


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

Judul Halaman

1 Data Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan Sampel ... 56

2 Data Sampel Penelitian ... 61

3 Hasil Transformasi Data Variabel Frek. Perdagangan Saham ... 65


(11)

ABSTRAK

PENGARUH INTERNET FINANCIAL REPORTING DAN TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI WEBSITE TERHADAP FREKUENSI

PERDAGANGAN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

Perkembangan internet yang semakin pesat menjadi alat yang penting bagi perusahaan untuk memberikan informasi yang aktual mengenai kondisi perusahaan. Kemajuan teknologi internet ini mempengaruhi cara perusahaan dalam menyajikan informasi baik keuangan maupun non keuangan, sehingga muncullah media baru yang disebut Internet Financial Reporting (IFR). Perusahaan juga meningkatkan usaha untuk mengurangi asimetri informasi dengan cara memanfaatkan website perusahaan guna mengungkapan informasi seputar perusahaan, seperti informasi operasional, keuangan, atau saham.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh praktek IFR dan tingkat pengungkapan informasi website terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 116 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013. Untuk mengetahui pengaruh IFR dan tingkat pengungkapan website terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan digunakan regresi linear berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa IFR tidak berpengaruh terhadap frekuensi perdagangan saham, namun tingkat pengungkapan website berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan. Kata Kunci : Internet Financial Reporting, tingkat pengungkapan informasi, frekuensi perdagangan saham


(12)

ABSTRACT

THE EFFECT OF INTERNET FINANCIAL REPORTING AND DEGREE OF INFORMATION DISCLOSURE TO TRADING STOCK FREQUENCY OF

MANUFACTURE BUSINESS THAT LISTING IN BEI

The rapidly growth of internet has become an important instrument for business to share actual information about condition of business. Progress of this internet technology influence business method in purpose to share financial information or non financial information, because of that, appear a new media called Internet Financial Reporting (IFR). Business also increase their effort to diminish asymmetry information by utilize business website to reveal information about the business, such as operating, financial, and stock information.

This research has a purpose to know the influence of IFR practice and degree of information disclosure in website to trading stock frequency of company. This research use time series data. Total of sample is 116 manufacture company that listing in BEI from 2010 until 2013. To know the influence of IFR and degree of information disclosure to trading stock frequency used multiple linear regression.

The results of this research is IFR has no effect to trading stock frequency, however degree of information disclosure has a positive and significant effect to trading stock frequency.

Keywords : Internet Financial Reporting, degree of information disclosure, trading stock frequency


(13)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penggunaan media internet oleh penduduk dunia mengalami peningkatan yang tajam dari waktu ke waktu. Menurut Internet World Stats, pada tahun 2014 pengguna internet (netter) berjumlah 3,035 milyar pengguna atau 42,3 % dari populasi penduduk dunia. Di Indonesia sendiri, pengguna internet pada tahun 2000 berjumlah 2 juta pengguna, dan dalam kurun waktu 13 tahun, meningkat menjadi 55 juta pengguna atau sekitar 21,7% dari populasi penduduk Indonesia.

Tabel 1.1

Statistik Pengguna Internet Dunia Regional Pengguna Internet

tahun 2000

Estimasi Populasi tahun 2014

Data Terbaru Pengguna

Internet

Afrika 4.514.400 1.125.721.038 297.885.898

Asia 114.304.000 3.996.408.007 1.386.188.112

Eropa 105.096.093 825.802.657 582.441.059

Timur Tengah 3.284.800 231.062.860 111.809.510 Amerika Utara 108.096.800 353.860.227 310.322.257 Amerika

Latin/Karibia

18.068.919 612.279.181 320.312.562 Oceania/

Australia

7.620.480 36.724.649 26.789.942 World Total 360.985.492 7.181.858.619 3.035.749.340 Sumber : www.internetworldstats.com, Maret 2015

Tidak ada keraguan bahwa internet memiliki efek yang sangat besar pada setiap aspek dalam hidup manusia. Satu dari aspek paling berguna dari internet adalah banyak dari sumber publikasi atau pengungkapan dan informasi yang tercantum dalam akses secara online. Dalam banyak hal, akses elektronik seperti


(14)

internet lebih sesuai dibandingkan dengan publikasi atau pengungkapan dengan lembaran kertas kopian (Dunn, 2010:72). Ashbaugh et al. (1999) dalam Akhiruddin (2012) mengungkapkan bahwa internet mempunyai beberapa karakteristik dan keunggulan seperti mudah menyebar (pervasiveness), tidak mengenal batas (borderless-ness), real-time, berbiaya rendah (low cost), dan mempunyai interaksi yang tinggi (high interaction). Dengan keunggulan yang sedemikian rupa, internet mudah diterima oleh masyarakat dan pertumbuhan jumlah pengguna internet pun semakin meningkat.

Perkembangan teknologi internet ini dimanfaatkan dalam berbagai bidang ilmu atau pekerjaan, salah satunya dalam bidang bisnis. Banyak perusahaan domestik, internasional, dan global yang mempercayakan media internet sebagai salah satu sarana untuk mempromosikan ataupun menjual produk unggulan perusahaan. Selain itu internet juga dipercayakan sebagai media untuk menampilkan dan melaporkan berbagai informasi tentang kinerja manajemen dan keuangan perusahaan yang berguna bagi stakeholder (pemangku kepentingan).

Internet dipandang sebagai salah satu media pelaporan yang penting, sehingga informasi tentang kinerja perusahaan dapat dijangkau oleh seluruh investor secara global, dengan lebih baik dan lebih cepat (Ashbaugh et al.,1999 dalam Akhiruddin, 2012). Internet menawarkan suatu bentuk unik pengungkapan yang menjadi media bagi perusahaan dalam menyediakan informasi kepada masyarakat luas sesegera mungkin (Abdelsalam et al. 2007). Investor secara meningkat dan terus-menerus mengakses berbagai informasi keuangan perusahaan, seperti laporan keuangan bulanan dan laporan sementara, dan


(15)

mendapatkan informasi secara berkala seperti penyiaran pers, penilaian analis, dan harga saham tiap harinya dari website perusahaan (Abdelsalam dan Masry, 2008).

Website perusahaan yang terdiri dari halaman hubungan investor penting bagi perusahaan untuk membentuk dan memelihara hubungan internasional atau akses untuk modal internasional (Ettredge and Gerdes, 2005 dalam Abdelsalam dan Masry, 2008). Atas dasar itulah muncul suatu media baru, yaitu media internet untuk menyajikan laporan keuangan perusahaan dan profil perusahaan yang lazim disebut dengan Internet Financial Reporting (IFR). Pengungkapan informasi keuangan dalam website perusahaan (Internet Financial Reporting - IFR) merupakan suatu bentuk pengungkapan sukarela yang dipraktekkan oleh berbagai perusahaan. Pengungkapan ini dilakukan perusahan di luar dari pengungkapan yang telah diwajibkan oleh badan pengawas keuangan.

Meek et al. dalam Murtanto dan Elvina (2005) menegaskan bahwa pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan dalam memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pembuatan keputusan oleh pemakai laporan tahunannya.

United States Securities and Exchange Commission (SEC US) atau Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat adalah suatu badan independen dari pemerintah Amerika yang memiliki tanggung jawab utama untuk mengawasi pelaksanaan dari peraturan-peraturan dibidang perdagangan efek dan mengatur pasar perdagangan pada bursa efek. Tujuan utama dari pembentukan SEC ini adalah untuk mengatur bursa efek dan mencegah penyalahgunaan oleh perseroan


(16)

sehubungan dengan penawaran saham dan penjualan efek serta pelaporan keuangan perseroan.

Pertengahan tahun 2000, SEC US membuat pernyataan bahwa semua perusahaan publik direkomendasikan untuk membuat dan memberikan semua informasi legal yang dimandatkan tentang kinerja perusahaan untuk diberikan kepada semua pihak yang berkepentingan di waktu yang sama. Dengan kata lain, kreditor, pemegang saham, analis dan investor harus memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses informasi di internet. Pernyataan dari SEC ini mendorong lebih banyak perusahaan untuk menggunakan IFR untuk menghindari diskriminasi informasi. Namun, perusahaan telah diberi kebebasan dalam menentukan bagaimana dan apa yang harus diungkap.

Di Indonesia Bapepam mengeluarkan peraturan melalui Keputusan Ketua Bapepam No.86 Tahun 1996 mengenai keterbukaan informasi yang harus diumumkan kepada publik yang berbunyi :

“Setiap Perusahaan Publik atau Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah keputusan atau terdapatnya Informasi atau Fakta Material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai Efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal”.

