4
Tabel 3 . Luas Panen Tanaman Sayuran di Indonesia Periode 2003-2007
2003 2004
2005 2006
2007 1
Bawang Merah 9.64
9.07 8.85
8.85 9.35
2 Bawang Putih
0.69 0.50
0.35 0.31
0.27 3
bawang Daun 4.21
4.68 4.81
5.09 4.74
4 Kentang
7.22 6.69
6.52 5.93
6.23 5
Lobak 0.18
0.25 0.35
0.36 0.32
6 KolKubis
7.06 6.96
6.11 5.73
6.06 7
PetsaiSawi 4.78
5.80 5.48
5.69 5.49
8 Wortel
2.35 2.47
2.61 2.29
2.37 9
kacang Merah 3.51
3.43 3.66
3.25 2.49
10 Kembang Kol 0.57
0.71 0.93
0.99 0.93
11 Cabai Besar 12.62
11.27 10.96
11.22 10.72
12 Cabai Rawit 6.68
8.64 8.86
9.10 9.65
13 Tomat 5.24
5.39 5.42
5.31 5.14
14 Terung 4.86
4.63 4.80
4.89 4.75
15 Buncis 3.57
3.36 3.41
3.45 3.13
16 Ketimun 5.71
5.15 5.62
5.82 5.65
17 Labu Siam 0.97
1.04 1.01
1.24 1.10
18 Kangkung 3.42
3.86 3.83
4.41 4.69
19 Bayam 3.61
3.52 3.91
4.25 4.37
20 Kacang Panjang 9.14
8.72 8.98
8.41 8.53
21 Jamur 0.03
0.03 0.03
0.03 0.04
22 Melinjo 1.91
1.84 1.72
1.45 1.42
23 Petai 2.03
1.98 1.78
1.94 2.55
Total Sayuran 100
100 100
100 100
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura 2008
Kebutuhan cabai perkapita Indonesia sangat fluktuatif dari tahun ke tahun. Jumlah konsumsi cabai tersebut akan terus mengalami peningkatan seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya. Jika kebutuhan perkapita cabai merah Indonesia adalah 1,38 kg dengan jumlah penduduk tahun
2008 sekitar 220 juta orang maka kebutuhan cabai merah Indonesia adalah 303.600.000 Kg per tahun. Tabel 4 menunjukkan perubahan kebutuhan perkapita
beberapa jenis cabai di Indonesia.
5
Tabel 4 . Kebutuhan Perkapita Kg Beberapa Jenis Cabai di Indonesia
Tahun 2003-2006 No
Komoditi 2003
2004 2005
2006 1
Cabai besar 1.35
1.36 1.51
1.38 2
Cabai rawit 1.20
1.14 1.16
1.16 3
Cabai hijau 0.23
0.24 0.24
0.23
Sumber : Departemen Pertanian 2008
Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Pertanian 2008 volume ekspor cabaipun terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2003 jumlah cabai yang diekspor adalah sebanyak 1,110,553 kg. Kuantitas ini terus mengalami peningkatan pada tahun 2004 dimana volume ekspor menjadi
1,879,374 kg. Peningkatan yang cukup drastis terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 5,617,739 kg. Sedangkan pada tahun 2006 volume ekspor kembali
meningkat menjadi 8,004,450 kg. Cabai merupakan komoditi yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan
fenomenal sehingga dijuluki sebagai emas merah. Berdasarkan data yang diuraikan tersebut maka sebenarnya cabai merah merupakan komoditi yang sangat
potensial untuk dibudidayakan. Kendati demikian petani cabai merah tidak selamanya mengalami keuntungan. Ada waktu dimana petani sering mengalami
kerugian yang sangat besar. Hal ini terkait dengan risiko yang dihadapi oleh petani terutama dari sisi harga. Harga cabai merah sangat fluktuatif. Hal ini tidak
terlepas dari adanya pengaruh permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Oleh karena itu, penelitian mengenai risiko harga dan perumusan strategi terkait
dengan adanya risiko harga tersebut perlu dilakukan untuk membantu petani serta pihak lain yang menghadapi risiko harga seperti pedagang.
Pasar Induk Kramat Jati adalah fasilitas pusat perdagangan besar sayur- mayur dan buah-buahan di DKI Jakarta yang bersifat menyeluruh dengan fasilitas
terlengkap. Umumnya petani di daerah Jawa dan Sumatera menjual hasil pertaniannya ke pasar ini yang kemudian didistribusikan kembali ke berbagai
tempat. Oleh karena itu, Departemen Pertanian menjadikan harga komoditi
6 sayuran dan buah-buahan yang ada di tempat ini sebagai salah satu referensi untuk
melihat harga komoditi secara nasional termasuk komoditi cabai besar. Dengan demikian, penentuan model risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah
besar dilakukan berdasarkan data fluktuasi harga yang diperoleh dari Pasar Induk
Kramat Jati. 1.2 Perumusan Masalah
Adanya fluktuasi harga ini merupakan suatu risiko yang dihadapi oleh petani. Sewaktu – waktu harga sangat tinggi namun tidak berselang lama harga
dapat turun dengan drastis. Fluktuasi harga cabai merah keriting dan cabai merah besar dari bulan januari 2006 sampai dengan bulan Februari 2009 dapat dilihat
pada Gambar 1
Ha r i H
a rg
a c
a b
a i
b e
s a
r p
e r
k ilo
g ra
m
1035 920
805 690
575 460
345 230
115 1
25000 20000
15000 10000
5000
Var iab le C ab ai Mer ah Ker itin g
C ab ai Mer ah Besar
Gambar 1
. Plot Harga Cabai Besar Bulan Januari 2006 – Februari 2009
Sumber : Pasar Induk Kramat Jati 2008
Kesenjangan harga tertinggi dan terendah pada komoditi cabai merah cukup besar. Sepanjang tahun 2006-2008 cabai merah keriting terendah berada
pada harga Rp 2800 per kilogram, sedangkan harga tertinggi adalah Rp 26000 per
7 kilogram. Sementara itu untuk cabai merah besar harga terendah berada pada titik
Rp 3000 dan harga tertinggi Rp 25000. Cabai besar merupakan produk hortikultura yang memiliki karakteristik
perishable mudah rusak. Oleh karena itu, komoditi ini tidak dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama. Cabai besar yang sudah dipanen harus sesegera
mungkin sampai ke tangan konsumen agar langsung diolah sesuai dengan kebutuhan. Cabai besar juga sangat rentan terhadap perubahan cuaca dan hama
penyakit yang berakibat pada ketidakpastian hasil produksi. Selain itu disisi lain permintaan cabai juga bergantung pada waktu-waktu tertentu seperti hari-hari
besar keagamaan seperti lebaran, natal dan tahun baru, pendapatan serta daya beli masyarakat. Hal inilah yang pada umumnya menjadi faktor-faktor penentu
fluktuasi harga cabai besar di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah : 1. Bagaimana risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar di
Indonesia? 2. Bagaimana alternatif strategi dalam mengurangi risiko harga cabai merah
keriting dan cabai merah besar di Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian