Analisa Tematik Gambaran Umum Wilayah Penelitian

“...daerah yang.. saya bingung jelasinnya itu lambung atau apa.. pokoknya daerah perut, secara umumnya perut di bagian bawah, pinggangnya juga nyeri...” P4 4 Tingkatan atau derajat nyeri Skala atau derajat nyeri yang dialami santriwati berbeda-beda, mulai dari skala ringan, sedang hingga ke berat. Hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa tiga dari lima santriwati yang mengalami nyeri dengan skala berat, sedangkan sisanya mengalami nyeri derajat sedang dan ringan. Berikut ungkapannya: “...8 mungkin, 8 9 10, heem pernah ampek sakit yang sampek nangis gak bisa di tahan...” P4 “...Kayaknya tiga deh, masih ringan, masih bisa dipake apa-apa kok...” P1 “...Sedang, 5...” P5 5 Kualitas rasa nyeri Kualitas nyeri yang dirasakan oleh santriwati berdasarkan hasil wawancara mendalam ini yaitu nyerinya melilit, ingin buang air besar, pegal dan panas pada daerah perut bagian bawah. Tiga dari lima partisipan mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan itu pegal, berikut ungkapannya : “...Nyerinya itu pegel, disininya perut bawah sama di kemaluan itu pegel gitu...” P2 Dua dari lima partisipan yang ada mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan itu seperti ingin buang air besar, berikut ungkapannya: “...ya, kayak pengen BAB tapi ngak bisa keluar gitu...” P3 Satu dari lima partisipan mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan itu melilit dan panas pada bagian perut bawah, berikut ungkapan partisipan tersebut: “...Pokoknya kayak panas, terus gimana ya,, panas dan ngelilit gitu kak...” P1 Satu partisipan mengungkapkan bahwa ia merasa kebingungan untuk mengungkapkan nyeri yang ia rasakan, “...Sakitnya nggak bisa dirasa, susah dan bingung...” P5 Tema 2. Dampak dismenore dalam kehidupan sehari-hari santriwati Dismenore yang dialami oleh remaja perempuan, akan menimbulkan sebuah dampak dalam kehidupan sehari-harinya. Dampak tersebut akan menimbulkan berbagai macam perubahan pada remaja perempuan, berbagai macam perubahan yang terjadi diantaranya perubahan pola makan, pola tidur, emosi, aktivitas dan proses belajar. Dampak dismenore dalam penelitian ini berdasarkan hasil wawancara dengan lima penelitian ini didapatkan lima sub-tema yaitu, 1 intoleran aktivitas, 2 perubahan pola makan, 3 perubahan pola tidur, 4 perubahan psikologis yang dialami santriwati saat dismenore, 5 Perubahan proses belajar santriwati saat mengalami dismenore. Berikut penjelasan lebih rinci mengenai sub-tema diatas : 1 Intoleran aktivitas Dismenore adalah salah satu dari masalah yang timbul saat menstruasi yang hampir dialami seluruh remaja perempuan. Dismenore ini juga menyebabkan seorang remaja perempuan mengalami ketidakmampuan beraktivitas selama 1-3 hari. Berikut ini hasil wawancara mendalam kepada lima partisipan, mereka melaporkan bahwa partisipan saat dismenore mengalami penurunan aktivitas dalam kesehariannya intoleran aktivitas. Menurut ungkapan An. I 18 tahun : “...Mungkin jadi lebih mengurangi aktivitas-aktivitas yang kiranya bikin sakit banget gituuu...”P2 “...Iya sih, berkurang, kan bawaan badannya gak enak, jadi lebih males, kalo mau ngapa-ngapain kan nyeri gitu, tapi kan tetep sih, Cuma berkurang gitu aja” P1 2 Perubahan Pola Makan Tiga dari lima partisipan mengatakan bahwa mereka mengalami penurunan nafsu dan porsi makan saat dismenore, sedangkan dua yang lainnya mengalami peningkatan nafsu makan saat dismenore,berikut ungkapannya: “...Iya,, kalo lagi nyeri itu gak nafsu banget, kadang-kadang kan siapa tau itu gangguan karena kurang makan, tapi dipaksain, tapi emang gak nafsu banget pokoknya...” P1 “...Nggak ada mbak, kalau lagi haid malah kadang makannya banyak...” P5 3 Perubahan Pola tidur Dismenore ini tidak hanya berimbas pada aktivitas dan pola makan santriwati saja, namun dismenore ini juga mengakibatkan perubahan pada pola tidur santriwati tersebut. Tiga dari lima partisipan mengatakan bahwa mereka cenderung tidur saat mengalami dismenore, sedangkan dua yang lainnya, menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk tidur saat dismenore, berikut ungkapannya: “...Mungkin pas awal-awal mau tidur gitu, pas baru mau tidur itu kan masih berasa sakit, rada lama tidurnya karena masih berasa sakit...” P1 “...Kalo aku sih gak pernah keganggu sih kak, kalo sama tidurku, lagi pula dismenorenya gak pernah malem kan kak, jadi tidur ya tidur aja, tapi pas lebih sakit gitu, aku lebih milih tidur sih kak...” P4 4 Perubahan psikologis yang dialami santriwati saat dismenore Siklus menstruasi sangat identik dengan adanya perubahan psikologis yang dialami oleh seorang perempuan. Perubahan tersebut berupa adanya rasa ingin marah-marah, cemas, takut ataupun bahkan menarik diri. Para partisipan dalam studi ini menceritakan tentang adanya perubahan psikologis yang mereka alami. Perubahan psikologis ini lebih mengarah kepada ketidakstabilan emosi misalnya lebih mudah marah dan menarik diri. Empat dari lima partisipan mengatakan bahwa mereka cenderung lebih mudah marah saat mengalami nyeri menstruasi,berikut ungkapannya: “...Perubahannya itu jadi suka sensitif, suka marah-marah, baper atau jadi males gerak...” P5 Anak I usia 18 tahun, mengungkapkan bahwa dirinya saat mengalami nyeri menstruasi cenderung untuk menarik diri dari keramaian, berikut ungkapannya: “...Oh iyaa mungkin, eeee lebih sering menyendiri, tapi kalo kadang tapi kalo diem gitu lebih kerasa banget kan nyerinya...” P2 5 Perubahan Proses Belajar Santriwati saat Mengalami Dismenore Perubahan-perubahan yang terjadi saat dismenore baik dari pola makan, pola tidur, aktivitas maupun psikologis, pada akhirnya juga akan berdampak pada adanya perubahan dari proses pembelajaran santriwati tersebut. Dismenore ini berpengaruh pada menurunnya konsentrasi belajar dan juga menyebabkan meningkatnya angka ketidakhadiran. Empat dari lima partisipan dalam studi ini mengatakan bahwa dismenore ini berpengaruh pada menurunnya konsentrasi belajar, berikut salah satu ungkapannya: “...Mungkin fokusnya agak lebih berkurang aja, cuman dulu kan Cuma ngerasa perut gak enak aja, gak sampek sakit...” P2 Tiga dari lima partisipan mengatakan bahwa mereka pernah izin tidak mengikuti kegiatan belajar di sekolah dan pondok. Berikut salah satu ungkapannya : “...Kebetulan sih gak pernah kalo pas dikelas, paling kayak gitu, sampek sakit, gak masuk itu pernah,,,” P1 Anak T usia 13 tahun mengatakan hal yang berbeda dengan empat partisipan di atas. Anak T mengatakan bahwa tidak ada perubahan pada konsentrasi belajarnya saat ia mengalami dismenore, berikut ungkapannya: “...kalau konsentrasi biasa aja, tapi kalau maju ke depan atau jawab pertanyaan itu agak males, karena males berdirinya males buat jalannya...” P5 Tema 3. Upaya penanganan dismenore yang dilakukan oleh santriwati Dismenore yang dialami jika tidak ditangani dengan tepat, maka akan berdampak pada kehidupan sehari-hari remaja tersebut. Penanganan nyeri yang dilakukan ini sebagai upaya untuk meminimalisir ketidakyamanan yang ia rasakan akibat dari nyeri tersebut. Tema manajemen nyeri ini terdiri dari tiga sub tema di dalamnya yaitu 1 upaya untuk mengurangi nyeri, 2 Pemeriksaan ke tenaga kesehatan saat mengalami dismenore. 1 Upaya untuk mengurangi nyeri Beberapa upaya yang dilakukan santriwati untuk mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh dismenore tersebut, mulai dari tidur, minum air hangat, kompres air hangat, minum susu, air jahe hangat, makan, aktivitas dan lain-lain. Empat dari lima partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa cara yang ia lakukan untuk mengurangi nyeri itu dengan tidur atau beristirahat saja, berikut salah satu ungkapannya : “...paling Cuma kalo lagi sakit banget dibawa tidur, tapi kalau sakitnya biasa didiemin aja...” P5 “...Iya biasanya buat ngurangi nyerinya biasanya dibuat tidur...” P3 Anak V usia 17 tahun menambahkan bahwa posisi tidur yang biasa ia lakukan adalah tidur dengan meringkuk dengan tujuan agar dengan posisi tersebut perut dari partisipan tertekan dan hasil akhirnya nyeri dapat berkurang, berikut ungkapannya: “...Tidur, paling gak itu nge, nge apa sih namanya kak, ngeringkuk, iya