Bapepam berharap dengan adanya peraturan tersebut dapat mendorong upaya-upaya perusahaan untuk secepatnya mengumumkan kepada masyarakat mengenai informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan yang mungkin dapat mempengaruhi suatu efek. Beberapa tahun belakangan ini, IFR muncul dan


(17)

berkembang sebagai media yang paling cepat untuk menginformasikan hal- hal yang terkait dengan perusahaan.

Manfaat yang didapatkan dengan mempublikasikan informasi kinerja keuangan melalui IFR antara lain memiliki cakupan luas karena dapat diakses siapa pun dengan menggunakan media internet. Manfaat lainnya adalah IFR mampu menimbulkan biaya yang lebih hemat dibandingkan laporan keuangan yang menggunakan kertas. IFR mampu mengurangi biaya pencetakan dan distribusi terkait dengan laporan keuangan tahunan dan triwulanan (Ashbaugh et al., 1999). Manfaat tersebut semakin didukung dengan fakta bahwa calon investor dan investor memiliki minat yang tinggi untuk memanfaatkan IFR sebagai sumber informasi yang akan dipakai dalam pengambilan keputusan mereka. Dengan adanya IFR, investor dapat lebih cepat mengakses informasi keuangan perusahaan sebagai dasar pembuatan keputusan.

Lebih lanjut tindakan investor akan tercermin pada pergerakan saham di bursa. Semakin banyak informasi yang tersedia dan semakin cepat informasi itu tersedia akan mempemudah investor dalam mengevaluasi portofolio saham yang dimiliki. Informasi tersebut akan menciptakan penawaran dan permintaan oleh para investor yang berujung pada transaksi perdagangan saham (Sukanto, 2011).

Para pelaku pasar modal akan mengevaluasi setiap pengumuman yang diterbitkan oleh emiten, sehingga hal tersebut akan menyebabkan beberapa perubahan pada transaksi perdagangan saham, misalnya adanya perubahan pada volume dan frekuensi perdagangan saham, perubahan pada harga saham, bid/ask spread, proporsi kepemilikan, dan lain-lain. Hal ini mengindikasikan bahwa


(18)

pengumuman yang masuk ke pasar memiliki kandungan informasi, sehingga memicu reaksi oleh para pelaku di pasar modal.

IFR dan pengungkapan informasi pada website juga menjadi satu cara agar investor mengetahui berbagai informasi yang benar adanya mengenai kondisi keuangan perusahaan agar tidak terjadi asimetri informasi antara pihak investor dan perusahaan. Dengan begitu investor mampu mengestimasi kondisi perusahaan di masa yang akan datang, dan membantu investor mengambil keputusan apakah menanamkan atau tidak modalnya pada perusahaan bersangkutan. IFR telah membuka sebuah domain penelitian baru pada bidang akuntansi dan keuangan. Ukuran perusahaan (firm size) merupakan variabel yang paling sering muncul sebagai faktor yang mempengaruhi Internet Corporate Disclosure khususnya

Internet Financial Reporting (IFR).

Menggunakan perusahaan publik yang terdaftar dalam Austria Stock Exchange sebagai sampel, Pichegger dan Wagenhofer (1999) dalam Lai et al.

(2009) meneliti kualitas IFR dan menyimpulkan bahwa kualitas berhubungan positif dengan ukuran perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk kepemilikan saham atau nilai kapitalisasi perusahaan.

Laswad (2005) mempelajari praktek IFR di Selandia Baru. Enam variabel dihubungkan dengan praktek IFR, yaitu ukuran, leverage, municipal wealth, press visibility dan tipe dari kota tempat perusahaan berada. Hasilnya, leverage, municipalwealth, press visibility dan tipe kota berhubungan dengan praktek IFR.

Lai et al., (2009) mencoba meneliti mengenai hubungan IFR dengan hargasaham. Lai menemukan bahwa perusahaan yang menerapkan IFR dan


(19)

perusahaan dengan tingkat pengungkapan informasi yang tinggi cenderung mempunyai abnormal return yang lebih besar dan harga saham yang bergerak lebih cepat. Lai menyimpulkan bahwa semakin baik pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan, semakin tinggi pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan tersebut. Pada penelitian ini, Lai menggunakan Autoregresi

dan Final Prediction Error untuk mengetahui kecepatan perubahan saham atas informasi baru dalam IFR.

Di Indonesia, penelitian IFR juga semakin bekembang. Kebanyakan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi internet financial reporting. Lestari (2007) meneliti faktor yang mempengaruhi IFR dengan sampel perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 2005 dan menemukan bahwa dari tujuh faktor yang diteliti (ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, jenis industri,

leverage, reputasi auditor dan umur listing perusahaan), terbukti bahwa ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, reputasi auditor dan umur listing perusahaan berpengaruh positif terhadap IFR. Sedangkan Widyastuti (2012) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kualitas IFR. Hasilnya adalah ukuran, profitabilitas, dan leverage perusahaan berpengaruh terhadap kualitas internet financial reporting.

Hargyantoro (2010) dan Sukanto (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh IFR dan hubungannya dengan saham perusahaan. Dalam penelitian ini, frekuensi perdagangan saham digunakan untuk mengetahui hubungan antara informasi dan saham. Logikanya, semakin banyak informasi yang beredar,


(20)

semakin banyak permintaan dan penawaran yang berujung pada transaksi oleh investor yang akan memicu kenaikan frekuensi perdagangan saham.

Peneliti ingin menindaklanjuti temuan peneliti sebelumnya mengenai pengaruh internet financial reporting dan pengungkapan website terhadap frekuensi perdagangan perusahaan, namun mengambil sampel yang berbeda, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 1.2

Perusahaan Manufaktur Dengan Frekuensi Perdagangan Tertinggi

2010 2011 2012 2013

Astra International

Astra International Astra International Kalbe Farma Indofood Sukses

Makmur

Charoen Pokphand Indonesia

Kalbe Farma Astra

International Keramika Indonesia Asosiasi Indofood Sukses Makmur

Semen Indonesia Semen Indonesia

Kalbe Farma Kalbe Farma Indofood Sukses Makmur

Polychem Indonesia Pelat Timah

Nusantara

Semen Gresik Suparma Charoen

Pokphand Indonesia Gajah Tunggal Indocement

Tunggal Prakarsa Charoen Pokpahand Indonesia Indofood Sukses Makmur Tirta Mahakam Resources Pelat Timah Nusantara

Gudang Garam Indocement Tunggal Prakarsa Pyridam Farma Pyridam Farma Unilever

Indonesia

Unilever Indonesia Indocement

Tunggal Prakarsa

Gudang Garam Indocement Tunggal Prakarsa Langgeng Makmur Industri Unilever Indonesia Langgeng Makmur Industri Gudang Garam Sumber :


(21)

tertinggi. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk menganalisa apakah ada pengaruh internet financial reporting terhadap frekuensi perdagangan saham.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Internet Financial Reporting dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Internet Financial Reporting (IFR) berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan?

2. Apakah tingkat pengungkapan informasi website berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh penerapan Internet Financial Reporting pada frekuensi perdagangan saham perusahaan.

2. Mengetahui pengaruh tingkat pengungkapan informasi website perusahaan pada frekuensi perdagangan saham.

1.4 Manfaat Penelitian i. Bagi literatur teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur dan referensi yang dapat dijadikan acuan dalam memahami pengaruh IFR dan pengungkapan website terhadap frekuensi perdagangan saham dan sekaligus memahami seberapa penting


(22)

implementasi pelaporan keuangan melalui internet ini bagi perkembangan kinerja perusahaan manufaktur.

ii. Bagi kalangan praktisi

a. Bagi perusahaan agar dapat menerapkan dan memanfaatkan IFR dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan komunikasi dengan berbagai pihak, khususnya investor.

b. Bagi peneliti selanjutnya sebagai sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik ini.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pasar Efisien

Teori Pasar Efisien merupakan salah satu teori keuangan yang penting. Teori ini dikemukakan oleh Eugene F. Fama pada tahun 1970. Fama mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan pasar efisien adalah apabila harga saham perusahaan mencerminkan keseluruhan informasi yang tersedia.

Konsep pasar yang efisien lebih ditekankan pada aspek informasi, artinya pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Konsep tersebut menyiratkan adanya suatu proses penyesuaian harga sekuritas menuju harga keseimbangan yang baru, sebagai respons atas informasi baru yang masuk ke pasar (Tandelilin, 2001:112).

