Analisa Tematik Gambaran Umum Wilayah Penelitian
“...daerah yang.. saya bingung jelasinnya itu lambung atau apa.. pokoknya daerah perut, secara umumnya perut di bagian bawah,
pinggangnya juga nyeri...” P4 4
Tingkatan atau derajat nyeri Skala atau derajat nyeri yang dialami santriwati berbeda-beda, mulai
dari skala ringan, sedang hingga ke berat. Hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa tiga dari lima santriwati yang mengalami nyeri
dengan skala berat, sedangkan sisanya mengalami nyeri derajat sedang dan ringan. Berikut ungkapannya:
“...8 mungkin, 8 9 10, heem pernah ampek sakit yang sampek nangis gak bisa di tahan...” P4
“...Kayaknya tiga deh, masih ringan, masih bisa dipake apa-apa kok...” P1
“...Sedang, 5...” P5 5
Kualitas rasa nyeri Kualitas nyeri yang dirasakan oleh santriwati berdasarkan hasil
wawancara mendalam ini yaitu nyerinya melilit, ingin buang air besar, pegal dan panas pada daerah perut bagian bawah. Tiga dari lima partisipan
mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan itu pegal, berikut ungkapannya : “...Nyerinya itu pegel, disininya perut bawah sama di kemaluan itu pegel
gitu...” P2
Dua dari lima partisipan yang ada mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan itu seperti ingin buang air besar, berikut ungkapannya:
“...ya, kayak pengen BAB tapi ngak bisa keluar gitu...” P3
Satu dari lima partisipan mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan itu melilit dan panas pada bagian perut bawah, berikut ungkapan partisipan
tersebut: “...Pokoknya kayak panas, terus gimana ya,, panas dan ngelilit gitu
kak...” P1 Satu partisipan mengungkapkan bahwa ia merasa kebingungan untuk
mengungkapkan nyeri yang ia rasakan, “...Sakitnya nggak bisa dirasa, susah dan bingung...” P5
Tema 2. Dampak dismenore dalam kehidupan sehari-hari santriwati
Dismenore yang dialami oleh remaja perempuan, akan menimbulkan sebuah dampak dalam kehidupan sehari-harinya. Dampak
tersebut akan menimbulkan berbagai macam perubahan pada remaja perempuan, berbagai macam perubahan yang terjadi diantaranya
perubahan pola makan, pola tidur, emosi, aktivitas dan proses belajar. Dampak dismenore dalam penelitian ini berdasarkan hasil wawancara
dengan lima penelitian ini didapatkan lima sub-tema yaitu, 1 intoleran aktivitas, 2 perubahan pola makan, 3 perubahan pola tidur, 4 perubahan
psikologis yang dialami santriwati saat dismenore, 5 Perubahan proses belajar santriwati saat mengalami dismenore. Berikut penjelasan lebih
rinci mengenai sub-tema diatas : 1
Intoleran aktivitas Dismenore adalah salah satu dari masalah yang timbul saat menstruasi
yang hampir dialami seluruh remaja perempuan. Dismenore ini juga menyebabkan seorang remaja perempuan mengalami ketidakmampuan
beraktivitas selama 1-3 hari. Berikut ini hasil wawancara mendalam kepada lima partisipan, mereka melaporkan bahwa partisipan saat
dismenore mengalami penurunan aktivitas dalam kesehariannya intoleran aktivitas. Menurut ungkapan An. I 18 tahun :
“...Mungkin jadi lebih mengurangi aktivitas-aktivitas yang kiranya bikin sakit banget gituuu...”P2
“...Iya sih, berkurang, kan bawaan badannya gak enak, jadi lebih males, kalo mau ngapa-ngapain kan nyeri gitu, tapi kan tetep sih, Cuma
berkurang gitu aja” P1
2 Perubahan Pola Makan
Tiga dari lima partisipan mengatakan bahwa mereka mengalami penurunan nafsu dan porsi makan saat dismenore, sedangkan dua yang
lainnya mengalami peningkatan nafsu makan saat dismenore,berikut ungkapannya:
“...Iya,, kalo lagi nyeri itu gak nafsu banget, kadang-kadang kan siapa tau itu gangguan karena kurang makan, tapi dipaksain, tapi emang gak nafsu
banget pokoknya...” P1 “...Nggak ada mbak, kalau lagi haid malah kadang makannya banyak...”
