tanaman seperti kapas tahan hama penyakit, padi toleran terhadap kekeringan, dan juga tebu dengan gen fitase untuk meningkatkan ketersediaan fosfor P didalam
jaringan tanaman yang dapat mengefisiensikan pemakaian pupuk P. Tanaman transgenik masih menjadi pro dan kontra di dalam masyarakat, terutama efeknya
terhadap kesehatan dan dampak lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melakukan penelitian tentang pengaruh tanaman transgenik terhadap
ekosistem di dalam tanah terutama pada mikrob tanah yang sangat sensitif dengan perubahan keadaan lingkungan.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mempelajari jumlah dan keanekaragaman mikrob tanah fungsional pada perakaran tebu transgenik IPB 1 dan perakaran tebu isogenik PS 851.
2. Melihat pengaruh tebu transgenik terhadap pertumbuhan mikrob pada
perakaran tebu transgenik IPB 1 di kebun percobaan PG Djatiroto, Lumajang, Jawa Timur.
1.3 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu: 1.
Mikrob tanah fungsional dapat diisolasi dari perakaran tebu transgenik IPB 1 dan tebu isogenik PS 851.
2. Tebu transgenik IPB 1 memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan
mikrob tanah fungsional di daerah perakarannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keanekaragaman Hayati Tanah
Keanekaragaman merupakan suatu hal atau keadaan yang beraneka ragam atau bervariasi. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah semua
kehidupan diatas bumi ini tumbuhan, hewan, jamur dan mikrob serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman ekologi dimana
organisme hidup Macfarlane, 2007. Menurut UU RI No. 5 Th. 1994, keanekaragaman hayati meliputi seluruh spesies tumbuhan, binatang, mikrob dan
gen-gen yang terkandung dalam makhluk hidup di seluruh muka bumi. Keanekaragaman hayati tanah menggambarkan adanya variabilitas
kehidupan organisme di dalam tanah. Organisme di dalam tanah meliputi fauna tanah dan mikrob tanah. Organisme tanah memegang peranan penting dalam
menjaga keseimbangan ekosistem. Peranan organisme tanah antara lain dalam mendekomposisi bahan organik, mempengaruhi siklus hara dalam tanah dan
memperbaiki sifat fisik tanah Sutanto, 2005.
2.2 Mikrob Tanah
Salah satu parameter yang menentukan produktivitas tanah adalah mikrob tanah Sutedjo et al., 1991. Tanah yang berada dalam kondisi normal
mengandung berbagai jenis mikrob Schlegel dan Schmidt, 1994. Tanah yang baik adalah tanah yang mengandung beraneka macam mikrob yang berguna bagi
tanaman. Diantara kelompok mikrob, bakteri adalah kelompok yang paling banyak mendapat perhatian. Peranan bakteri di tanah sangatlah penting, banyak
dari jenis bakteri yang dapat menambat N
2
ke dalam tanah dan juga dapat melarutkan P yang terjerap di dalam tanah.
Perubahan keanekaragaman mikrob berhubungan dengan kualitas tanah dan pengembangan agroekosistem yang berkesinambungan Kennedy dan Gewin,
1997. Dengan adanya pengolahan tanah atau teknik bertanam yang baru, dapat mempengaruhi pertumbuhan dan populasi mikrob di dalam tanah. Mikrob tanah
banyak terdapat di daerah perakaran, hal ini disebabkan perkembangan mikrob dipengaruhi oleh aktivitas metabolisme akar tanaman. Akar tanaman melakukan
aktivitas metabolisme sehingga mengeluarkan senyawa metabolit yang disebut eksudat ke dalam tanah Purwaningsih et al., 2004. Eksudat tersebut
dimanfaatkan bakteri di dalam tanah, sehingga bakteri tersebut dapat bertahan hidup dan memperbanyak diri. Oleh karena itu populasi bakteri di daerah
perakaran tanaman lebih banyak dibandingkan di daerah tanpa perakaran tanaman. Tingkat kesuburan tanah dipengaruhi beberapa faktor antara lain
keanekaragaman mikrob tanah, faktor iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban, faktor nutrisi dan lingkungan, serta populasi mikrob yang merupakan
indikator tingkat kesuburan tanah Allen dan Allen, 1981 .