Sejumlah besar penelitian empiris (induktif) memperlihatkan bahwa harga-harga sekuritas yang diperdagangkan secara publik bereaksi secara cepat dan tidak bias (rapidly and unbiased) terhadap informasi baru. Oleh karena itu, harga pasar sekuritas diasumsikan mencerminkan sepenuhnya semua informasi yang tersedia bagi publik (Bastian, 2006 : 212). Yang perlu diperhatikan bahwa harga terbentuk melalui proses transaksi atau bertemunya penawaran dan permintaan yang secara otomatis akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham atau bisa dikatakan bahwa perubahan harga saham akan diikuti dengan peningkatan frekuensi perdagangan.

Empat kondisi yang diperlukan agar suatu pasar efisien secara informasional menurut Tandelilin (2001:113) adalah (1) ada banyak investor yang rasional dan


(24)

berusaha untuk memaksimalkan profit, (2) semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan cara yang murah dan mudah, (3) informasi yang terjadi bersifat random, (4) investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga sekuritas akan berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnya akibat informasi tersebut. Jelas sekali keempat kondisi tersebut tidak terdapat pada dunia nyata.

Oleh karena itu perlu dibedakan antara pasar yang perfectly informationally efficient dan economically informationally efficient. Pasar yang perfectly efficient, yakni yang memenuhi keempat kondisi di atas, harga selalu merefleksikan semua informasi yang diketahui, harga akan menyesuaikan diri dengan informasi baru secara cepat dan excess return hanya dapat diperoleh karena keberuntungan. Pada pasar yang economically efficient, harga tidak menyesuaikan diri dengan informasi baru secara cepat namun excess return tetap tidak dapat diperoleh setelah keuntungan dikurangi dengan biaya informasi dan transaksi.

Menurut Fama (1970) bentuk pasar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yang dikenal sebagai hipotesis pasar efisien. Ketiga bentuk pasar tersebut adalah : 1. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah (Weak Form)

Dalam hipotesis ini, harga saham diasumsikan mencerminkan semua informasi yang terkandung dalam sejarah masa lalu tentang harga sekuritas yang bersangkutan. Artinya, harga yang terbentuk atas suatu saham, misalnya merupakan cerminan dari pergerakan saham yang bersangkutan di masa lalu. 2. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Setengah Kuat (Semi Strong Form)


(25)

Menurut hipotesis ini, harga mencerminkan semua informasi public yang relevan. Di samping merupakan cerminan harga saham historis, harga yang tercipta juga terjadi karena informasi yang ada di pasar, termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan dan informasi tambahan sebagaimana diwajibkan oleh peraturan akuntansi. Menurut konsep ini, investor tidak akan mampu untuk memperoleh abnormal return dengan menggunakan strategi yang dibangun berdasarkan informasi yang tersedia di publik.

3. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Kuat (Strong Form)

Pasar efisien bentuk kuat menyatakan bahwa harga yang terjadi mencerminkan semua informasi yang ada, baik informasi publik maupun informasi pribadi (private information). Dalam konteks pasar efisien bentuk kuat tidak ada seorangpun baik individu maupun institusi dapat memperoleh abnormal return, untuk suatu periode tertentu, dengan menggunakan informasi yang tersedia di publik dalam konteks kelebihan informasi, termasuk di dalamnya informasi yang hanya dapat diakses oleh orang-orang tertentu.

Hipotesis pasar efisien secara potensial memiliki implikasi penting terhadap akuntansi dan keuangan, sebagai contoh, informasi dengan cepat tercermin dalam harga sekuritas sehingga mendorong pengungkapan (disclosure) informasi keuangan (Bastian, 2006:212).

2.2 Teori Keagenan

Teori keagenan merupakan cabang dari ilmu ekonomi yang akrab dengan implikasi perilaku dari mempercayakan pengambilan keputusan kepada pihak ketiga (Dunn, 2010:7). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori


(26)

keagenan sebagai kontrak antara satu orang atau lebih (principal) yang menggunakan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama mereka termasuk mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Teori keagenan mengasumsikan bahwa prinsipal menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang mereka tanamkan, salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang mereka miliki.

Masalah keagenan sering terjadi prinsipal dan agen. Masalah ini dapat diatasi dengan beberapa cara, dengan mendesain suatu penghargaan (reward) yang memotivasi agen agar bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Cara lain adalah dengan mengawasi tindakan dari agen, dan itu adalah ketika informasi keuangan ditampilkan. Jika prinsipal memiliki akses kepada laporan keuangan yang informatif, mereka dapat menilai prestasi dari agen (Dunn, 2010:8).

Prinsipal menilai prestasi agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian deviden. Semakin tinggi laba, harga saham dan semakin besar deviden, maka agen dianggap berhasil dan memiliki kinerja yang baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan kondisi keuangan dengan cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka, dalam hal ini hubungannya dengan pemilik, kreditur, maupun pemerintah.

Praktik IFR bisa dijadikan alat bagi agen untuk menyampaikan informasi sebagaimana yang dikehendaki dalam kontrak keagenan. Alasan yang mendasari perlunya praktek pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen perusahaan


(27)

kepada shareholder dijamin dalam hubungan antara prinsipal dan agen. Laporan keuangan merupakan sarana akuntabilitas manajemen kepada pemilik. Sehingga sebagai wujud pertanggungjawaban, agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan prinsipal, dalam hal ini adalah pengungkapan sukarela yang lebih luas (Dunn, 2010:8).

2.3 Teori Sinyal

Teori Sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga saham meningkat, ia ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Manajer bisa melakukan pengungkapan informasi lebih, sebagai sinyal yang lebih

credible (Hanafi, 2005:316).

Pengaruh pemberian sinyal berasumsi bahwa terdapat asimetri (ketidakseimbangan) informasi antara pihak manajemen dan para pemegang saham. Oleh karena itu, perusahaan dapat mengungkapkan informasi keuangan yang berhubungan dengan profitabilitas dan risiko perusahaan yang terkandung didalamnya, sehingga memudahkan pemegang saham dalam menilai prospek perusahaan kedepannya (Horne dan Machowicz, 2007 : 253).

Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya, yang akan digunakan untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis, termasuk laporan arus kas karena laporan arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan.


(28)

2.4 IFR (Internet Financial Reporting)

Internet Financial Reporting adalah pencantuman informasi keuangan perusahaan melalui internet atau website (Lai et al., 2009). Fitriana (2009) mengungkapkan bahwa Internet Financial Reporting dinilai memberikan berbagai keuntungan, yakni :

1. Menawarkan solusi biaya rendah (bagi kedua belah pihak). Bagi investor, memberikan kemudahan dalam mengakses informasi perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan, dapat mengurangi biaya untuk mencetak serta mengirim informasi perusahaan kepada investor Menawarkan ketepatan waktu dalam penyebaran serta akses informasi sehingga informasi lebih relevan karena tepat waktu.

2. Sebagai media komunikasi massa untuk laporan perusahaan. Informasi dapat diakses oleh pengguna yang lebih luas daripada media komunikasi yang lama. Tidak ada batasan wilayah sehingga dapat mengembangkan jumlah investor potensial.

3. Menawarkan informasi keuangan dalam berbagi format yang memudahkan dan bisa diunduh (Hanifa dan Rashid; 2005 dalam Fitriana, 2009). Adobe Acrobat format dalam portable document format (PDF) biasanya merupakan format yang paling umum digunakan . Selain itu format yang digunakan adalah HTML (Hypertext Markup Language), Excel, XBRL.

4. Memungkinkan pemakai berinteraksi dengan perusahaan untuk bertanya atau memesan informasi tertentu dengan cara yang jauh lebih mudah dan murah dibanding mengirim surat atau telepon ke perusahaan.


(29)

Berbagai format yang dapat digunakan dalam mempresentasikan laporan keuangan melalui internet antara lain :

1. Portable Document Format (PDF)

Merupakan sebuah format file yang dikembangkan oleh Adobe Corporation untuk membuat dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk mewakili dokumen yang asli. Semua elemen dalam dokumen asli disimpan sebagai gambaran elektronik.

2. Hypertext Markup Language

HTML merupakan standar yang biasa digunakan untuk mempresentasikan informasi melalui internet.

3. Graphics Interchange Format (GIF)

GIF adalah sebuah format file berbentuk grafik, dengan meringkas mengenai gambaran informasi tanpa mengurangi informasi tersebut, yang dapat dibaca oleh kebanyakan pengguna.

4. Joint Photographic Expert Group (JPEG)

Sebuah format grafik yang digunakan untuk meringkas foto agar mempunyai ukuran yang dapat digunakan dalam website.

5. Microsoft Excel Spreadsheet

Sebuah aplikasi komputer yang berupa spreadsheet dengan menyimpan, memperlihatkan dan memanipulasi data yang disusun dalam kolom dan lajur. 6. Microsoft Word

Ms. Word merupakan aplikasi program computer yang paling banyak digunakan dalam IFR.


(30)

7. Zip Files

WinZip adalah program windows yang mengizinkan para pengguna untuk menyimpan dan meringkas dokumen informasi sehingga mereka dapat menyimpan dan mendistribusikan informasi tersebut dengan lebih efisien.

The Steering Committee of the Business Reporting Research Project (FASB, 2000), menyediakan beberapa motif perusahaan dalam meyajikan informasi melalui internet :

1. Mengurangi biaya cetak dan posting laporan tahunan (annual report). 2. Akses yang lebih luas daripada praktek tradisional.

3. Memberikan informasi yang terkini.

4. Mempercepat waktu dalam distribusi informasi.

5. Menjalin komunikasi dengan konsumen yang tidak teridentifikasi sebelumnya. 6. Menambah praktek pengungkapan tradisional.

7. Meningkatkan jumlah dan data yang diungkapkan.

8. Memperbaiki akses pada investor potensial untuk perusahaan kecil. 2.5 Pengungkapan Laporan Keuangan

2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Bastian (2006 : 57) laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas pengumpulan dan pengolahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan laporan keuangan atau ikhtisar-ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu pemakainya dalam membuat atau mengambil suatu keputusan.


(31)

“Financial statement attempt to portray the operating performance and financial health of a business firm during a recent period of time. Financial analysis study these financial statements both to evaluate a firm’s success in the past conducting its activities and to project its likely future performance.”

Laporan keuangan suatu organisasi secara umum terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan catatan atas laporan keuangan, dan laporan arus kas (Kasmir, 2013 : 67).

2.5.2 Kegunaan dan Tujuan Laporan Keuangan Adapun kegunaan dari laporan keuangan adalah :

1. Informasi akuntansi sebagai alat komunikasi antara manajemen dengan pemegang saham atau dengan para pemangku kepentingan.

2. Sebagai alat pertanggungjawaban para pengelola (manajemen)sebagai agent yang ditunjuk oleh pemilik perusahaan (principals) atas usahanya atau tindakannya dalam suatu periode tertentu.

3. Laporan keuangan sebagai data untuk melakukan perencanaan

4. Laporan keuangan mencerminkan kinerja usaha suatu organisasi dalam periode tertentu.

5. Mencerminkan posisi keuangan suatu perusahaan.

6. Sebagai dasar atau rujukan dalam pengambilan keputusan keuangan dan non-keuangan.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) melalui Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam Mursyidi (2010) menguraikan karakteristik kualitatif laporan keuangan


(32)

merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok :

1. Dapat dipahami. Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.

2. Relevan. Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.

3. Keandalan. Agar bermanfaat, infornasi harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal, jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat dibandingkan. Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

FASB menetapkan tujuan pelaporan keuangan yang dapat diringkas sebagai berikut :


(33)

1. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor dan kreditor (sekarang maupun potensial) dan pemakai lain dalam membuat keputusan investasi, kredit dan lainnya secara rasional.

2. Menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditor (sekarang maupun potensial) dan pemakai lain dalam mengevaluasi jumlah, saat, dan ketidakpastian penerimaan kas di masa datang yang berasal dari dividen atau bunga dan penerimaan dari penjualan, penebusan, atau pelunasan surat berharga atau pinjaman (loans). Karena aliran kas bagi investor dan kreditor berkaitan dengan aliran kas perusahaan, pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat membantu investor, kreditor, dan lainnya dalam mengevaluasi jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas perusahaan yang bersangkutan di masa datang.

3. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber ekonomik suatu perusahaan (badan usaha), klaim terhadap sumber ekonomik (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber ekonomik kepada pihak lain yang berhak dan pemilik ekuitas), dan pengaruh transaksi-transaksi, kejadian-kejadia, dan kondisi-kondisi yang mempengaruhi komposisi dan jumlah sumber ekonomik perusahaan tersebut serta klaim atas sumber-sumber ekonomik tersebut.

2.5.3 Jenis Pengungkapan Laporan Keuangan 2.5.3.1 Pengungkapan Sukarela

Perusahaan berhak untuk memberikan informasi tambahan yang bersifat sukarela untuk mempermudah para pemakai laporan keuangan dalam mengambil


(34)

keputusan. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan diluar apa yang telah diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas (Suwardjono, 2005). Luas pengungkapan sukarela tergantung pada kebijakan perusahaan. Kebijakan perusahaan yang satu akan berbeda dengan kebijakan perusahaan lain. Pengungkapan sukarela diperbolehkan asalkan tidak bertentangan dengan item- item dalam mandatory disclosure.

Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham, khususnya apabila informasi tersebut merupakan berita gembira (good news). Manajemen juga akan menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitas dan kemajuan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan (Suwardjono, 2005). Terdapat banyak perkembangan penelitian empiris terkait dengan Internet Financial Reporting (IFR) yang merefleksikan perkembangan bentuk pengungkapan informasi perusahaan.

Penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela bermanfaat bagi perusahaan. Leftwich et al. (1981) dalam Hargyantoro (2010) menunjukkan bahwa pengungkapan informasi sukarela yang signifikan, baik keuangan maupun non-keuangan, akan menambah nilai dari informasi yang diungkapkan kepada publik. Lima manfaat pengungkapan sukarela meliputi: (1) memperbaiki reputasi perusahaan, (2) menyajikan informasi yang dapat menghasilkan keputusan investasi yang lebih baik bagi investor, (3) memperbaiki akuntabilitas, (4) memperbaiki prediksi risiko yang dilakukan oleh investor, dan (5) menyajikan kewajaran harga saham yang lebih baik.


(35)

Praktek pengungkapan informasi keuangan dalam website perusahaan (Internet Financial Reporting- IFR) merupakan salah satu contoh bentuk pengungkapan sukarela.

2.5.3.2 Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Menurut keputusan ketua Bapepam No. Kep-38/ PM/ 1996 tanggal 17 Januari 1996, perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik berkewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan yang memuat Ikhtisar Data Keuangan Penting, Analisis dan Pembahasan Umum oleh Manajemen, Laporan Keuangan yang telah diaudit dan Laporan Manajemen. Laporan keuangan yang disampaikan harus disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan peraturan Bapepam dalam bidang akuntansi serta harus diaudit oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai IFR cukup banyak dilakukan oleh para peneliti. Ettredge

et al. mencoba meneliti pengaruh Ukuran perusahaan, reputasi perusahaan terhadap penyajian informasi sukarela. Mereka mengambil sampel dari Association for Investment Management and Research (AIMR) sebanyak 220 perusahaan, dan ada 193 yang memiliki Website perusahaan. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa ukuran dan reputasi perusahaan berpengaruh terhadap penyajian informasi secara sukarela.


(36)

Lodhia et al. (2004) melakukan penelitian mengenai pelaporan perusahaan melalui internet pada perusahaan di Australia. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa walaupun di Australia pelaporan perusahaan melalui internet sedang berkembang tapi perusahaan - perusahaan tersebut tidak secara maksimal menggunakan internet untuk mengungkapkan informasi keuangan pada pemegang saham.

Ezat dan El-Masry (2008) menguji pengaruh corporate governance terhadap

timeliness IFR. Hasilnya, terdapat hubungan yang positif antara ketepatan waktu IFR dengan ukuran perusahaan, sektor industri, likuiditas, struktur kepemilikan, komposisi dewan direksi dan ukuran dewan direksi.

Lai et al., (2009) yang mencoba menghubungkan antara IFR dengan saham. Lai menemukan bahwa perusahaan yang menerapkan IFR dan perusahaan dengan tingkat pengungkapan informasi yang tinggi cenderung mempunyai abnormal return yang lebih besar dan harga saham yang bergerak lebih cepat.

Di Indonesia, penelitian mengenai IFR sudah cukup banyak dilakukan. Lestari dan Chariri (2005), Sari (2011), Kusumawardani (2011), melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi praktik IFR di perusahaan. Lestari dan Chariri (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, reputasi auditor dan umur listing perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik IFR.

Hasil penelitian Sari (2011) adalah bahwa ukuran perusahaan pada sektor perbankan berpengaruh positif terhadap IFR, dan kinerja keuangan serta ketersediaan internet mempengaruhi IFR secara tidak langsung. Sedangkan


(37)

penelitian Kusumawardani (2011) menemukan dari variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi auditor, umur listing,

public ownership, dan foreign ownership yang berpengaruh positif terhadap probabilitas perusahaan dalam menerapkan IFR hanyalah variabel profitabilitas dan public ownership.

Penelitian yang mengaitkan IFR dan saham juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Seperti Santiko (2013) yang mengambil sampel perusahaan yang terdaftar di LQ45 menemukan bahwa IFR berpengaruh negatif terhadap frekuensi perdagangan saham, sedangkan tingkat pengungkapan website berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan. Hasil ini berbeda dengan penelitian Hargyantoro (2010) yang menemukan bahwa IFR dan tingkat pengungkapan website sama-sama berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan.

Penelitian terdahulu diatas dapat diringkas ke dalam tabel, sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti (tahun) Variabel yang

Digunakan Hasil

Santiko (2013) IFR, tingkat

pengungkapan informasi website, frekuensi perdagangan saham

IFR tidak berpengaruh sedangkan tingkat pengungkapan informasi website berpengaruh positif terhdap frekuensi perdagangan saham Kusumawardani (2011) Ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi auditor, umur listing, public ownership,

Profitabilitas dan public ownership berpengaruh positif terhadap probabilitas perusahaan dalam


(38)

foreign ownership, IFR Sari (2011) Ukuran perusahaan,

kinerja keuangan,

ketersediaan internet, IFR

Ukuran berpengaruh positif terhadap praktik IFR, kinerja keuangan & ketersediaan internet berpengaruh secara tidak langsung

Hargyantoro (2010) IFR, tingkat

pengungkapan informasi website, frekuensi perdagangan saham

IFR dan tingkat

pengungkapan informasi website berpengaruh positif terhadap frekuensi

perdagangan saham perusahaan

Lai et al., (2009) Implikasi IFR terhadap harga saham

Perusahaan yang menerapkan IFR dan perusahaan dengan tingkat pengungkapan informasi yang tinggi cenderung mempunyai abnormal return yang lebih besar dan harga saham yang bergerak lebih cepat.

Ezat dan El-Masry (2008)

Corporate governance dan timeliness IFR.

Terdapat hubungan yang positif antara ketepatan waktu IFR dengan ukuran perusahaan, sektor industri, likuiditas, struktur

kepemilikan, komposisi dewan direksi dan ukuran dewan direksi.

Chariri dan Lestari (2005)

Ukuran perusahaan, likuiditas, leverage, reputasi auditor, profitabilitas, tipe

industri, umur listing dan IFR

Ukuran perusahaan,

likuiditas, leverage, reputasi auditor, umur listing

berpengaruh terhadap praktek IFR

Lodhia et al. (2004) Pengungkapan informasi keuangan di website

Di Australia pelaporan perusahaan melalui internet sedang berkembang tapi perusahaan- perusahaan tersebut tidak secara maksimal menggunakan internet untuk

mengungkapkan informasi keuangan pada pemegang


(39)

saham. Ettredge et. al.,

(2002)

Ukuran perusahaan, reputasi perusahaan dan penyajian informasi sukarela

Ukuran perusahaan dan reputasi perusahaan berpengaruh terhadap penyajian semua informasi yang bersifat sukarela 2.7. Kerangka Konseptual

a. Hubungan Internet Financial Reporting dengan Frekuesi Perdagangan Saham Internet dipercayakan sebagai media untuk menampilkan dan mengungkapkan berbagai informasi tentang kinerja perusahaan dan keuangan perusahaan yang berguna bagi stakeholder. Media tersebut lazim disebut sebagai

Internet Financial Reporting. Internet Financial Reporting merupakan suatu bentuk pengungkapan sukarela yang dipraktekkan oleh berbagai perusahaan. Pengungkapan ini dilakukan perusahan di luar dari apa yang telah diwajibkan oleh badan pengawas keuangan.

Adanya informasi yang ditampilkan perusahaan berupa laporan keuangan dan non keuangan menjadi salah satu faktor bagi pembuat keputusan untuk mengevaluasi kembali keputusannya dan atas dasar itu mengambil tindakan baru. Investor bereaksi dengan cepat terhadap informasi terbaru yang relevan yang masuk ke pasar, dan menyebabkan saham segera melakukan penyesuaian. Sesuai dengan pernyataan Beaver (1968) dalam Lai et al (2009) yaitu harga saham akan bergerak ketika informasi yang berguna memasuki pasar.

Semakin banyak informasi yang tersedia dan semakin cepat informasi itu tersedia akan mempemudah investor dalam mengevaluasi portofolio saham yang dimiliki. Informasi tersebut akan membuat investor memeriksa kembali penilaian mereka terhadap nilai saham dan membuat keputusan untuk menjual, memegang


(40)

saham atau membeli saham baru. Lebih lanjut tindakan investor akan tercermin pada pergerakan saham di bursa. Perusahaan yang menerapkan IFR bisa dikatakan memiliki harga saham yang responsive sehingga mempunyai frekuensi perdagangan yang lebih tinggi dibanding perusahaan non-IFR. Hal ini dikarenakan informasi yang berguna bagi investor dapatdipublikasikan dengan lebih cepat dan lengkap.

b. Hubungan Tingkat Pengungkapan Website dengan Frekuensi Perdagangan Saham

Kebanyakan investor melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi yang didapat investor mengenai perusahaan. Untuk mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak luar dan meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan dapat memberikan sinyal kepada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya. Hal ini sejalan dengan Teori Sinyal yang menyatakan adanya dorongan bagi perusahaan memberikan informasi bagi pihak luar guna mengurangi asimetri informasi.

Beaver (1968) dalam Lai et al (2009) menyatakan bahwa sebuah manfaat yang besar bagi perusahaan untuk mengungkapkan informasi sebanyak mungkin sehingga investor mampu membedakan mana perusahaan yang baik dan yang buruk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ashbaugh et al (1999) dalam Hargyantoro (2010), yaitu elemen penting IFR adalah derajat atau kuantitas pengungkapan. Semakin tinggi tingkat pengungkapan informasi dalam kuantitas atau transparansi, maka semakin besar dampak dari pengungkapan pada keputusan investor. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengungkapan informasi melalui website perusahaan yang meningkat secara


(41)

terus-menerus membantu investor mendapatkan informasi terpercaya yang nantinya berdampak pada tindakan investor terhadap saham perusahaan yang membuat harga saham lebih cepat bergerak dan secara otomatis meningkatkan frekuensi perdagangan saham.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang menegaskan pengaruh

Internet Financial Reporting dan tingkat pengungkapan informasi Website

ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.8 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Internet Financial Reporting berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan.

2. Tingkat pengungkapan informasi website berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan.

IFR (Internet Financial Reporting) (X1)

Frekuensi Perdagangan Saham (Y)

Tingkat Pengungkapan Informasi Website (X2)


(42)

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan hubungan kausal. Menurut Sugiyono (2013:57) penelitian asosiatif adalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih,dan hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat, jadi ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2013. Peneliti menggunakan data yang berasal dari website Bursa Efek Indonesia yaitu website perusahaan terkait. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan November 2014 s.d Maret 2015.

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel terikat (dependent variable) dan dua variabel bebas (independent variable). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah frekuensi perdagangan saham perusahaan dan variabel bebas adalah internet financial reporting dan tingkat pengungkapan


(44)

3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Frekuensi Perdagangan Saham

Saham adalah penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Pemilik saham merupakan pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Berbekal sebuah informasi, investor dapat mengambil keputusan terhadap sekuritas yang dimilkinya, sehingga saham akan mengalami penyesuaian. Dalam penelitian ini frekuensi perdagangan saham digunakan untuk mengetahui hubungan antara IFR dengan keputusan investor. Frekuensi perdagangan saham adalah jumlah transaksi perdagangan, baik jual atau beli, suatu saham (IDX Fact, 2013).

3.4.2 Internet Financial Reporting (IFR)

Internet Financial Reporting adalah suatu cara yang dilakukan perusahaan untuk mencantumkan laporan keuangannya melalui internet, yaitu melalui website

yang dimiliki perusahaan. Perusahaan memanfaatkan website mereka untuk membangun komunikasi yang lebih cepat dan lebih baik dengan mengungkapkan segala informasi penting yang ditujukan pada berbagai pihak, khususnya investor. Perusahaan dianggap menerapkan IFR jika pada website perusahaan tersebut dicantumkan laporan keuangan tanpa melihat format yang digunakan.

