Oksigen Terlarut Suhu KUALITAS AIR

7

4. Perawatan Larva

Menurut Standar Nasional Indonesia 1999 larva ikan mas adalah fase atau tingkatan benih ikan yang berumur 4 hari sejak telur menetas serta mempunyai kriteria yang berbeda dengan ikan dewasa. Panjang larva ikan mas adalah 4-7 mm. Pada saat larva organ-organ tubuh ikan masih belum sempurna dan masih membawa kuning telur di kantung perutnya sebagai cadangan makanan. Setelah usia larva 2-3 hari, cadangan pakan kuning telurnya akan mulai menipis. Oleh karena itu, larva ikan perlu diberi pakan berupa jasad renik seperti artemia atau daphnia dan bisa digunkan kuning telur ayam. Ikan mas termasuk ikan pemakan segalanya omnivora. Mengingat sifat dan perilaku larva ikan mas sangat rentan, maka penangananya harus hati- hati dan teliti . Mortalitas yang terjadi pada fase ini sangat tinggi sebab larva ikan sangat peka terhadap keadaan lingkungan. Disamping konsentrasi oksigen dalam media perawatan harus tetap terjamin, suhu pada media perawatan juga harus tetap optimal. Perubahan suhu atau fluktuasi suhu yang terlalu besar dan secara mendadak sangat membahayakan kelangsungan hidup larva. Setelah larva berumur 2-3 hari maka larva ikan masuk ke tahap berikutnya yaitu pendederan I awal. Pada tahap ini larva ikan mas masih sangat rentan, dengan tingkat mortalitas mencapai 40. Larva ikan dibesarkan selama 2-3 minggu dengan panjang 1-3 cm. Pakan yang diberikan dapat berupa kuning telur ayam atau jasad renik seperti daphnia atau artemia.

C. KUALITAS AIR

Air atau media pemeliharaan merupakan faktor utama untuk kehidupan ikan. Kualitasnya menentukan kesehatan maupun pertumbuhan ikan, bahkan mampu mempengaruhi warna ikan. Secara alami, air merupakan pelarut yang baik sehinngga hampir semua material dapat larut didalamnya. Adapun material terlarut antara lain : 1. Berbagai gas seperti oksigen O 2 , karbondioksida CO 3 , ammonia NH 3 , nitrit NO 2 , nitrat NO 3 , sulfide H 2 S dan methan. 2. Berbgai mineral seperti kalsium Ca, magnesium Mg, natrium Na, besi Fe, seng Zn, serta mineral bentuk ion atau molekul organik maupun anorganik. 3. Material organik terlarut seperti gula, lemak, asam, dan vitamin 4. Material anorganik seperti lumpur dan tanah liat. 5. Material biologis seperti tangkiteri, jamur, zooplankton, dan fitoplankton Adapun parameter kualitas air pada budidaya ikan adalah kandungan oksigen dalam air DO, pH, suhu, ECTDS, dan kandungan amonia.

1. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut Dissolved Oxygen = DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu , oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut Salmin, 2000. Menurut Zonneveld dkk 1991 kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktur molekul sel 8 darah ikan, yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah. Oksigen dapat larut dalam air melalui proses difusi atau persinggungan dengan udara. Beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya oksigen terlarut dalam air adalah : 1. Pergerakan permukaan air baik berupa riak air maupun gelombang. 2. Suhu berpengaruh terhadap kejenuhan kapasitas air menyerap oksigen. Semakin tinggi suhu maka semakin sedikit oksigen yang dapat terlarut dalam air. 3. Tekanan udara. Semakin tinggi sutau daerah maka semakin rendah juga tekanan udara sehingga semakin rendah pula oksigen terlarut. 4. Salinitas. Semakin tinggi salinitas maka semakin rendah kadar oksigen terlarut. 5. Tanaman air. Tanaman air berhubungan pada proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Biota air membutuhkan oksigen guna pembakaran makanan untuk menghasilkan aktivitas, seperti berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, ketersediaan oksigen bagi biota air menentukan lingkaran aktivitasnya, konversi pakan, demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen, dengan ketentuan faktor kondisi lainya adalah optimum. Karena itu, kekurangan oksigen dalam air dapat menganggu kehidupan biota air termasuk kepesatan pertumbuhanya. Meskipun beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi 3 ppm, namun konsentrasi minimum yang masih dapat diterima sebagian besar spesies biota air budidaya untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi oksigen di bawah 4 ppm, beberapa ikan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makanya mulai menurun. Oleh karena itu, konsentrasi yang baik dalam budidaya ikan adalah 5-7 ppm.

2. Suhu

Pada dasarnya suhu dipengaruhi oleh musim, letak lintang latitude, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, serta kedalaman badan air Haslam, 1995 dalam Effendi, 2003. Peningkatan suhu akan mengakibatkan meningkatnya reaksi kimia dalam air, meningkatnya proses metabolisme makhluk air dan menurunkan kadar oksigen dalam air. Peningkatan metabolisme organisme dalam air akan menambah penggunaan oksigen akibat adanya respirasi. Kenaikan suhu 1 C akann meningkatkan penggunaan oksigen 10 Brown, 1987 dalam Effendi, 2003. Pada umumnya semua jenis ikan mempunyai toleransi terhadap perubahan suhu air yang mendadak. Terjadinya perubahan suhu air yang mendadak akan berdampak kurang baik terhadap ikan. Dampak yang jelas apabila terjadi perubahan suhu air dari dingin ke panas yaitu ikan mengalami stress dengan berenang melonjak-lonjak, mengapung dan bernafas di permukaan. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada ikan bila berlangsung lama. Kisaran suhu ikan di perairan tropis agar dapat tumbuh dengan baik adalah 25-32 C, tergantung dari ikannya. Pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2.2 mgg berat tubuh-jam. Di bawah suhu 25 o C, konsumsi oksigen mencapai 1.2 mgg berat tubuh-jam.

3. Derajat Keasaman pH