ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, INSIDER OWNERSHIP DAN OUTSIDER OWNERSHIP TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
SKRIPSI
Diajukan oleh :
Yusrizal Nurdiansyah
0513010324 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
YUSRIZAL NURDIANSYAH
0513010324 / FE / EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 15 Juni 2012
Pembimbing Tim Penguji :
Pembimbing Utama : Ketua
Dr. Indrawati Yuhertiana, MM, Ak Dr. Gideon Setya Budi, M.Si
Sekretaris
Drs. Ec. Sjafi’I, MM, Ak
Anggota
Rina Mustika, SE, MM Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
(3)
selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Insider
Ownership dan Outsider Ownership terhadap Audit Delay Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi (S-1) Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun skripsi ini, karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman. Oleh karena itu, penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, untuk itu atas bantuan dan dorongan yang telah diberikan, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada:
1. Papa, mama, mbak Wida, mas Avrir, nenekku mbah Pudji serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, kesabaran dan dukungan moral serta spiritual yang tiada henti.
2. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembanguan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Ibu Dr. Indrawati Yuhertiana, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang selalu memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
(4)
Jurusan Akuntansi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan serta wawasan yang cukup.
6. Nouna Tetii Dariraa yang selalu setia saat susah dan senang.
7. Lambe, Lao, Slatem, Rohmad, Ocha, Wasis, Jack, semua teman-teman angkatan 2005 dan dulur-dulur HMAK, semangat terus dulur.
8. Uceng, Rhiboet, Tejo, Hadi, Singgih, Ervan, Tumo, Catur, dan semua kawan-kawan republik bodrek.
Semoga Allah SWT. melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat menjadi pelajaran bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, Juni 2012
Penulis
(5)
Daftar Tabel ... .. vii
Daftar Gambar ... viii
Daftar Lampiran ... ix
Abstrak ……...……… x
BAB I : PENDAHULUAN ………. 1
1.1. Latar Belakang ………. 1.2. Perumusan Masalah ……….. 1.3. Tujuan Penelitian ………... 1.4. Manfaat Penelitian ………. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ……….. 11
2.1. Penelitian Terdahulu ………. 2.1.1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dengan Sekarang ………. 2.2. Landasan Teori ………. 2.2.1. Laporan Keuangan ……….. 2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ……….. 2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan... 17
2.2.1.3. Pengguna Laporan Keuangan……….…. 17
2.2.1.4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan…….….. 19
(6)
2.2.2.4. Tahap-tahap Audit ………..
2.2.2.5. Standar Audit ….………...
2.2.2.6. Tipe Pendapat Auditor……….. 30
2.2.2.7. Laporan Audit……….…… 32
2.2.3. Audit Delay……….…… 34
2.2.3.1. Definisi Audit Delay………..………. 34
2.2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay... 35
2.2.3.2.1. Ukuran Perusahaan………. 36
2.2.3.2.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay………..……….. 37
2.2.3.2.3. Insider Ownership……… 39
2.2.3.2.4. Pengaruh Insider Ownership dengan Audit Delay……….……… 40
2.2.3.2.5. Outsider Ownership………..……….. 41
2.2.3.2.6. Pengaruh Outsider Ownership dengan Audit Delay……….………… 43
2.3. Kerangka Pikir……….. 43
(7)
3.2.2. Sampel……….. 3.3. Teknik Pengumpulan Data ………...………..
3.3.1. Jenis Data ………
3.3.2. Sumber Data ……….
3.3.3. Pengumpulan Data ………
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ………..
3.4.1. Teknik Analisis ………..
3.4.2. Analisis Deskriptif ………..
3.4.3. Uji Normalitas ………
3.4.4. Uji Asumsi Klasik ………
3.4.5. Uji Hipotesis ……….
a. Uji Statistik F ……….
b. Uji Statistik t ………
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 57
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ……….
4.1.1. Gambaran Umum Aktivitas Industri Manufaktur ……….
4.1.2. Kondisi Industri Manufaktur tahun 2009 ………
(8)
4.2.4. Outsider Ownership ………..
4.3. Analisis Regresi Linier Berganda ……….. 4.3.1. Uji Normalitas ………..………...………..
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ………..………
4.3.3. Persamaan Regresi Linier Berganda ……….…..…..
4.3.4. Uji F ……….
4.3.5. Koefisien Determinasi ……….…
4.3.6. Uji t ………...
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian…..………..
4.4.1. Implikasi Penelitian ……….
4.4.2. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian
Terdahulu ……….……….
4.4.3. Keterbatasan Penelitian ………
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………..………... 82
5.1. Kesimpulan ………..……….…..
5.2. Saran ………..……….…….
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
Tabel 3.1 : Pemilihan Sampel……….……….. Tabel 3.2 : Kriteria Uji Durbin Watson ………...………. Tabel 4.1 : Deskripsi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia BEI Dari Tahun – ……….... Tabel 4.2 : Deskripsi Ukuran Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia BEI Dari Tahun ‐ …………..
Tabel 4.3 : Frekuensi Insider Ownership Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia BEI Dari Tahun – ………. Tabel 4.4 : Deskriptif Outsider Ownership Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia BEI Dari Tahun – ………..
Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas ….……….………. Tabel 4.6 : Hasil dari Uji Rank Spearman.………...
Tabel 4.7 : Nilai VIF ….……….……….. 71
Tabel 4.8 : Persamaan Regresi Linier Berganda ….………..……
Tabel 4.9 : Hasil Uji F ………..………
Tabel 4.10 : Nilai Koefisien Determinasi………...
Tabel 4.11 : Hasil Uji t ………..
Tabel 4.12 : Perbedaan-Perbedaan Penelitian Ini dengan Penelitian Terdahulu ….
(10)
(11)
Lampiran 3 : Analisis Regresi Linier Berganda dan Uji Asumsi Klasik Lampiran 4 : Tabel Durbin-Watson
(12)
Yusrizal Nurdiansyah
ABSTRAK
Laporan keuangan yang tepat waktu, akurat, dan dapat diandalkan sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan keputusan ekonomi
.
Ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit ke publik akan sangat dipengaruhi oleh lamanya auditor dalam menyelesaikan auditnya. Perbedaan waktu antara laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit dinamai dengan audit delay. Semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya maka akan semakin panjang audit delay. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, insider ownership dan outsider ownership terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan 90 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009-2010 dan laporan auditor independen untuk variabel bebas (ukuran perusahaan, insider ownership dan outsider ownership) dan untuk variabel terikat (audit delay). Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy.
Berdasarkan hasil análisis regresi linier berganda disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan, insider ownership dan outsider ownership tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit delay perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2010.
Key Word : Audit Delay, Ukuran Perusahaan, Insider Ownership, Outsider
(13)
1.1. Latar Belakang
Perkembangan pasar modal di Indonesia saat ini cukup signifikan, sehingga perusahaan go public di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini berdampak pada meningkatnya permintaan akan audit laporan keuangan. Permintaan akan publikasi laporan keuangan yang tepat waktu, akurat, dan dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan keputusan ekonomi juga semakin meningkat.
Laporan keuangan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik saham dan pengambil keputusan. Upaya pihak manajemen untuk menunjukkan kinerja yang baik adalah dengan memberikan informasi perkembangan dan kondisi perusahaan. Manajemen sebagai penyedia informasi dituntut untuk menyediakan informasi secara tepat waktu dan relevan. Laporan keuangan yang baik harus memenuhi empat karakterisik kualitatif, yakni dapat dipahami, relevan, handal dan dapat diperbandingkan. Agar informasi akuntansi dapat dikatakan relevan, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah ketepatan waktu (timelines).
