mempunyai komposisi 25 Cr – 5 Ni – 1,5 Mo – 0,03 C. Dalam baja tahan karat berfasa ganda
kegetasan mampu las dan kekurangan lainnya dari baja krom tinggi diperbaiki dengan penambahan Ni, N, dsb.
Perkembangan baru-baru ini dalam teknik pembuatan baja memungkinkan pembuatan baja macam ini dimana
pengurangan kadar karbon lebih mudah. Perbandingan antara fasa austenit dan ferit biasanya 4 – 6 : 6 – 4
tergantung kepada komposisi dan perlakuan panasnya. Baja tahan karat berfasa ganda mempunyai sifat bahwa
fasa austenit dan ferit masing-masing memberikan pengaruh saling menutupi. Sebagai contoh tegangan
mulur yang rendah dari fasa austenit dipertinggi dengan adanya fasa ferit, dan keuletan rendah dari fasa ferit
diperbaiki oleh fasa austenit. Katahanan korosi umumnya melebihi ketahanan korosi baja tahan karat 18 – 8,
terutama baja yang mempunyai kadar Cr tinggi dan mengandung molybden Mo sangat baik dalam ketahanan
korosi lubangnya, sehingga baja semacam ini bisa dipakai untuk penukar panas yang mempergunakan air
laut. Karena baja ini mempunyai kekurangan yaitu sifat pengerjaan panasnya yang kurang baik, maka perlu
diadakan studi lebih lanjut mengenai teknik produksinya.
¾ Pengerasan presipitasi baja tahan karat
Dengan mempergunakan ketahanan korosi yang baik dari baja tahan karat, kakuatannya telah diperbaiki
dengan pengerasan presipitasi. Menurut struktur matriksnya baja tahan karat ini digolongkan menjadi
macam martensit dan baja tahan karat ferit. Komposisi baja tahan karat martensit adalah 12-13 Cr dan 0,1-
0,3 C. Kadar Crom Cr sebanayak ini adalah batas terendah untuk ketahanan asam, sehingga baja ini sukar
berkarat di udara atmosfir. Sedangkan baja tahan ferit mengandung Cr 16-18 Cr atau lebih. Baja tahan nkarat
jenis ini banyak dibuatkan untuk komponen yang berbentuk pelat tipis.
3.15.4. Jenis-jenis baja tahan karat dan penggunaannya
Bentuk-bentuk baja tahan karat stainless stell yang banyak digunakan untuk keperluan industri seperti pipa tebal
stainless steel, koil stainless steel, pipa tipis dan kawat stainless steel.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Gambar 3.44. Pipa tebal stainless steel Gambar 3.45. Koil Stainless Steel
Gambar 3.46. Pipa tipis stainlees steel Gambar 3.47. Kawat stainlees steel
3.16. Pengaruh Masukan Panas Terhadap Sifat Mekanis Sambungan Las Antara Baja Karbon Rendah Dengan Baja Stainless.
Dalam pengelasan antara baja karbon rendah dengan baja tahan karat banyak ditemukan masalah. Namun demikian di lapangan sering
ditemui kondisi yang memaksa harus dilakukan pengelasan antara kedua baja tersebut, seperti pada peralatan atau konstruksi untuk
tekanan tinggi, untuk pemakaian suhu tinggi atau lingkungan korosif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masukan panas
terhadap sifat mekanis sambungan las antara baja karbon rendah dengan baja tahan karat. Bahan yang digunakan adalah baja karbon
Di unduh dari : Bukupaket.com
rendah ST 41 Kelas E BKI dan baja tahan karat AISI 304. Teknik pengelasan yang digunakan adalah las busur listrik menggunakan
kawat las AWS E 309 dengan variasi masukan panas. Pengujian sambungan las meliputi uji tarik, uji tekuk, uji kekerasan dan
metalografi.
Dari penelitian ini diperoleh kuat tarik yang hampir sama yaitu sekitar 49,30 kgmm
2
pada masukan panas 7291 – 6742 Joulecm dengan keuletan sekitar 27,97 . Kegagalan uji tekuk terjadi pada masukan
panas 7291 Joulecm dan 6742 Joulecm. Kekerasan rata-rata sebesar 299.9804 Hv dicapai pada logam las bagian atas dengan
masukan panas 6742 Joulecm. Uji metalografi dengan mikroskop optik dan SEM-EDAX menunjukkan bahwa struktur mikro HAZ– baja
tahan karat mengalami presipitasi karbida serta terbentuk retak pada struktur perbatasan antara logam las dengan baja karbon rendah. Dari
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masukan panas yang besar menghasilkan kuat tarik dan elongasi yang hampir sama dan
lebar HAZ yang lebih besar, sebaliknya masukan panas yang kecil menghasilkan nilai kekerasan yang tinggi.
3.17. Korosi Pada Pelat dan Cara Pencegahannya 3.17.1. Pengertian Korosi