P5 3
Perubahan Pola tidur Dismenore ini tidak hanya berimbas pada aktivitas dan pola makan
santriwati saja, namun dismenore ini juga mengakibatkan perubahan pada pola tidur santriwati tersebut. Tiga dari lima partisipan mengatakan bahwa
mereka cenderung tidur saat mengalami dismenore, sedangkan dua yang
lainnya, menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk tidur saat dismenore, berikut ungkapannya:
“...Mungkin pas awal-awal mau tidur gitu, pas baru mau tidur itu kan masih berasa sakit,
rada lama tidurnya karena masih berasa sakit...” P1 “...Kalo aku sih gak pernah keganggu sih kak, kalo sama tidurku, lagi
pula dismenorenya gak pernah malem kan kak, jadi tidur ya tidur aja, tapi pas lebih sakit gitu, aku lebih milih tidur sih kak...” P4
4 Perubahan psikologis yang dialami santriwati saat dismenore
Siklus menstruasi sangat identik dengan adanya perubahan psikologis yang dialami oleh seorang perempuan. Perubahan tersebut berupa adanya
rasa ingin marah-marah, cemas, takut ataupun bahkan menarik diri. Para partisipan dalam studi ini menceritakan tentang adanya perubahan
psikologis yang mereka alami. Perubahan psikologis ini lebih mengarah kepada ketidakstabilan emosi misalnya lebih mudah marah dan menarik
diri. Empat dari lima partisipan mengatakan bahwa mereka cenderung
lebih mudah marah saat mengalami nyeri menstruasi,berikut ungkapannya: “...Perubahannya itu jadi suka sensitif, suka marah-marah, baper atau
jadi males gerak...” P5 Anak I usia 18 tahun, mengungkapkan bahwa dirinya saat mengalami
nyeri menstruasi cenderung untuk menarik diri dari keramaian, berikut ungkapannya:
“...Oh iyaa mungkin, eeee lebih sering menyendiri, tapi kalo kadang tapi kalo diem gitu lebih kerasa banget kan nyerinya...” P2
5 Perubahan Proses Belajar Santriwati saat Mengalami Dismenore
Perubahan-perubahan yang terjadi saat dismenore baik dari pola makan, pola tidur, aktivitas maupun psikologis, pada akhirnya juga akan
berdampak pada adanya perubahan dari proses pembelajaran santriwati tersebut. Dismenore ini berpengaruh pada menurunnya konsentrasi belajar
dan juga menyebabkan meningkatnya angka ketidakhadiran. Empat dari lima partisipan dalam studi ini mengatakan bahwa
dismenore ini berpengaruh pada menurunnya konsentrasi belajar, berikut salah satu ungkapannya:
“...Mungkin fokusnya agak lebih berkurang aja, cuman dulu kan Cuma ngerasa perut gak enak aja, gak sampek sakit...” P2
Tiga dari lima partisipan mengatakan bahwa mereka pernah izin tidak mengikuti kegiatan belajar di sekolah dan pondok. Berikut salah satu
ungkapannya : “...Kebetulan sih gak pernah kalo pas dikelas, paling kayak gitu, sampek
sakit, gak masuk itu pernah,,,” P1 Anak T usia 13 tahun mengatakan hal yang berbeda dengan empat
partisipan di atas. Anak T mengatakan bahwa tidak ada perubahan pada konsentrasi belajarnya saat ia mengalami dismenore, berikut ungkapannya:
“...kalau konsentrasi biasa aja, tapi kalau maju ke depan atau jawab pertanyaan itu agak males, karena males berdirinya males buat
jalannya...” P5
Tema 3. Upaya penanganan dismenore yang dilakukan oleh santriwati
Dismenore yang dialami jika tidak ditangani dengan tepat, maka akan berdampak pada kehidupan sehari-hari remaja tersebut. Penanganan
nyeri yang dilakukan ini sebagai upaya untuk meminimalisir ketidakyamanan yang ia rasakan akibat dari nyeri tersebut. Tema