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Dalam usaha untuk mencapai
(14)
keseimbangan antara relevansi dan keterandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan (IAI, 2009:8).
Ketepatan waktu (timelines) dalam menyajikan dan melaporkan laporan keuangan merupakan atribut kualitatif penting pada laporan keuangan yang mengharuskan laporan keuangan disajikan secara tepat waktu. Semakin pendek waktu antara akhir periode akuntansi dengan tanggal publikasi, maka semakin banyak manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari suatu laporan keuangan (Ahmad dan Kamarudin, 2003).
Keterlambatan publikasi laporan keuangan sangat merugikan investor karena dapat meningkatkan asimetri informasi di pasar, insider trading dan memunculkan rumor yang membuat pasar menjadi tidak pasti (Utami, 2006). Penundaan publikasi laporan keuangan akan menyebabkan ketidakpastian keputusan yang dibuat berdasarkan informasi dari laporan keuangan tersebut yang akan berdampak pada reaksi pasar dimana para investor akan menunda pembelian dan penjualan saham mereka.
Menurut Standar Auditing khususnya standar umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian dan standar pekerjaan lapangan menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan pengumpulan alat-alat bukti yang cukup memadai (Boynton dan Kell, 1996 dalam Soetedjo, 2006). Karena adanya standar inilah, memungkinkan akuntan publik untuk menunda publikasi laporan audit atau laporan keuangan auditan apabila
(15)
dirasakan perlu untuk memperpanjang masa audit (Varianada, 2000 dalam Soetedjo, 2006).
Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak lamanya penyelesaian laporan auditor, tetapi juga akan berdampak pada peningkatan kualitas hasil auditnya. Sebaliknya, semakin tidak sesuai dengan standar pekerjaan audit semakin pendek waktu yang diperlukan, namun hasil auditnya kurang dapat diandalkan.
Pada pernyataan standar akuntansi telah disebutkan bahwa, untuk menyediakan informasi yang tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang disajikan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan (IAI, 2009:8).
Agar para pengambil keputusan dapat lebih cepat memperoleh informasi keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan serta menyesuaikan dengan perkembangan pasar modal di Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mengeluarkan Keputusan Ketua BAPEPAM No. KEP-36/PM/2003, No. Peraturan X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala menyatakan bahwa laporan keuangan berkala disertai dengan laporan Akuntan disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
(16)
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) menyatakan bahwa setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di BAPEPAM (Subekti dan Wulandari, 2004). Lamanya proses penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM karena ketepatan waktu ini tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya.
Peraturan tersebut menyebabkan perkembangan pengauditan perusahaan go public tersebut menjadi tidak mudah. Karena pada satu sisi, publik khususnya investor menuntut auditor untuk menyelesaikan laporan auditnya tepat waktu, sedangkan pada sisi lain, pengauditan itu sendiri merupakan proses sistematis yang membutuhkan waktu hingga kadang-kadang terjadi penundaan pengumuman laporan keuangan auditan (Varianada, 2000 dalam Soetedjo, 2006).
Menurut Subekti dan Widiyanti (2004), perbedaan waktu antara laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit dinamai dengan audit delay. Semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya maka akan semakin panjang audit delay.
(17)
Penelitian yang dilakukan oleh Subekti dan Widiyanti (2004) rata-rata lamanya audit delay yang terjadi di Indonesia pada tahun 2001 adalah 98 hari. Menurut penelitian yang di lakukan oleh Rachmawati (2008) rata-rata lamanya audit delay yang terjadi Indonesia pada tahun 2003-2005 adalah 76 hari. Sedangkan rata-rata lamanya audit delay di Indonesia yang paling tinggi mencapai 118 hari yang terjadi pada tahun 1999, 2000 dan 2001 yaitu penelitian yang dilakukan oleh Soetedjo (2006).
Subekti dan Wulandari (2004) berhasil membuktikan bahwa faktor ukuran perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil.
Beberapa faktor yang mendorong audit delay perusahaan besar lebih cepat dari perusahaan kecil yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal (Dyer dan McHugh, 1975 dalam Subekti dan Wulandari, 2004). Di samping itu perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem
(18)
pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Respati (2004) menunjukkan bahwa kepemilikan perusahaan oleh pihak dalam perusahaan (insider ownership) merupakan suatu hal penting yang harus dipertimbangkan dalam perusahaan. Kepemilikan perusahaan oleh manajer akan mempengaruhi kinerja manajer. Manajer akan lebih bertanggung jawab dalam mengelola perusahaan karena adanya rasa memiliki perusahaan, sehingga akan mempengaruhi kinerja pihak manajemen menjadi semakin baik. Manajemen dengan kinerja yang baik akan mampu menyampaikan pelaporan keuangannya secara tepat waktu.
Kepemilikan perusahaan dari pihak dari luar (Outsider ownership) mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan baik melalui media massa maupun kritikan atau komentar yang merupakan semua kekuatan publik atau masyarakat (Respati, 2004). Dengan adanya pengawasan dari pihak luar maka pihak manajemen dituntut harus mampu untuk menunjukkan kinerja yang baik, karena jika kinerja pihak manajemen baik maka pemegang saham akan mendukung keberadaan manajemen. Dan sebaliknya jika pihak manejemen tidak mampu menunjukkan kinerja yang baik maka pemegang saham akan mengadakan pemilihan manajemen baru atau dengan kekuatannya merubah manajemen. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar maka pihak manajemen
(19)
akan lebih mandapat tekanan dari pihak luar atau shareholder untuk lebih tepat waktu (Respati, 2004).
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya, antara lain : Subekti & Widiyanti (2004); Respati (2004), Rachmawati (2008). Penulis tertarik untuk meneliti kembali apakah hasil penelitian tersebut masih relevan jika terapkan pada laporan keuangan auditan tahun 2009−2010 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pada laporan keuangan 90 perusahaan manufaktur pada tahun 2008 sampai tahun 2010 rata-rata lamanya audit delay mengalami kenaikan. Audit delay laporan keuangan tahun 2008 menunjukkan angka 71,6 hari, tahun 2009 sebesar 73,3 hari dan pada tahun 2010 audit delay mengalami kenaikan sebesar 75,2 hari. Dalam 3 tahun tersebut rata-rata lamanya audit delay mengalami kenaikan antara 1,5 – 3 hari per tahunnya.
Pada Juni tahun 2009, BAPEPAM mengeluarkan pengumuman yang menyatakan bahwa terdapat 13 Perusahaan Tercatat yang belum menyampaikan Laporan Keuangan Auditan untuk Periode Yang Berakhir Per 31 Desember 2008. Hal ini membuktikan bahwa masih ada beberapa perusahaan yang meremehkan tentang penyampaian laporan keuangan auditan. Fakta-fakta tersebut menjadikan penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini.
Perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada tahun 2009−2010. Alasan
(20)
dipilihnya perusahaan manufaktur adalah karena jenis perusahaan ini mendominasi perusahaan-perusahaan yang listing di BEI, serta perusahaan manufaktur memiliki banyak aktiva non moneter yang menyebabkan proses auditnya lebih lama dibandingkan jenis perusahaan lain, sehingga rawan akan terjadinya audit delay yang lebih panjang.