2.2.1 Azotobacter sp.
Azotobacter berfungsi sebagai penambat N
2
yang melimpah di atmosfer dan menyediakan nitrogen bagi tanaman. Azotobacter dapat juga digolongkan
sebagai bakteri pemacu tumbuh plant growth promoting rhizobacteria atau yield increasing bacteria
yang menghasilkan vitamin dan zat pengatur tumbuh seperti IAA, kinetin dan giberelin Tang et al., 1994; Glick, 1995.
Azotobacter adalah bakteri penambat N
2
aerobik yang mampu menambat N
2
dalam jumlah yang cukup tinggi, bervariasi ±2 - 15 mg Ngram sumber karbon
yang digunakan, meskipun hasil yang lebih tinggi seringkali dilaporkan Rao, 1994. Azotobacter pada medium yang sesuai mampu menambat 10-20 mg
Ngram gula Allison, 1973. Waksman 1963 menyatakan bahwa kemampuan ini tergantung kepada sumber energinya, keberadaan nitrogen yang terpakai,
mineral, reaksi tanah dan faktor lingkungan yang lain, serta kehadiran bakteri tertentu. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi penambatan nitrogen antara
lain suhu, kelembaban tanah, pH tanah, sumber karbon, cahaya dan penambahan nitrogen.
2.2.2 Azospirillum sp.
Azospirillum merupakan bakteri penambat N
2
dan penghasil zat tumbuh yang hidup berasosiasi dengan perakaran tanaman pada daerah rizosfer, terutama
pada rumput-rumputan dan serealia. Peran menguntungkan Azospirillum antara lain dapat menyebabkan perubahan morfologi akar seperti peningkatan jumlah
rambut akar, perpanjangan akar, dan luas permukaan akar yang disebabkan oleh produksi asam indol asetat IAA yang dihasilkan oleh Azospirillum. Selain
mensintesis IAA dan menambat nitrogen bebas, beberapa golongan dari Azospirillum
dapat melarutkan fosfat, mensintesis siderofor, dan sebagai agen pengendali hayati Bachhawat dan Gosh, 1989; Seshadri et al., 2000; Bashan dan
Bashan, 2002. Azospirillum juga dapat melarutkan fosfat dengan cara mensekresikan asam glukonat Rodriguez et al., 2004.
2.2.3 Mikrob Pelarut Fosfat
Mikrob pelarut fosfat merupakan bakteri ataupun fungi yang mempunyai kemampuan dalam melepaskan ikatan fosfat dan berperan dalam melarutkan
fosfat dari tidak tersedia menjadi tersedia Alexander, 1977; Rao, 1994. Bakteri pelarut fosfat berfungsi dalam melarutkan fosfat dalam bentuk terikat menjadi
tersedia, meningkatkan fosfat tersedia, memperbaiki pertumbuhan tanaman dan meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat Rao, 1994.
Unsur P merupakan unsur hara makro ensensial bagi tanaman dan kekurangan P akan mengakibatkan menurunnya daya serap tanaman terhadap
unsur-unsur yang lain. Menurut Soepardi 1983 peranan unsur P pada tanaman, yaitu:
1. Berperan dalam pembelahanan sel dan pembentukan lemak dan
albumin 2.
Berperan dalam pembentukan bunga, buah dan biji 3.
Berpengaruh terhadap perkembangan akar halus dan rambut akar 4.
Berperan dalam kematangan tanaman, melawan pengaruh nitrogen 5.
Membuat tanaman tidak mudah rebah 6.
Tanaman lebih tahan penyakit Mikrob pelarut fosfat mempunyai kemampuan melarutkan mineral fosfat
melalui sekresi asam organik Kucey, 1987, serta menghasilkan enzim fosfatase yang mampu membebaskan P dari P organik. Enzim fosfatase akan disekresikan
oleh mikrob pelarut fosfat jika terdapat sedikit sekali fosfat di dalam tanah. Enzim fosfatase akan membebaskan P dari bahan organik sehingga menjadi
senyawa P anorganik yang dapat digunakan mikrob tersebut dalam
metabolismenya. Enzim fosfatase sangat berpengaruh dalam mineralisasi P organik. Peningkatan mineralisasi P organik juga dipengaruhi oleh kenaikan pH
tanah Tisdale et al., 1985.
2.2.4 Pseudomonas sp.
Pseudomonas adalah bakteri yang dapat ditemukan hampir dalam semua
media alami seperti di dalam tanah dan air. Bakteri ini memiliki ciri berbentuk batang, pada umumnya motil, memiliki flagella monotrikus, politrikus dan
lofotrikus, Gram negatif, beberapa diketahui bersifat aerob fakultatif, serta bersel satu dengan ukuran 0,5-1,0x1,5-4,0 µm Schaad et al, 2001. Banyak diantara
bakteri ini yang merugikan karena dapat menimbulkan penyakit bagi manusia. Beberapa contohnya adalah Pseudomonas syringae, P. aeruginosa, P.
solanacearum Anas, 1989. Sejak tahun 1970, telah banyak pula penelitian yang
menunjukkan bahwa beberapa species dari Pseudomonas terutama dari Pseudomonas fluorescens
dan Pseudomonas putida dapat membantu pertumbuhan tanaman yang akhirnya dapat meningkatkan produksi tanaman.
Bakteri Pseudomonas berpotensi ekonomis sebagai agen biokontrol Dupler dan Baker, 1984. Pseudomonas menghasilkan siderofor senyawa
organik yang dapat membentuk khelat dengan Fe
3+
, dengan KSp lebih dari 30 dan antibiotik yang dapat melawan organisme penyebab penyakit. Selain itu
Pseudomonas memproduksi senyawa -ketoglukonik yang dapat melarutkan
fosfat serta dapat menghasilkan zat tumbuh seperti IAA Anas, 1989.
2.2.5 Mikrob Pendegradasi Selulosa
Selulosa merupakan polimer dari untaian rantai lurus unit glukosa dengan ikatan
β-1,4-glikosida yang menyebabkannya sukar larut Murashima et al., 2003. Ikatan ini dapat terurai jika dihidrolisis oleh enzim selulase. Enzim selulase
terdiri atas tiga komponen, yaitu: endo 1,4 β-D glukanase, ekso 1,4 β glukanase
dan β-D glukosidase Fikrinda dan Anas, 2000.
Mikrob selulolotik menghasilkan seperangkat enzim yang menghidrolisis selulosa secara sinergis menjadi oligosakarida yang lebih kecil dan akhirnya
menjadi glukosa yang menjadi sumber karbon dan unsur hara bagi pertumbuhan mikrob tersebut. Proses pendegradasian selulosa berlangsung jika terjadi kontak
langsung antara bakteri dan permukaan selulosa Ilmen et al., 1997. Banyaknya bahan organik sebagai sumber selulosa sangat berpengaruh terhadap banyaknya
jumlah mikrob pendegradasi selulosa di dalam tanah. Fungi berfilamen lebih berperan dalam mendegradasi selulosa pada tanah-
tanah yang masam. Sementara pada tanah-tanah netral sampai alkalin yang lebih berperan dalam mendegradasi selulosa adalah dari golongan bakteri. Di alam
bahan berselulosa dihancurkan oleh kerjasama banyak mikrob. Menurut Lewis et al.
1988 kultur campuran bakteri selulolitik dengan bakteri non selulolitik yang lain sangat ideal dalam proses degradasi selulosa.
