kemampuan darah dalam mengedarkan oksigen. Kadar amonia NH
3
yang dapat ditoleransi oleh ikan adalah 0,0125 ppm Boyd 1982. Menurut The
European Inland Fisheries Advisory Commision 1973 dalam Boyd 1982,
konsentrasi ammonia yang bersifat toksik pada paparan singkat untuk semua spesies adalah 0,6-2 mgL NH3-N untuk semua spesies.
2.5.7 Nitrit NO
2
Nitrit NO
2
merupakan produk hasil proses nitrifikasi dan reduksi nitrat atau merupakan produk pertengahan dari konversi amonia pada proses nitrifikasi
Eddy dan Williams 1987 dalam Chen dan Lee 1997. Daya racun nitrit dihasilkan
dalam proses reduksi hemoglobin atau dalam fungsi darah. Keracunan nitrit sering disebut
methemoglobinemia HbNO
2
. Darah yang mengandung methemoglobin dalam jumlah yang banyak akan berwarna coklat, sehingga
umumnya keracunan nitrit disebut brown blood disease. Hal ini disebabkan
karena disaat NO
2
dalam perairan tinggi Hb cenderung lebih berikatan dengan NO
2
daripada dengan O
2
sehingga terbentuk HbNO
2
. Krustasea mengandung hemosianin yang bersenyawa dengan tembaga dalam heme sebagai pengganti
besi. Reaksi nitrit dengan hemosianin masih kurang dipahami, tetapi nitrit dapat beracun bagi krustacea Boyd 1990. Penelitian Amstrong
et al. 1976 dalam Chen dan Lee 1997 menyatakan bahwa LC50 larva udang galah selama 10-14
hari yang dipelihara di salinitas 12 ppt adalah 8,6 mgL NO
2
.
2.5.8 Kecerahan
Kecerahan merupakan gambaran intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kemampuan
daya tembus sinar matahari sangat ditentukan oleh warna perairan, kandungan bahan-bahan organik maupun anorganik yang tersuspensi dalam perairan,
kepadatan plankton, jasad renik dan detritus Wardoyo 1975 dalam Maraswati
1998 dalam Antara 2006 . Kecerahan merupakan ukuran transparasi perairan,
yang ditentukan secara visual menggunakan secchi disk Effendi 2003.
2.5.9 Warna
Warna air biasanya disebabkan oleh keberadaan ion-ion metal atau logam seperti besi, mangan, humus, plankton, serta bahan-bahan terlarut dan
tersuspensi. Adanya oksida besi menyebabkan air bersifat kemerahan,
sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna kecokelatan atau kehitaman. Bahan-bahan organik misalnya tannin, lignin dan asam humus yang
berasal dari dekomposisi tumbuhan yang mati menimbulkan warna kecoklatan. Warna air terbagi dua yaitu warna asli dan warna tampak. Warna asli ditentukan
setelah air difiltrasi atau disentrifus, sehingga warna air hanya disebabkan oleh bahan-bahan terlarut. Warna tampak ditentukan langsung pada air yang tidak
mengalami perlakuan, sehingga warna air tersebut disebabkan oleh semua bahan yang terlarut dan tersuspensi Effendi 2003.
2.5.10 Kekeruhan
Kekeruhan adalah gambaran sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya sinar cahaya yang dipancarkan dan diserap oleh partikel-partikel
yang ada dalam air tersebut. Kekeruhan terutama dipengaruhi oleh bahan-bahan tersuspensi seperti: lumpur, pasir, bahan organik dan anorganik, plankton serta
organisme mikroskopik lainnya. Secara langsung kekeruhan dapat mengganggu proses pernafasan organisme perairan seperti menutupi insang ikan. Kekeruhan
juga dapat mengurangi penetrasi cahaya ke perairan. Kekeruhan diukur dengan turbiditimeter dengan satuan JTU
Jackson Turbidit Unit, FTU Formazin Turbidity Unit atau NTU Nephelometric Turbidity
Unit, tergantung pada alat yang digunakan. Peningkatan kekeruhan sebesar 5 NTU di danau dan di sungai dapat mengurangi produktivitas primer berturut-turut
sebesar 75 dan 3-13. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat
organisme akuatik Effendi 2003.
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di laboratorium lingkungan Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Pada
bulan Maret sampai Agustus 2008 dilaksanakan persiapan dan pendahuluan penelitian dan pada bulan Agustus sampai dengan November 2008 dilakukan
penelitian inti.
3.2 Biota dan Media 3.2.1 Udang Uji
Udang uji didatangkan dari Pusat Penelitian Limnologi LIPI di Bogor. Udang yang dipakai sebanyak 3 strain yaitu Sulawesi, Jawa dan persilangan
antara Sulawesi dan Jawa Jenerik dengan bobot awal berturut-turut 0,45±0,26 gram, 0,23±0,15 gram, 0,18±0,04 dan panjang awal berturut-turut 3,77±0,6 cm,
3,05±0,64 cm, 2,88±0,24 cm. Setiap strain diperlukan sebanyak 36 ekor dan mempunyai cadangan udang berjumlah 90 ekor udang masing-masing strain.
Udang tersebut diuji pada saat pascalarva PL 35.
3.2.2 Air Pemeliharaan
Nilai pH 5 ditetapkan sebagai tingkat keasaman air untuk pemeliharaan udang galah dengan air asam. Cara memperolehnya adalah dengan
menambahkan air sebanyak 4 liter yang sudah diaerasi selama 3 hari dengan 25 gr potongan ±2 cm daun ketapang. Daun ketapang yang digunakan adalah
daun ketapang kering yang sudah jatuh ke tanah dan dikeringkan lagi selama 3 hari, daun tersebut kemudian disimpan selama 1 bulan di dalam plastik tertutup.
Air yang bercampur daun tersebut kemudian ditunggu selama 4 hari untuk mendapatkan pH 5. Sedangkan pH 7 ditetapkan menjadi nilai keasaman air
pemeliharaan yang memiliki pH normal yang digunakan sebagai kontrol. Air tersebut diperoleh dengan mengaerasi air tandon sebanyak 4 liter selama
minimal 2 hari. Untuk adaptasi, digunakan air yang memiliki pH 6, yang diperoleh dengan cara mencampurkan air yang memiliki pH 5 dan yang memiliki pH 7
dengan perbandingan 1:1. Air pemeliharaan asam maupun normal tersebut tetap diaerasi mulai dari pembuatan sampai akhir pemeliharaan udang