Faktor-faktor yang akan diteliti dan dijadikan sebagai variabel independen yang mempengaruhi audit delay adalah ukuran perusahaan, internal audit, insider ownership dan outsider ownership. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah audit delay. Faktor-faktor yang diteliti didasarkan pada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Namun tidak semua faktor dari penelitian yang pernah dilakukan dimasukkan sebagai variabel pada penelitian ini.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penalitian dengan judul Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Insider Ownership dan Outsider Ownership pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
”Apakah ukuran perusahaan, insider ownership dan outsider ownership berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang
(21)
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka tujuan dari penelitian adalah :
Untuk mengetahui pengaruh dari ukuran perusahaan, insider ownership dan outsider ownership terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Apabila tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Sebagai bahan acuan untuk mengembangkan ilmu akuntansi yang telah dimiliki, yang berhubungan bidang audit laporan keuangan, khususnya tentang variabel-variabel yang menjadi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay. Serta memberikan pengalaman belajar bagi penulis dalam menambah pengetahuan atas permasalahan yang dikaji.
2. Bagi pihak lain
Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi audit delay agar dapat dikendalikan sehingga laporan keuangan dapat dipublikasikan sesegera mungkin.
(22)
3. Bagi Lembaga Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pembaca dan menjadi bahan refernsi untuk penelitian selanjutnya.
(23)
2.1. Penelitian Terdahulu
Dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan dan berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya penyelesaian audit pada perusahaan go public. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti :
1. Novita WeningTyas Respati (2004) a. Judul
“Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan : Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta.”
b. Permasalahan
Penelitian ini akan meneliti tentang pengaruh debt to equity ratio, ukuran perusahaan, profitability, konsentrasi kepemilikan perusahaan oleh pihak dalam (insider ownership concentration) dan konsentrasi kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh pihak luar
(outsider ownership concentration) terhadap ketepatan waktu
(24)
c. Hipotesis
Debt to equity ratio, ukuran perusahaan, profitability, konsentrasi
kepemilikan perusahaan oleh pihak dalam (insider ownership
concentration) dan konsentrasi kepemilikan perusahaan yang
dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership concentration) berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.
d. Kesimpulan
Hasil penelitian juga menemukan bahwa variabel profitabilitas dan
Outsider Ownership secara signifikan berpengaruh terhadap
ketepatanwaktu pelaporankeuangan perusahaan, sedangkan variabel lainnya yaitu Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio dan Insider
Ownership ditemukan tidak signifikan.
2. Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (Simposium
Nasional Akuntansi Denpasar Bali, 2004) a. Judul
“Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit delay di Indonesia.”
b. Permasalahan
Penelitian ini akan menginvestigasi tentang faktor-faktor yang menjadi penyebab panjang-pendeknya audit delay.
(25)
c. Hipotesis
Profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industri, opini auditor, dan ukuran auditor berpengaruh signifikan terhadap audit
delay.
d. Kesimpulan
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kelima variabel yaitu tingkat profitabilitas, aktiva, jenis industri, opini dan auditor (ukuran KAP) berpengaruh signifikan terhadap variabel audit delay.
3. Sistya Rachmawati (Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, 2008)
a. Judul
“Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap
Audit delay dan Timeliness.”
b. Permasalahan
1. Mengetahui pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal (ukuran KAP) terhadap Audit delay.
2. Mengetahui pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal (ukuran KAP) terhadap Timeliness.
(26)
c. Hipotesis
a. Terdapat pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal (ukuran KAP) terhadap Audit delay.
b. Terdapat pengaruh faktor internal (profitabilitas, solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal (ukuran KAP) terhadap Timeliness.
d. Kesimpulan
1. Faktor internal yang mempengaruhi Audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal ukuran kantor akuntan publik sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
2. Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap timeliness adalah size perusahaan, solvabilitas sedangkan faktor eksternal seperti ukuran kantor akuntan publik, profitabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap timeliness
3. Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan, dan KAP secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap Audit delay maupun Timeliness.
(27)
2.1.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan Sekarang
Tabel 2.1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan
Sekarang
No. Nama Judul Variabel Alat Uji Hipotesis Objek Penelitian
1 Variabel X:
Profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industri, opini auditor, dan ukuran auditor. Variabel Y: Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (Simposium Nasional Akuntansi Denpasar Bali, 2004) “Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit delay di Indonesia.” Audit delay. Analisis regresi linier berganda Profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industri, opini auditor, dan ukuran auditor berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Perusahaan
manufaktur dan finansial yang terdaftar di BEJ selama tahun 2001.
2 Variabel X:
Ukuran perusahaan, Debt to equity ratio, profitability.Insid er ownership concentration dan Outsider ownership concentration Variabel Y: Novita Weningtyas Respati (Jurnal MAKSI Vol. 4, Januari 2004) “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan : Studi empiris di Bursa Efek Jakarta” Audit delay. Analisis regresi logistik Ukuran perusahaan, Debt to equity ratio, profitability.Insider ownership
concentration dan Outsider ownership concentration
berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Perusahaan go publicyang terdaftar di BEJ pada tahun 1999
3 Variabel X: Faktor internal (profitabilitas, solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan Faktor eksternal (ukuran KAP). Variabel Y: Audit delay, Timeliness Sistya Rachmawati (Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, 2008)
“Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Perusahaan Terhadap Audit delay dan Timeliness.”
Analisis regresi linier berganda.
a. Terdapat pengaruh faktor internal (profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan faktor eksternal (ukuran KAP) terhadap Audit delay.
b. Terda[at pengaruh factor internal (profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan) dan factor eksternal (ukuran KAP) terhadap timeliness
Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2003-2005.
4 Variabel X:
Ukuran perusahaan, Insider Ownership dan Outsider Ownership Variabel Y: Yusrizal Nurdiansyah (Penelitian sekarang, 2012) Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Insider
Ownership dan Outsider Ownership terhadap Audit delay pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia. Audit Delay. Analisis regresi linier berganda
Diduga bahwa terdapat pengaruh. Ukuran perusahaan, Insider Ownership dan Outsider Ownership terhadap audit delay.
Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2010
(28)
Berdasarkan tabel perbedaan dan persamaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian sekarang memiliki beberapa perbedaan dan persamaan dari penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut terdapat pada variabel dan data yang digunakan. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder berupa data laporan keuangan periode 2009 dan periode 2010.
Persamaan penelitian sekarang dan penelitian terdahulu terletak pada pemilihan populasi yaitu sama-sama menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu produk akhir yang paling penting dari fungsi dan ilmu akuntansi. Beberapa pengertian tentang laporan keuangan adalah sebagai berikut :
Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragrap 7 menyatakan bahwa :
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan posisi dana, catatan dan laporan lain serta informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya
(29)
laporan keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (IAI, 2009:1).
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 12 dan paragraph 14 (IAI, 2009:3) tujuan laporan keuangan adalah :
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi laporan keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan Keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi.
2.2.1.3. Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 09 (IAI, 2009: 2-3), pemakai dan kebutuhan informasi terdiri dari :
(30)
a) Investor
Investor membutuhkan informasi untuk menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi yang mereka tanamkan. b)Karyawan
Karyawan membutuhkan informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, serta informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, kesempatan kerja.
c) Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman membutuhkan informasi yang membantu mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dilunasi saat jatuh tempo.
d)Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang membantu untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan terbayar saat jatuh tempo.
e) Pelanggan
Pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai keberlangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang, dengan atau tergantung pada perusahaan.