Dalam penelitian ini, variabel IFR merupakan variabel yang berskala kategori sehingga dalam model regresi variabel ini dinyatakan sebagai variabel dummy. Cara pemberian kode dinyatakan dengan angka 1 (included group) atau 0 (excluded group). Kode 1 untuk perusahaan yang melakukan praktik IFR dan kode 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan praktik IFR.


(45)

3.4.3 Tingkat Pengungkapan Informasi

Metode untuk mengukur tingkat pengungkapan informasi diadaptasi dari studi yang dilakukan oleh Ettredge et al. (2001) dalam Lai et al., (2009) yang dimodifikasi dengan memasukkan profil dasar dan item operasional. Dari keseluruhan sampel perusahaan yang menerapkan IFR akan diukur tingkat pengungkapan website nya. Pengukuran menggunakan skala poin 4 sistem untuk memberikan informasi poin untuk setiap item.

Tabel 3.1

Pengukuran Tingkat Pengungkapan Informasi Website Tipe

Pengungkapan Informasi

Item Pengukuran Nilai

Profil Dasar 1 Sejarah dan Profil Perusahaan 1 2 Strategi, Kebijakan Operasi dan Budaya

Perusahaan

1

3 Informasi Produk dan Layanan 1

4 Tim Manajemen dan Organisasi Perusahaan

1 5 Informasi Sumber Daya Manusia 1

6 Konglomerasi dan Investasi 1

7 Informasi Kontak 1

Berita Terbaru 1 Informasi Industri 1

2 Informasi Produk dan Operasi 1

3 Berita terbaru Seputar Keuangan 1

Item Operasional 1 Profil Operasi 1

2 Ramalan dan Tujuan Operasi 1

3 Analisis Industri dan Laporan Penelitian Terkait

1 Informasi

Keuangan

1 Informasi Keuangan Tertentu 1

2 Laporan Keuangan Kuartal Singkat 2 3 Laporan Keuangan Tengah Tahunan

Singkat

2 4 Laporan Keuangan Tahunan Singkat 2 5 Laporan Keuangan Kuartal Lengkap 3 6 Laporan Keuangan Tengah Tahunan

Lengkap

3 7 Laporan Keuangan Tahunan Lengkap 3


(46)

8 Laporan Tahunan Dewan Direksi 4 9 Informasi Pendapatan Bulanan

Operasional

1

10 Analisis Keuangan 1

11 Ramalan Keuangan 1

Informasi Saham 1 Informasi Harga Saham Historis dan Deviden

1

2 Kebijakan Deviden 1

3 Informasi Harga Saham Terkini 1

4 Informasi Agen Saham 1

Jumlah 40

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Variabel Pengukuran Skala

Internet Financial Reporting

suatu cara yang dilakukan perusahaan untuk mencantumkan laporan keuangannya melalui internet, yaitu melalui

website yang dimiliki perusahaan.

Variabel IFR merupakan variabel dummy.

0 = non IFR 1 = IFR

Nominal Tingkat Pengungkapan Informasi Website Penyediaan informasi lebih dari apa yang dapat disampaikan dalam statemen keuangan formal, termasuk profil dasar perusahaan, berita terbaru, item operasional, dan informasi keuangan dan saham perusahaan manufaktur Pengukuran menggunakan skala poin 4 sistem untuk memberikan

informasi poin untuk setiap item. Rentang nilai 0-40.

Rasio Frekuensi Perdagangan Saham jumlah transaksi perdagangan, baik jual atau beli, suatu saham perusahaan

Data frekuensi perdagangan saham diambil dari Fact Book BEI


(47)

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:117). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013 yang berjumlah 116 perusahaan.

3.5.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013:118). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2013:124).

3.6 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2013:25). Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari :

a. Indonesia Stock Exchange (IDX) Fact 2010,2011,2012,2013,2014 b. Website perusahaan

c. Bursa Efek Indonesia (BEI)

d. Berbagai artikel, buku, jurnal dan beberapa penelitian terdahulu dari berbagai sumber.


(48)

3.7 Metode Pengumpulan Data

a. Studi dokumentasi pada Indonesia Stock Exchange (IDX) dari tahun 2010 hingga 2014 untuk memperoleh rekapitulasi frekuensi perdagangan saham yang diteliti.

b. Studi pustaka yaitu pengumpulan data sebagai landasan teori serta penelitian terdahulu yang didapat dari literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti.

c. Observasi website perusahaan dengan tahap- tahap :

1. Melihat alamat website perusahaan yang tercantum dalam Indonesia Stock Exchange (IDX) Fact 2014

2. Website perusahaan yang tidak tercantum dalam IDX Fact, peneliti menggunakan search engine yang umum digunakan seperti Google dan Yahoo.

3. Website perusahaan diakses untuk menguji aksesbilitasnya dan untuk keperluan pengumpulan data.

4. Apabila tidak ditemukan website melalui IDX Fact dan search engine, maka perusahaan dianggap tidak mempunyai website.

5. Perusahaan yang mempunyai website dan mengungkapkan informasi keuangan berupa laporan keuangan dianggap melakukan praktik IFR sedangkan perusahaan yang memiliki atau tidak memiliki website dan tidak mengungkapkan laporan keuangan di website dianggap tidak menerapkan IFR.


(49)

3.8 Teknik Analisis

Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah : 3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013:207).

Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, perhitungan modus, median, mean, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan persentase. Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah pemahaman variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

3.8.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan agar data sampel yang diolah dapat benar-benar mewakili populasi secara keseluruhan. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimation). Adapun jenis pengujian yang dilakukan adalah :

3.8.2.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Imam Ghozali, 20011). Dalam penelitian ini Uji Kolmogorv-Smirnov digunakan untuk mengetahui normalitas data.


(50)

3.8.2.2 Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. (Erlina, 2008:106)

3.8.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Pengujian ini menggunakan metode Durbin-Watson. Bila du < d < 4-du, maka dapat diambil keputusan tidak ada autokorelasi positif maupun negatif. (Situmorang, 2007:78)

3.8.2.4 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Suatu model regresi yang bebas dari masalah multikolinearitas apabila memiliki nilai tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10 (Ghozali, 2011).

3.8.3 Analisis Regresi

Pada dasarnya, analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Analisis regresi digunakan dalam penelitian ini untuk menguji kekuatan hubungan antara variabel dependen


(51)

(frekuensi perdagangan saham perusahaan) dengan variabel independen (praktek IFR dan tingkat pengungkapan website) dan menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independennya.

3.8.4 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis, yaitu :

1. Internet Financial Reporting berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan.

2. Tingkat pengungkapan informasi website berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan.

Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Regresi Linear Berganda :

Υ= a + b1X1 + b2X2

SQRTFREK = a + b1IFR + b2INFO

Keterangan :

SQRTFREK = Square root transformation dari variabel Frekuensi perdagangan saham

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

X1 = Variabel independen internet financial reporting

X2 = Variabel independen Tingkat Pengungkapan Informasi Website

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistik t (uji t).Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Jika thitung < ttabel, maka hipotesis ditolak, sedangkan jika thitung > ttabel maka


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2010-2013. Terdapat 116 perusahaan yang listing dari tahun 2010-2013 dan semuanya menjadi sampel. Dari sampel tersebut, jumlah perusahaan yang menerapkan IFR adalah 88 perusahaan.

Tabel 4.1

Rekapitulasi Objek Penelitian

Jumlah Sampel 116

Menerapkan IFR (88)

Tidak menerapkan IFR (28)

Sumber: Data sekunder yang telah diolah, Maret 2015

4.2 Analisis Data

4.2.1 Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar untuk menggambarkan keadaan data secara umum. Data penelitian selengkapnya ditampilkan pada lampiran. Hasil statistik deskriptif dengan bantuan SPSS :

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Info 116 0 27 14.73 6.910

Ifr 116 0 1 .76 .430

SQRTFREK 116 .00 1481.22 344.2271 319.10948

Valid N (listwise) 116


(53)

Dari output SPSS diatas dari 116 sampel perusahaan, tingkat pengungkapan informasi di tertinggi adalah 27 yaitu PT. Astra Otoparts Tbk, dari jumlah maksimum yang bisa diperoleh 40. Rata- rata tingkat pengungkapannya adalah 14,73. Tingkat pengungkapan informasi ini menandakan derajat atau kauntitas dari informasi yang diungkapkan perusahaan pada website. Semakin tingggi tingkat pengungkapan berarti semakin banyak informasi yang diungkapkan perusahaan.

