Hal diatas sejalan dengan hasil penelitian Adiriono 2009 pada jenis Acacia crassicarpa
dengan metode karbonasi yaitu biomassa terbesar terdapat pada bagian batang sebesar 64,36, sedangkan proporsi terkecil terdapat pada
bagian daun sebesar 5,05. Menurut Ahmadi 1990 dalam Aminudin 2008 batang merupakan kayu
yang 40-45 tersusun oleh selulosa. Selulosa merupakan molekul gula linear yang berantai panjang yang tersusun oleh karbon, sehingga makin tinggi selulosa
maka kandungan karbon akan makin tinggi. Adanya variasi horizontal mengakibatkan adanya kecenderungan variasi dari kerapatan dan juga komponen
kimia penyusun kayu. Makin besar diameter pohon diduga memiliki potensi selulosa dan zat penyusun kayu lainnya akan lebih besar. Lebih tingginya karbon
pada bagian batang erat kaitannya dengan lebih tingginya biomassa bagian batang jika dibandingkan dengan bagian pohon lainnya. Faktor ini yang menyebabkan
pada kelas diameter yang lebih besar kandungan karbonnya lebih besar.
5.2 Model Penduga Biomassa dan Massa Karbon Akasia Mangium
Pengambilan sampel pohon Akasia mangium yang dilakukan secara destruktif dengan menebang pohon Akasia mangium pada berbagai kelas diameter
telah menghasilkan persamaan alometrik biomassa dan massa karbon Akasia mangium.
Persamaan yang diperoleh tersebut merupakan hubungan antara biomassa atau massa karbon pada tiap bagian-bagian pohon dengan diameter, tinggi bebas
cabang ataupun tinggi total Akasia mangium. Model pendugaan biomassa dan massa karbon ini menggunakan pendekatan diameter, tinggi total dan tinggi bebas
cabang hingga diperoleh suatu model terpilih. Persamaan terpilih tersebut selanjutnya dibandingkan dengan persamaan-
persamaan lain yang menggunakan beberapa variabel bebas yang berbeda. Model terbaik dari suatu persamaan yang menggunakan suatu variabel bebas tertentu
akan dipilih untuk menduga biomassa dan massa karbon pohon Akasia mangium.
Model alometrik yang berhasil dibangun untuk menduga biomassa dan massa karbon bagian-bagian pohon Akasia mangium di BKPH Parung Panjang
disajikan pada Tabel 14 dan 15. Tabel 14 Model penduga biomassa bagian-bagian pohon Akasia mangium
Bagian Model Persamaan
S P
R-Sq adj
F hit F
tabel 95
F tabel
99 Akar
W = 0,012882 D
2,49
0,1261 0,000 98,0
335,98 5,99
13,75 W = 0,007244 D
2,77
H
0,701
0,1278 0,000 97,9
163,91 5,79
13,27 W = 0,006606 D
2,10
Hb
1,04
0,1038 0,000 98,6
249,92 5,79
13,27
Batang Utama
W = 0,070794 D
2,36
0,1633 0,000 96,2
179,21 5,99
13,75 W = 0,011748 D
1,04
H
2,17
0,0758 0,000 99,2
426,99 5,79
13,27 W = 0,074131 D
2,39
Hb
-0,092
0,1787 0,000 95,5
74,83 5,79
13,27
Cabang
W = 0,0910201 D
1,36
0,5454 0,060
tn
38,2 5,33
tn
5,99 13,75
W = 0,020892 D
0,28
H
1,77
0,5827 0.180
tn
29,5 2.47
tn
5,79 13,27
W = 0,645654 D
2,53
Hb
-3,12
0,5314 0,113
tn
41,4 3,47
tn
5,79 13,27
Ranting
W = 0,013182 D
2.32
0,0832 0,000 99,0
669,09 5,99
13,75 W = 0,019498 D
2,62
H
-0,492
0,0834 0,000 99,0
333,53 5,79
13,27 W = 0,016982 D
2,48
Hb
-0,42
0,0834 0,000 99,0
333,33 5,79
13,27
Daun
W = 0,060256 D
1,89
0,1153 0,000 97,0
231,28 5,99
13,75 W = 0,030199 D
1,37
H
0,847
0,1092 0,000 97,3