(31)
f) Pemerintah
Pemerintah berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas perusahaan, sehingga pemerintah dapat mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan tentang pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional.
g)Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir dari kondisi perusahaan.
Namun, menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, pemakai utama laporan keuangan adalah investor. Hal ini tercantum pada paragraf 10 yang menyebutkan bahwa :
Informasi yang disajikan dilaporan keuangan adalah bersifat umum.Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai. Berhubungan dengan para investor merupakan penanam modal berisiko ke perusahaan, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain.
2.2.1.4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik informasi yang membuatnya dapat menjadi komoditas yang diinginkan, dipandang sebagai hierarki kualitas yang
(32)
sangat berguna untuk pembuatan keputusan. Tanpa manfaat ini, keuntungan dari informasi tidak dapat diperoleh. Berikut ini adalah empat karakteristik utama yang sebaiknya ada pada informasi akuntansi agar bermanfaat seoptimal mungkin untuk penggunaanya, berdasar Kerangka Kerja Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 25-42 (IAI, 2007) :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi mempunyai kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
3. Andal (reliable)
(33)
penyajian yang tulus dan jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
(trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan secara relatif. Informasi mengenai perusahaan tertentu dapat memberikan keuntungan yang besar jika dapat dibandingkan dengan informasi yang sama mengenai perusahaan lainnya dan dengan informasi yang sama mengenai perusahaan yang sama selama periode tertentu.
2.2.1.5. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Undang-undang Pasar Modal mengharuskan perusahaan yang go
public untuk memberikan dan mempublikasikan laporan periodik kepada
Bapepam. Perusahaan-perusahaan tersebut dimintai agar laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik tersertifikasi yang terdaftar dan menyerahkan laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik tersertifikasi yang terdaftar dan menyerahkan laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.
(34)
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mengeluarkan Keputusan Ketua BAPEPAM No. KEP-36/PM/2003, No. Peraturan X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala menyatakan bahwa laporan keuangan berkala disertai dengan laporan Akuntan disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
2.2.2. Auditing
2.2.2.1. Definisi Auditing
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan
bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens dan Loebbeck, 1996:9).
Auditing secara umum adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kejadian dan kejadian ekonomi, dengan tujuan menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002:9).
Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat kewajaran atas dalam semua hal yang
(35)
material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Arens dan Loebbecke, 1996:114).
Terdapat 4 tahap audit (Arens dan Loebbecke, 1996:132-134), yaitu sebagai berikut :
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit 2. Melakukan pengujian pengendalian dan transaksi
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo 4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
2.2.2.2. Jenis Audit
Tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi audit (Boynton, dan Kell; 2003). Tiga jenis audit tersebut antara lain :
1. Audit laporan keuangan
Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum.
Audit laporan keuangan adalah cara yang umum ditempuh untuk mengurangi risiko informasi dan mendapatkan informasi yang dapat diandalkan. Informasi yang diaudit kemungkinan digunakan dalam
(36)
proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa informasi tersebut lengkap, akurat, dan tidak bias. (Jusup, 2001:45).
2. Audit kepatuhan
Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatn memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu.
Audit kepatuhan adalah audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umunya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan (Mulyadi, 2002:31).
3. Audit operasional
Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu .
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak yang memerlukan audit operasional diserahkan kepada pihak ketiga yang
(37)
2.2.2.3. Jenis Auditor
Menurut Mulyadi (2002), para profesional yang digunakan untuk melakukan audit atas kegiatan dan peristiwa ekonomi bagi perorangan dari entitas resmi, pada umumnya diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Auditor independen
Auditor independen disebut juga auditor eksternal. Auditor independen adalah akuntan publik bersertifikat yang mempunyai akuntan publik sendiri dan menawarkan audit serta jasa lain kepada klien suatu perusahaan yang menugaskan akuntan publik yang bersertifikat ini untuk melaksanakan audit yang independen atas laporan keuangannya. Klien lalu membayar honor audit (biaya jasa audit), tapi auditor pada umunya dianggap independen dari kliennya karena auditor melayani berbagai macam klien.
2. Auditor internal
Auditor internal adalah karyawan tetap yang dipekerjakan oleh suatu entitas untuk melaksanakan audit dalam organisasi tersebut. Mereka sangat berkepentingan dengan ketentuan apakah kebijakan dan prosedur telah diikuti atau tidak serta berkepentingan dengan pengamanan aktiva organisasi.Mereka mungkin juga terlibat dengan penelaahan (review) efektivitas dan efisiensi prosedur operasi serta dalam penentuan kehandalan informasi yang dihasilkan oleh organisasi tersebut. Tugas utama auditor internal adalah melaksanakan audit
(38)
ketaatan (compliance audit) dan audit operasional (operational audit). Auditor internal biasanya melaporkan kepadan dewan direktur organisasi, yaitu pengguna utama hasil kerja auditor internal.
3. Auditor pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor professional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun banyak auditor yang bekerja di instansi pemerintah, namun umunya yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Keuangan Pemerintah dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta instansi pajak.
2.2.2.4. Tahap-tahap Audit
Menurut Jusup (2001), dalam setiap audit baik pada perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil, selalu terdapat empat tahapan kegiatan, yaitu:
1. Penerimaan penugasan audit
Tahap awal dalam suatu audit laporan keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atas untuk melanjutkan sebagai auditor bagi
(39)
menolak ini sudah dilakukan sejak enam bulan hingga Sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.
2. Perencanaan audit
Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penetapan strategi audit untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Pada tahap ini perlu diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar audit. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan akhir tahun buku klien.
3. Pelaksanaan pengujian audit
Tahap ketiga dalam suatu audit laporan keuangan adalah mengadakan pengujian audit. Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan.Tujuan utama tahap ini adalah mendapatkan bukti mengenai efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangannya.Pada tahap ini juga harus diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari suatu audit. Pengujian audit ini pada umumnya dilakukan antara tiga sampai empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu sampai tiga bulan sesudah akhir tahun buku klien. Tahap pelaksanaan pengujian audit ini mencakup sebagian besar audit.
(40)
4. Pelaporan temuan
Tahap keempat atau tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan. Laporan audit bisa berupa laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau bisa juga menyimpang dari laporan standar. Pada tahap ini harus dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini, antara lain menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik simpulan serta menerbitkan laporan audit. Laporan audit biasanya diterbitkan antara satu sampai tiga minggu setelah berakhirnya pekerjaan lapangan.
2.2.2.5. Standar Audit
Suatu audit dilaksanakan bercdasarkan standar yang diterapkan oleh badan penyusun standar. Di Indonesia, badan yang berwenang menyusun standar auditing adalah Dewan Standar Profesional Akuntan Publik, Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar auditing mengatur syarat-syarat diri auditor, pekerjaan lapangan, dan penyusunan laporan audit (Mulyadi, 2002:15).
Standar auditing terdiri dari sepuluh standar dan semua Pernyataan Standar Auditing yang berlaku. Sepuluh standar auditing dibagi menjadi tiga kelompok yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Standar umum mengatur syarat-syarat diri auditor,
(41)
standar pelaporan memberikan panduan bagi auditor dalam mengkomunikasikan hasil auditnya melalui audit kepada pamakai laporan keuangan. Standar auditing disajikan sebagai berikut :
a) Standar umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b) Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.
3. Bukti audit yang kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan pengajuan pernyataan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
(42)
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan pada periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain adalah laporan audit.
4. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat dibenarkan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.2.6. Tipe Pendapat Auditor
Tujuan utama suatu audit adalah pernyataan pendapat dari auditor atas laporan keuangan suatu perusahaan. Menurut Mulyadi (2002), pendapat auditor diklasifikasikan menjadi lima, antara lain :
(43)
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan audit bentuk baku.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit baku (unqualified with explanatory
language).
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelasan ini dicantumkan setelah paragraf pendapat.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian
Melalui pendapat wajar dengan pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse)
Dengan pendapat tidak wajar, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secar wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan
(44)
arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
(45)
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclousure)
Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor jika auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat juga dapat diberikan oleh auditor jika ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien. Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, dalam laporan auditnya, auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut, yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat.
2.2.2.7. Laporan Audit
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya, dimana di dalam laporannya tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan (Mulyadi, 2002:12).
Laporan audit merupakan hal yang penting dalam suatu audit karena laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulannya yang diperolehnya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan dibuatnya
(46)
laporan setiap kali Kantor Akuntan Publik dikaitkan dengan laporan keuangan.
Bentuk baku laporan audit menurut Arens dan Loebbecke (1996:37) adalah sebagai berikut :
1. Judul laporan
2. Alamat yang dituju laporan keuangan audit 3. Paragraf pendahuluan
Dalam pargraf pendahuluan terdapat tiga pernyataan ini, yaitu pernyataan sederhana bahwa auditor telah melakukan audit atas laporan keuangan, pernyataan tentang laporan keuangan termasuk tanggal neraca dan periode periode akuntansi laporan rugi/laba, serta pernyataan tentang tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor.
4. Paragraf lingkup audit
Paragraf lingkup audit adalah pernyataan pernyataan aktual mengenai apa yang telah dilakukan auditor dalam proses auditnya. 5. Paragraf pendapat
Paragraf pendapat memuat kesimpulan auditor berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukannya.
6. Tanda tangan dan nama akuntan publik yang melakukan audit 7. Tanggal laporan audit
(47)
2.2.3. Audit Delay
2.2.3.1. Definisi Audit Delay
Definisi audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit atas suatu laporan keuangan perusahaan yang diukur dari tanggal tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan (Ashton et.al.,1987; Carslaw dan Kaplan, 1991). Jangka waktu tersebutlah yang menjadi pembahasan yang disebut dengan audit delay. Audit delay adalah perbedaan antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit diterbitkan, yang mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor (Subekti & Wulandari, 2004). Semakin panjang audit delay maka semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Jika audit delay semakin panjang, maka kemungkinan keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan semakin besar.
Menurut Dyer dan McHugh (1975) dalam Novita (2004) terdapat tiga kriteria keterlambatan :
1. Preleminary Lag : Interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary.
2. Auditor’s Report Lag : Interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
3. Total Lag : Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
(48)
Di Indonesia batas terbitnya laporan keuangan perusahaan yang go
public diatur oleh BAPEPAM, seperti yang telah dijelaskan pada subbab
sebelumnya.
Perusahaan go public harus menyerahkan laporan keuangan tahunannya yang disertai dengan opini akuntan kepada BAPEPAM. Dalam mengumumkannya kepada publik paling lambat akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan.
2.2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
Dalam penelitian terdahulu telah dikaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay. Beberapa dari penelitian terebut adalah penelitian Ashton, dkk. (1987), penelitian Respati (2004), penelitian Rachmawati (2008), penelitian Subekti dan Wulandari (2004).
Tidak semua faktor dari penelitian yang pernah dilakukan dimasukkan sebagai variabel pada penelitian ini. Dalam penelitian ini diteliti empat faktor yang berpengaruh terhadap lamanya audit delay. Faktor-faktor yang diteliti didasarkan pada penelitian-penelitan yang pernah dilakukan sebelumnya dan saran dari peneliti yang terdahulu. Hal tersebut dimasukkan untuk menguji lebih lanjut, apakah benar penelitian tersebut berpengaruh dan apakah dengan adanya perbedaan waktu daya pengaruh dari faktor-faktor berubah atau tidak. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lamanya audit delay dalam penelitian ini adalah
(49)
2.2.3.2.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan dan dapat dinilai dari beberapa segi. Ukuran perusahaan dapat diukur berdasarkan pada total penjualan, total nilai buku asset, nilai bersih kekayaan, dan jumlah tenaga kerja (Soegeng Soetedjo, 2006). Ukuran perusahaan dapat dinilai dari total asset yang dimilikinya (Arens dan Loebbecke, 1996:227).
Setiap perusahaan memiliki skala usaha yang berbeda satu sama lain. Perbedaan skala ini dapat dilihat dari berbagai segi. Secara umum semakin besar perusahaan klien akan semakin beragam penggunaan laporan keuangan. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar.
Suatu perusahaan yang memiki total asset yang besar akan mendorong perusahaan tersebut untuk memaksimalkan kinerjanya maka pihak manajemen perusahaan harus mengolah informasi tersebut dengan baik untuk dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan, sehingga manajemen semakin tinggi kesadaran tentang pentingnya informasi dalam mempertahankan eksistensi perusahaan.
Di samping itu, perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga akan
(50)
memudahkan auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya, dan karena dengan baiknya struktur pengendalian internal perusahaan, maka semakin sedikit pengujian yang harus dilakukan oleh auditor. 2.2.3.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay
Ukuran peruasahaan merupakan variabel yang sering digunakan dalam penelitian mengenai audit delay. Dalam beberapa penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yang berbeda-beda antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain.
Menurut penelitian Ashton dan Elliot (1987) menunjukkan bahwa faktor ukuran perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya.
Penelitian yang telah dilakukan Imam Subekti dan Novi Wulandari (2004) menunjukan bahwa Ukuran Perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap Audit
Delay. Pengaruh ini ditunjukan dengan semakin besar nilai aktiva
perusahaan maka semakin pendek nilai Audit Delay dan sebaliknya jika semakin kecil nilai aktiva perusahaan maka semakin panjang
Audit Delay.
(51)
mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal.
Hasil penelitian Sistya Rachmawati (2008:8), menunjukan bahwa Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap
Audit Delay yang berarti bahwa semakin besar Ukuran Perusahaan
maka semakin pendek Audit Delay dan sebaliknya semakin kecil Ukuran Perusahaan makan semakin panjang Audit Delay. Hal ini disebabkan oleh semakin baiknya sistem pengendalian internal perusahaan besar sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan.
Hasil penelitian dari Sistya Rachmawati berbeda dengan hasil penelitian Soegeng Soetedjo (2006). Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay, dimana perusahaan yang berskala lebih kecil akan semakin cepat ARLnya dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar.
Berdasarkam ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diduga ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap audit delay.
(52)
2.2.3.2.3 Insider Ownership
Para manajer merupakan agen atau wakil dari pemilik, akan tetapi pada kenyataannya mereka mengendalikan perusahaan. Dengan demikian bisa terjadi konflik kepentingan antara pemilik. Hal ini disebut ”masalah keagenan”, yaitu divergensi kepentingan yang timbul antara pemilik dengan agennya.