Variabel IFR mempunyai rata-rata 0,76 yang menunjukkan 88 perusahaan menerapkan IFR (nilai “1”) dan sisanya sebanyak 28 perusahaan tidak menerapkan IFR (nilai “0”). Hal tersebut mengindikasikan bahwa praktek IFR cukup banyak diadopsi oleh perusahaan di Indonesia dengan persentase 76% dari keseluruhan sampel perusahaan.

Semakin tinggi jumlah frekuensi perdagangan saham maka saham perusahaan tersebut semakin diminati oleh para investor. SQRTFREK tertinggi adalah saham PT. Astra International Tbk dengan frekuensi mencapai 1481.22, sebaliknya saham PT. Century Textile Industry (Seri B) Tbk. dan PT. Panasia Filament Inti Tbk. Tidak diperdagangkan selama tahun 2010-2013, dengan frekuensi 0.

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif Perusahaan IFR

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Info 88 9 27 18.03 3.740

SQRTFREK 88 2.00 1481.22 387.3419 335.51246

Valid N (listwise) 88


(54)

Dari 88 perusahaan yang menerapkan IFR,tingkat pengungkapan informasi di

website terendah adalah 9 (PT. Trias Sentosa Tbk.) dan tertinggi adalah 27 (PT. Astra Otoparts Tbk.) dari jumlah maksimum yang bisa diperoleh 40. Rata- rata tingkat pengungkapannya adalah 18,19. SQRTFREK terendah bernilai 2,00 dan tertinggi bernilai 1481,22.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas

Untuk melakukan uji ini, peneliti melakukan transformasi terhadap data pada variabel frekuensi perdagangan saham dengan melakukan square root transformation (SQRT) karena pada pengujian sebelum data ditransformasikan, didapat nilai signifikansi dibawah 0,05. Uji normalitas menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05.

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 116

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation 297.63334532

Most Extreme Differences

Absolute .081

Positive .081

Negative -.064

Kolmogorov-Smirnov Z .869

Asymp. Sig. (2-tailed) .437

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(55)

Dari hasil output SPSS diatas nilai signifikansi adalah 0,437, diatas 0,05. Dengan demikian data pada variabel tersebut disimpulkan berdistribusi normal.

4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Metode uji heteroskedastisitas dengan korelasi Spearman’s rho yaitu mengkorelasikan variabel independen dengan nilai unstandardized residual. Jika korelasi antara variabel independen dengan residual diatas signifikansi 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

Tabel 4.5

Hasil Uji Heteroskedastisitas Spearman’s rho

Correlations

info Ifr Unstandardi

zed Residual

Spearman's rho

Info

Correlation Coefficient 1.000 .741** -.030

Sig. (2-tailed) . .000 .753

N 116 116 116

Ifr

Correlation Coefficient .741** 1.000 -.038

Sig. (2-tailed) .000 . .686

N 116 116 116

Unstandardized Residual

Correlation Coefficient -.030 -.038 1.000

Sig. (2-tailed) .753 .686 .

N 116 116 116

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber : Output statistik, Maret 2015

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai korelasi variabel independen dengan Unstandardized Residual memiliki nilai signifikansi 0,753 dan 0,686 lebih


(56)

besar dari 0,05. Dapat disimpulkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW Test). Uji ini dilakukan karena data dalam penelitian merupakan data time series.

Autokorelasi positif Daerah ragu-ragu Tidak ada autokorelasi Daerah ragu-ragu Autokorelasi negative

0 dl du 4-du 4-dl 4 Gambar 4.1

Grafik d Durbin-Watson d < dl : terdapat gejala autokorelasi positif d > (4-dl) : terdapat gejala autokorelasi negatif dl < d < (4-du) : tidak ada autokorelasi

dl < d < du : pengujian tidak meyakinkan

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .361a .130 .115 300.25572 1.891

a. Predictors: (Constant), ifr, info b. Dependent Variable: SQRTFREK

Sumber : Output statistik, Maret 2015

Autokorelasi positif Daerah ragu-ragu Tidak ada autokorelasi Daerah ragu-ragu Autokorelasi negatif 1,891


(57)

Dari output statistik diperoleh nilai Durbin-Watson (d) = 1,891. Dengan jumlah variabel independen 2 dan sampel 116, maka diperoleh du = 1,71446 dan dl = 1,67972 (diambil dari tabel Durbin-Watson). Pengambilan keputusan :

du < d < 4-du = 1,71446 < 1,891 < 2,28554 Maka dapat dikatakan tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.

4.2.2.4 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis. Apabila nilai tolerance value > 0,10 atau VIF < 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 4.7

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardize d Coefficients

T Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Toleranc

e

VIF

1

(Constant) 105.870 65.938 1.606 .111

Info 23.606 7.708 .511 3.062 .003 .276 3.619

Ifr -144.238 123.930 -.194 -1.164 .247 .276 3.619

a. Dependent Variable: SQRTFREK

Sumber : Output statistik, Maret 2015

Dari hasil uji multikolinearitas diketahui seluruh variabel independen memiliki nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi yang digunakan tidak mengandung multikolinearitas atau tidak ditemukan korelasi antar variabel independen.


(58)

4.2.3 Analisis Regresi

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut :

SQRTFREK = a + b1IFR + b2INFO

Tabel 4.8 Analisis Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 105.870 65.938 1.606 .111

Ifr -144.238 1123.930 -.194 -1.164 .247

Info 23.606 7.708 .511 3.062 .003

a. Dependent Variable: SQRTFREK

Sumber : Output statistik, Maret 2015

Berdasarkan tabel pengujian diatas, maka persamaan regresi berganda dapat dituliskan sebagai berikut :

SQRTFREK = 105.870 – 144.238IFR + 23.606INFO Persamaan regresi diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Nilai konstanta sebesar 105.870 artinya apabila nilai variabel independen (IFR dan INFO) bernilai nol, maka variabel dependen (SQRTFREK) adalah sebesar 105.870.

2. Koefisien regresi IFR sebesar -144.238 memberikan pengertian bahwa perubahan IFR sebesar 1 satuan akan memberikan dampak penurunan SQRTFREK sebesar 144.238.


(59)

3. Koefisien regresi INFO sebesar 23.606 memberikan pengertian bahwa perubahan INFO sebesar 1 satuan akan memberikan dampak peningkatan SQRTFREK sebesar 23.606.

4.2.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t. Taraf signifikansi α (5%). Bila nilai.sig > 0,05, maka hipotesis ditolak, namun bilai nilai.sig <0,05, hipotesis yang diajukan diterima. Dari tabel 4.8, dapat dilakukan pembahasan dari tiap-tiap variabel :

a. Hipotesis Pertama

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IFR terhadap frekuensi perdagangan saham. Probabilitas menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,247. Angka ini lebih besar dari α (0,05), artinya bahwa variasi variabel IFR secara parsial tidak berpengaruh terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan IFR berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham ditolak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi perdagangan saham perusahaan perusahaan manufaktur yang listing dari tahun 2010-2013 di BEI tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya praktik internet financial reporting yang dilakukan. Hal ini mengindikasikan bahwa ada variabel lain yang mempengaruhi frekuensi perdagangan saham perusahaan.

b. Hipotesis Kedua

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.8, variabel tingkat pengungkapan informasi mempunyai nilai sig. sebesar 0,003. Angka tersebut lebih kecil dari nilai


(60)

α (0,05), artinya bahwa variasi variabel tingkat pengungkapan informasi website secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap frekuensi perdagangan saham perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan tingkat pengungkapan informasi website berpengaruh positif terhadap frekuensi perdagangan saham diterima karena terdukung secara statistik.

Hasil ini menunjukkan bahwa frekuensi perdagangan saham, yaitu jumlah transaksi perdagangan, baik jual atau beli, suatu saham perusahaan manufaktur dipengaruhi oleh tingkat pengungkapan informasi website yang dilakukan oleh perusahaan sampel, yaitu perusahaan manufaktur yang listing dari tahun 2010-2013. Untuk itu diharapkan perusahaan meningkatkan usaha pengungkapan informasi sesuai dengan konsep teori sinyal, pengungkapan informasi keuangan dan non keuangan yang dapat membantu pengguna informasi menilai prospek perusahaan kedepan dan mengurangi asimetri informasi yang ada. Semakin tinggi tingkat pengungkapan informasi, maka semakin besar dampaknya pada keputusan investor. Reaksi dari investor akan mempengaruhi pergerakan harga saham yang lebih cepat dan otomatis mempengaruhi frekuensi perdagangan saham perusahaan.


(61)

4.3 Pembahasan

a. Hubungan Internet Financial Reporting dan Frekuensi Perdagangan Saham

Berdasarkan hasil pengujian Hipotesis 1 yang telah dilakukan, mengenai pengaruh Internet Financial Reporting (IFR) terhadap frekuensi perdagangan saham, dapat disimpulkan IFR tidak memiliki pengaruh terhadap frekuensi perdagangan saham. Dengan kata lain, perusahaan manufaktur yang menerapkan IFR belum tentu mempunyai frekuensi perdagangan saham yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkannya.

Jika dikaitkan dengan teori pasar efisien (Tandelilin 2001:112) yang mengatakan bahwa pada pasar yang efisien semua informasi relevan yang masuk ke dalam pasar akan direspon oleh investor, dan menimbulkan tindakan investor terhadap saham yang akan tercermin dari pergerakan harga saham dan secara otomatis mempengaruhi frekuensi perdagangan saham perusahaan, namun, hasil penelitian ini mengindikasi bahwa IFR belum mampu mempengaruhi investor untuk merespon informasi.

Hal tersebut terjadi karena IFR menyediakan informasi yang kurang relevan bagi pasar sehingga tidak direspon oleh investor, lebih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi reaksi pasar, seperti tingkat inflasi, kondisi ekonomi dan politik, dan informasi akuntansi lainnya (Hanafi, 2005). Hasil dari penelitian ini tidak mendukung teori pasar efisien yang menyatakan informasi yang masuk ke pasar akan tercermin pada harga saham perusahaan dan meningkatkan frekuensi perdagangan saham perusahaan yang digunakan dalam penelitian.

Kondisi lain yang menimbulkan situasi ini karena dari kebanyakan perusahaan manufaktur yang memiliki website, tidak mencantumkan laporan keuangan


(62)

perusahaan secara lengkap sehingga calon investor akan kesulitan untuk memprediksi kondisi keuangan perusahaan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Faktor lain yang menyebabkan perusahaan non IFR tetap bisa memiliki frekuensi perdagangan saham yang tinggi adalah calon investor masih bisa mengetahui kondisi keuangan perusahaan dengan mengakses situs-situs resmi yang menyediakan laporan keuangan perusahaan secara lengkap seperti atau perdagangan perusahaan manufaktur.

b. Hubungan Tingkat Pengungkapan Informasi Website pada Frekuensi Perdagangan Saham

Berdasarkan hasil pengujian Hipotesis 2 yang telah dilakukan, mengenai pengaruh tingkat pengungkapan informasi website terhadap frekuensi perdagangan saham, dapat disimpulkan tingkat pengungkapan informasi website

(INFO) berpengaruh secara signifikan terhadap frekuensi perdagangan saham. Dengan kata lain, perusahaan manufaktur perlu memperhitungkan tingkat pengungkapan informasi website sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi perdagangan saham perusahaannya. Dengan melakukan pengungkapan informasi di website, baik informasi keuangan dan non keuangan, diharapkan mampu meningkatkan frekuensi perdagangan saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2010-2013.

Menurut teori sinyal, jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga saham meningkat, ia ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Manajer bisa melakukan pengungkapan informasi lebih, sebagai sinyal yang lebih credible (Hanafi,


(63)

2005:316). Pengungkapan tersebut pun menjadi alat untuk mengurangi asimetri informasi antara pihak perusahaan dengan pihak luar. Semakin tinggi pengungkapan yang dilakukan perusahaan, semakin kecil asimetri informasi yang terjadi, dan membantu investor mengambil keputusan apakah menjual atau membeli saham dari perusahaan.

Tingkat pengungkapan informasi yang lebih tinggi di website perusahaan akan membantu investor memperoleh informasi yang relevan dalam waktu cepat. Informasi yang dimuat dalam website perusahaan merupakan informasi historis dan informasi aktual, baik keuangan maupun non keuangan (informasi industri, profil perusahaan, kegiatan operasional). Bila dikaitkan dengan teori pasar efisien, hasil dari penelitian ini mendukung teori pasar efisien bentuk setengah kuat (semi strong form) yang dinyatakan oleh Fama (1970) yaitu harga mencerminkan semua informasi publik yang relevan, baik informasi historis maupun informasi aktual yang masuk ke pasar. Lebih lanjut, harga saham yang tercipta dari informasi tersebut mempertinggi frekuensi perdagangan saham. Secara singkat, ada pengaruh antara tingkat pengungkapan informasi pada website terhadap frekuensi perdagangan saham.


(1)

95 90 9.49

96 55000 234.52

97 529000 727.32

98 253000 502.99

99 84000 289.83

100 79900 282.67

101 21000 144.91

102 19000 137.84

103 335000 578.79

104 2011000 1418.1

105 260000 509.9

106 700 26.46

107 110 10.49

108 511000 714.84

109 200 14.14

110 86000 293.26

111 1280 35.78

112 329000 573.59

113 812000 901.11

114 28680 169.35

115 71000 266.46


(2)

4. HASIL PENGOLAHAN SPSS

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Info 116 0 27 14.73 6.910

Ifr 116 0 1 .76 .430

SQRTFREK 116 .00 1481.22 344.2271 319.10948

Valid N (listwise) 116

Sumber : Output statistik, Maret 2015

Statistik Deskriptif Perusahaan IFR

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Info 88 9 27 18.03 3.740

SQRTFREK 88 2.00 1481.22 387.3419 335.51246

Valid N (listwise) 88

Sumber : Output statistik, Maret 2015

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 116

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation 297.63334532

Most Extreme Differences

Absolute .081

Positive .081

Negative -.064

Kolmogorov-Smirnov Z .869

Asymp. Sig. (2-tailed) .437


(3)

Hasil Uji Heteroskedastisitas Spearman’s rho

Correlations

info Ifr Unstandardi zed Residual

Spearman's rho

Info

Correlation Coefficient 1.000 .741** -.030

Sig. (2-tailed) . .000 .753

N 116 116 116

Ifr

Correlation Coefficient .741** 1.000 -.038

Sig. (2-tailed) .000 . .686

N 116 116 116

Unstandardized Residual

Correlation Coefficient -.030 -.038 1.000

Sig. (2-tailed) .753 .686 .

N 116 116 116

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber : Output statistik, Maret 2015

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .361a .130 .115 300.25572 1.891

a. Predictors: (Constant), ifr, info b. Dependent Variable: SQRTFREK


(4)

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardize d Coefficients

T Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Toleranc

e

VIF

1

(Constant) 105.870 65.938 1.606 .111

Info 23.606 7.708 .511 3.062 .003 .276 3.619

Ifr -144.238 123.930 -.194 -1.164 .247 .276 3.619

a. Dependent Variable: SQRTFREK

Sumber : Output statistik, Maret 2015

Analisis Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 105.870 65.938 1.606 .111

Ifr -144.238 1123.930 -.194 -1.164 .247

Info 23.606 7.708 .511 3.062 .003

a. Dependent Variable: SQRTFREK


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Pengaruh Internet Financial Reporting Dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Harga Dan Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan.

0 2 12

PENGARUH INTERNET FINANCIAL REPORTING DAN TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI WEBSITE TERHADAP HARGA DAN Pengaruh Internet Financial Reporting Dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Harga Dan Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan.

0 3 21

PENGARUH INTERNET FINANCIAL REPORTING DAN TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI WEBSITE TERHADAP VOLUME Pengaruh Internet Financial Reporting Dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek In

0 1 15

PENGARUH INTERNET FINANCIAL REPORTING DAN TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI WEBSITE TERHADAP VOLUME Pengaruh Internet Financial Reporting Dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek In

0 2 15

PENGARUH INTERNET FINANCIAL REPORTING DAN TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI WEBSITE TERHADAP FREKUENSI PERDAGANGAN SAHAM PERUSAHAAN

0 0 9

1. DATA FREKUENSI PERDAGANGAN SAHAM PERUSAHAAN SAMPEL - Pengaruh Internet Financial Reporting Dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pasar Efisien - Pengaruh Internet Financial Reporting Dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Internet Financial Reporting Dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

0 0 10

Pengaruh Internet Financial Reporting Dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

0 1 10

PENGARUH INTERNET FINANCIAL REPORTING, TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI WEBSITE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP FREKUENSI PERDAGANGAN SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI)

0 0 14