ditahan, pokoknya diteken...” P4 Dua dari lima partisipan mengatakan bahwa minum air hangat dan kompres lah yang ia lakukan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan, berikut ungkapannya: “...Kalo saya biasanya minum air hangat, kadang suka eee masukin air hangat ke botol, kalo gak plastik, terus ditaruh disini menunjuk perut bawah diteken- teken gitu...” P2 Anak I usia 18 tahun mengatakan bahwa air yang biasa ia minum, selain air hangat biasa, ia pun mengkonsumsi air jahe hangat seperti yang disarankan oleh ibunya untuk mengurangi nyeri, berikut ungkapannya: “...ibu saya kalo misalkan lagi sakit-sakit gitu, suka nyaranin, minum air jahe, air jahe anget. ..” P2 Dua dari lima partisipan pun mengatakan bahwa minum susu bear brand adalah hal yang ia lakukan untuk mengurangi nyeri. Berikut salah satu ungkapannya: “...biasanya minum susu bear brand...” P3 Aktivitas mampu mengurangi nyeri yang dirasakan, hal ini berdasarkan dari pernyataan dua dari enam partisipan, berikut ungkapannya: “...kalau aku Cuma duduk diem jadinya malah kerasa, jadinya aku bawa jalan, enjoy aja sama temen temen...” P5 Anak P usia 19 tahun, selain menggunakan tidur sebagai upaya penghilang nyeri, ia pun mengatakan bahwa makan adalah salah satu yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yang dirasa, berikut ungkapannya: “...Mungkin dipaksain makan, walau gak nafsu harus dipaksain, harus ada yang masuk meskipun dikit harus tetep makan ...” P1 2 Pemeriksaan ke tenaga kesehatan saat mengalami dismenore Semua partisipan dalam studi ini, mengatakan hampir tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan ke tenaga kesehatan terkait saat mereka mengalami dismenore, mereka menganggap dismenore yang sedang mereka alami adalah hal yang biasa dan wajar terjadi saat menstruasi, berikut ungkapannya: “...nggak, yaaaaaa alasannya sih yaa mikirnya kayak itu wajar aja gitu, emang kalo hari awal- awal haidh itu emang kayak gitu...” P2 “...Gak pernah, soalnya katanya itu biasa, emang lagi mentsruasi itu kayak gitu, sakit gitu...” P3 Tema 4. Dukungan Sanriwati saat mengalami Dismenore Hasil wawancara dalam penelitian ini didapatkan bahwa dukungan santriwati saat dismenore terbagi ke dalam tiga sub tema, yaitu dukungan emosional, instrumental dan informasional. Berikut ini adalah rincian lengkap dari masing-masing sub tema. 1 Dukungan emosional Sebagian besar partisipan memperoleh dukungan emosional dari ibunya dari pada anggota keluarga yang lainnya. Tiga dari enam partisipan mendapatkan dukungan emosional dari ibunya dimana ibu dijadikan tempat untuk mencurahkan pengalaman dan keluh kesah seputar dismenore. Adapun ungkapan yang diutarakan partisipan, yakni : “...itu juga kan aku pernah ngadu ke mama, mah kok sakit banget sih rasanya kalo lagi sembilangan, sakit banget, sampek bener-bener sakit mah, kalo kanker rahim gimana mah, kan aku ketakutan ya... terus kata mama gak ah teh, itu siklus yang biasa untuk wanita, mama juga sering waktu dulu muda, sampek se karang juga masih sering...” P4 “...dibilang gini “ udah gapapa kak, itu mah nggak ini banget, remaja” jadi aku nggak ditakut takutin. Meskipun aku sering ngadu sakit. Cuman gpp wajar remaja masih puber- pubernya...” P5 Satu dari tiga partisipan di atas, juga mendapatkan dukungan emosional yang berasal dari teman sebayanya, berikut ungkapannya : “...aku ngomong kayak gini ke temen, aku ke rumah sakit aja ya, kalo aku kenapa-kenapa gimana, ampek kanker rahim, kata temenku: iya vik gak papa udah biasa...” P4 2 Dukungan instrumental Dukungan instrumental yang diperoleh partisipan pada penelitian ini berasal dari teman satu pondoknya. Dukungan ini berupa membantu partisipan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti mengambil makan dan air hangat. Empat dari lima partisipan ini mendapatkan dukungan isntrumental yang mana pada saat dismenore, partisian mendapat bantuan untuk mengambil jatah makan dan minum. Adapun ungkapan dari partisipan ini yakni: “...Biasanya mereka, pas aul lagi sakit itu diambilin makan, diambilin minum, atau ditawarin apa gitu biar