Teori keagenan mengimplikasikan adanya informasi asimetri antara manajer sebagai agen dan pemilik sebagai prinsipal. Informasi asimetri muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Laporan keuangan yang tepat waktu akan mengurangi informasi asimetri tersebut.
Kesempatan manajemen yang sekaligus berfungsi sebagai pemilik dapat mencegah kemungkinan munculnya masalah agency. Hal ini disebabkan oleh dua alasan : (1) kepemilikan manajemen (pihak dalam) akan menyelaraskan kepentingan antara manajemen dan pihak lainnya, (2) kepemilikan perusahaan oleh manajemen (pihak dalam) juga akan mengarahkan keleluasaan manajemen pada proses konsistensi dengan kepentingan pemilik (Ukago, Imam ghozali, Sugiyono, 2005).
(53)
2.2.3.2.4 Pengaruh Insider Ownership dengan Audit Delay
Penelitian Respati (2004) menemukan bukti empiris bahwa konsentrasi kepemilikan pihak dalam tidak signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Ukago, Ghozali dan Sugiyono (2005) bahwa variabel INSIDER secara positif signifikan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan ke Bapepam.
Hal ini dapat terjadi karena kepemilikan pihak dalam (insider
ownership) pada suatu perusahaan biasanya mempunyai prosentase
kepemilikan lebih kecil dibanding kepemilikan pihak luar (outsider
ownership) dan pada umumnya mempunyai prosentase kepemilikan
kurang dari 50%.
Kecilnya prosentase kepemilikan pihak dalam (insider
ownership) ini akan mempengaruhi hak suara yang dimilikinya. Hal ini
mengakibatkan hak suara (kewenagnan) terhadap perusahaan juga kecil, sehingga peranannya tidak terlalu besar dalam menentukan kebijakan perusahaan terutama yang menyangkut segi pelaporan keuangan. Namun kepemilikan perusahaan oleh manajer merupakan suatu hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam perusahaan.
Kepemilikan perusahaan oleh manajemen akan mempengaruhi kinerja manajemen. Manajer akan lebih bertanggungjawab dalam mengelola perusahaan karena adanya rasa memiliki perusahaan,
(54)
sehingga akan mempengaruhi kinerja manajemen menjadi semakin baik (Respati, 2004). Manajemen dengan kinerja yang baik akan mampu menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu sehingga masalah informasi asimetri dapat diminimalisir.
Hal ini tentunya cukup kontradiktif dengan pemikiran logika yang mendasari penelitian Respati (2004) dengan hasil penelitian sehingga dapat ditarik suatu dugaan bahwa kepemilikan pihak dalam (insider ownership) diduga berpengaruh terhadap audit delay.
2.2.3.2.5 Outsider Ownership
Pemilik perusahaan dari pihak luar dianggap berbeda dengan pihak dalam, di mana kecil kemungkinan pemilik dari pihak luar untuk terlibat dalam urusan bisnis sehari-hari. Pemilik perusahaan dari pihak luar atau pemegang saham harus mengetahui tingkat kembalian (rate of return) atas investasi mereka. Oleh karena itu mereka membutuhkan informasi yang membantu mereka untuk memutuskan tindakan mereka, apakah untuk membeli, menahan atau menjual saham-saham suatu perusahaan.
Disamping itu pemilik perusahaan dari pihak luar juga ingin mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar deviden, sehingga informasi mengenai perkembangan dan kondisi perusahaan tercermin dalam laporan keuangan.
(55)
Kepemilikan perusahaan dari pihak dari luar mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan baik melalui media massa maupun kritikan atau komentar yang merupakan semua kekuatan publik atau masyarakat. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar maka akan mengubah pengelolaan perusahaan yang semula berjalan dengan sekehendak hati menjadi perusahaan yang berjalan dalam pengawasan. Akibatnya, keleluasaan manajemen menjadi terbatas.
Dengan adanya pengawasan dari pihak luar maka pihak manajemen dituntut harus mampu untuk menunjukkan kinerja yang baik, karena jika kinerja pihak manajemen baik maka pemegang saham akan mendukung keberadaan manajemen. Dan sebaliknya jika pihak manejemen tidak mampu menunjukkan kinerja yang baik maka pemegang saham akan mengadakan pemilihan manajemen baru atau dengan kekuatannya merubah manajemen.
Upaya pihak manajemen untuk menunjukkan kinerja yang baik adalah dengan memberikan informasi perkembangan dan kondisi perusahaan. Manajemen sebagai penyedia informasi dituntut untuk menyediakan informasi secara tepat waktu dan relevan. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar maka pihak manajemen akan lebih mandapat tekanan dari pihak luar atau shareholder untuk lebih tepat waktu.
(56)
2.2.3.2.6 Pengaruh Outsider Ownership dengan Audit Delay
Respati (2004) menyatakan bahwa kepemilikan dari pihak luar berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan ke Bapepam. Pemilik dari pihak luar sangat berkepentingan dengan laporan keuangan yang tepat waktu. Hal ini dikarenakan ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan sangat dibutuhkan oleh pihak luar untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan yang sesungguhnya untuk membuat keputusan yang tepat dan akurat serta untuk mengurangi informasi asimetri.
Struktur kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak luar biasanya mempunyai prosentase kepemilikan lebih dari 50% sehingga pemilik perusahaan dari pihak luar mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi kondisi dan hasil kinerja perusahaan khususnya mengenai ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa diduga outsider ownership secara signifikan berpengaruh terhadap
audit delay.
2.3. Kerangka Pikir
Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti empiris Pengaruh dari ukuran perusahaan, internal auditor, insider ownership dan outsider
(57)
digambarkan dalam bentuk diagram kerangka pikir yang disajikan pada gambar sebagai berikut :
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay
Regresi Linier Berganda dengan variabel dummy
2.4. Hipotesis penelitian
Berdasarkan Kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
Ha : Ukuran perusahaan, insider ownership dan outsider ownership berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2010
AUDIT
DELAY
UKURAN PERUSAHAAN (X1)
INSIDER OWNERSHIP (D)
(58)
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi Operasional merupakan suatu pernyataan tentang definisi
batasan dan pengertian variable-variabel dalam penelitian secara operasional
baik berdasarkan teori yang ada ataupun pengalaman-pengalaman terdahulu.
Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian masing-masing variabel
penelitian ini maka peneliti memberikan definisi operasional variabel
sebagai berikut:
a.Variabel Dependen (Y) adalah :
Audit Delay (Y)
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Audit Delay yaitu
lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan
tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit (tanggal
opini). Variabel ini diukur dengan skala ukur rasio menggunakan
satuan harian.
b. Variabel Independen (X) adalah :
(59)
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang
diukur dengan menggunakan indikator total asset. Total asset
merupakan penjumlahan aktiva lancer dan aktiva tetap yang dimiliki
oleh perusahaan dalam jangka waktu satu tahun buku. Skala
pengukurannya adalah rasio. Satuan yang digunakan adalah rupiah.
2. Insider Ownership (D)
Insider ownership dalam penelitian ini merupakan variabel
dummy. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.
Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan tahun
2009-2010. Untuk Perusahaan yang mempunyai struktur kepemilikan
oleh pihak dalam diberi kode dummy 1, dan untuk perusahaan yang tidak memiliki struktur kepemilikan oleh pihak dalam diberi kode
dummy 0.
3. Outsider Ownership (X2)
Outsider ownership (Kepemilikan pihak luar) dalam penelitian ini
diukur dengan prosentase kepemilikan saham terbesar yang dimiliki
oleh pihak luar perusahaan (Outsider Ownership). Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala reasio. Data yang digunakan adalah
laporan keuangan perusahaan tahun 2009-2010. Satuan yang
digunakan adalah prosentase.
(60)
3.2.1. Populasi
Population refers to the entire group of people, events, or things of
interest that the researcher wishes to incvestigate. Populasi merupakan
batas suatu objek penelitian dan sekaligus merupakan batas bagi proses
induksi (generalisasi) hasil penelitian yang bersangkutan (Efferin, 2004
hal 57).
Populasi yang digunakan didalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2009-2010. Populasi dalam penelitian ini adalah 137 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memenuhi syarat untuk
dijadikan obyek penelitian (Efferin, 2004 : 58). Penentuan pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan secara tidak acak atau
menggunakan metode purposive sampling yaitu merapatkan metode penetapan sampel dengan cara menentukan target elemen populasi yang
diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan datanya.
Ada dua metode pemilihan sampel secara purposive yaitu pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgment sampling) yaitu jenis sampling ini dilakukan, jika peneliti menentukan subjek sampel yang
(61)
2004:68) dan berdasarkan kuota (quota sampling) yaitu dimana dalam penentuan jumlah elemen yang terpilih sebagai sampling akan ditentukan
berdasarkan quota maksimal, sebanding dengan komposisi masing-masing
kelompok.
Penelitian ini menggunakan metode judgement sampling, karena peneliti memiliki beberapa kriteria dalam memilih sampel penelitian.
Beberapa kriteria dalam pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan
keuangan secara kontinyu dari tahun 2009-2010.
2. Jumlah perusahaan yang memiliki data lengkap untuk
penelitian.
3. Laporan keuangan yang disajikan dalam satuan Rupiah.
Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka perusahaan yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah 90 perusahaan manufaktur.
Tabel 3.1. Pemilihan sampel
KETERANGAN JUMLAH
(62)
1. Jumlah perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan laporan keuangan secara kontinyu dari tahun 2009-2010.
2. Jumlah perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data lengkap untuk penelitian.
3. Laporan Keuangan perusahaan yang disajikan dengan satuan mata uang asing
(29)
(11)
(7)
Hasil akhir sampel 90
Sumber : Data Olahan
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Data yang digunakan didalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa laporan keuangan perusahaan dan laporan auditor independen.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang berasal dari pihak
lain atau pihak ketiga, misalnya perpustakaan atau lembaga lain yang
bukan sebagai objek penelitian itu sendiri (Efferin, 2004:14).
3.3.2. Sumber Data
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
www.idx.co.id serta beberapa sumber data sekunder lain berasal dari data
yang tersedia dari penelitian terdahulu, studi kasus, dokumen
perpustakaan, data online, situs, web dan internet.
(63)
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan laporan
keuangan dan laporan auditor independen.
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
dengan cara melakukan analisis terhadap semua catatan dan dokumen
yang dimiliki oleh organisasi yang terpilih sebagai objek peelitian, atau
data dari individu sebagai objek penelitian (Efferin, 2004:101)
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesa
3.4.1. Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda
(multiple linier regression) karena variable dependen bergantung pada
lebih dari satu variable independen. Analisis regresi berganda yang
digunakan dalam penelitian ini adalah (Algifari, 2000:63)
Y = β0 + β1X1 + β2D1+ β3X2 + €
Dimana :
Y = Lamanya Audit Delay β0 = Konstanta
β1— β3 = Koefesien regresi
X1 = Ukuran Perusahaan
D1 = Insider Ownership
X2 = Outsider Ownership
(64)
3.4.2. Analisis Deskriptif
Merupakan suatu metode dalam mengorganisasikan dan
menganalisis data kuantitatif, sehingga diperoleh gambaran yang teratur
mengenai distribusi dari masing-masing variabel penelitian yang utama.
Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel dependen yaitu Audit
Delay (dalam satuan hari), sedangkan variable independen yang digunakan
antara lain ukuran perusahaan (dalam jutaan rupiah), insider ownership
dan outsider ownership.
3.4.3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
tersebut mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat
dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah metode Kolmogrov
Smirnov (Soemarsono, 2002:40).
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi
normal adalah : (Soemarsono, 2002:43)
1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%,
maka distribusi adalah tidak normal
2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%,
maka distribusi adalah normal
(65)
Untuk mengetahui apakah koefisien regresi yang didapat telah
sahih (benar, dapat diterima), maka perlu melakukan pengujian terhadap
kemungkinan adanya pelanggaran asumsi klasik. Penerapan pengujian
asumsi klasik regresi linier dilakukan terhadap data residual, kecuali uji
asumsi multikolinieritas. Adapun asumsi klasik regresi linier adalah
(66)
1. Error (residual) tidak mengalami autokorelasi
Menurut Gujarati (1995: 201), autokorelasi didefinisikan sebagai
korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu
(Data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (Data
cross sectional). Penyimpangan asumsi model klasik yang pertama
adalah adanya autokorelasi dalam model regresi. Artinya adanya korelasi
antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu (data time
series) atau data yang diambil pada waktu tertentu.
Adanya autokorelasi pada error mengindikasikan bahwa ada satu atau beberapa faktor (variabel) penting yang mempengaruhi variabel
terikat yang tidak dimasukkan kedalam model regresi. Uji autokorelasi
yang digunakan adalah Durbin Watson, dengan ketentuan sebagai
berikut:
Tabel 3.2 : Kriteria Uji Durbin Watson
Nilai d Kesimpulan
0 < d < dL Ada autokorelasi positif
dL d dU Tidak ada kesimpulan
dU < d < 4-dU Tidak ada autolorelasi
4-dU d 4-dL Tidak ada kesimpulan
(67)
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu
dilihat tabel Watson dengan jumlah variabel bebas (k) dan jumlah data
(n) sehingga diketahui dL dan dU maka dapat diperoleh distribusi daerah
keputusan ada tidak terjadi autokorelasi.
2. Ragam dari error (residual) bersifat homogen (homoskedastik)
Maksud dari ragam bersifat homogen adalah bahwa error memiliki
nilai ragam yang sama antara error ke-i dan error ke-j. Bagaimanapun juga, error sebenarnya berupa data. Hanya saja, sangat sulit atau bahkan tidak mungkin untuk mengetahui nilainya secara pasti. Oleh karena itu,
diperlukan suatu penduga dari data error. Data penduga yang paling tepat adalah data residual. Setiap nilai dari data residual diharapkan
memiliki nilai ragam yang mirip. Jika varians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat
heteroskedastisitas. Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
heteroskedastistitas. (Ghozali, 2001 : 60)
Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi Rank
Spearman, jika tingkat signifikan (p-value) lebih besar 5%, maka tidak
terdapat gejala heteroskedastisitas
3. Tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas X
Menurut Ghozali (2005: 91), Uji Multikolineritas bertujuan untuk
(68)
bebas (Independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel bebas.
Multikolineritas dapat dilihat dari (1) nilai Tolerance dan lawannya
(2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel
independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap
variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
(karena VIF= 1/tolerance).
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menentukan adanya Multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang
masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance= 0,10 sama dengan tingkat kolinieritas 0,95. Walaupun Multikolineritas dapat dideteksi
dengan nilai tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak mengetahui variabel-variabel independen mana sajakah yang saling berkorelasi
(Ghozali, 2005: 9l-92).
(69)
3.4.5 Uji Hipotesis
a. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya merupakan teknik pengujian kelayakan
model. Pengujian ini bertujuan supaya memperoleh model data yang
fit. Langkah-langkah analisisnya sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis statistik :
Ho : β1 = β2 = β3 = 0; tidak ada pengaruh antara ukuran perusahaan,
internal audit, insider ownership dan outsider ownership terhadap
audit delay.
Ha : β1 ≠β2 ≠β3 ≠ 0; terdapat pengaruh ukuran perusahaan, internal
audit, insider ownership dan outsider ownership terhadap audit delay.
2. Menentukan nilai F tabel dengan tingkat signifikan (α)
α = 5%
3. Pengambilan kesimpulan :
a. Jika nilai Sig-F ≤α , maka Ho ditolak, yang berarti bahwa tidak ada pengaruh variabel independen secara simultan terhadap
(70)
b. Jika nilai Sig-F > α , maka Ho diterima, yang berarti bahwa ada pengaruh variabel independen secara simultan terhadap
variabel dependen.
b. Uji t
Uji statistik T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006 : 84).
Langkah-langkah analisisnya sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis statistik :
Ho : βi = 0; tidak ada pengaruh antara ukuran perusahaan, internal
audit, insider ownership dan outsider ownership terhadap audit
delay secara parsial.
Ha : βi ≠ 0; terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan, internal
audit, insider ownership dan outsider ownership terhadap audit
delay secara parsial.
2. Menentukan taraf signifikansi (α)
α = 5%
3. Pengambilan kesimpulan :
a. Jika nilai Sig-T < α , maka Ho ditolak, yang berarti bahwa ada pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel
(71)
b. jika nilai Sig-T ≥ α , maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak ada pengaruh variabel independen secara parsial terhadap
(1)
Tabel 4.12 : Perbedaan-Perbedaan Penelitian Ini Dengan Penelitian Terdahulu
No Nama Alat Uji Objek Penelitian Kesimpulan
1 Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti (Simposium Nasional Akuntansi Denpasar Bali, 2004) Analisis regresi linier berganda Perusahaan manufaktur dan finansial yang terdaftar di BEJ selama tahun 2001.
variabel profitabilitas dan Outsider Ownership
secara signifikan berpengaruh terhadap
ketepatanwaktu pelaporankeuangan perusahaan, sedangkan variabel lainnya yaitu Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio dan Insider Ownership ditemukan tidak signifikan
2 Novita Weningtyas Respati (Jurnal MAKSI Vol. 4, Januari 2004)
Analisis regresi logistik
Perusahaan go publicyang terdaftar di BEJ pada tahun 1999
tingkat profitabilitas, aktiva, jenis industri, opini dan auditor (ukuran KAP) berpengaruh signifikan terhadap variabel audit delay
3 Sistya Rachmawati (Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, 2008)
Analisis regresi linier berganda. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2003-2005.
1. Faktor internal yang mempengaruhi Audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal ukuran kantor akuntan publik sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay.
2. Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap timeliness adalah size perusahaan, solvabilitas sedangkan faktor eksternal seperti ukuran kantor akuntan publik, profitabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap timeliness
3. Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan, dan KAP secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap Audit delay maupun
Timeliness
4 Yusrizal Nurdiansyah (Penelitian sekarang, 2012) Analisis regresi linier berganda Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2010
ukuran perusahaan (X1), Insider ownership (D) dan Outsider ownership (X3) tidak berpengaruh terhadap audit delay (Y)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(2)
82
4.4.3. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
1. Periode penelitian yang hanya 2 (dua) tahun sehingga hasil penelitian kurang dapat menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.
2. Variabel-variabel penelitian yang digunakan hanya berkaitan dengan data sekunder yang berasal dari intern perusahaan.
3. Analisis data yang dilakukan hanya menggunakan perusahaan manufaktur saja dan tidak menikutsertakan perusahaan selain manufaktur.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan pembahasan, maka kesimpulan pada penelitian ini adalah :
Menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, insider ownership dan outsider ownership tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah :
1. Bagi peneliti selanjutnya peneliti menyarankan untuk menambahkan objek penelitian selain perusahaan manufaktur. Serta memungkinkan untuk menambah periode data penelitian.
2. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk bisa mengganti pengukuran variabel yang berbeda. Bisa menggunakan Market Value untuk ukuran perusahaan dan kepemilikan pihak dalam minimal sebesar 0.01%.
3. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk menambah variabel bebas yang diduga mempengaruhi audit delay, seperti umur
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(4)
84
perusahaan, kompleksitas usaha, anak perusahaan dan lain-lain. Hal ini mengingat nilai koefisien determinasi yang hanya sebesar 4,5% dan sisanya 95,5% masih dipengaruhi oleh variabel lain.
(5)
Arens, Alvin A. dan James K, Loebbecke. 1996, Auditing: Pendekatan Terpadu. Buku 1. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Arens, Alvin A. dan James K, Loebbecke. 1996, Auditing: Pendekatan Terpadu. Buku 2. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Boyton, William C. and Kell, Walter G., 2002, Modern Auditing, Edisi Ketujuh, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Badan Pengawas Pasar Modal. website: http://www.bapepam.go.id
Bursa Efek Indonesia, 2009, website:http://idx.co.id.
Efferin, Sujoko, 2004, Metode Penelitian untuk Akuntansi, Edisi Pertama, Bayumedia Publishing, Malang.
Ghazali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
IAI-Kompartemen Akuntan Publik, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, PT Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat
Indonesia Commercial Newsletter, edisi Desember 2009 dan Desember 2010 Mulyadi, 2002. Auditing. Buku 1. edisi Keenam. Jakarta : Penerbit Salemba
Empat
Mulyadi, 2002. Auditing. Buku 2. edisi Keenam. Jakarta : Penerbit Salemba Empat
Santoso, Singgih, 2000, SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Soemarsono, 2002, Metodologi Penelitian Akuntansi, Penerbit FE UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Jurnal :
Ashton, R.H., Willinghan, J.J, dan Elliot, R.K. 1987. “An Emprical Analysis of
Audit Delay”. Jaournal Of Accounting Research. Vol 25. No 2. (Autumn),
pp 275-292.
Carslaw, C.A.P.N dan Steven E. Kaplan. 1991. “An Examination of Audit
Delay: Further Evidence from New Zealand”. Acc and Business
Research, Vol 22.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(6)
Givoly, D., dan Palmon, D., July 1982. “Timeliness of annual earnings
announcements: some empirical evidence”. The accounting review. Vol
LVII. No.3
Respati W., Novita, 2004, “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan: Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Maksi, Vol. 4, Januari 2004 Hal. 67-79.
Rachmawati, Sistya, 2008, “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness”, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 10 No. 1, Mei 2008 Hal. 1-10.
Soetedjo, Soegeng, 2006, “Faktor-faktor yang Mempengauhi Audit Report Lag
(ARL)”, Ventura, Vol. 9 No. 2, Agustus 2006 Hal. 77-92.
Subekti, Imam dan Novi Wulandari. 2004. ”Faktor-faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Audit Delay di Indonesia. Dalam Buku Ikatan Akuntan Indonesia”. Kumpulan materi Simposium Nasional Akuntansi VII
Utami, Wiwik, 2006, ”Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di