manajemen nyeri ini terdiri dari tiga sub tema di dalamnya yaitu 1 upaya untuk mengurangi nyeri, 2 Pemeriksaan ke tenaga kesehatan saat
mengalami dismenore. 1
Upaya untuk mengurangi nyeri Beberapa upaya yang dilakukan santriwati untuk mengurangi
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh dismenore tersebut, mulai dari tidur, minum air hangat, kompres air hangat, minum susu, air jahe hangat,
makan, aktivitas dan lain-lain. Empat dari lima partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa cara yang ia lakukan untuk mengurangi nyeri itu
dengan tidur atau beristirahat saja, berikut salah satu ungkapannya : “...paling Cuma kalo lagi sakit banget dibawa tidur, tapi kalau sakitnya
biasa didiemin aja...” P5 “...Iya biasanya buat ngurangi nyerinya biasanya dibuat tidur...” P3
Anak V usia 17 tahun menambahkan bahwa posisi tidur yang biasa ia lakukan adalah tidur dengan meringkuk dengan tujuan agar dengan posisi
tersebut perut dari partisipan tertekan dan hasil akhirnya nyeri dapat berkurang, berikut ungkapannya:
“...Tidur, paling gak itu nge, nge apa sih namanya kak, ngeringkuk, iya ditahan, pokoknya diteken...” P4
Dua dari lima partisipan mengatakan bahwa minum air hangat dan kompres lah yang ia lakukan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan,
berikut ungkapannya: “...Kalo saya biasanya minum air hangat, kadang suka eee masukin air
hangat ke botol, kalo gak plastik, terus ditaruh disini menunjuk perut bawah diteken-
teken gitu...” P2
Anak I usia 18 tahun mengatakan bahwa air yang biasa ia minum, selain air hangat biasa, ia pun mengkonsumsi air jahe hangat seperti yang
disarankan oleh ibunya untuk mengurangi nyeri, berikut ungkapannya: “...ibu saya kalo misalkan lagi sakit-sakit gitu, suka nyaranin, minum air
jahe, air jahe anget. ..” P2
Dua dari lima partisipan pun mengatakan bahwa minum susu bear brand adalah hal yang ia lakukan untuk mengurangi nyeri. Berikut salah
satu ungkapannya: “...biasanya minum susu bear brand...” P3
Aktivitas mampu mengurangi nyeri yang dirasakan, hal ini berdasarkan dari pernyataan dua dari enam partisipan, berikut
ungkapannya: “...kalau aku Cuma duduk diem jadinya malah kerasa, jadinya aku bawa
jalan, enjoy aja sama temen temen...” P5 Anak P usia 19 tahun, selain menggunakan tidur sebagai upaya
penghilang nyeri, ia pun mengatakan bahwa makan adalah salah satu yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yang dirasa, berikut
ungkapannya: “...Mungkin dipaksain makan, walau gak nafsu harus dipaksain, harus
ada yang masuk meskipun dikit harus tetep makan ...” P1
2 Pemeriksaan ke tenaga kesehatan saat mengalami dismenore
Semua partisipan dalam studi ini, mengatakan hampir tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan ke tenaga kesehatan terkait saat mereka
mengalami dismenore, mereka menganggap dismenore yang sedang
mereka alami adalah hal yang biasa dan wajar terjadi saat menstruasi, berikut ungkapannya:
“...nggak, yaaaaaa alasannya sih yaa mikirnya kayak itu wajar aja gitu, emang kalo hari awal-
awal haidh itu emang kayak gitu...” P2 “...Gak pernah, soalnya katanya itu biasa, emang lagi mentsruasi itu
kayak gitu, sakit gitu...” P3
Tema 4. Dukungan Sanriwati saat mengalami Dismenore
Hasil wawancara dalam penelitian ini didapatkan bahwa dukungan santriwati saat dismenore terbagi ke dalam tiga sub tema, yaitu dukungan
emosional, instrumental dan informasional. Berikut ini adalah rincian lengkap dari masing-masing sub tema.
1 Dukungan emosional
Sebagian besar partisipan memperoleh dukungan emosional dari ibunya dari pada anggota keluarga yang lainnya. Tiga dari enam partisipan
mendapatkan dukungan emosional dari ibunya dimana ibu dijadikan tempat untuk mencurahkan pengalaman dan keluh kesah seputar
dismenore. Adapun ungkapan yang diutarakan partisipan, yakni : “...itu juga kan aku pernah ngadu ke mama, mah kok sakit banget sih
rasanya kalo lagi sembilangan, sakit banget, sampek bener-bener sakit mah, kalo kanker rahim gimana mah, kan aku ketakutan ya... terus kata
mama gak ah teh, itu siklus yang biasa untuk wanita, mama juga sering waktu dulu muda, sampek se
karang juga masih sering...” P4 “...dibilang gini “ udah gapapa kak, itu mah nggak ini banget, remaja”
jadi aku nggak ditakut takutin. Meskipun aku sering ngadu sakit. Cuman gpp wajar remaja masih puber-
pubernya...” P5 Satu dari tiga partisipan di atas, juga mendapatkan dukungan
emosional yang berasal dari teman sebayanya, berikut ungkapannya :
“...aku ngomong kayak gini ke temen, aku ke rumah sakit aja ya, kalo aku kenapa-kenapa gimana, ampek kanker rahim, kata temenku: iya vik gak
papa udah biasa...” P4 2
Dukungan instrumental Dukungan instrumental yang diperoleh partisipan pada penelitian ini
berasal dari teman satu pondoknya. Dukungan ini berupa membantu partisipan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti mengambil makan
dan air hangat. Empat dari lima partisipan ini mendapatkan dukungan isntrumental yang mana pada saat dismenore, partisian mendapat bantuan
untuk mengambil jatah makan dan minum. Adapun ungkapan dari partisipan ini yakni:
“...Biasanya mereka, pas aul lagi sakit itu diambilin makan, diambilin minum, atau ditawarin apa gitu biar aul juga bisa makan...” P3
“...paling temen-temen ngebantuin ngasih air anget, sama beliin susu bear brand itu kan katanya bisa ngurangi katanya...” P1
3 Dukungan informasional
Semua partisipan dalam penelitian ini memperoleh dukungan informasional, baik dari ibu atau teman satu pondoknya. Informasi yang
diberikan pun mengenai manajemen nyeri saat dismenore. Berikut adalah ungkapan-ungkapan dari partisipan:
“...Karena saya kan ini ya,, kalo misalnya sakit, gak langsung bilang sakit banget, cuma ngeluh-ngeluh gitu aja,, maksudnya gak nyampek apa ya,,,
eee mengasih tau kalo lagi sakit banget gitu, jadi mereka ya cuman
menyarakan untuk minum air hangat dan istirahat kayak gitu...” P2 “...Kalo mama sih ngasih sarannya dibawa ikut kegiatan aja, biar gak
kerasa kata mama kayak gitu...” P3 “...pokonya kata mama kalo dismenore atau apa ya seenaknya aja kamu
gimana entah dibuat tidur lah atau jalan lah, yang pasti nggak usah takut...” P5
Sedangkan tiga dari lima partisipan juga mendapatkan dukungan informasi ini dari guru atau pun saat belajar di sekolah. Berikut ungkapan
dari salah satu partisipan: “...aku juga pernah nanya ke guru biologi katanya mungkin kita