aul juga bisa makan...” P3 “...paling temen-temen ngebantuin ngasih air anget, sama beliin susu bear brand itu kan katanya bisa ngurangi katanya...” P1 3 Dukungan informasional Semua partisipan dalam penelitian ini memperoleh dukungan informasional, baik dari ibu atau teman satu pondoknya. Informasi yang diberikan pun mengenai manajemen nyeri saat dismenore. Berikut adalah ungkapan-ungkapan dari partisipan: “...Karena saya kan ini ya,, kalo misalnya sakit, gak langsung bilang sakit banget, cuma ngeluh-ngeluh gitu aja,, maksudnya gak nyampek apa ya,,, eee mengasih tau kalo lagi sakit banget gitu, jadi mereka ya cuman menyarakan untuk minum air hangat dan istirahat kayak gitu...” P2 “...Kalo mama sih ngasih sarannya dibawa ikut kegiatan aja, biar gak kerasa kata mama kayak gitu...” P3 “...pokonya kata mama kalo dismenore atau apa ya seenaknya aja kamu gimana entah dibuat tidur lah atau jalan lah, yang pasti nggak usah takut...” P5 Sedangkan tiga dari lima partisipan juga mendapatkan dukungan informasi ini dari guru atau pun saat belajar di sekolah. Berikut ungkapan dari salah satu partisipan: “...aku juga pernah nanya ke guru biologi katanya mungkin kita makannya gak teratur, perut kosong kena angin, mak anya sakit...” P1 “...Dari pelajaran, pernah kelas 8, saya pernah nanya ke guru biologi waktu itu pernah nanya habis itu dijelasin, kalau nyeri sakit menstruasi itu dari menyeluruhnya dari dinding sel rahim itu...” P3 Tema 5. Antisipasi yang dilakukan santriwati terhadap dismenore Munculnya dismenore ini dapat dicegah. Pencegahan atau antisipasi yang dapat dilakukan berupa olahraga atau melakukan aktivitas, makan-makanan yang bergizi, manajemen stress dan lain sebagainya. Namun, dalam hasil penelitian ini empat dari lima partisipan mengatakan tidak pernah melakukan pencegahan terhadap dismenore itu sendiri. Mereka merasa kebingungan bagaimana mencegahnya, karena dismenore itu muncul secara tiba-tiba. Berikut ungkapan-ungkapan dari partisipan: “...Untuk mencegah gitu ya.... eeemmmm gak kayaknya soalnya mau nyegahnya kayak gimana, pasti itu timbul- timbul sendiri...” P2 “...Gak ada, trus bingung sendiri, kalo nyeri mah terima aja, tidur gitu, udah gitu doang, kalo nyerinya gak parah, mending di fresh care perutnya, itu kayaknya gak tau deh saya sih di fresh care in, kalo pegel nyeri, kasih bantal belakangnya, terus besok paginya pegel...” P4 “...Nggak pernah, bingung nyegahnya gimana kak...” P5 Berbeda dengan yang lainnya, satu partisipan ini mengatakan bahwa pencegahan yang ia lakukan yaitu dengan melakukan aktivitas dua- tiga hari sebelum menstruasi. Berikut ungkapan partisipan tersebut : “...Biasanya ikut kegiatan itu doang sih, Biasanya eeee dua tiga hari lah sebelum menstruasi...” P3 Tema 6. Mitos-mitos Seputar Dismenore yang dipercayai oleh santriwati Mitos-mitos seputar seputar dismenore yang diketahui oleh partisipan dalam studi ini meliputi 1 tidak boleh meminum obat nanti tertimbun dalam tubuh, 2 mengkonsumsi obat itu berbahaya. Tiga dari lima partisipan mengatakan bahwa mengkonsumsi obat-obatan saat mengalami dismenore tidak diperbolehkan, karena mereka beranggapan bahwa obat yang dikonsumsi akan tertimbun dalam tubuh dan akan menjadi bahaya untuk kesehatan. Berikut ungkapan-ungkapan dari partisipan: “...Kan kadang katanya obat-obat dokter itu, ya misalnya kata-kata orang gitu, persepsi juga, Cuma menghilangkan nyeri aja, kalo kelamaan efek sampingnya itu numpuk di dalam tubuh, gitu...” P2 “...Katanya gini kan, kalo minum kiranti atau obat, itu nimbun disini menunjuk perut bagian bawah gak tau itu mitos apa bener, takutnya itu bener, kan ntar takutnya kanker serviks atau apa soalnya penimbunan atau apa gitu...” P1 Sedangkan satu yang lainnya mengganggap bahwa mengkonsumsi obat ini berbahaya untuk anak seusianya. Menurut partisipan ketika ia merasa nyeri, lebih baik didiamkan saja dari pada diberikan obat-obatan. Berikut ungkapannya: “...Soalnya dibilangin bahaya. Bukan bahaya, apa ya kemarin, Aku pernah denger dari temen bahaya kalo buat sekecil kita, lebih baik didiemin aja...” P5 74

