Citra Satelit Resolusi Tinggi

di pusat kota, tetapi ini merupakan produk dari sistem ekonomi non kompetitif. Artinya perusahaan di primate center mempunyai keuntungan dari kondisi pasar monopsony dalam memperoleh faktor produksi dan tenaga kerja. Dari berbagai uraian di atas, diketahui bahwa berkembangnya suatu lokasi menjadi pusat pelayanan, secara alamiah terjadi karena adanya proses aglomerasi yang bertujuan untuk mengoptimalkan economic of scale biaya per satuan input menjadi lebih murah apabila skala aktivitasnya menjadi lebih besar dan economic of scope nilai tambah akan meningkat apabila berbagai aktivitas ekonomi yang berbeda digabungkan.

2.7. Citra Satelit Resolusi Tinggi

Kenampakan wilayah perkotaan jauh lebih rumit dari pada kenampakan daerah pedesaan. Hal ini disebabkan persil lahan kota pada umumnya sempit, bangunan padat dan fungsi bangunannya beraneka. Oleh karena itu sistem penginderaan jauh yang diperlukan untuk menyusun tata ruang harus disesuaikan dengan resolusi spasial yang sepadan, untuk keperluan perencanaan tata ruang detail, maka resolusi spasial yang tinggi akan mampumenyajikan data spasial secara rinci. Untuk keperluan klasifikasi penutup lahan dapat digunakan berbagai citra, dimana ada beberapa citra yang mempunyai resolusi tinggi sehingga mampu menunjukkan perbedaan antara perumahan teratur dengan perumahan tidak teratur atau pemukiman padat dan pemukiman tidak padat. Berbagai data satelit resolusi tinggi dengan resolusi spasial 0.7 – 10 m, dapat digunakan untuk memperoleh data penggunaan lahan dengan tingkat kerincian skala 1 : 5000 atau 1 : 10000. Citra satelit resolusi tinggi yang dapat digunakan antara lain SPOT 5, Ikonos, ALOS, Quick Bird, Formosat 2, Orbview 3 dan lain-lain Martono. 2006. Citra Ikonos merupakan salah satu citra yang beresolusi tinggi. Citra merupakan gambaran yang terekam oleh sensor, sedangkan kata Ikonos berasal dari bahasa Yunani yaitu “Eye-Kohnos” yang artinya sama dengan citra image. Ikonos merupakan nama satelit sekaligus sensor yang digunakan untuk merekam gambarobyek permukaan bumi. Satelit Ikonos mengorbit bumi pada orbit Sun- synchronous, 14 kali per hari, atau setiap 98 menit Hildamus, 2002. Saluran spektral 1, 2 dan 3 dari citra Ikonos multispektral secara berurutan mengukur reflektansi spektrum elektromagnetik pada bagian biru, hijau, dan merah. Pita-pita tersebut untuk mengukur karakteristik spektral yang tampak oleh mata. Saluran mengukur reflektansi spektrum elektromagnetik pada bagian infra merah dekat, dan sangat membantu dalam mengklasifikasi vegetasi. Resolusi Ikonos yang tinggi tersebut memberikan peluang untuk dapat mendeteksi penggunaan lahan secara rinci. Rekaman citra satelit Ikonos menggunakan saluran atau panjang gelombang pankromatik sinar tampak dan saluran infra merah dengan pantulan infra merah dekat kombinasi saluran menghasilkan warna palsu yang dapat digunakan untuk identifikasi permukaan bumi secara rinci. Citra Ikonos dapat dikoraksi geometri secara presisi, sehingga layak untuk pembuatan peta dasar maupun peta tematik. Resolusi spasial citra Ikonos pankromatik 1 meter, memungkinkan pembuatan peta skala dengan besar yaitu peta skala 1 : 2000, sedangkan citra Ikonos multispektral 4 meter memungkinkan membuat peta skala 1 : 5000, dengan ketelitian pemetaan lebih dari 95 . Hasil pengecekan lapang di berbagai tempat dapat meningkatkan ketelitian peta menjadi 100 dengan kaidah kartografi standar. Di bawah ini dapat dilihat spesifikasi citra Ikonos pada Tabel 1. Tabel 1. Spesifikasi Citra Ikonos. Waktu Peluncuran 24 September 1999 Lokasi Peluncuran Venderberg Air Forces Base, California Resolusi Resolusi setiap pita spektral : • Pankromatik : 1 meter nominal 26 off nadir • Multispektral : 4 meter nominal 26 off nadir Respon Spektral Citra • Pankromatik : 0.45-0.90 mikron • Multispektral : 4 meter Lebar Swath dan ukuran Scene • Lebar Swath : 13 km pada nadir • Areas of interest : Citra tunggal 13 km x 13 km Ketinggian 423 mil 681 km Inklinasi 98,1 Kecepatan 4 mil per detik 7 km per detik Waktu Orbit 98 menit Tipe Orbit Sun-synchronous Sumber : Hildanus, 2002 METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Studi