logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan
pada daerah sentuhan batuan endapan metamorfosa. Biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah,
serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium.
Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zircon,
ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Kegunaan
timah banyak sekali terutama untuk bahan baku logam pelapis, solder, cendera mata, dan lain-lain.
Potensi timah di Indonesia terdapat di Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep, dan Pulau Karimun.
3.6. Bahan Non Logam
Bahan non logam adalah suatu bahan teknik yang tidak termasuk ke dalam kelompok logam yang didapat dari bahan galian, tumbuhan atau
hasil dari proses pengolahan minyak bumi. Bahan non-logam dapat terdiri dari bahan organik dan bahan an-organik. Bahan organik seperti
kayu, kertas, plastik, karet, kulit, kapas dan sebagainya, sedangkan bahan an-organik seperti; batu, pasir, semen, keramik, gelas, grafit dan
sebagainya. Bahan-bahan non logam antara lain asbes, karet dan plastik.
3.6.1. Asbes
Asbes adalah suatu jenis mineral terdiri dari asam
kerbik dan magnesium yang berbentuk serat.
Untuk beberapa mineral sangat berbeda dalam
komposisi, kekuatan, flek- sibilitas dan kualitas dari
serat-seratnya. Misalnya jenis krisotil yang bentuk
seratnya bervariasi pan- jang dan pendek, sedang-
kan jenis antopilit bentuk seratnya bervariasi, tidak
dapat dipintal tetapi lebih tahan terhadap asam.
Gambar 3.7 Atap rumah dari bahan asbes
Di unduh dari : Bukupaket.com
Asbes dipakai untuk melapisi rem mobil. Serat asbes yang murni dipakai untuk keperluan kimia. Tali asbes dan kain asbes banyak
digunakan untuk bermacam-macam keperluan. Misalnya untuk kaus tangan, baju tahan api, isolasi listrik dan panas, bahan
packing, sumbat bius dan peredam bunyi.
3.6.2. Karet
Istilah karet digunakan untuk menyatakan berbagai jenis bahan yang mempunyai tingkat kekenyalan yang tinggi, bersifat lentur
dan dapat dideformasikan beberapa kali lebih panjang dan dapat dikembalikan ke bentuk semula.
Karet alam terbuat dari sari getah pohon hevea bras-iliensis pohon karet yang tumbuh di daerah tropis. Untuk mendapatkan
sari ini, pohon karet tersebut disayat kulitnya untuk mendapatkan getah putih yang disebut lateks. Lateks yang diperoleh terdiri dari
bola karet dan air. Kemudian dimastikasi atau diplastikan agar dapat diproses dengan lebih mudah, dan dicampur dengan
bahan pengisi seperti karbon hitam, zat pewarna, belerang, dibuat campuran, dibentuk dengan tekanan, dan divulkanisasi
oleh reaksi penyilangan sambil dipanaskan untuk mendapatkan benda cetakan.
Warna karet alam agak kecoklat-coklatan, tembus cahaya atau setengah tembus cahaya, dengan berat jenis 0,91-0,93. Sifat
mekaniknya tergantung pada derajat vulkanisasi, sehingga dapat dihasilkan banyak jenis. Temperatur penggunaannya adalah
sekitar 99
o
C paling tinggi, melunak pada suhu kira-kira 130
o
C dan mengurai pada suhu kira-kira 200
o
C. Bersifat isolasi listriknya bagus dan karet tidak tahan terhadap minyak dan
pelarut. Bahan karet, digunakan
secara luas untuk ban mobil, pengemas karet, penutup
isolasi listrik, sol sepatu dan sebaginya. Karet tahan
terhadap keausan. Karet sintetis atau karet tiruan
dibuat dari mineral minyak bumi. Karet sintetis lebih
tahan terhadap minyak dan gemuk, tetapi kurang tahan
terhadap temperatur tinggi.
Gambar 3.8 Ban mobil yang terbuat dari karet alam
Di unduh dari : Bukupaket.com
Karet sintetis saat ini banyak dijumpai di pasaran dengan berbagai jenis, sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa jenis
karet sintetis yang umum dipasaran adalah; karet butadien, karet nitril, karet polisulfida, karet uretan, karet olefin, dan karet etilen
propilen. Penamaan jenis karet sintetis ini sesuai dengan proses pembuatannya.
3.6.3. Plastik