BAB VI PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang interpretasi dari hasil penelitian yang telah diperoleh oleh peneliti. Peneliti akan menjelaskan tentang interpretasi hasil penelitian dengan membandingkan berbagai macam penelitian sebelumnya maupun teori yang ada terkait penelitian ini untuk melengkapi dan memperkuat pembahasan dari penelitian ini. Bab ini juga akan membahas tentang keterbatasan penelitian yang ada selama peneliti melakukan proses penelitian dengan membandingkan proses penelitian yang seharusnya dicapai.

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi

Penelitian ini menghasilkan enam tema di mana diantaranya memiliki subtema dengan kategori yang bermakna tertentu. Tema-tema tersebut teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. Berikut ini adalah pembahasan secara rinci dari masing-masing tema yang ada dalam penelitian ini. Tema 1. Karakteristik Dismenore yang dialami oleh santriwati Nyeri yang dialami remaja selama menstruasi itu memiliki karakteristik masing-masing. Karakteristik nyeri pada umumnya terdiri dari beberapa komponen yaitu lokasi, intensitas, kualitas, onset dan durasi nyeri, faktor-faktor yang memperburuk dan mengurangi nyeri dan dampak nyeri ke kehidupan sehari-hari Marmo dan Arcy, 2013. Hasil penelitian ini menemukan bahwa karakteristik nyeri selama menstruasi yang dialami masing-masing remaja komponennya terdiri dari onset dan durasi nyeri, gejala penyerta, lokasi, sifat nyeri, tingkatan dan kualitas nyeri. Dampak nyeri tidak peneliti masukkan ke dalam tema karakteristik dikarenakan menurut asumsi peneliti antara karakteristik dan dampak berbeda. Karakteristik lebih mengarah kepada ciri khas dari dismenore, sementara dampak adalah sebuah hal yang terjadi akibat dismenore itu sendiri. Onset dan durasi nyeri dapat dilihat dari awitan dan bagaimana nyeri itu muncul, serta bagaimana pola dari nyeri tersebut, menetap atau hilang timbul Marmo dan Arcy, 2013. Hasil penelitian ini menemukan bahwa onset dismenore dimulai sebelum dan saat menstruasi, sedangkan durasi dismenore yaitu dimulai dari hari pertama hingga hari kelima menstruasi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Aziato, Dedey dan Lamptey 2014 menunjukkan bahwa dismenore yang dialami remaja sangat bervariasi permulaan waktunya, mulai dari seminggu sebelum menstruasi hingga satu jam saat menstruasi terjadi. Durasi atau lama dismenore menurut hasil penelitian ini yaitu mulai dari satu jam hingga lima hari selama menstruasi. Perbedaan onset dan durasi dismenore ini berhubungan dengan beberapa hal yaitu usia menstruasi yang terlalu dini, lamanya siklus menstruasi, banyaknya darah yang keluar, dan belum pernah melahirkan Goldman, Troisi dan Rexrode, 2013. Pola dismenore dalam hasil penelitian ini yaitu muncul bertahap, hilang timbul dan menetap. Hal ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan Manam 2011 dalam Nuryani 2011 dimana nyeri yang dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus. Penyataan yang sama dikemukakan oleh Wiknjosastro 2009 dalam Nuryani 2011 bahwa sifat dismenore adalah kejang berjangkit- jangkit, nyeri yang dirasakan hilang timbul. Lokasi nyeri menstruasi yang dialami santriwati pada penelitian ini yaitu daerah perut bagian bawah, pinggul, pinggang dan daerah kemaluan. Hal ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan Manam 2011 dalam Nuryani 