129,57 5,79
13,27 W = 0,044668 D
1,71
Hb
0,048
0,1188 0,000 96,9
109,15 5,79
13,27 Keterangan : W
= Biomassa D
= Diameter Setinggi Dada Dbh cm H
= Tinggi Total m Hb
= Tinggi Bebas cabang m R-sq adj = Koefisien Determinasi
P = Taraf nyata
S = Simpangan Baku
F = Uji F
= Berbeda sangat nyata P 0,01 pada selang kepercayaan 99 = Berbeda nyata P 0,01-0,05 pada selang kepercayaan 95
tn
= Tidak berbeda nyata P 0,05
Tabel 15 Model penduga massa karbon bagian-bagian pohon Akasia mangium
Bagian Model Persamaan
S P
R-Sq adj
F hit F
tabel 95
F tabel
99 Akar
C = 0,004786 D
2,58
0,1267 0,000 98,1
356,56 5,99
13,75 C = 0,002630 D
2,14
H
0,727
0,1277 0,000 98,0
175,86 5,79
13,27 C = 0,002754 D
2,26
Hb
0,858
0,1167 0,000 98,4
211,06 5,79
13,27
Batang Utama
C = 0,039810 D
2,39
0,1670 0,000 96,2
176,33 5,99
13,75 C = 0,006760 D
1,1
H
2,13
0,0901 0,000 98,9
310,54 5,79
13,27 C = 0,041686 D
2,43
Hb
-0,092
0,1828 0,000 95,4
73,62 5,79
13,27
Cabang
C = 0,145881 D
1,01
0,5656 0,150
tn
19,8 2,73
tn
5,99 13,75
C = 0,057543 D
0,32
H
1,14
0,6138 0,374
tn
5,6 1,21
tn
5,79 13,27
C = 1,023292 D
2,17
Hb
-3,09
0,5575 0.231
tn
22,1 1,99
tn
5,79 13,27
Ranting
C = 0,004570 D
2,38
0,0835 0,000 99,0
697,67 5,99
13,75 C = 0,007079 D
2,70
H
-0,53
0,0825 0,000 99,0
358,38 5,79
13,27 C = 0,005248 D
2,47
Hb
-0,239
0,0891 0,000 98,9
306,81 5,79
13,27
Daun
C = 0,016218 D
1,91
0,1126 0,000 97,2
247,72 5,99
13,75 C = 0,007762 D
1,36
H
0,909
0,1030 0,000 97,7
149,12 5,79
13,27 C = 0,012882 D
1,78
Hb
0,361
0,1193 0,000 96,9
110,62 5,79
13,27 Keterangan : C
= Massa Karbon D
= Diameter Setinggi Dada Dbh cm H
= Tinggi Total m Hb
= Tinggi Bebas cabang m R-sq adj = Koefisien Determinasi
P = Taraf nyata
S = Simpangan Baku
F = Uji F
= Berbeda sangat nyata P 0,01 pada selang kepercayaan 99 = Berbeda nyata P 0,01-0,05 pada selang kepercayaan 95
tn
= Tidak berbeda nyata P 0,05
Model penduga biomassa dan massa karbon dengan diameter dan tinggi pohon adalah berbentuk pangkat power dengan nilai R-sq adj tertinggi dan
nilai S terkecil diantara semua model yang dianalisis. Dari hasil analisis pada tabel 14 dan 15 dapat disimpulkan bahwa hubungan antara biomassa dan massa
karbon dengan diameter dan tinggi pohon memiliki korelasi yang signifikan. Young 1982 dalam Adiriono 2009 mengatakan bahwa ukuran korelasi
dinyatakan sebagai berikut : 1.
0,70 s.d. 1,00 menunjukkan adanya tingkat hubungan yang tinggi 2.
0,40 s.d. 0,70 menunjukkan tingkat hubungan yang substansial
3. 0,20 s.d. 0,40 menunjukkan tingkat hubungan yang rendah
4. 0,20 menunjukkan tidak adanya hubungan
Tabel 14 dan 15 memperlihatkan bahwa pada bagian akar persamaan alometrik terbaik adalah dengan menggunakan variabel bebas diameter dan tinggi
bebas cabang pohon untuk perhitungan biomassa dan massa karbon. Perhitungan biomassa dan massa karbon bagian batang utama menggunakan variabel diameter
dan tinggi total pohon sebagai persamaan alometrik terbaik. Bagian ranting menggunakan variabel bebas diameter dan tinggi total pohon dan daun
menggunakan variabel bebas diameter dan tinggi total pohon untuk persamaan alometrik terbaiknya.
Persamaan alometrik menggunakan variabel bebas diameter dan tinggi pohon didapatkan pada semua bagian pohon. Namun demikian, pada prakteknya
di lapangan, jika ketersediaan data tinggi pohon tidak dapat dipenuhi, maka sebaiknya pendugaan biomassa dan massa karbon pohon Akasia mangium cukup
menggunakan variabel bebas diameter pohon saja. Pengukuran diameter lebih mudah dan akurat di lapangan jika dibandingkan dengan pengukuran variabel
tinggi. Umumnya pengukuran tinggi lebih sulit dilakukan, dimana kemungkinan
terjadinya kesalahan sangat besar dengan kerapatan vegetasi yang tinggi. Simon 1993 dalam Adiriono 2009 menyatakan ada beberapa faktor yang dapat
mengakibatkan kesalahan dalam kegiatan pengukuran tinggi pohon, yaitu : 1.
Kesalahan melihat puncak pohon dikarenakan kondisi tegakan yang rapat sehingga puncak pohon tidak terlihat
2. Pohon yang akan diukur posisinya miring atau condong. Kesalahan ini dapat
diminimumkan dengan membuat garis tegak lurus terhadap arah condong dan melakukan pengukuran dari garis tersebut
3. Jarak antara pengukur dengan pohon tidak horizontal, biasanya terjadi pada
kondisi lapangan yang miring 15 4.
Kesalahan dalam menentukan jarak, terjadi pada pengukuran menggunakan haga, dimana pengukuran dilakukan pada jarak yang sudah ditentukan.
Dalam penelitian ini, tinggi pohon diukur dengan cara mengukur panjang pohon pada saat pohon direbahkan ke tanah setelah ditebang, sehingga kesalahan
tersebut dapat diusahakan seminimal mungkin. Melalui analisis uji nyata P dan uji F, dapat dilihat bahwa pada bagian
akar, batang utama, ranting dan daun memiliki variabel bebas diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi total berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan 95
dan 99. Artinya diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi total berpengaruh nyata terhadap perubahan persamaan pada biomassa dan massa karbon bagian
akar, batang utama, ranting dan daun. Sedangkan diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi total tidak berpengaruh nyata terhadap persamaan pada bagian cabang.
Model alometrik yang berhasil dibangun untuk menduga biomassa dan massa karbon total Akasia mangium disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Model alometrik biomassa dan massa karbon pohon Akasia mangium
Bagian Model Persamaan
S P
R-Sq adj
F hit F
tabel 95
F tabel 99
Biomassa
W = 0,140928 D
2,31
0,0946 0,000
98,7 514,76
5,99 13,75
W = 0,044668 D
1,47
H
1,38
0,0088 0,000
100 29941,19
5,79 13,27
W = 0,136144 D
2,29
Hb
0,055
0,1035 0,000
98,4 214,95
5,79 13,27
Massa Karbon
C = 0,060255 D
2,39
0,1085 0,000
98,3 415,94
5,99 13,75
C = 0,016595 D
1,44
H
1,56
0,0252 0,000
99,9 3899,03
5,79 13,27
C = 0,060255 D
2,38
Hb
0,017
0,1189 0,000
98,0 173,33
5,79 13,27
Keterangan : W = Biomassa
C = Massa Karbon
D = Diameter Setinggi Dada Dbh cm
H = Tinggi Total m
Hb = Tinggi Bebas cabang m
R-sq adj = Koefisien Determinasi P
= Taraf nyata S
= Simpangan Baku F
= Uji F = Berbeda sangat nyata P 0,01 pada selang kepercayaan 99
= Berbeda nyata P 0,01-0,05 pada selang kepercayaan 95
tn
= Tidak berbeda nyata P 0,05
Tabel 16 memperlihatkan bahwa model pendugaan biomassa dan massa karbon total pohon Akasia mangium dengan menggunakan variabel bebas
diameter dan tinggi pohon memiliki nilai koefisien determinasi tertinggi yaitu untuk biomassa sebesar R² adj. = 100 , nilai P terkecil 0,000 dan S
terkecil
0,0088 dan untuk massa karbon sebesar R
2
adj. = 99,9, nilai P terkecil 0,000 dan S terkecil 0,0252.
Namun demikian, jika ketersediaan atau pengambilan data tinggi total pohon Akasia mangium mengalami kesulitan dan kekhawatiran terhadap tingkat
ketepatan serta untuk kepraktisan para pelaksana di lapangan, maka model alometrik dapat digunakan dengan variabel bebas diameter saja. Melalui uji nyata
P dan uji F, model alometrik dengan menggunakan variabel diameter dapat menduga biomassa dan massa karbon pohon Akasia mangium sehingga bentuk
W = 0,140928 D
2,31
dan C = 0,060255 D
2.39
dapat diterapkan.
5.3 Potensi HTI Akasia Mangium di BKPH Parung Panjang