D. Analgetika
Analgetika adalah obat atau senyawa yang bertujuan untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Secara umum
analgetika dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu analgetika opioid narkotik dan analgetika non-opioid non-narkotik Anonim, 2000.
Obat-obat non-opioid seperti parasetamol dan asetosal dan NSAID lainnya, khususnya cocok untuk nyeri musculoskeletal, sedangkan analgetika
opioid lebih cocok untuk nyeri visceral yang berat Anonim, 2000. Efek
analgesik dari NSAID merupakan hasil penghambatan dari sintesis prostaglandin Rang dkk., 2003.
Analgetika narkotik
Efek farmakologi analgetika narkotik relatif selektif, dan pada konsentrasi terapi yang normal, agen-agen ini tidak mempengaruhi indera sensori seperti
sensitifitas sentuhan, penglihatan dan pendengaran: tetapi seiring bertambahnya dosis maka meningkat pula efek sampingnya Dipiro dkk, 2005.
Analgetika non narkotika
Obat ini merupakan analgetika yang paling efektif dengan efek samping paling sedikit. Asetaminofen dan NSAID sering dipilih untuk mengobati nyeri
akut yang ringan sampai sedang. Obat-obat ini kecuali asetaminofen mencegah pembentukkan prostaglandin yang muncul akibat rangsang nyeri, sehingga
mengurangi jumlah impuls nyeri yang diterima oleh SSP Dipiro dkk, 2005. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Asetosal Asam Asetilsalisilat
COOH
OCOCH
3
Gambar 5. Struktur molekul Asetosal Asam Asetilsalisilat
Asam asetilsalisilat memiliki pemerian hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau
lemah. Asam asetilsalisilat stabil di udara kering, di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat. Asam asetilsalisilat
sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform dan eter, agak sukar larut dalam eter mutlak Anonim, 1995b. Kerja obat ini adalah
menghambat prostaglandin GH synthase secara ireversibel dan merupakan salah satu dari obat-obat yang paling sering dipakai untuk meredakan nyeri ringan
sampai sedang yang sebabnya beragam, tetapi tidak efektif untuk nyeri organ dalam viceral pain Katzung, 2002.
Asam asetilsalisilat tersedia dalam bentuk tablet 100 mg dan 500 mg. Dosis 300-900 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan dengan dosis maksimum 4 gram
per hari, sedangkan untuk anak tidak dianjurkan Anonim, 2000. Pada dosis yang biasa, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan gangguan lambung. Dosis yang
lebih tinggi menyebabkan pasien dapat mengalami muntah-muntah, tinitus, pendengaran yang berkurang. Dosis lebih tinggi lagi menyebabkan hyperpnea
melalui efek langsung pada batang otak Katzung, 2002. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Indikasi lain dari asam asetilsalisilat adalah sebagai : a. Antipiretika : asam asetilsalisilat menurunkan suhu yang meningkat,
sedangkan suhu badan normal hanya terpengaruh sedikit. Turunnya suhu dikaitkan dengan meningkatnya panas yang hilang karena vasodilatasi dari
pembuluh darah permukaan dan disertai keluarnya keringat yang banyak. b. Efek antitrombosit : asam asetilsalisilat mempengaruhi hemostasis. Dosis
rendah tunggal asam asetilsalisilat kira-kira 80 mg sehari menyebabkan sedikit perpanjangan waktu pendarahan, yang menjadi dua kali lipat bila
pemberiannya dilanjutkan selama seminggu. c. Efek antiinflamasi : asam asetilsalisilat menghambat siklooksigenase secara
irreversibel dan bahkan dosis rendah dapat efektif dalam keadaan tertentu, misalnya penghambatan agregasi platelet Katzung, 2002.
F. Metode Pengujian Efek Analgesik