commit to user
30
3. Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk menguji pengaruh komite audit terhadap kinerja keuangan. Klein 2002 menyatakan bahwa
komite audit secara internal diharapkan akan mampu meningkatkan efektivitas operasional perusahaan. Komite audit diharapkan mampu mengurangi praktik
manipulasi laba dalam perusahaan yang dapat merugikan pemegang saham. Komite audit bertugas mengamati seluruh proses keuangan dalam perusahaan,
hal tersebut dapat dilihat pada pertemuan rutin komite audit dengan auditor independen dan manajer keuangan perusahaan, proses audit dan pengendalian
akuntansi secara internal. Nasution dan Setiawan 2007 menyatakan bahwa komite audit adalah
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting
bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung
antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian.
Penelitian DeFond dan Jiambalvo 1991; McMulen 1996; Beasly dan Salterio 2001; Mc Mullen dan Raghunandan 1996 mendukung
keberadaan komite audit yang dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan. Hal ini menandakan bahwa investor telah melihat nilai lebih pada
perusahaan yang memiliki komite audit independen. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Beasley 1996; Kalbers 1992 dan juga Menon dan
commit to user
31
William 1994, menunjukkan tidak adanya perbedaan antara perusahaan yang memiliki komite audit independen dengan yang tidak. Hasil penelitian ini
menandakan ketidakpercayaan investor terhadap kemampuan komite audit dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Komite audit yang aktif akan meningkatkan peran mereka untuk mengejar tujuan dari perusahaan. Maka komite audit akan melakukan
pertemuan tiap tahunnya. Frekuensi rapat komite audit akan menunjukkan apakah komite itu aktif atau tidak. Meskipun kehadiran direktur non eksekutif
dihubungkan dengan efektivitas komite audit, itu tidak menjamin. Menon dan Williams 1994 menunjukkan bahwa komite audit independen tidak menjamin
efektivitas kecuali komite ini aktif. Selain itu, Kalbers dan Forgarty 1993 mendukung argumen ini dan menunjukkan efektivitas komite audit itu hanya
akan terwujud jika anggota berkomitmen untuk mengejar peran dan tugas mereka. Persyaratan pencatatan di BMB 2001, BRC 1999 dan Treadway
Commission 1987 mengusulkan bahwa komite audit harus bertemu setidaknya empat kali setahun.
Jumlah pertemuan merupakan upaya yang dilakukan oleh komite audit untuk memastikan kinerja perusahaan dan pelaporan keuangan yang baik.
Komite audit yang aktif adalah komite yang melakukan review laporan keuangan dan transaksi untuk memastikan bahwa kontrol internal di dalam
perusahaan telah dilakukan dengan tepat dan sesuai. Sharma et al. 2009 melakukan penelitian terkait keberadaan komite
audit dalam mekanisme good corporate governance dengan hasil bahwa
commit to user
32
frekuensi rapat yang dilakukan oleh komite audit berhubungan dengan besarnya ukuran atau jumlah anggota komite audit dan kinerja perusahaan.
Adanya frekuensi rapat komite audit lebih banyak mengindikasikan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh komite audit berjalan dengan efektif dalam
arti bahwa tiap terjadi permasalahan dalam perusahaan dapat langsung dibahas dalam rapat komite audit sehingga dapat lebih cepat ditemukan penyelesaian
sehingga tidak menurunkan kinerja perusahaan. Raghunandan dan Rama 2007 menguji ukuran komite audit dan frekuensi rapat komite audit terkait
proses monitoring dan kinerja perusahaan dengan hasil bahwa ukuran dan frekuensi komite audit mempunyai pengaruh terhadap tingkat kinerja
perusahaan. Hasil yang sama diperoleh Carcello dan Neal 2003 bahwa frekuensi rapat komite audit menghasilkan satu proses monitoring yang efektif
terhadap kegiatan operasional perusahaan sehingga memungkinkan perusahaan untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih baik.
Ngui et al. 2007 menyatakan bahwa keberadaan komite audit dapat berfungsi mengurangi potensi kecurangan yang ada dalam perusahaan. Proses
audit akan membuat manajemen lebih berhati-hati dalam membuat laporannya. Peran monitoring secara keseluruhan dari komite audit akan membuat
manajemen bekerja lebih baik lagi. Dengan pengelolaan perusahaan yang baik, diharapkan kinerja perusahaan juga dapat meningkat.
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini didasarkan pada paparan di atas, adapun hipotesis yang dimaksud seperti berikut ini:
commit to user
33
H3: Terdapat pengaruh frekuensi rapat komite audit audit committee meeting frequency terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
4. Kerangka Pikir Penelitian