makannya gak teratur, perut kosong kena angin, mak anya sakit...” P1
“...Dari pelajaran, pernah kelas 8, saya pernah nanya ke guru biologi waktu itu pernah nanya habis itu dijelasin, kalau nyeri sakit menstruasi itu
dari menyeluruhnya dari dinding sel rahim itu...” P3
Tema 5. Antisipasi yang dilakukan santriwati terhadap dismenore
Munculnya dismenore ini dapat dicegah. Pencegahan atau antisipasi yang dapat dilakukan berupa olahraga atau melakukan aktivitas,
makan-makanan yang bergizi, manajemen stress dan lain sebagainya. Namun, dalam hasil penelitian ini empat dari lima partisipan mengatakan
tidak pernah melakukan pencegahan terhadap dismenore itu sendiri. Mereka merasa kebingungan bagaimana mencegahnya, karena dismenore
itu muncul secara tiba-tiba. Berikut ungkapan-ungkapan dari partisipan: “...Untuk mencegah gitu ya.... eeemmmm gak kayaknya soalnya mau
nyegahnya kayak gimana, pasti itu timbul- timbul sendiri...” P2
“...Gak ada, trus bingung sendiri, kalo nyeri mah terima aja, tidur gitu, udah gitu doang, kalo nyerinya gak parah, mending di fresh care
perutnya, itu kayaknya gak tau deh saya sih di fresh care in, kalo pegel
nyeri, kasih bantal belakangnya, terus besok paginya pegel...” P4 “...Nggak pernah, bingung nyegahnya gimana kak...” P5
Berbeda dengan yang lainnya, satu partisipan ini mengatakan bahwa pencegahan yang ia lakukan yaitu dengan melakukan aktivitas dua-
tiga hari sebelum menstruasi. Berikut ungkapan partisipan tersebut : “...Biasanya ikut kegiatan itu doang sih, Biasanya eeee dua tiga hari lah
sebelum menstruasi...” P3
Tema 6. Mitos-mitos Seputar Dismenore yang dipercayai oleh santriwati
Mitos-mitos seputar seputar dismenore yang diketahui oleh partisipan dalam studi ini meliputi 1 tidak boleh meminum obat nanti
tertimbun dalam tubuh, 2 mengkonsumsi obat itu berbahaya. Tiga dari lima partisipan mengatakan bahwa mengkonsumsi obat-obatan saat
mengalami dismenore tidak diperbolehkan, karena mereka beranggapan bahwa obat yang dikonsumsi akan tertimbun dalam tubuh dan akan
menjadi bahaya untuk kesehatan. Berikut ungkapan-ungkapan dari partisipan:
“...Kan kadang katanya obat-obat dokter itu, ya misalnya kata-kata orang gitu, persepsi juga, Cuma menghilangkan nyeri aja, kalo kelamaan efek
sampingnya itu numpuk di dalam tubuh, gitu...” P2 “...Katanya gini kan, kalo minum kiranti atau obat, itu nimbun disini
menunjuk perut bagian bawah gak tau itu mitos apa bener, takutnya itu bener, kan ntar takutnya kanker serviks atau apa soalnya penimbunan
atau apa gitu...” P1 Sedangkan satu yang lainnya mengganggap bahwa mengkonsumsi
obat ini berbahaya untuk anak seusianya. Menurut partisipan ketika ia merasa nyeri, lebih baik didiamkan saja dari pada diberikan obat-obatan.
Berikut ungkapannya: “...Soalnya dibilangin bahaya. Bukan bahaya, apa ya kemarin, Aku
pernah denger dari temen bahaya kalo buat sekecil kita, lebih baik didiemin aja...” P5
74