2011 bahwa dismenore menyebabkan nyeri perut bagian bawah yang menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Menurut Wiknjosastro 2009 dalam Nuryani 2011 dismenore pada umumnya terjadi pada bagian perut bawah dan kadang menyebar ke sekitarnya pinggang dan paha depan. Gejala penyerta dari nyeri selama menstruasi yang dirasakan oleh para wanita sangatlah bervariasi. Hasil penelitian ini, menggambarkan bahwa gejala penyerta dismenore yaitu nyeri pada pinggang dan kaki, punggung panas dan nafsu makan menurun. Nyeri pada kaki ini terjadi akibat kontraksi otot-otot pada kaki yang dipicu oleh sekresi prostaglandin. Sedangkan nyeri pada daerah pinggang ini terjadi karena ligamen di area pinggang meregang akibat tarikan uterus yang sedang berkontraksi Mardhiyah, Rosidi, dan Purwanti, 2015. Sesuai dengan penelitian sebelumnya, dimana menurut penelitian yang dilakukan oleh Aziato, Dedey dan Lamptey 2014 gejala yang menyertai dismenore yaitu mual, muntah, diare, sakit kepala, nyeri sendi, kelemahan, nyeri pada ekstremitas bawah, keringat berlebihan, dan kehilangan nafsu makan. Partisipan pada penelitian tersebut, mengalami gejala penyerta nyeri, hanya pada saat hari pertama menstruasi. Menurut Kahan, Miller dan Smith 2009 dalam bukunya, gejala penyerta dismenore, utamanya dismenore primer yaitu mual, muntah, diare, dan sakit kepala. Kadar atau derajat nyeri yang dialami selama menstruasi pada masing- masing remaja sangatlah bervariasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa derajat dismenore yang dialami santriwati berkisar antara ringan hingga berat. Santriwati mengatakan ringan, karena nyeri yang ia rasakan masih dapat ditolerir dan masih bisa digunakan untuk beraktivitas, sedangkan untuk nyeri sedang dan berat, santriwati mengatakan bahwa nyeri ini bisa menyebabkan santriwati tersebut merasa kesakitan, menangis dan mengganggu aktivitas sehari-harinya, seperti sekolah dan mengikuti kegiatan pondok. Hasil penelitian ini, sesuai dengan teori, dimana menurut Manuaba dalam Rakhma 2011 derajat dismenore itu terbagi menjadi tiga bagian yaitu dismenore ringan, sedang dan berat. Dismenore ringan adalah dimana ketika seseorang mengalami nyeri yang masih dapat ditolerir dan dapat melanjutkan kegiatan sehari-hari. Dismenore sedang adalah dimana seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan diperlukan obat penghilang rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan aktivitas sehari-harinya. Dismenore berat adalah seseorang tidak mampu lagi melakukan pekerjaan biasa dan perlu istirahat beberapa hari, dan biasanya muncul beberapa gejala penyerta dismenore. Kualitas atau deskripsi nyeri menstruasi yang dirasakan oleh remaja sangatlah berbeda-beda. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa ada partisipan yang mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan seperti ingin buang air besar, panas dan melilit, nyeri atau pegal, bahkan juga ada yang merasa bingung terhadap dismenore yang ia rasakan. Penelitian yang dilakukan oleh Mardhiyah, Rosidi, dan Purwanti tahun 2015, menunjukkan bahwa 15 dari 46 responden mengatakan bahwa nyeri menstruasi yang mereka alami seperti ingin buang air besar. Nyeri perut ini terjadi karena usus juga berkontraksi akibat pengaruh prostaglandin yang disekresikan oleh endometrium. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nuryani 2011 menunjukkan bahwa

Dokumen yang terkait

Gambaran Kebutuhan Perawatan Maloklusi Berdasarkan Malalignment Index Pada Santriwati Pondok Pesantren Modern Dengan Pondok Pesantren Tradisional;

0 7 17

Gambaran Kebutuhan Perawatan Maloklusi Berdasarkan Occlusion Feature Index (OFI) pada Santriwati Pondok Pesantren Al-Qodiri dan Pondok Pesantren An-Nuriyah; Shovia Vela Sita, 06161010101

0 4 17

Pengaruh kompetensi dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan yayasan Az-Zahra di Pondok Petir, Sawangan, Depok.

2 9 162

Pondok Pesantren sebagai lembaga : studi kasus pondok pesantren Nurul Huda Assuriyah Bojong Sawangan Depok

0 16 84

Hubungan Tingkat Stres Dengan Gejala Gangguan Pencernaan Pada Santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang Tahun 2015

1 8 160

Hubungan tingkat stres dengan gejala gangguan pencernaan pada santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin Ii Payaman Magelang Tahun 2015

2 46 160

SWAMEDIKASI DISMENORE PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN Swamedikasi Dismenore pada Santri Putri Pondok Pesantren Tahfidz Wa Ta’limil Qur’an Masjid Agung Surakarta.

0 1 16

PELANGGARAN TATA TERTIB SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN MTI CANDUANG (Studi Tentang Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang Di Kalangan Santriwati Pondok Pesantren).

2 16 36

Komparasi Sistem Pembelajaran Berbasis Paham Keagamaan pada Pondok Pesantren An-Nahdlah dan Pondok Pesantren Wahdah Islamiyah di Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 299

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII PONDOK PESANTREN AN-NAHDLAH LAYANG MAKASSAR

0 0 51