2.2.6 Mikrob Pendegradasi Protein
Mikrob pendegradasi protein merupakan mikrob yang dapat mensekresi protease sehingga dapat menghidrolisis protein. Protein merupakan salah satu
senyawa penyusun makhluk hidup. Berdasarkan aktivitasnya, enzim protease dibedakan menjadi proteinase endopeptidolitik yang menghidrolisis molekul
protein menjadi polipeptida dan peptidase eksopeptidolitik yang menghidrolisis fragmen polipeptida menjadi asam amino Whitaken, 1994; Rao, 1994.
Enzim protease banyak dimanfaatkan secara komersial. Penggunaan protease secara komersial banyak digunakan untuk detergen, pembuatan keju,
penanganan limbah, pengempukan daging sehingga banyak mikrob penghasil protease dimanfaatkan untuk memproduksi enzim secara komersial. Mikrob
penghasil enzim protease antara lain Bacillus subtilis bakteri dan Aspergillus oryzae
fungi Susanti, 2003.
2.2.7 Nitrosomonas sp.
Nitrosomonas merupakan salah satu bakteri yang berperan dalam proses
nitrifikasi. Nitrosomonas merupakan bakteri kemoautotrofik yang merupakan bakteri yang mengubah bahan-bahan anorganik sebagai sumber energinya.
Nitrosomonas mendapatkan energi melalui oksidasi amonia dan memerlukan
sumber karbon dari CO
2
. Nitrosomonas dapat hidup baik pada kisaran pH 6-8. Nitrosomonas
merupakan bakteri yang lambat tumbuh karena sebelum terjadi pembelahan sel, Nitrosomonas harus mengkonsumsi sejumlah besar amoniak.
Proses pembelahan sel pada Nitrosomonas bisa memakan waktu beberapa hari Marsh et al., 2005.
Proses nitrifikasi oleh Nitrosomonas adalah mengubah amoniak NH
3
menjadi nitrit NO
2 -
yang juga disebut dengan nitritasi. Proses nitritasi ini dapat menurunkan pH lingkungan sekitar karena dalam proses ini melepaskan ion H
+
. Dibawah ini merupakan proses nitritasi yang dilakukan oleh bakteri nitrit:
Nitrosomonas atau
2NH
3
+ 3O
2
2HNO
2
+ 2H
2
O + 158 kilokalori
amoniak Nitrosococcus nitrit
Setelah proses nitritasi maka selanjutnya adalah proses nitratasi yang dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Proses nitratasi sangat tergantung pada proses
nitritasi yang berlangsung sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada proses nitratasi memerlukan nitrit yang dihasilkan oleh bakteri nitritasi.
2.2.8 Nitrobacter sp.
Nitrobacter merupakan bakteri Gram negatif dan kemoautotrofik.
Nitrobacter merupakan bakteri yang lambat tumbuh seperti Nitrosomonas.
Nitrobacter tumbuh pada kisaran pH 7-8 dan tumbuh optimal pada kisaran pH
7,3-7,5 serta optimal pada suhu 30
o
C Bhaskar dan Charyulu, 2005. Bakteri ini mengubah bahan anorganik sebagai sumber energinya. Nitrobacter merupakan
bakteri nitrifikasi yang berasosiasi dengan bakteri nitritasi seperti Nitrosomonas dan Nitrosococcus. Bakteri ini memperoleh energi dari mengubah nitrit menjadi
nitrat. Dibawah ini merupakan proses nitratasi: Nitrobacter
2HNO
2
+ O
2
2HNO
3
+ 2H
2
O + 36 kilokalori
nitrit nitrat
Proses nitratasi sangat bergantung pada nitrit yang dihasilkan pada proses nitrifikasi. Nitrit yang dihasilkan pada proses nitritasi akan diubah menjadi nitrat
oleh Nitrobacter. Hasil akhir dari proses nitrifikasi berupa nitrat yang merupakan senyawa yang mudah diserap oleh tanaman Grundmann et al., 2000. Saat terjadi
proses nitrifikasi maka pH disekitar lingkungan akan menurun karena terlepasnya ion H
+
pada lingkungan.
2.3 Tebu Transgenik
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa genetika melalui transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang menghasilkan
suatu tanaman baru mempunyai suatu keunggulan tertentu. Sedangkan tanaman isogenik merupakan tanaman yang memiliki gen yang sama dengan tanaman
transgenik, kecuali pada gen transgenik yang disisipkan pada tanaman transgenik. Penelitian tentang tanaman transgenik diharapkan dapat meningkatkan ketahanan
pangan di Indonesia. Sudah banyak penelitian tentang tanaman transgenik, bahkan sudah
dibudidayakan seperti kapas transgenik tahan hama, padi transgenik yang mengandung vitamin A dalam jumlah tinggi, kedelai transgenik tahan herbisida,
dan lain-lain. Salah satu tanaman transgenik yang sedang diteliti di Indonesia adalah tebu transgenik yang disisipi gen fitase. Tebu transgenik tersebut adalah
tebu yang telah disisipi gen fitase yang mampu meningkatkan ketersediaan fosfor dalam jaringan tanaman dengan cara mengubah asam fitat yang merupakan
bentuk P-organik yang sukar digunakan tanaman dalam jaringan menjadi P dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tanaman Santosa, 2010.
Sanchez 1976 mengemukakan bahwa unsur P merupakan unsur hara makro esensial dan pada daerah tropis merupakan faktor pembatas pertumbuhan
dan produksi tanaman urutan ketiga setelah air dan nitrogen. Fosfor terdapat dalam jumlah sedikit pada tanah mineral. Menurut Soepardi 1979 sebagian besar
fosfor berada dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Di dalam tanah, P dapat ditemukan dalam bentuk P anorganik dan P organik. P anorganik di dalam tanah
sangat beragam seperti contohnya AlOH
2
H
2
PO
4
, CaHPO
4
.H
2
O, dan FePO
4
.H
2
O. Senyawa P sederhana di dalam tanah relatif sukar larut akibat adanya pengikatan
P oleh Fe dan Al pada tanah masam dan Ca serta Mg pada tanah alkalin. Sedangkan P organik di dalam tanah dapat ditemukan dalam bentuk ester yaitu
asam orthofosfat serta berupa monoester dan diester. Organik ester fosfat dibagi dalam lima kelas yaitu inositol fosfat, fosfolipid, asam nukleat, nukleotida, dan
gula fosfat. Total P organik di dalam tanah-tanah pertanian berkisar antara 100- 400 ppm pada tanah yang diberikan pemupukan bahan organik, sedangkan pada
tanah-tanah yang tidak diberi pemupukan bahan organik berkisar antara 2-54 ppm Tisdale et al., 1985. Namun di dalam tanah yang paling dominan hanya inositol
fosfat, fosfolipid serta asam nukleat. P organik dalam bentuk inositol fosfat yang dapat diuraikan oleh enzim fitase pada tebu transgenik sehingga dapat tesedia bagi
tanaman. Tanaman transgenik dapat membawa manfaat positif bagi ketahanan
pangan negara. Walaupun demikian banyak kekhawatiran akan penggunaan produk hasil tanaman transgenik dan akibatnya terhadap lingkungan.
Salah satu kekhawatiran dari tanaman transgenik adalah tersebarnya gen transgenik kepada
tanaman bukan target. Tebu transgenik dengan penyisipan gen fitase dimungkinkan akan memberi dampak positif terhadap ekologi terutama pada
daerah perakaran tebu transgenik. Tebu transgenik dengan gen fitase dimungkinkan akan tumbuh lebih baik daripada tebu isogenik karena dapat
menghasilkan enzim fitase yang dapat melarutkan fosfat sehingga tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan itu sendiri dan mikrob lainnya yang berada di
daerah perakaran.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu